DELAFLOXACIN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya sebelum dan formulasi yang
artinya perumusan atau penyusunan. dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan
sebagai langkah awal yang dilakukan ketika akan membuat formula suatu obat.
Rancangan dari suatu bentuk sediaan obat yang tepat memerlukan pertimbangan
karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan obat dan bahan-bahan
farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk obat. Obat dan bahan-bahan
farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu sama lainnya untuk
menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan
aman. Produk harus dibuat di bawah pengontrolan agar memiliki kualitas yang baik
dan dikemas dalam wadah yang membantu stabilitas obat. Dalam hubungan dengan
masalah memformulasi suatu zat obat menjadi suatu bentuk sediaan yang tepat, maka
sebagai tahap awal dari tiap formulasi yang baru adalah berupa pengkajian untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang karakteristik fisikokimia zat
obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi tersebut. Pengkajian dasar ini
dirangkum dalam suatu penelitian yang disebut dengan preformulasi yang dibutuhkan
sebelum formulasi produk yang sebenarnya dimulai. Preformulasi dimulai bila suatu
obat yang baru menunjukkan jaminan farmakologis yang cukup dalam model-model
hewan untuk menjamin penilaian pada manusia. Praformulasi sangat penting
dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi karena meliputi penelitian
farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses pengembangan formulasi.
B. Tujuan Preformulasi

Tujuan utama dari desain bentuk sediaan adalah untuk mencapai


sebuahrespon terapi yang diramalkan dari suatu formulasi yang mana bisa dibuat
dalamskala besar dengan menghasilkan produk yang berkualitas, untuk
memastikankualitas produk, banyak ciri khas yang diperlukan. Stabilitas kimia dan
fisika,dengan pengawetan yang sesuai untuk melawan kontaminasi mikroba
jikadiperlukan, keseragaman dosis obat, penerimaan termasuk pembuat resep
dan pasien, kemasan yang cocok dan pelabelan idealnya, bentuk sediaan harus jugam
andiri dari pasien untuk pasien. Membuat formula yang tepat sehinggamenghasilkan
produk akhir berupa sediaan farmasi yang stabil, berkhasiat, amandan nyaman ketika
digunakan. Data dari praformulasi tidak selamanya harus dicoba atau diteliti, akan
tetapidapat diperoleh dari literature. Studi praformulasi pada dasarnya berguna
untukmenyiapkan dasar yang rasional untuk pendekatan formulasi,
Untukmemaksimalkan kesempatan keberhasilan memformulasi produk yang
dapatditerima oleh pasien dan akhirnya menyiapkan dasar untuk
mengoptimalkan produksi obat dari segi kualitas dan performa.

C. Pertimbangan umum Preformulasi

Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus


dipertimbangkan yaitu :
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat. Ada beberapa pilihan bentuk sediaan
farmasi yaitu bentuk padat (puyer, tablet, kapsul, suppositoria ), bentuk
setengah padat ( salep, pasta, krim ) dan bentuk cair ( larutan, suspensi,
emulsi ).
2. Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada sifat-sifat fisika-kimia zat
aktif yang digunakan, yakni kelarutan, ukuran partikel, sifat higroskopis,
reaksi-reaksi kimia dll.
3. Kerja obat yang diinginkan, secara lokal ataukah sistemik. Untuk kerja
lokal dipilih sediaan salep, krim, lotion, serbuk tabur. Untuk kerja sistemik
( diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan tablet, kapsul,
pulveres/puyer dan sirup.
4. Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres
dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet, kapsul.
5. Bahan tambahan obat yang akan digunakan. Bahan tambahan yang
digunakan dalam formulasi harus kompatibel (dapat tercampurkan )
dengan bahan obat utama ( zat aktif ) dan bahan tambahan yang lain.
Bahan tambahan diperlukan untuk :
a. Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet, larutan,
dll ). Sebagai contoh : pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan
bahan tambahan berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume
tablet, bahan pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan
penghancur untuk mempercepat pecahnya tablet di dalam lambung,
dan bahan penyalut yang digunakan untuk memperbaiki kestabilan,
mengontrol penghancuran dan mempercantik penampilan tablet. Pada
sediaan larutan digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk
melarutkan bahan obat, dapat juga ditambahkan bahan penstabil untuk
mencegah peruraian bahan obat, bahan pengawet untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, bahan pemberi warna dan rasa untuk
memperbaiki rasa dan penampilan produk. Demikian juga untuk
sediaan salep, pasta, krim dan lain-lain.
b. Menjaga kestabilan sediaan obat (misal : pengawet,
pensuspensi,pengemulsi )
c. Menjaga kestabilan zat aktif ( misal : antioksidan )
6. Kenyamanan saat penggunaan., Kenyamanan saat digunakan penting
untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat.
Jika obat berasa tidak enak maka orang akan enggan mengkonsumsinya.

