Sintaksis Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB I

IHWAL SINTAKSIS

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menjelaskan batasan sintaksis, alat-
alat sintaksis, dan konstruksi sintaksis serta dapat mengaplikasikan pengetahuan-
pengetahuan itu dalam berbahasa.

1.1 Pendahaluan
Bahasa sebagai salah satu bidang ilmu, dipelajari secara khusus dalam ilmu
bahasa atau linguistik. Dalam ilmu bahasa atau linguistik terdapat beberapa cabang
ilmu, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan analisis wacana.
Pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, cabang-cabang linguistik
itu dipelajari secara bertahap dan berjenjang. Mula-mula mahasiswa pada semester
awal mempelajari linguistik dalam mata kuliah Linguistik Umum, kemudian secara
bertahap akan mempelajari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan
analisis wacana Bahasa Indonesia.
Mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia di Jurusan PBSI ditetapkan sebagai mata
kuliah bersyarat. Untuk menempuh mata kuliah sintaksis, mahasiswa sudah harus lulus
dalam mata kuliah linguistik umum, Fonologi BI, dan Morfologi BI. Buku ini dibuat dan
disajikan sebagai buku ajar untuk mata kuliah sintaksis.
Materi bab I buku ajar disajikan dengan tujuan untuk membuka wawasan
mengenai batasan sintaksis, alat-alat sintaksis, dan konstruksi sintkasis bahasa
Indonesia. Materi disajikan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penyajian
materi sintaksis yang mengacu pada buku-buku refrensi sintaksis dari para ahli dan
disampaikan sesuai bahasa dan materi sintaksis yang terpahami sehingga
memudahkan mahasiswa dalam mempelajarinya. Pada akhir bab disajikan tes formatif
sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi
yang telah dipelajari.

1.2 Batasan Sintaksis


Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani suntattein, yang dibentuk dari sun
artinya ‘dengan’, dan tattein artinya ‘menempatkan’. Ii istilah suntttein secara
etimologis berarti’ menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi’ kalimat (Verhaar, 1992:70,
Suhardi, 2008:31-32). Kata sintaksis dalam bahasa Indonesia merupakan sarapan dari
bahasa Belanda, syntaxis, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah syntax
(Ramlan, 1978:21 dan Pateda, 1994:85).
Selama ini terdapat beberapa batasan sintaksis yang dikemukakan oleh para tata
bahasawan. Sintaksis menurut Kridalaksana (1983:154) adalah pengaturan dan
hubungan antara kata dan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, aatu
antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Stryker (melalui Tarigan,
1985:3) menyatakan bahwa sintaksisa adalah ilmu yang membahas pola-ola
penggabungan kata-kata menjadi kalimat. Sementara itu, Block dan Trager
mengatakan bahwa sintaksis adalah analisis kontruksi yang hanya melibatkan bentuk-
bentuk bebas. Arifin dan Junaiyan (2008:1) menyatakan bahwa sintaksis adalah
cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan ( speech),
dan unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa, dan
kalimat. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis atau
syntax (Ing.) adalah cabang ilmu bhasa yang membicarakan seluk-beluk frase, klusa,
dan kalimat, dengan satuan terkecilnya berupa bentuk bebas, yaitu kata.
Dalam linguistik atau ilmu bahasa terdapat dua tataran, yaitu tatarn fonologi dan
tataran tata bahasa/gramatika. Sintaksis dan morfologi bersama-sama merupakan
tataran tata bahasa. Fonologi merupakan tataran linguistik yanag mempelajari bunyi-
bunyi bahasa, morfologi merupakan tataran linguistik yang mempelajari satuan-
satuan gramatikal di dalam tataran kata meliputi frase, klausa, dan kalimat.
Agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kajian sintaksis dan diketahui
perbedaannya dengan kajian morfologi, berikut disajikan sebuah contoh kalimat.

