DELAFLOXACIN
DELAFLOXACIN
DELAFLOXACIN
A. Pengertian
Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya sebelum dan formulasi yang
artinya perumusan atau penyusunan. dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan
sebagai langkah awal yang dilakukan ketika akan membuat formula suatu obat.
Rancangan dari suatu bentuk sediaan obat yang tepat memerlukan pertimbangan
karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan obat dan bahan-bahan
farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk obat. Obat dan bahan-bahan
farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu sama lainnya untuk
menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan
aman. Produk harus dibuat di bawah pengontrolan agar memiliki kualitas yang baik
dan dikemas dalam wadah yang membantu stabilitas obat. Dalam hubungan dengan
masalah memformulasi suatu zat obat menjadi suatu bentuk sediaan yang tepat, maka
sebagai tahap awal dari tiap formulasi yang baru adalah berupa pengkajian untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang karakteristik fisikokimia zat
obat yang dibuat menjadi bentuk sediaan farmasi tersebut. Pengkajian dasar ini
dirangkum dalam suatu penelitian yang disebut dengan preformulasi yang dibutuhkan
sebelum formulasi produk yang sebenarnya dimulai. Preformulasi dimulai bila suatu
obat yang baru menunjukkan jaminan farmakologis yang cukup dalam model-model
hewan untuk menjamin penilaian pada manusia. Praformulasi sangat penting
dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi karena meliputi penelitian
farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses pengembangan formulasi.
B. Tujuan Preformulasi
8. Khasiat obat.
Bahan obat aktif : 1% - 10% Bahan tambahan obat : 90% - 99% terdiri
dari :Pembawa/pelarut, pensuspensi, perasa, pengawet.
5. Formula injeksi
Bahan obat aktif : 1% - 20% Bahan tambahan obat : 80% - 99% terdiri dari :
Pembawa, pengisotoni, pengawet.
Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat untuk
mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat harus melalui
bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-senyawa dalam cairan
luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia dan fisika berperan dalam
proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada waktu tertentu
mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.
Sifat-sifat Fisika-Kimia dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang harus
diketahui sebelum formulasi obat adalah :
a. Rasa, bau dan warna zat. Rasa, bau dan warna zat harus diketahui agar bisa
menentukan bahan tambahan obat seperti : corrigens saporis, corrigens odoris,
dan corrigens coloris yang dibutuhkan.
b. Kelarutan. Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan
dalam air. Bahan obat yang mudah larut dalam air akan lebih mudah diabsorpsi
sehingga akan lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat aktif
yang mudah larut dan stabil dalam air, lebih baik bila dibuat dalam bentuk
cair. Bahan obat yang relatif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang
sempurna.
c. Ukuran partikel. Ukuran partikel berpengaruh pada :
Laju disolusi bahan obat ( kecepatan melarutnya obat ).
- Makin kecil ukuran partikel bahan obat makin mudah larut sehingga makin
mudah diabsorpsi. Keseragaman isi.
- Makin homogen ukuran partikel maka makin terjamin keseragaman dosisnya.
Laju pengendapan.
- Makin besar ukuran partikel akan makin mudah mengendap. Pada sediaan
suspensi bisa menyebabkan terjadinya caking. Penambahan bahan
pensuspensi akan menghambat laju pengendapan sehingga akan mencegah
terbentuknya caking / endapan yang keras.
d. Kestabilan bahan obat Reaksi-reaksi kimia yang mempengaruhi kestabilan bahan
obat :
1) Hidrolisa
Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu zat oleh air. Contoh bahan obat
yang mudah mengalami hidrolisa adalah Aspirin dan obat-obat golongan
Antibiotika ( misal : Ampisilin, Amoksisilin, Tetrasiklin, dll ).
Terhidrolisanya Aspirin ditandai dengan timbulnya bau Asam Asetat / cuka.
Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam bentuk padat ( tablet,
kapsul, serbuk ), karena dalam suasana lembab atau berair bahan obat tersebut
akan terurai sehingga tidak efektif lagi sebagai obat bahkan mungkin bisa
membentuk senyawa yang bersifat racun ( toksik ).
