Kelompok 1 - Modul 5
Kelompok 1 - Modul 5
Kelompok 1 - Modul 5
Kelompok 1
2. Area Puncak
Analisis kuantitatif menggunakan area atau tinggi puncak untuk
menentukan konsentrasi senyawa dalam sampel (Crawford
Scientific, 2018).
III. Prosedur
1. Pembuatan Fase Gerak
- Dibuat campuran aquabidest dan metanol dengan perbandingan 3 : 1.
2. Pembuatan Standar Paracetamol 100 ppm
- Ditimbang 10 mg standar Paracetamol dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml
- Ditambahkan fase gerak sebanyak ± 50 ml, dihomogenkan. Larutan
disonikasi hingga serbuk larut seluruhnya
- Diadd dengan fase gerak hingga tanda tera.
3. Pembuatan Kurva Baku Paracetamol
- Disiiapkan 5 labu ukur 10 ml kemudian mengisi masing-masing labu ukur
dengan variasi konsentrasi larutan baku Paracetamol 100 ppm
- Ke dalam labu ukur 1, ditambahkan 0,5 ml, ke dalam labu ukur 2
dimasukkan 0,75 ml, ke dalam labu ukur 3 dimasukkan 1 ml, ke dalam
labu ukur 4 dimasukkan 1.25 ml, dan ke dalam labu ukur 5 dimasukkan
1,5 ml
- Ke dalam setiap labu ditambahkan fase gerak hingga tanda tera dan
kemudian dihomogenkan
- Didapatkan 5 buah labu ukur 10 ml dengan masing masing konsentrasi
Paracetamol sebesar 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan 15 ppm
- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam vial dengan disaring terlebih
dahulu menggunakan Millipore
- Diukur area dibawah kurva untuk seluruh labu ukur dengan instrument
HPLC
4. Penetapan Kadar Sampel
- Ditimbang 20 tablet Paracetamol dan dihitung rata-ratanya bobotnya
- Ditimbang serbuk sampel tablet Paracetamol setara dengan 25 mg
Paracetamol, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
- Ke dalam labu ukur, ditambahkan fase gerak, dilakukan sonikasi, dan di
add hingga tanda batas
- Larutan disaring dan dipipet 1 ml ke dalam labu ukur 50 ml, di add dengan
fase gerak hingga tanda batas
- Larutan sampel dimasukkan ke dalam vial dengan disaring terlebih dahulu
menggunakan Millipore
- Diukur area dibawah kurva larutan dengan menggunakan instrument
HPLC.
Perhitungan
1. Standar Paracetamol 100 ppm
c. Konsentrasi 10 ppm
3. Penimbangan Sampel
Bobot
Tablet
(gram)
1 0.4519
2 0.4967
3 0.4833
4 0.4764
5 0.4298
6 0.4475
7 0.4399
Dalam 600 mg tablet, terkandung 375 mg
8 0.4709
Paracetamol, maka
9 0.4945
10 0.4294
11 0.4640
12 0.4954
Dalam 451,3 mg serbuk Tablet
13 0.4862
Paracetamol terdapat 289,915 mg
14 0.4817
Paracetamol, maka
15 0.4237
16 0.4437
17 0.4444
18 0.4460 Bobot serbuk Tablet Paracetamol yang
19 0.4852 ditimbang agar setara dengan 25 mg
20 0.4867 Paracetamol yaitu sebesar ± 40 mg.
Rata-rata 0.463865
4. Penetapan Kadar Paracetamol
Konsentrasi Standar
Rata-Rata Simplo Duplo
PCT (ppm)
5 3.81245 3.8962 3.7287
7.5 6.00845 5.5609 6.456
10 9.13805 8.3045 9.9716
12.5 12.45695 12.2944 12.6195
15 14.92655 14.6939 15.1592
6
4 Series1
2 Linear (Series1)
0
5 10 0 15 20
Konsentrasi Standar PCT
y = 1,147x – 2,202
Kadar 1
x = 15,2813 x 50
= 764,065 ppm (dalam 50 ml)
mg = ppm x L
= 764,065 x 0,05 = 38,20325 mg
% = 38,20325 / 40 mg x 100%
= 95,5081%
Kadar 2
x = 12,3387 x 50
= 616,935 ppm (dalam 50 ml)
mg = ppm x L
= 616,935 x 0,05 = 30,84675 mg
% = 30,84675 / 40 mg x 100%
= 77,1168%
V. Pembahasan
Praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar parasetamol menggunakan
metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography). HPLC memiliki
beberapa keuntungan dibanding kromatografi lainnya, yaitu pengukuran yang
relatif cepat, dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi untuk memisahkan
sampel. Prinsip dasar HPLC yaitu perbedaan kepolaran serta berdasarkan
distribusi komponen-komponen dalam sampel diantara fase gerak dan fase diam.
Pada pengujian kali ini menggunakan HPLC fase terbalik. HPLC fase terbalik
berhubungan dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan, yaitu fase diam
bersifat nonpolar dan fase gerak bersifat polar. Sedangkan HPLC fase normal
menggunakan fase diam bersifat polar dan fase gerak bersifat non polar.
Menggunakan HPLC fase terbalik dikarenakan sampel yang kita uji bersifat semi
polar yang cenderung ke arah non polar, sehingga sampel kita akan tertahan oleh
fase diam lebih lama. Apabila kita menggunakan HPLC fase normal ditakutkan
sampel yang kita uji akan terbawa terus oleh fase gerak yang bersifat polar dan
sampel akan dengan cepat terdeteksi oleh detektor. Fase gerak yang digunakan
pada kolom reverse phase HPLC adalah metanol-air yang memiliki drajat pro-
analisis. Sehingga, dalam penggunaannya pada metode HPLC harus disaring
terlebih dahulu dengan pompa vakum yang berisi membran filter untuk menyaring
pengotor-pengotor bahkan yang berukuran mikro dari fase gerak. Adanya
pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi.
Adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang
sempit, sehingga dapat menyebabkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung
tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007). Pemilihan metanol-air sebagai fase gerak
karena metanol-air merupakan pelarut universal yang dapat mengelusi senyawa-
senyawa yang bersifat polar, hal ini disebabkan karena struktur dari metanol
memiliki susunan unik dimana gugus OH dan metil berdeketan menjadikkan
metanol bersifat semipolar, sehingga bila dipakai sebagai fase gerak, metanol
mampu mengelusi senyawa baik yang polar maupun nonpolar. Selain itu metanol
memenuhi persyaratan sebagai fase gerak yaitu murni, tidak terdapat kontaminan
(karena metanol telah disaring sebelum digunakan), tidak bereaksi dengan wadah
(packing), dapat melarutkan sampel, memiliki visikositas rendah, tidak merusak
sampel. Air merupakan pelarut universal yang bersifat polar, reasonable price.
Sehingga dikombinasikan dengan metanol untuk dapat memperoleh hasil
pemisahan yang efisien.
Pada pembuatan fase gerak methanol : air, ph diatur sedemikian rupa. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terionisasinya sampel parasetamol. Apabila sampel
parasetamol terionisasi, maka ditakutkan akan mempengaruhi hasil kromatogram
dan memungkinkan terjadinya fronting maupun tailing pada kromatogram yang
dihasilkan. Terjadinya fronting atau tailing ini disebabkan karena molekul yang
terionisasi akan mempunyai kepolaran yang berbeda dari molekulnya, sehingga
sampel tidak terbawa secara merata dan akan menghasilkan peak yang tidak
lurus/ramping.
Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu optimasi sistem
HPLC. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi paling optimal untuk
memisahkan sampai didapatkan baseline dengan waktu seminimal mungkin agar
didapatkan hasil peak yang bagus. Dari hasil HPLC, didapatkan luas area peak,
waktu retensi dan tinggi dari peak. Dari data yang dihasilkan, dapat dihitung
kesesuaian sistem yang diantaranya adalah kesesuaian sistem resolusi, jumlah
lempeng, dan standar deviasi.
Nilai resolusi digunakan untuk melihat apakah puncak yang dihasilkan
dari sistem terpisah sempurna satu sama lain atau tidak. Parameter resolusi yang
baik adalah > 1,5. Faktor kapasitas berguna untuk melihat apakah sistem dapat
meretensi sampel dalam waktu yang tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu
lama. Nilai kapasitas yang baik ialah antara 2 - 10. Jumlah lempeng teoritis
menunjukkan efektivitas dari pemisahan. Nilai lempeng teoritis yang tinggi akan
menghasilkan puncak yang langsing dan tajam. Nilai lempeng teorits yang baik
adalah > 2000.
Dari hasil optimasi, dipilih sistem dengan perbandingan fase gerak air :
methanol sebesar 3 : 1, laju alir sebesar 1 ml/menit. Sistem ini dipilih karena
memiliki nilai parameter yang terbaik di antara sistem lainnya.
Selanjutnya dibuat terlebih dahulu kurva baku dari larutan baku
parasetamol. Selanjutnya membuat larutan baku paracetamol dengan cara
melarutkan 10 mg prasetamol dalam 100 ml fase gerak. Kemudian dibuat variasi
konsetrasi larutan baku sehingga didapat konsentrasi Paracetamol sebesar 5 ppm,
7,5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan 15 ppm. Kemudian dihitung luas area dibawah
kurva dari masing-masing konsetrasi dengan menggunakan instrument HPLC
yang selanjutnya untuk dibuat kurva baku, konsentrasi larutan sebagai sumbu-x
dan luas area dibawah kurva sebagai sumbu y. Sehingga didapatkan;
Regresi, r = 0,9957
Kurva baku yang dihasilkan pada 243 nm mempunyai nilai regresi sebesar
0,9957. Dari kurva baku ini dihasilkan persamaan garis yang nantinya digunakan
untuk mencari konsentrasi sampel.
Pada preparasi sampel, ditimbang 40 mg serbuk parasetamol dan
dilarutkan dengan 50 ml fase gerak lalu disonikasi. Tujuan dari sonikasi ini adalah
untuk menghilangkan gas-gas yang masih terkandung dalam sampel dan untuk
melebih homogenkan sampel parasetamol. Setelah sampel larut sempurna, larutan
disaring dan kemudian diencerkan ke 10 ppm. Diambil beberapa µl untuk
diinjeksikan ke HPLC. Sebelum diinjeksikan, sampel difiltrasi terlebih dahulu.
Dari kurva baku dan AUC sampel yang didapat, dihasilkan kadar
parasetamol sebesar 77,1168% dan 95,5081% pada panjang gelombang 243 nm.
VI. Kesimpulan
- Kadar Paracetamol yang didapat adalah 77,1168% dan 95,5081%.
DAFTAR PUSTAKA
Adeeniyo, C. E. 2013. Basic Calibration of UV/Vis Spectrophotometer.
International Journal of Science and Technology, 2(3) : 247-251
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Katzung, G Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Selpiana, Eka. 2016. Perbandingan Metode Penentuan Pb(II) di Sungai Kapuas
secara Spektrofotometri UV-Vis Cara Kalibrasi Terpisah dan Adisi
Standar. JKK, Vol. 5(1), 17-23
Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Lampiran