(1) Beberapa mahasiswa sedang berdiskusi di perpustakaan.

Kalimat itu terdiri atas satu klausa; beberapa mahasiswa sebagai S (subjek),
sedang berdiskusi sebagai P (predikat) dan di perpustakaan sebagai K (keterangan).
Tiap-tiap fungsi dalam klausa itu terdiri atas satuan yang disebut frase atau kelompok
kata, yaitu beberapa mahasiswa, sedang berdiskusi, dan di perpustakaan. Tiap-tiap
frase itu terdiri atas dua kata, yaitu beberapa dan mahasiswa membentuk frase
beberapa mahasiswa, sedang dan berdiskusi membentuk frase sedang berdiskusi,
dan kata depan di dan kata perpustakaan membentuk frase di perpustakaan.
Pembicaraan mengenai kalimat, klausa, dan frase seperti di atas termasuk dalam
bidang sintaksis, sedangkan pembicaraan tentang kata beberapa yang terdiri atas
satu morfem, kata mahasiswa yang terdiri atas dua morfem, yaitu morfem maha- dan
morfem siswa kata yang berdiskusi yang terdiri atas dua morfem, yaitu morfem ber-
dan berdiskusi, kata di yang terdiri atas satu morfem, dan kata perpustakaan yang
terdiri atas dua morfem (morfem per-an dan pustaka), termasuk dalam bidang
morfologi. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa morfologi merupakan tataran linguistik
yang mempelajari morfem dan kata, sedangkan sintaksis mempelajari frase, klausa,
dan kalimat.

1.3 Alat-alat Sintaksis


Agar dapat memperoduksi bahasa Indonesia dengan baik, kita harus memahami
kata yang digunakan dan menguasai alat-alat sintaksisnya. Apakah alat-alat sintaksis
itu? Alat-alat sintaksis adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi
kelompok dengan struktur tertentu, sedangkan yang dimaksud struktur ialah
hubungan setara dan bertingkat dari kelompok tersebut (Wojowasito, 1976:66)
Herman Paul (1960) mengemukakan adanya tujuh macam alat sintaksis, yaitu (1)
penempatan kata, menjadi (satu) kelompok, (2) urutan kata, (3) intisuara tinggi dan
rendah, (4) modulasi dari tinggi suara, (5) tempo, (6) kata penyambung, dan (7) fleksi
(melalui Wojowasito, 1976:66-67). Yang dimaksud intisuara tinggi dan rendah adalah
tekanan tinggi (=akses tinggi ) dan tekanan rendah (=akses rendah), sedangkan yang
dimaksud modulasi dari tinggi suara adalah intonasi (= naik turunnya nada dalam
pelafalan kalimat). Di antara alat-alat sintaksis itu ada yang tidak dapat diterapkan
dalam pemakaian bahasa Indonesia, yaitu fleksi karena dalam bahasa Indonesia tidak
mengenal adanya fleksi.
Alat–alat sintaksis yang dikemukakan Herman Paul tersebut merupakan alat
sintaksis untuk bahasa–bahasa pada umunya. Kentjono dan Kridalaksana (melalui
Suhardi, 2008:34) mengemukakan adanya empat macam alat sintaksis dalam bahasa
Indonesia, yaitu urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas, Berikut disajikan
penjelasan atas alat-alat sintaksis bahasa Indonesia itu secara urut.
1.3.1 Urutan Kata
Urutan kata merupakan alat sintaksis yang pertama dan utama. Dikatakan
demikian karena urutan kata sangat menentukan makna gramatikal sebuah satuan
sintaksis. Dalam satuan sintaksis, urutan kata yang berbeda mengakibatkan makna
grammatical yang berbeda.
Contoh:
(2) Oki tidak pernah tinggal kelas
(3) Oki pernah tidak tinggal kelas
(4) pernah tinggal kelas tidak Oki.