Untuk bahan obat yang mudah terhidrolisa tersebut bila tetap hendak dibuat
bentuk cair sebaiknya dipilihkan pelarut non air, misal : Etanol,
Propilenglikol, Gliserin atau dibuat sediaan sirup kering / dry syrup.
( Keterangan : Sirup kering yaitu sirup berisi serbuk obat, yang ketika akan
digunakan harus ditambahkan pelarut air suling atau air matang dalam jumlah
tertentu. Sirup kering ini setelah dilarutkan tidak boleh digunakan lagi setelah
7 hari, karena bahan obat sudah mengalami hidrolisa ).
2) Oksidasi
Terjadinya reaksi oksidasi ditandai dengan berubahnya warna, bau bahan
obat, atau terbentuknya endapan.
Untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi perlu ditambahkan bahan
antioksidan.
Sifat fisika-kimia tersebut dapat dilihat pada beberapa sumber yang memuat
monografi / uraian tentang persyaratan kemurnian zat, sifat fisika-kimia zat, cara
identifikasi serta ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan obat,diantaranya
adalah buku : - Farmakope Indonesia. - Martindale - Ekstra Farmakope
Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis
obat karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan metode
yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu sediaan yang
efektif, stabil, dan aman.
Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja yang
dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus menunjang
orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.
1. Sifat Fisika
a) Uraian Fisik
Uraian fisik dari suatu obat sebelum pengembangan bentuk sediaan penting
untuk dipahami, kebanyakan zat obat yang digunakan sekarang adalah bahan
padat. Kebanyakan obat tersebut merupakan senyawa kimia murni yang
berbentuk amorf atau kristal. Obat cairan digunakan dalam jumlah yang lebih
kecil, gas bahkan lebih jarang lagi.
b) Pengujian Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dari zat murni (bahan obat) merupakan suatu tahap
penting dalam kerja (penelitian) praformulasi. Ia memberikan indikasi (petunjuk
ukuran partikel dari zat murni seperti juga struktur kristal. Fotomikrograf dari
lot-lot batch awal dan berikutnya dari zat murni dapat memberikan informasi
penting jika masalah timbul dalam pemrosesan formulasi, diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam karakteristik partikel atau Kristal dari obat tersebut.
c) Ukuran Partikel
Sifat-sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi,
rasa, tekstur, warna dan kestabilan. Tambahan pula, sifat-sifat seperti karateristik
aliran dan laju sedimentasi juga merupakan factor-faktor penting yang
berhubungan dengan ukuran partikel. Ukuran partikel dari zat murni dapat
mempengaruhi formulasi dan kemanjuran produk. Khususnya efek ukuran
partikel terhadap absorpsi obat. Keseragaman isi dalam bentuk sediaan padat
sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada seluruh
formulasi yang sama.
d) Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi
Untuk memproduksi suatu respon biologis molekul obat pertama-tama harus
menyeberangi sutau membrane biologis yang bertindak sebagai pembatas lemak.
Kebanyakan obat yang larut lemak akan menyeberang dengan proses difusi pasif
sedangakn yang tidak larut lemak akan menyeberangi pembatas lemak dengan
transport aktif. Karena hal ini maka perlu mengetahui koefisien partisi dari suatu
obat. Khusus untuk obat yang bersifat larut air maka perlu pula diketahui
konstanta disosiasi agar diketahui bentuknya molekul atau ion. Bentuk molekul
lebih muda terabsorpsi daripada bentuk ion.
e) Polimerfisme
Suatu formulasi yang penting adalah bentuk kristal atau bentuk amorf dari zat
obat tersebut. Bentuk-bentuk polimorfisme biasanya menunjukkan sifat fisika
kimia yang berbeda termasuk titik leleh dan kelarutan. Bentuk polimorfisme
ditunjukkan oleh paling sedikit sepertiga dari semua senyawa-senyawa organik.
f) Kelarutan
Suatu sifat kimia fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus memiliki kelarutan dalam air
agar manjur dalam terapi. Agar suatu obat masuk kedalam sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tema harus berada dalam bentuk
larutan. Senyawa-senyawa yang relative tidak larut seringkali menunjukkan
absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
g) Disolusi
Perbedaan aktivitas biologis dari suatu zat obat mungkin diakibatkan oleh laju
disolusi. Laju disolusi adalah waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut
dalam cairan pada tempat absorpsi. Untuk obat yang diberikan secara oral dalam
bentuk padatan, laju disolusi adalah tahap yang menentukan laju absorpsi.