7. Kestabilan sediaan obat. Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap


dalam keadaan yang stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan.
Tanda-tanda kerusakan yang umum ditemui pada sediaan obat misalnya:
terjadi perubahan warna, bau, rasa, timbulnya kristal pada permukaan
tablet/kaplet, memisahnya air dan minyak pada sediaan krim / emulsi.
Untuk menjaga kestabilan sediaan obat perlu dilakukan Penambahan
bahan tambahan tertentu ( misalnya : pengawet ), pengemasan yang tepat.

8. Khasiat obat.

D. FORMULA BEBERAPA BENTUK SEDIAAN OBAT


1. Formula tablet
Bahan obat aktif : 1% - 50% dan Bahan tambahan obat : 50% - 90%, terdiri
dari :Pengisi, pengikat, penghancur, pelicin, pelumas, pemberi warna, perasa,
penyalut
2. Fomula salep
Bahan obat aktif : 1% - 10% dan Bahan tambahan obat : 90% - 99%, terdiri
dari : Dasar salep, pengawet, pewarna.
3. Formula krim
Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri dari
:Dasar krim, pewangi, pengawet, pewarna.
4. Formula suspensi
 

Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri
dari :Pembawa/pelarut, pensuspensi, perasa, pengawet.
5.  Formula injeksi
Bahan obat aktif : 1% - 20% Bahan tambahan obat : 80% - 99% terdiri dari :
Pembawa, pengisotoni, pengawet.