Satuan-satuan sintaksis di atas berupa kalimat, dan makna gramatikal ketiga


satuan sintaksis itu berbeda. Kalimat (2) mengandung makna gramatikal: ‘Oki belum
pernah tinggal kelas atau selalu naik kelas’. Kalimat (3) mengandung makna
gramatikal: ‘Oki lebih sering tinggal kelas, hanya dua tiga kali tidak’. Kalimat (4)
mengandung makna gramatikal: ‘keraguan/pertanyaan mengenai pernah atau
tidaknya Oki tinggal kelas’. Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam satuan sintaksis,
urutan kata yang berbeda, mengakibatkan makna gramatikal yang berbeda.

1.3.2 Bentuk Kata


Perhatikan bentuk kata pada kata-kata bercetak miring dalam kalimat-kalimat
berikut.
(5) Rio mengambil mangga.
(6) Rio mengambili mangga.
(7) Rio mengambilkan temannya mangga.

Dalam kalimat (5) kata mengambil manyatakan ‘tindakan aktif’ yang diikuti kata
mangga sebagai ‘penderita’. Dalam kalimat (6) kata mengambili menyatakan
‘tindakan aktif (yang dilakukan secara berulang-ulang)’ yang diikuti kata mangga
sebagai ‘penderita’. Dalam kalimat (7) kata mengambilkan mengharuskan hadirnya
dua kata benda di belakangnya, yaitu ‘temannya’ yang berperan sebagai ‘penerima’
dan kata ‘mangga’ sebagai ‘penderita’.
Dari paparan tersebut diketahui bahwa bentuk kata sebagai alat sintaksis
ditandai oleh penggunaan berbagai imbuhan/afiks (baik prefix, infiks, sufiks, confiks,
maupun simulfiks. Penggunaan imbuhan yang berbeda dapat mengakibatkan makna
gramatikal yang berbeda pula. Itulah sebabnya bentuk kata digolongkan sebagai alat
sintaksis.

1.3.3 Intonasi
Intonasi merupakan perpaduan dari berbagai gejala, yaitu tekanan ( stres), titi
nada (pitch), durasi/tempo (leght), perhentian/jeda (pause), dan suara yang meninggi,
mendatar, atau menurun pada akhir arus ujaran. Intonasi dengan segala unsure
pementuknya, dalam lingistik disebut prosodi/suprasegmental. Jadi, intonasi
merupakan serangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, tempo, jeda dan suara
meninggi, mendatar, atau menurun pada akhir arus ujaran.
Tekanan adalah penonjolan suku kata (dalam suatu kata atau kelompok kata)
dengan cara memperpanjang ucapan, meninggikan nada atau memperbesar tenaga
pengucapan atau itensitas. Letak tekanan bahasa Indonesia yang teratur. Tekanan
biasanya jatuh pada suku kata sebelum yang terakhir (penultima).

Contoh :
[béla] bela
[pembelá?an] pembelaan
[táman] taman
[taman-táman] taman-taman

Apabila suku kedua dari akhir mengancung bunyi /∂/ tekanan akan ditempatkan pada
suku akhir.
Contoh:

[b∂láh] belah
[b∂kerjá] bekerja
[t∂ráŋ] terang
Dalam ujaran tidak semua kata mendapat tekanan yang sama. Biasanya hnaya
kata yang penting saja yang diberi tekanan. Tekanan yang demikian disebut aksen.
Unsur intonasi yang selanjutnya, titi nada. Titi nada merupakan unsur prosodi
yang dapat diukur atas dasar kenyaringan arus ujaran. Dalam ilmu bahasa nada
dilambangkan dengan angka (titi nada rendah dilambangkan dengan angka 1, titi
nada sedang 2, tinggi 3).
Contoh:

(8) Bagus benar.