Akibatnya laju disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas dan lama respon
serta bioavailabilitas.
h) Kestabilan
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam praformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dari zat obat murni. Pengkajian awal dimulai dengan
menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya
pengotoran akan menyebabkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut.
2. Sifat Kimia
Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin. Studi stabilitas
preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa kondisi
penanganan: formulasi, penyimpanan, dan pemberian in vivo.
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam
media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu pelarut polar,
seperrti air, dan pelarut nonpolar seperti lemak. Sifat hidrofilik atau lipofobik
berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedangkan sifat lipofilik atau hidrofobik
berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus-gugus yang dapat meningkatkan
kelarutan molekul dalam air disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar),
sedangkan gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak
disebut gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpolar)
Pengkajian praformulasi yang dihubungkan dengan fase praformulasi termasuk
kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan dan kestabilan
dengan adanya bahan penambah.
Penyelidikan awal dimulai dengan pengetahuan tentang struktur kimia obat
yang mengizikan mengantisipasi reaksi degradasi yang mungkin terjadi.
Ketidak stabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena
obat-obat yang digunakan sekarang adalah dari konstituen kimia yang beraneka
ragam. Secara kimia, zat obat adalah alcohol, fenol, aldehid, keton, ester-ester, asam-
asam, garam-garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain. Masing-masing dengan gugus
kimia relative yang mempunyai kecenderungan berbeda terhadap ketidak stabilan
kimia. Secara kimia proses kerusakan yang paling sering meliputi hidrolisis dan
oksidasi.
Delafloxacin
Delafloxacin merupakan antibiotik florokuinolon baru yang ditujukan untuk
infeksi bakteri akut pada kulit.
Bakteri gram positif : Staphylococcus aureus, Staphylococcus haemolyticus,
Staphylococcus lugdunensis, Streptococcus agalactiae, Streptococcus anginosus
group, Streptococcus pyogenes, and Enterococcus faecalis
Bakteri gram negatif : Escherichia coli, Enterobacter cloacae, Klebsiella
pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa.
I. Zat aktif
Delafloxacin
II. Dosis yang digunakan
350 mg untuk zat aktif,
450 mg (ZA + eksipien)
III. Rute pemberian
Oral
IV. Formula
No. Bahan
1 Delafloxacin
2 Crosspovidon
3 PVP
4 Mg stearat
5 Aerosil
6 Aspartam
V. Deskripsi bahan
No. Bahan Kegunaan
1 Delafloxacin Zat aktif
2 Crosspovidon Superdesintegran
3 PVP Membantu pelepasasn zat aktif
4 Mg stearat Lubrikan
5 Aerosil Pelincir
6 Aspartam Pemanis
Evaluasi / karakterisasi
Uji sifat alir
a) Uji sifat alir
b) Uji daya serap massa
Pemeriksaaan sifat fisik odt
a) Uji keseragaman bobot tablet
b) Uji keseragaman kandungan tablet
c) Uji kerapuhan
d) Uji waktu disentrigasi tablet
e) Uji waktu pembahasan tablet
f) Uji rasio absorpsi air
g) Uji disolusi
Kapasitas alat
Mesin cetak Kapasitas
Mesin cetak tangan 3000 tab/jam
Mesin cetak table listrik 4000 tab/jam
Single punch 5100 tab/jam
Rotary 48.000 tab/jam
Rotary ganda 30.000 dan 75.000 tab/jam
obyek validasi adalah :
1. Kualifikasi bahan baku
2. Kualifikasi bahan pengemas
3. Kualifikasi bangunan
4. Kualifikasi peralatan
5. Validasi metode analisis
6. Validasi proses
7. Validasi pembersihan
8. Pemeliharaan validasi
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu cara / tata / langkah
– langkah
suatu tindakan / pengurusan suatu pekerjaan yang kegiatannya meliputi
perencanaan, pengorganisasian, melaksanakan, pengawasan sampai penila
ian dan
pemusnahan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan
aturan
yang ada dan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi Prosedur Pengeloloaan Do
kumen
Standar Operasional Prosedur (SOP) harus ada dalam melaksanakan tugas
yang
diberikan. Dokumen memiliki beberapa macam jenis yang berupa softcop
y dan
hardcopy dimana dokumen tersebut tidak bisa dikerjakan sembarangan tap
i harus
dikerjakan sesuai dengan aturan / cara / prosedur yang telah ditetapkan dal
am
suatu perusahaan. Pembuatan suatu dokumen juga harus menggunakan Sta
ndar
Operasional Prosedur (SOP) sehingga dokumen tersebut dapat digunakan
dengan baik.