E. Sifat Fisika Kimia Bahan Obat dan Bahan Tambahan Obat

Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat untuk
mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat harus melalui
bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-senyawa  dalam cairan
luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia dan fisika berperan dalam
proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada waktu tertentu
mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.
Sifat-sifat Fisika-Kimia dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang harus
diketahui sebelum formulasi obat adalah :
a.      Rasa, bau dan warna zat. Rasa, bau dan warna zat harus diketahui agar bisa
menentukan bahan tambahan obat seperti : corrigens saporis, corrigens odoris,
dan corrigens coloris yang dibutuhkan.
b.      Kelarutan. Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan
dalam air. Bahan obat yang mudah larut dalam air akan lebih mudah diabsorpsi
sehingga akan lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat aktif
yang mudah larut dan stabil dalam air, lebih baik bila dibuat dalam bentuk
cair.  Bahan obat yang relatif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang
sempurna.
c.       Ukuran partikel. Ukuran partikel berpengaruh pada : 
  Laju disolusi bahan obat ( kecepatan melarutnya obat ).
-     Makin kecil ukuran partikel bahan obat makin mudah larut sehingga makin
mudah diabsorpsi.  Keseragaman isi.
- Makin homogen ukuran partikel maka makin terjamin keseragaman dosisnya. 
Laju pengendapan.
-    Makin besar ukuran partikel akan makin mudah mengendap. Pada sediaan
suspensi bisa menyebabkan terjadinya caking. Penambahan bahan
pensuspensi akan menghambat laju pengendapan sehingga akan mencegah
terbentuknya caking / endapan yang keras.
d.  Kestabilan bahan obat Reaksi-reaksi kimia yang mempengaruhi kestabilan bahan
obat : 
1)      Hidrolisa
  Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu zat oleh air. Contoh bahan obat
yang mudah mengalami hidrolisa adalah Aspirin dan obat-obat golongan
Antibiotika ( misal : Ampisilin, Amoksisilin, Tetrasiklin, dll ).
Terhidrolisanya Aspirin ditandai dengan timbulnya bau Asam Asetat / cuka.
  Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam bentuk padat ( tablet,
kapsul, serbuk ), karena dalam suasana lembab atau berair bahan obat tersebut
akan terurai sehingga tidak efektif lagi sebagai obat bahkan mungkin bisa
membentuk senyawa yang bersifat racun ( toksik ).
  Untuk bahan obat yang mudah terhidrolisa tersebut bila tetap hendak dibuat
bentuk cair sebaiknya dipilihkan pelarut non air, misal : Etanol,
Propilenglikol, Gliserin atau dibuat sediaan sirup kering / dry syrup.
( Keterangan : Sirup kering yaitu sirup berisi serbuk obat, yang ketika akan
digunakan harus ditambahkan pelarut air suling atau air matang dalam jumlah
tertentu. Sirup kering ini setelah dilarutkan tidak boleh digunakan lagi setelah
7 hari, karena bahan obat sudah mengalami hidrolisa ).
2)      Oksidasi
  Terjadinya reaksi oksidasi ditandai dengan berubahnya warna, bau bahan
obat, atau terbentuknya endapan.
  Untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi perlu ditambahkan bahan
antioksidan.
Sifat fisika-kimia tersebut dapat dilihat pada beberapa sumber yang memuat
monografi / uraian tentang persyaratan kemurnian zat, sifat fisika-kimia zat, cara
identifikasi serta ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan obat,diantaranya
adalah buku : - Farmakope Indonesia. - Martindale - Ekstra Farmakope
Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis
obat karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan metode
yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu sediaan yang
efektif, stabil, dan aman.
Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja yang
dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus menunjang
orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.
1.      Sifat Fisika
a)      Uraian Fisik
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting
untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan
padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang
berbentuk amorf atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang lebih
kecil, gas bahkan lebih jarang lagi.
b)      Pengujian Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Ia memberikan indikasi (petunjuk
ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Fotomikrograf dari
lot-lot batch awal dan berikutnya dari zat murni dapat memberikan informasi
penting jika masalah timbul dalam pemrosesan formulasi, diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam karakteristik partikel atau Kristal dari obat tersebut.
c)      Ukuran Partikel
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi,
rasa, tekstur, warna dan kestabilan. Tambahan pula, sifat-sifat seperti karateristik
aliran dan laju sedimentasi juga merupakan factor-faktor penting yang
berhubungan dengan ukuran partikel. Ukuran partikel dari zat murni dapat
mempengaruhi formulasi dan kemanjuran produk. Khususnya efek ukuran
partikel terhadap absorpsi obat. Keseragaman isi dalam bentuk sediaan padat
sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada seluruh
formulasi yang sama.
d)     Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Untuk memproduksi suatu respon biologis molekul obat pertama-tama harus
menyeberangi sutau membrane biologis yang bertindak sebagai pembatas lemak.
Kebanyakan obat yang larut lemak akan menyeberang dengan proses difusi pasif
sedangakn yang tidak larut lemak akan menyeberangi pembatas lemak dengan
transport aktif. Karena hal ini maka perlu mengetahui koefisien partisi dari suatu
obat. Khusus untuk obat yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui
konstanta disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion. Bentuk molekul
lebih muda terabsorpsi daripada bentuk ion.
e)      Polimerfisme
Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat
obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika
kimia yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Bentuk polimorfisme
ditunjukkan oleh paling sedikit sepertiga dari semua senyawa-senyawa organik.
f)       Kelarutan
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus memiliki kelarutan dalam air
agar manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk kedalam sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus berada dalam bentuk
larutan. Senyawa-senyawa yang relative tidak larut seringkali menunjukkan
absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
g)      Disolusi
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi. Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut
dalam cairan pada tempat absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam
bentuk padatan, laju disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi.
Akibatnya laju disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon
serta bioavailabilitas.
h)      Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal dimulai dengan
menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya
pengotoran akan menyebabkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut.
2.      Sifat Kimia
Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin. Studi stabilitas
preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa kondisi
penanganan: formulasi, penyimpanan, dan pemberian in vivo.
         Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam
media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu pelarut polar,
seperrti air, dan pelarut nonpolar seperti lemak. Sifat hidrofilik atau lipofobik
berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedangkan sifat lipofilik atau hidrofobik
berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus-gugus yang dapat meningkatkan
kelarutan molekul dalam air disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar),
sedangkan gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak
disebut gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpolar)
Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase praformulasi termasuk
kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan dan kestabilan
dengan adanya bahan penambah.
Penyelidikan awal dimulai dengan pengetahuan tentang struktur kimia obat
yang mengizikan mengantisipasi reaksi degradasi yang mungkin terjadi.
Ketidak stabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena
obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari konstituen kimia yang beraneka
ragam. Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol, aldehid, keton, ester-ester, asam-
asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain. Masing-masing dengan gugus
kimia relative yang mempunyai kecenderungan berbeda terhadap ketidak stabilan
kimia. Secara kimia proses kerusakan yang paling sering meliputi hidrolisis dan
oksidasi.

a.       Konstanta disosiasi. Konstanta disosiasi digunakan untuk mengetahui Ph

dalam proses pembuatan sediaan steril. Saat suatu asam HA larut dalam air,


sebagian asam tersebut terurai (terdisosiasi) membentuk ion hidronium dan
basa konjugasinya. Hubungan dengan pembuatan sediaan injeksi yaitu
sediaan  harus sesuai dengan pH yang hampir sama dengan pH darah supaya
jika obat di suntikkan dalam tubuh dan tercampur dalam darah maka tidak
terjadi nyeri. Dan efek terapinya tercapai.
b.  Kelarutan. Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak
langsung akan dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal, kelarutan
bergantung  pada suhu lebur. Hubungan dengan pembuatan
sediaan injeksi yaitu sediaan harus larut dalam pembawanya sehingga ketika
sediaan tersebut di suntikkan efek terapinya bisa tercapai dengan cepat.
c.      Disolusi. Disolusi merupakan tahap pembatas laju absorbsi suatu obat menuju
sirkulasi sistemik.Uji ini digunakan untuk mengetahui waktu zat aktif mulai
dilepaskan untuk memperoleh kadar yang tinngi dalam darah.
d.      Stabilitas. Stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif murni sangat perlu untuk
dievaluasi karena jika terdapat keberadaan pengotor dapat menyebabkan
kesimpulan yang salah. Hubungan dengan pembuatan injeksi karena pada
sediaan injeksi keadaan harus steril dan bebas dari keberadaan pengotor.

Delafloxacin
Delafloxacin merupakan antibiotik florokuinolon baru yang ditujukan untuk
infeksi bakteri akut pada kulit.
Bakteri gram positif : Staphylococcus aureus, Staphylococcus haemolyticus,
Staphylococcus lugdunensis, Streptococcus agalactiae, Streptococcus anginosus
group, Streptococcus pyogenes, and Enterococcus faecalis
Bakteri gram negatif : Escherichia coli, Enterobacter cloacae, Klebsiella
pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa.

Karakterisasi zat zktif


1. Rumus kimia : C18H12ClF3N4O4
2. Nama IUPAC : 1-(6-amino-3,5-difluoro-2-pyridyl)-8-chloro-6-fluoro-7-(3-
hydroxy-1-azetidinyl)-4-oxo-quinoline-3-carboxylic acid.
3. Struktur kimia :

4. Berat molekul : 440.76 g/mol


5. pKa = 5.5
Log P = 2.75
6. Bentuk garam : Delafoxacin Meglumine (N-methyl-D-glucamine) dengan berat

molekul 635.977 g/mol

7. Bentuk zat aktif : Padatan

8. Titik leleh : 238-241 °C


Titik didih : 698.5 °C 
Luas permukaan : 120 Ų
9. Makroskopis : serbuk putih hablur
10. Penyimpanan : dalam kondisi kering 0–4oC (minggu), -20oC (bulan).
11. Kelarutan dalam DMSO 2-20 mg/mL; air <1 mg/mL
Kompresibilitas bahan dengan CI carr’s ≤ 18 Hausner Ratio 1.0 -1.23
12. 3 polimorf anhidrat. Bentuk paling stabil adalah yang pertama dari polimorf
trihidrat.
Kristalinitas obat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik, kemudahan
persiapan obat, stabilitas, kemudahan formulasi, kelarutan, laju disolusi,
kekerasan, kompresibilitas dan titik lebur. Bentuk-bentuk polimorfik terjadi di
mana komposisi kristal dengan materi yang sama terbentuk dalam susunan
yang berbeda menghasilkan sifat-sifat termodinamika dan kestabilan yang
khusus. Polimorf yang berbeda dari satu senyawa dapat berbeda satu sama
lain sehubungan dengan sifat fisik. Seperti kelarutan dan disosiasi, kepadatan,
bentuk kristal, perilaku pemadatan, dan sifat aliran,
13. Metode Analisa : H-NMR dan MS sesuai dengan struktur dan berat molekul
delafloxacin.
14. Kompresibilitas sediaan : -
Crosspovidone (superdisintegrant)
pvp (pengikat),
mg stearate (pelicin)
aerosol (adsorben)
aspartame (pemanis).
15. Rancangan Sediaan : Tablet

I. Zat aktif
Delafloxacin
II. Dosis yang digunakan
350 mg untuk zat aktif,
450 mg (ZA + eksipien)
III. Rute pemberian
Oral
IV. Formula
No. Bahan
1 Delafloxacin
2 Crosspovidon
3 PVP
4 Mg stearat
5 Aerosil
6 Aspartam

V. Deskripsi bahan
No. Bahan Kegunaan
1 Delafloxacin Zat aktif
2 Crosspovidon Superdesintegran
3 PVP Membantu pelepasasn zat aktif
4 Mg stearat Lubrikan
5 Aerosil Pelincir
6 Aspartam Pemanis

VI. Metode pembuatan


Dalam penelitian ini digunakan kompresi langsung, karena metode ini
paling cepat dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet. Walaupun
harga bahan mentah untuk kempa langsung lebih tinggi, penghematan
biaya tenaga kerja, waktu, dan biaya energi dapat dicapai dengan
peniadaan granulasi, pengeringan, dan pembentukan ukuran bahan mentah
yang sesuai.

VII. Prosedur pembuatan


semua bahan serbuk diayak menggunakan
ayakan mesh 40

bahan bahan yang telah disaring kemudian


dipisahkan masing"

dimasukkan obat dan beberapa ekspient


yang bisa langsung dicampur didalam mesin
kempa secara sedikit" sampai tercampur

zat tambahan yang lain ditambahkan secara


urutan geometris

mg stearat dan talk ditambah terakhir dan


kemudian dikempa bersama" menggunakan
diameter kempa 6-8 cm

zat aktif dan eksipient dikempa hingga


mendapatkan masa tablet 450 mg

VIII. Rancangan produksi skala Litbang


Jumlah bahan 5000 kalinya dari formula acuan
No. Bahan Jumlah (gram) Jumlah 5000x (gram)
1 Delafloxacin 0.35 1.750
2 Crosspovidon 0.005 250
3 PVP 0.025 125
4 Mg stearat 0.015 75
5 Aerosil 0.005 25
6 Aspartam 0.005 25

Jumlah produk yang dihasilkan


5000 tablet

Evaluasi / karakterisasi
Uji sifat alir
a) Uji sifat alir
b) Uji daya serap massa
Pemeriksaaan sifat fisik odt
a) Uji keseragaman bobot tablet
b) Uji keseragaman kandungan tablet
c) Uji kerapuhan
d) Uji waktu disentrigasi tablet
e) Uji waktu pembahasan tablet
f) Uji rasio absorpsi air
g) Uji disolusi

IX. Rancangan produksi skala pilot


Jumlah bahan 50.000 kalinya
No. Bahan Jumlah (gram) Jumlah 50.000x (gram)
1 Delafloxacin 0.35 17.500
2 Crosspovidon 0.005 2.500
3 PVP 0.025 1.250
4 Mg stearat 0.015 750
5 Aerosil 0.005 250
6 Aspartam 0.005 250

Jumlah produk yang dihasilkan : Untuk skala pilot menggunakan


kelipatan 10x lebih besar dari skala litbang yaitu 50.000 tablet

Kapasitas alat
Mesin cetak Kapasitas
Mesin cetak tangan 3000 tab/jam
Mesin cetak table listrik 4000 tab/jam
Single punch 5100 tab/jam
Rotary 48.000 tab/jam
Rotary ganda 30.000 dan 75.000 tab/jam
            

·         Mesin cetak yang menggunakan tangan


Merupakan mesin cetak tablet yang paling kecil dan sederhana yang
didisain sedemikian rupa sehingga operasionalnya dapat dengan
mempergunakan tangan. Prinsip kerja yang dimilikinya sama dengan
single punch yang lebih besar. Mesin cetak tangan ini mampu memberikan
hasil yang seragam dengan penampilan yang baik seperti halnya tablet
yang dihasilkan dari mesin cetak lainnya. Mesin cetak yang
mempergunakan tangan cocok untuk maksud pembuatan tablet dalam
jumlah kecil dan juga untuk tujuan penelitian di pabrik-pabrik maupun di
laboratorium perguruan tinggi. Mesin cetak ini mempunyai kemampuan
menghasilkan 50 tablet per menit, diameter punch dan dies yang bisa
digunakan pada mesin cetak ini adalah 12,7 mm.
·         Mesin cetak single punch
Prinsip kerja mesin cetak single punch ini sama dengan mesin cetak yang
mempergunakan tangan. Kemampuan mesin ini untuk mencetak tablet
dengan diameter 12,7 mm adalah 60-90 tablet per menit, makin besar
diameter tablet yang akan dicetak maka semakin berkurang jumlah tablet
yang akan dihasilkannya. Hal ini disebabkan untuk mencetak tablet
dengan diameter yang besar membutuhkan tenaga/tekanan yang lebih
besar lagi. Tekanan ini dapat dipenuhi apabila daya kerja mesin maksimal
pada kecepatan rendah.
·         Mesin cetak rotary
Desain mesin cetak rotary maupun cara operasionalnya sangat berbeda
sekali dengan mesin cetak single punch apalagi dengan mesin cetak yang
menggunakan tangan. Mesin cetak rotari ini dilengkapi dengan meja die
yang bundar yang memiliki beberapa dies didalamnya disertai satu set
punch yang jumlahnya sesuai dengan dies yang ada pada meja tersebut.
Perbedaan prinsip kerja mesin cetak tablet :
-          Single Punch :
a.       Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah
punch atas
b.      Pengaturan tekanan maupun bobot tablet baru dapat dilakukan pada saat
mesin tidak berjalan.
c.       Mampu memproduksi 5100/jam diameter 22,23 mm, tebal 17,8 mm.
-          Rotary :
a.       Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah
punch bawah.
b.      Pengaturan tekanan maupun bobot tablet baru dapat dilakukan pada saat
mesin sedang berjalan.
c.       Mampu memproduksi 800/menit diameter 12,7 dengan tebal 17,8-50,8
mm
·         Mesin Cetak Rotary Ganda
Mesin cetak rotary ganda ini mampu menghasilkan 2 sampai 3 lapisan
tablet. Desainnya sedemikian rupa dilengkapi dengan banyak hopper
tergantung dari jumlah lapisan yang akan dibuat, misalnya untuk tablet
dengan dua lapisan dimana hopper juga dua. Hopper pertama untuk
lapisan pertama, dan hopper kedua berisi granul untuk lapisan kedua.
Pengisian ruang cetak dies dilakukan dua kali. Pertama akan diisi granul
dari hopper pertama dan diatasnya diisi granul dari hopper  kedua.
Pencetakan hanya satu kali, maka hasilnya akan didapat tablet dengan dua
lapis yang berbeda. Cara ini dapat digunakan untuk bahan obat yang tidak
dicampurkan, dapat diproses dalam bentuk granul yang berbeda. Mesin
cetak ganda ini mempunyai model, model pertama dengan 39 station
untuk ukuran diameter maksimum tablet, kedua 47 station dengan
diameter maksimum 11,1 mm dengan kapasitas 1250 dan 500
tablet/menit.

Mesin cetak table listrik


 Max.Main Pressure (kn): 50
Max.Pressure Diameter(mm): 20
Max.Filling Depth(mm): 16
Max.Tablet Thickness(mm): 6
Kapasitas maksimum: 3800-4000 butir/jam
Motor (KW):  0.75 , 220 V
Outside size(mm): 700X380X695
 Diameter cetakan bawaan mesin : 7,8 mm
Berdasarkan gambar yang ada di atas, gambar tersebut merupakan Mesin
cetak tablet listrik dari Maksindo ini tersedia dalam tipe MKS – TBL55
dengan kualitas bagus. Mesin ini akan mencetak bahan obat menjadi tablet
dengan bentuk yang seragam dan berkualitas. Dengan maksimal tekanan
utamanya yaitu 50 kn sehingga menghasilkan cetakan obat tablet yang padat.
Maksimal diameter tekanannya yaitu 20 mm, dengan pengisiannya
menggunakan kedalam 16 mm. Anda bisa menghasilkan maksimal ketebalann
dengan ukuran 6 mm. Anda bisa menghasilkan butiran tablet obat dengan
jumlah besar karena pada mesin cetak tablet listrik ini kapasitas maksimalnya
yaitu 3.800 sampai 4.000 butir per jam. Dalam proses pengoperasian mesin
membutuhkan tenaga listrik dengan penggerak berupa motor dengan
kebutuhan dayanya yaitu 0.75 kw, dengan tegangan 220 V. Memiliki ukuran
minimalis dengan panjang 700 mm, lebar mesin 380 mm dan tinggi mesin
695 mm. Berat mesin ini yaitu 20 kg, memiliki diameter cetakan bawaan
mesin ini yaitu dengan ukuran 7,8 mm. Sebagai bahan referensi dan bahan
pertimbangan untuk Anda di bawah ini akan kami berikan informasi yang
berkaitan dengan keunggulan dan kelebihan yang dimiliki oleh mesin cetak
tablet listri. Adapun keunggulan yang dimiliki oleh mesin cetak tablet listrik
adalah sebagai berikut :
SOP
Alur dokumen dan produksi
Evaluasi / karakterisasi menyeluruh
a. Keseragaman ukuran
b. Keseragaman bobot
c.
X. Rancangan produk skala masal
Formula standar dibuat 500.000 kalinya
No. Bahan Jumlah (gram) Jumlah 500.000x (gram)
1 Delafloxacin 0.35 175.000
2 Crosspovidon 0.005 25.000
3 PVP 0.025 12.500
4 Mg stearat 0.015 7.500
5 Aerosil 0.005 2.500
6 Aspartam 0.005 2.500

Validasi alat dan proses

obyek validasi adalah :
1. Kualifikasi bahan baku
2. Kualifikasi bahan pengemas
3. Kualifikasi bangunan
4. Kualifikasi peralatan
5. Validasi metode analisis
6. Validasi proses
7. Validasi pembersihan
8. Pemeliharaan validasi
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu cara / tata / langkah 
– langkah
suatu tindakan / pengurusan suatu pekerjaan yang kegiatannya meliputi
perencanaan, pengorganisasian, melaksanakan, pengawasan sampai penila
ian dan
pemusnahan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan 
aturan
yang ada dan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi Prosedur Pengeloloaan Do
kumen
Standar Operasional Prosedur (SOP) harus ada dalam melaksanakan tugas 
yang
diberikan. Dokumen memiliki beberapa macam jenis yang berupa softcop
y dan
hardcopy dimana dokumen tersebut tidak bisa dikerjakan sembarangan tap
i harus
dikerjakan sesuai dengan aturan / cara / prosedur yang telah ditetapkan dal
am
suatu perusahaan. Pembuatan suatu dokumen juga harus menggunakan Sta
ndar
Operasional Prosedur (SOP) sehingga dokumen tersebut dapat digunakan 
dengan baik. 
Dokumentasi dan monitoring
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh
rangkaian kegiatan pembuatan obat.

XI. Pengemasan
Definisi pengemasan secara sederhana adalah sarana yag
membawa produk dari produsen ke tempat pelanggan atau pemakai
dalam keadaan yang memuaskan. Bahan kemasan harus memiliki
beberapa sifat komersial agar dapat difungsikan dengan baik, yang
antara lain : (1) Harus dapat mewadahi produk; (2) Harus dapat
melindungi produk; (3) Harus dapat menjual produk dan (4) Biaya-
biaya bahan pengemasan tersebut ditinjau secara kesluruhan adalah
wajar dan otomatis
Primer
Blister pack (Kemasan Blister)
Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang
sangat baik terhadap keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan
estetis yang menyenangkan dan efisien. Juga memberikan kemudahan
pemakaian, aman terhadap anak-anak dan tahan terhadap usaha
pemalsuan.
Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin
termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum)
lembaran plastic yang lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah
mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke berbagai
pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang terjadi
sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup

Alat Pengemas Blister


dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan
pemanasan. Bahan untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat
dari jenis yang bisa didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Untuk
jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk bagian belakangnya
biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat disegel panas.
Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister untuk memperoleh
segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun
untuk perlindungan pemalsuan (Lachman, 1994).

Sekunder
kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng,
kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.
Jenis bahan

Parameter pengujian bahan pengemas


Uji Kupas pada Kemasan Kupas dan Blister
Kit uji kupas dirancang untuk menguji lapisan kemasan yang disegel
dengan membuka tutupnya atau menyegel material dari kemasan yang
stabil secara ukuran atau kaku. Alat ini memiliki unit penjepit variabel
untuk memperbaiki kemasan blister. Selama pengujian, hingga 90%
dari tutupnya dikupas.

Menguji lapisan yang disegel dari kemasan yang dapat dibuka dengan
membuka tutupnya atau menyegel material dari kemasan yang stabil
secara ukuran atau kemasan kaku (misalnya, kemasan blister tunggal
untuk lensa kontak). Kekuatan tarik ikatan rekat antara film dan blister
plastik diukur. Perlengkapan uji dilengkapi dengan perangkat penahan
untuk menahan film pada posisinya. Penjepit pegas digunakan untuk
melepas bahan penyegelan, di mana hingga 90% tutupnya dikupas.
Pengujian Kekuatan Segel
Uji tarik dilakukan pada strip selebar 15 mm dengan sudut kupas 90°.
Segel ini harus menunjukkan kekakuan tertentu, tergantung pada jenis
bahan kemasan yang digunakan

Uji Lebih Lanjut


Uji kupas pada tutup atau bahan penyegel
Uji tear growth pada film plastik
Kekuatan segel
Uji kupas 90o / 180o
Uji tack loop untuk menguji kekuatan perekat pita perekat
Uji Dorong Keluar pada Kemasan Blister
Perlengkapan uji ini menguji kekuatan dorong keluar dari isi blister
seperti tablet dan produk medis lainnya. Sisa push-out keluar dari
paket melalui saluran ejeksi di pelat kompresi. Penunjuk laser
menerangi posisi die di atas spesimen sebelum uji push-out,
memfasilitasi penyelarasan spesimen. Cetakan laser pointer bulat juga
dapat digunakan untuk memposisikan spesimen dari tes push-out
lainnya. Perlengkapan ini dirancang untuk gaya kompresi maksimum
30 N

Kit Uji Kompresi untuk Pengujian Tablet


Perlengkapan uji terdiri dari genggaman spesimen atas dan bawah
yang identik. Tablet ditempatkan pada permukaan uji dan dipegang
oleh lembar penjepit pegas kompresi lateral. Kit uji kompresi tersedia
dalam dua versi untuk maksimum 100N dan 2,5 kN (untuk tablet
dilapisi enterik).

https://www.zwickroell.com/id-id/medical/packaging/peel-blister-
packaging
XII. Referensi

DAFTAR PUSTAKA

1. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Delafloxacin#section=N
CBI-LinkOut (diakses 2 maret 2020)
2. https://www.researchgate.net/publication/324131159_Delafloxacin_Pl
ace_in_Therapy_and_Review_of_Microbiologic_Clinical_and_Pharm
acologic_Properties(diakses 1 maret 2020)
3. https://www.drugbank.ca/drugs/DB11943 (diakses 1 maret 2020)
4. Food and Drug Administration. FDA approves Baxdela to treat acute
bacterial skin and skin structure infections (ABSSSI). June 17, 2017.
Available at: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/nda/
2017/ 208610Orig1s000,208611Orig1s000Approv.pdf. (diakses 1
maret 2020).
5. Candel FJ, Penuelas M. Delafloxacin : design, development and
potential place in therapy. Drug Des Devel Ther 2017;11:881–891.
6. Hoover R, Hunt T, Benedict M, et al. Safety, tolerability, and
pharmacokinetic properties of intravenous delafloxacin after single and
multiple doses in healthy volunteers. Clin Ther 2016;38(1):53–65.
Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan,
Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera

Anda mungkin juga menyukai