#22/31#
(9) Bagus benar ?
#22/32#
Titi nada dalam ujaran (8) tersebut menyatakan ‘kekaguman’, sedangkan titi nada
dalam ujaran (9) menyatakan ‘keraguan/kesangsian’.
Unsur intonasi yang berikutnya, yaitu tempo durasi. Tempo/durasi adalah salah
satu prosodi yang ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang digunakan untuk
mengucapkan sebuah segmen. Dalam bahasa Indonesia tempo tidak bersifat
distingtif. Buktinya, pengucapan segmen berikut dengan tempo yang berbeda tidak
membedakan makna.
(10) Bajunya bagus…sekali
(11) Bajunya ba…gus sekali.
(12) Bajunya bagus sekali.

Pada kalimat (10) pengujar memberikan tempo yang agak lama pada segmen
gus dengan tujuan untuk memberikan penekanan pada segmen gus tersebut. Pada
kalimat (11) pengujar memberikan tempo yang agak lama pada segmen ba dengan
tujuan untuk memberikan penekanan pada segmen ba tersebut, tidak membedakan
makna. Namun demikian, dalam kegiatan berbahasa lisan tempo biasa digunakan
oleh penceramah atau motivator untuk memberi penekanan bahwa klaimat, kalusa,
frase, atau kata yang diucapkan dengan tempo yang berbeda itu penting adanya.
Yang termasuk intonasi juga yaitu kontur. Kontur adalah seluruh satuan ujaran
yang dibatasi oleh dua kesenyapan. Kalimat merupakan satu satuan kontur. Sebagai
satu satuan kontur, kalimat dapat terdiri atas beberapa kontur.
(13) # Mereka / akan pergi
# 2- 2 3 n / 2- 3 1 t # (t=turun)
(14) # Orang itu / akan pergi / besok sore?#
# 2- 2 3 n / 2- 2 3 n # / 2- 3 2 s # (n=naik. s=sedang)
Setiap kalimat di atas merupakan kontur karena dibatasi oleh kesenyapan awal dan
kesenyapan akhir. Kalimat (13) terdiri atas 2 kontur: mereka (dibatasi oleh kesenyapan
awal dan kesenyapan antara), dan dan telah pergi (dibatasi oleh kesenyapan antara
dan kesenyapan akhir. Kalimat (14) terdiri atas tiga kontur: orang itu (dibatasi oleh
kesenyapan awal dan kesenyapan antara), akan pergi (dibatasi kesenyapan antara dan
kesenyapan antara), dan besok pagi (dibatasi kesenyapan antara dan kesenyapan
akhir).
1.3.4 Kata Tugas
Kata tugas atau atau disebut pula kata sarana berfungsi menghubungkan kata
atau kelompok kata yang berada di muka dan di belakangnya. Kata tugas tidak
memiliki makna leksikal. Maknanya kan menjadi jelas setlah digunakan dalam frase,
klausa, atau kalimat. Atas dasar peranannya dalam konstruksi sintaksis, kata tugas
dapat dikelompokan menjadi lima jenis: (1) preposisi (kata depan), (2) konjungsi (kata
penghubung), (3) interjeksi (kata seru), (4) artikel (kata sandang), (5) partikel
(penegas). Perhatikan contoh penggunaan kata tugas berikut.
(15) Mereka duduk di teras.
(16) Pada hari ini aku dan dia akan pergi ke luar kota.
(17) Hai, datang ke sini dengan teman-teman, ya!
(18) Ia dijuluki sebagai sang guru.
(19) Dia pun pergilah dari tempat itu.

Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat-kalimat itu merupakan kata tugas.
Penggunaan kata-kata tugas itu dalam kalimat akan memperjelas makna gramatikal
kalimat-kalimatnya.

Latihan 1
Kerjakan soal-soal berikut!
1. Jelaskan pemahaman Anda mengenai pengertian sintaksis!
2. Tunjukan melalui bukti-bukti bahwa urutan kata merupakan alat sintaksis yang
pertama dan utama!
3. Mengapa bentuk kata ditetapkan sebagai alat sintaksis? Jelaskan pendapat Anda
dan berilah contoh penggunaanya dalam kalimat!
4. Jelaskan pentingnya intonasi dan konstruksi sintaksis!
5. Sebutkan jenis-jenis kata tugas dan gunakan dalam kalimat sehingga menjadi jelas
makna gramatikal kalimatnya!
1.4 Konstruksi Sintaksis
Yang dimaksud konstruksi adalah bangunan atau struktur yang berupa satuan-
satuan bahasa yang bermakna. Konstruksi sintaksis adalah bangunan atau struktur
satuan-satuan bahasa yang bermakna, yang berupa frasa, klausa, dan kalimat.
Bertolak dari hal ini, maka dapat dinyatakan bahwa unsure langsung sebuah
konstruksi sintaksis adalah kata, frasa, atau klausa. Konstruksi frasa dalam bahasa
Indonesia biasanya disebut pula kelompok kata karena knstruksi itu terjadi atas dua
kata atau lebih, dan hubungan antara unsur langsungnya bersifat longgar.
Adapun bentuk konstruksi sintaksis memiliki cirri-ciri pokok sebagai berikut.
(a) Unsur langusngnya berupa bentuk bebas atau kata.
(b) Hubungan antarunsurnya bersifat longgar atau terbuka.
(c) Diantara unsur langsungnya dapat disisipi bentuk bebas/kata lain.
(d) Biasanjya struktur unsur langsungnya tidak tetap.
(e) Bentuknya berupa frasa, klausa, atau kalimat (Suhardi, 2008: 48-49).

Contoh konstruksi sintaksis:


(20) Lukisan orang itu (frasa)
(21) Lukisan orang itu indah (klausa)
(22) Lukisan orang itu indah. (kalimat)

Contoh (20) itu merupakan konstruksi sintaksis yang berupa frasa, contoh (21)
merupakan konstruksi klausa, dan contoh (22) merupakan konstruksi kalimat.
Pembentukan konstruksi sintaksis harus mempertimbankan makna dan peran
setiap unsur pembentuknya. Semakin banyak anggota suatu konstruksi sintaksis,
semakin kompleks pula susunan unsur-unsur pembentuknya. Minsalnya, unsur itu
pada frasa lukisan orang, bisa pula menjadi penjelas nterhadapkata orang. Perbedaan
status dan hubungan langsung antara anggota konstruksi tersebut akan dapat
menimbulkan pergeseran makna gramatikal konstruksi yang bersangkutan. Hal
tersebut dapa dilihat dari analisis berikut.
a. lukisan orang itu

lukisan orang itu

orang itu
b. lukisan orang itu

lukisan orang

Gambar 1.1 Diagram-Pohon Unsur-Langsung Frasa

Diagram pohon (a) menunjukan makna gramatikal ‘sebuah lukisan tentang seorang’
atau ‘lukisan mengenai orang’ sedangkan diagram pohon (b) menunjukan makna
gramatikal ‘sebuah lukisan jyang dibuat atau dimiliki orang itu’.

Latihan 2
1. Sebutkan tiga jenis konstruksi sintaksis dan berilah contoh-contohnya!
2. Termasuk konstruksi sintaksis yang manakah satuan-satuan bahasa berikut?
Jelaskan!
a. mereka belajar
b. Bank Mandiri
c. Wujudkan cita-citamu tanpa narkoba.
d. di rumah
e. Ayo, membaca.
3. Buatlah sebuah contoh untuk setiap konstruksi sintaksis berikut!
a. frasa
b. klausa
c. kalimat

Tugas 1
Carilah bahan bacaan dari berbagai sumber. Kitiplah satu paragraf pendek, dan
tunjukan konstruksi sintaksis yang berupa:
1. frasa,
2. klausa,
3. kalimat dari paragraf pendek yang Anda kutip.

Anda mungkin juga menyukai