Dokumentasi dan monitoring
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh
rangkaian kegiatan pembuatan obat.
XI. Pengemasan
Definisi pengemasan secara sederhana adalah sarana yag
membawa produk dari produsen ke tempat pelanggan atau pemakai
dalam keadaan yang memuaskan. Bahan kemasan harus memiliki
beberapa sifat komersial agar dapat difungsikan dengan baik, yang
antara lain : (1) Harus dapat mewadahi produk; (2) Harus dapat
melindungi produk; (3) Harus dapat menjual produk dan (4) Biaya-
biaya bahan pengemasan tersebut ditinjau secara kesluruhan adalah
wajar dan otomatis
Primer
Blister pack (Kemasan Blister)
Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang
sangat baik terhadap keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan
estetis yang menyenangkan dan efisien. Juga memberikan kemudahan
pemakaian, aman terhadap anak-anak dan tahan terhadap usaha
pemalsuan.
Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin
termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum)
lembaran plastic yang lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah
mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan berlanjut ke berbagai
pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang terjadi
sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup
Sekunder
kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng,
kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.
Jenis bahan
Menguji lapisan yang disegel dari kemasan yang dapat dibuka dengan
membuka tutupnya atau menyegel material dari kemasan yang stabil
secara ukuran atau kemasan kaku (misalnya, kemasan blister tunggal
untuk lensa kontak). Kekuatan tarik ikatan rekat antara film dan blister
plastik diukur. Perlengkapan uji dilengkapi dengan perangkat penahan
untuk menahan film pada posisinya. Penjepit pegas digunakan untuk
melepas bahan penyegelan, di mana hingga 90% tutupnya dikupas.
Pengujian Kekuatan Segel
Uji tarik dilakukan pada strip selebar 15 mm dengan sudut kupas 90°.
Segel ini harus menunjukkan kekakuan tertentu, tergantung pada jenis
bahan kemasan yang digunakan
https://www.zwickroell.com/id-id/medical/packaging/peel-blister-
packaging
XII. Referensi
DAFTAR PUSTAKA
1. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Delafloxacin#section=N
CBI-LinkOut (diakses 2 maret 2020)
2. https://www.researchgate.net/publication/324131159_Delafloxacin_Pl
ace_in_Therapy_and_Review_of_Microbiologic_Clinical_and_Pharm
acologic_Properties(diakses 1 maret 2020)
3. https://www.drugbank.ca/drugs/DB11943 (diakses 1 maret 2020)
4. Food and Drug Administration. FDA approves Baxdela to treat acute
bacterial skin and skin structure infections (ABSSSI). June 17, 2017.
Available at: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/nda/
2017/ 208610Orig1s000,208611Orig1s000Approv.pdf. (diakses 1
maret 2020).
5. Candel FJ, Penuelas M. Delafloxacin : design, development and
potential place in therapy. Drug Des Devel Ther 2017;11:881–891.
6. Hoover R, Hunt T, Benedict M, et al. Safety, tolerability, and
pharmacokinetic properties of intravenous delafloxacin after single and
multiple doses in healthy volunteers. Clin Ther 2016;38(1):53–65.
Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan,
Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera