Kelompok 1 - Modul 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

ER LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI SEDIAAN

SOLID DAN KOSMETIKA

SEMESTER GENAP 2018 - 2019

ANALISIS BAHAN AKTIF PARACETAMOL DALAM


SEDIAAN SOLID DENGAN HPLC

Hari / Jam Praktikum : Senin / 07.00-10.00

Tanggal Praktikum : 14 & 21 Mei 2018

Kelompok 1

Asisten : Fadli Apriliandi


Meilia Suherman

FLORENCIA IRENA K 260110160122


RUSYDINA SABILA 260110160123
MARCELLINO 260110160124
EGA MEGAWATI 260110160125

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Tujuan
1. Menentukan kadar paracetamol dalam sediaan solid dengan
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC).

II. Prinsip dan Dasar Teori


II.I. Prinsip
1. Adsorpsi
Adsorpsi dapat diartikan sebagain kejadian dimana suatu bahan
dapat terjerap pada suatu permukaan padat atau cari dimana bahan
tersebut bisa berupa gas, padat, cair, dan molekul (Pudjaatmaka,
2002)

2. Area Puncak
Analisis kuantitatif menggunakan area atau tinggi puncak untuk
menentukan konsentrasi senyawa dalam sampel (Crawford
Scientific, 2018).

II.II. Dasar Teori


Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk
memisahkankomponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia.Salah
satu teknik kromatografi yangdimana fasa gerak dan fasa diamnya
menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). KCKT
atau HPLC merupakan salah satu teknik pemisahan campuran secara modern.
Teknik HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakanbaikuntuk keperluan pemisahan maupun analisis
kuantitatif.Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada
pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandinganarea
standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya
melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, teknik ini perlu
dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi (Wiji, dkk. 2010 : 17)
HPLC berbeda dari kromatografi kolom cair konvensional dalam hal
digunakannya bahan pengisi kolom yaitu berupa partikel yang sangat kecil
berukuran 3-5 µm sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi
hingga 20.000 kPa untuk mengalirkan fase gerak melalui kolom tersebut
(Underwood and Day, 2002).
Kegunaan umum HPLC adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik,maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian
(impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil);
penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan
pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir
sama;pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan
senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan
dalam skala proses industri. KCKTmerupakan metode yang tidakdestruktif
dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. (Ibnu
Gholib, dkk, 2012 : 378)
Terdapat variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk
HPLC namun secara umum fase gerak HPLC haruslah memenuhi beberapa
syarat yang diantaranya ialah : murni, tidak terdapat kontaminan, tidak
bereaksi dengan wadah, sesuai dengan detektor, dapat melarutkan sampel,
memiliki visikositas yang rendah, memudahkan sample recovery,
diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (Khopkar, 2008).
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu : 1)
Detektor Universal yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak secara
spesifik, dan bersifat selektif seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrofotometri massa; 2) Detektor Spesifik yaitu detektor yang hanya
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif. Contohnya detektor UV-Vis,
fluoresensi, dan elektrokimia (Franeta, et. al., 2002).
Kondisi optimum untuk pengukuran dicari dengan melakukan berbagai
parameter perbandingan fase gerak, laju alir, panjang gelombang, waktu
retensi, jumlah lempeng, faktor kapasitas, faktor selektivitas, koefisien variasi
dan kesimetrisan. Laju alir 0,5 mL merupakan kecepatan alir yang optimum,
walaupun kecepatan alir pada umumnya 1-2 mL/menit, tetapi dengan laju
aliran 0,5 mL/menit pengukuran dapat dilakukan dalam waktu cepat
(Damayanti, dkk, 2003).
Hasil pengujian akan dicetak dalam bentuk kromatogram yang terlihat
oleh detektor. Kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen
dalam campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis
kualitatif dapat dilakuakan dengan cara membandingkan waktu retensi (Tr)
analit/sampel dengan waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif
dapat dilakukan dengan didasarkan pada luas area peak atau tinggi peak
dengan metode standar kalibrasi (Hassan, 2006).
Kelebihan HPLC antara lain: mampu memisahkan molekul-molekul
dari suatu campuran, mudah melaksanakannya, kecepatan analisis dan
kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan
bahan yang dianalisis, resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam
detektor, kolom dapat digunakan kembali, mudah melakukan sample
recovery (Nasution, 2013).

III. Prosedur
1. Pembuatan Fase Gerak
- Dibuat campuran aquabidest dan metanol dengan perbandingan 3 : 1.
2. Pembuatan Standar Paracetamol 100 ppm
- Ditimbang 10 mg standar Paracetamol dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml
- Ditambahkan fase gerak sebanyak ± 50 ml, dihomogenkan. Larutan
disonikasi hingga serbuk larut seluruhnya
- Diadd dengan fase gerak hingga tanda tera.
3. Pembuatan Kurva Baku Paracetamol
- Disiiapkan 5 labu ukur 10 ml kemudian mengisi masing-masing labu ukur
dengan variasi konsentrasi larutan baku Paracetamol 100 ppm
- Ke dalam labu ukur 1, ditambahkan 0,5 ml, ke dalam labu ukur 2
dimasukkan 0,75 ml, ke dalam labu ukur 3 dimasukkan 1 ml, ke dalam
labu ukur 4 dimasukkan 1.25 ml, dan ke dalam labu ukur 5 dimasukkan
1,5 ml
- Ke dalam setiap labu ditambahkan fase gerak hingga tanda tera dan
kemudian dihomogenkan
- Didapatkan 5 buah labu ukur 10 ml dengan masing masing konsentrasi
Paracetamol sebesar 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan 15 ppm
- Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam vial dengan disaring terlebih
dahulu menggunakan Millipore
- Diukur area dibawah kurva untuk seluruh labu ukur dengan instrument
HPLC
4. Penetapan Kadar Sampel
- Ditimbang 20 tablet Paracetamol dan dihitung rata-ratanya bobotnya
- Ditimbang serbuk sampel tablet Paracetamol setara dengan 25 mg
Paracetamol, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
- Ke dalam labu ukur, ditambahkan fase gerak, dilakukan sonikasi, dan di
add hingga tanda batas
- Larutan disaring dan dipipet 1 ml ke dalam labu ukur 50 ml, di add dengan
fase gerak hingga tanda batas
- Larutan sampel dimasukkan ke dalam vial dengan disaring terlebih dahulu
menggunakan Millipore
- Diukur area dibawah kurva larutan dengan menggunakan instrument
HPLC.

IV. Hasil Pengamatan


No. Perlakuan Hasil
1. Pembuatan Fase Gerak
a. Membuat campuran Didapatkan fase gerak Aquabidest :
Aquabidest : Metanol dengan Metanol dengan perbandingan 3 : 1.
perbandingan 3 : 1
2. Pembuatan Standar Parasetamol
100 ppm
a. Ditimbang 10 mg standar Didapatkan serbuk standar
Paracetamol dan dimasukkan ke Paracetamol 10 mg
dalam labu ukur 100 ml.
b. Ditambahkan fase gerak Didapatkan.larutan standar
sebanyak ± 50 ml, Paracetamol 100 ppm sebayak 100
dihomogenkan. Larutan ml.
disonikasi hingga serbuk
larut seluruhnya. Diadd
dengan fase
gerak hingga tanda tera.
3. Pembuatan Kurva Baku
Paracetamol
a. Disiapkan 5 buah labu ukur Didapatkan 5 buah labu ukur 10
ml
10 ml
b. Masing-masing labu ukur diisi
Labu ukur 1 = 0,5 ml
dengan variasi konsentrasi
Labu ukur 2 = 0,75 ml
larutan baku Paracetamol
Labu ukur 3 = 1 ml
100 ppm. Ke dalam labu ukur
Labu ukur 4 = 1,25 ml
1, ditambahkan 0,5 ml, ke
Labu ukur 5 = 1,5 ml
dalam labu ukur 2
dimasukkan 0,75 ml, ke
dalam labu ukur 3
dimasukkan 1 ml, ke dalam
labu ukur 4 dimasukkan 1.25
ml, dank ke dalam labu ukur
5 dimasukkan 1,5 ml.
Didapatkan 5 buah labu ukur 10
c. Ke dalam setiap labu
ml dengan masing masing
ditambahkan fase gerak hingga
konsentrasi
tanda tera dan kemudian Paracetamol sebesar 5 ppm, 7,5
dihomogenkan. Didapatkan 5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan 15
buah labu ukur 10 ml dengan ppm
masing masing konsentrasi
Paracetamol sebesar 5 ppm,
7,5
ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan
15 ppm.
d. Masing-masing larutan Labu
Simplo Duplo
Ukur
dimasukkan ke dalam vial
1 3.8962 3.7287
dengan disaring terlebih 2 5.5609 6.456
3 8.3045 9.9716
dahulu menggunakan
4 12.2944 12.6195
Millipore. Diukur area dibawah 5 14.6939 15.1592
kurva untuk seluruh labu ukur
dengan instrument HPLC.
4. Penentuan Kadar Sampel Bobot rata-rata = 0,4385 gram
a. Ditimbang bobot 20 tablet
Paracetamol dan dihitung
bobot rata-rata per tablet.
Tablet digerus hingga halus.
b. Ditimbang serbuk sampel Ditimbang sampel Paracetamol
tablet Paracetamol setara sebanyak 40,5 gram
denga 25 mg Paracetamol,
dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 ml. Didapatkan larutan sampel berisi
c. Ke dalam labu ukur, 500 ppm Paracetamol
ditambahkan fase gerak,
dilakukan sonikasi, dan di
add hingga tanda tera. Didapatkan larutan sampel berisi 10
d. Larutan disaring dan dipipet
1 ml ke dalam labu ukur 50
ml, di
add dengan fase gerak ppm Paracetamol
hingga tanda tera.
e. Larutan sampel dimasukkan
ke dalam vial dengan Simplo = 8,5717
disaring terlebih dahulu Duplo = 6,7330
menggunakan Millipore.
Diukur area dibawah kurva
larutan dengan
menggunakan instrument HPLC.

Perhitungan
1. Standar Paracetamol 100 ppm

2. Pembuatan Kurva Baku Paracetamol


a. Konsentrasi 5 ppm

b. Konsentrasi 7,5 ppm

c. Konsentrasi 10 ppm

d. Konsentrasi 12,5 ppm


e. Konsentrasi 15 ppm

3. Penimbangan Sampel

Bobot
Tablet
(gram)
1 0.4519
2 0.4967
3 0.4833
4 0.4764
5 0.4298
6 0.4475
7 0.4399
Dalam 600 mg tablet, terkandung 375 mg
8 0.4709
Paracetamol, maka
9 0.4945
10 0.4294
11 0.4640
12 0.4954
Dalam 451,3 mg serbuk Tablet
13 0.4862
Paracetamol terdapat 289,915 mg
14 0.4817
Paracetamol, maka
15 0.4237
16 0.4437
17 0.4444
18 0.4460 Bobot serbuk Tablet Paracetamol yang
19 0.4852 ditimbang agar setara dengan 25 mg
20 0.4867 Paracetamol yaitu sebesar ± 40 mg.
Rata-rata 0.463865
4. Penetapan Kadar Paracetamol
Konsentrasi Standar
Rata-Rata Simplo Duplo
PCT (ppm)
5 3.81245 3.8962 3.7287
7.5 6.00845 5.5609 6.456
10 9.13805 8.3045 9.9716
12.5 12.45695 12.2944 12.6195
15 14.92655 14.6939 15.1592

Kurva Baku Standar PCT


16
14 y = 1,1471x - 2,2022
12 R² = 0,9957
10
8
Area

6
4 Series1
2 Linear (Series1)
0

5 10 0 15 20
Konsentrasi Standar PCT

y = 1,147x – 2,202

Kadar 1

x = 15,2813 x 50
= 764,065 ppm (dalam 50 ml)
mg = ppm x L
= 764,065 x 0,05 = 38,20325 mg
% = 38,20325 / 40 mg x 100%
= 95,5081%

Kadar 2

x = 12,3387 x 50
= 616,935 ppm (dalam 50 ml)
mg = ppm x L
= 616,935 x 0,05 = 30,84675 mg

% = 30,84675 / 40 mg x 100%
= 77,1168%

V. Pembahasan
Praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar parasetamol menggunakan
metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography). HPLC memiliki
beberapa keuntungan dibanding kromatografi lainnya, yaitu pengukuran yang
relatif cepat, dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi untuk memisahkan
sampel. Prinsip dasar HPLC yaitu perbedaan kepolaran serta berdasarkan
distribusi komponen-komponen dalam sampel diantara fase gerak dan fase diam.
Pada pengujian kali ini menggunakan HPLC fase terbalik. HPLC fase terbalik
berhubungan dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan, yaitu fase diam
bersifat nonpolar dan fase gerak bersifat polar. Sedangkan HPLC fase normal
menggunakan fase diam bersifat polar dan fase gerak bersifat non polar.
Menggunakan HPLC fase terbalik dikarenakan sampel yang kita uji bersifat semi
polar yang cenderung ke arah non polar, sehingga sampel kita akan tertahan oleh
fase diam lebih lama. Apabila kita menggunakan HPLC fase normal ditakutkan
sampel yang kita uji akan terbawa terus oleh fase gerak yang bersifat polar dan
sampel akan dengan cepat terdeteksi oleh detektor. Fase gerak yang digunakan
pada kolom reverse phase HPLC adalah metanol-air yang memiliki drajat pro-
analisis. Sehingga, dalam penggunaannya pada metode HPLC harus disaring
terlebih dahulu dengan pompa vakum yang berisi membran filter untuk menyaring
pengotor-pengotor bahkan yang berukuran mikro dari fase gerak. Adanya
pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi.
Adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang
sempit, sehingga dapat menyebabkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung
tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007). Pemilihan metanol-air sebagai fase gerak
karena metanol-air merupakan pelarut universal yang dapat mengelusi senyawa-
senyawa yang bersifat polar, hal ini disebabkan karena struktur dari metanol
memiliki susunan unik dimana gugus OH dan metil berdeketan menjadikkan
metanol bersifat semipolar, sehingga bila dipakai sebagai fase gerak, metanol
mampu mengelusi senyawa baik yang polar maupun nonpolar. Selain itu metanol
memenuhi persyaratan sebagai fase gerak yaitu murni, tidak terdapat kontaminan
(karena metanol telah disaring sebelum digunakan), tidak bereaksi dengan wadah
(packing), dapat melarutkan sampel, memiliki visikositas rendah, tidak merusak
sampel. Air merupakan pelarut universal yang bersifat polar, reasonable price.
Sehingga dikombinasikan dengan metanol untuk dapat memperoleh hasil
pemisahan yang efisien.
Pada pembuatan fase gerak methanol : air, ph diatur sedemikian rupa. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terionisasinya sampel parasetamol. Apabila sampel
parasetamol terionisasi, maka ditakutkan akan mempengaruhi hasil kromatogram
dan memungkinkan terjadinya fronting maupun tailing pada kromatogram yang
dihasilkan. Terjadinya fronting atau tailing ini disebabkan karena molekul yang
terionisasi akan mempunyai kepolaran yang berbeda dari molekulnya, sehingga
sampel tidak terbawa secara merata dan akan menghasilkan peak yang tidak
lurus/ramping.
Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu optimasi sistem
HPLC. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi paling optimal untuk
memisahkan sampai didapatkan baseline dengan waktu seminimal mungkin agar
didapatkan hasil peak yang bagus. Dari hasil HPLC, didapatkan luas area peak,
waktu retensi dan tinggi dari peak. Dari data yang dihasilkan, dapat dihitung
kesesuaian sistem yang diantaranya adalah kesesuaian sistem resolusi, jumlah
lempeng, dan standar deviasi.
Nilai resolusi digunakan untuk melihat apakah puncak yang dihasilkan
dari sistem terpisah sempurna satu sama lain atau tidak. Parameter resolusi yang
baik adalah > 1,5. Faktor kapasitas berguna untuk melihat apakah sistem dapat
meretensi sampel dalam waktu yang tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu
lama. Nilai kapasitas yang baik ialah antara 2 - 10. Jumlah lempeng teoritis
menunjukkan efektivitas dari pemisahan. Nilai lempeng teoritis yang tinggi akan
menghasilkan puncak yang langsing dan tajam. Nilai lempeng teorits yang baik
adalah > 2000.
Dari hasil optimasi, dipilih sistem dengan perbandingan fase gerak air :
methanol sebesar 3 : 1, laju alir sebesar 1 ml/menit. Sistem ini dipilih karena
memiliki nilai parameter yang terbaik di antara sistem lainnya.
Selanjutnya dibuat terlebih dahulu kurva baku dari larutan baku
parasetamol. Selanjutnya membuat larutan baku paracetamol dengan cara
melarutkan 10 mg prasetamol dalam 100 ml fase gerak. Kemudian dibuat variasi
konsetrasi larutan baku sehingga didapat konsentrasi Paracetamol sebesar 5 ppm,
7,5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, dan 15 ppm. Kemudian dihitung luas area dibawah
kurva dari masing-masing konsetrasi dengan menggunakan instrument HPLC
yang selanjutnya untuk dibuat kurva baku, konsentrasi larutan sebagai sumbu-x
dan luas area dibawah kurva sebagai sumbu y. Sehingga didapatkan;

Persamaan, y = 1,147 x – 2,202

Regresi, r = 0,9957
Kurva baku yang dihasilkan pada 243 nm mempunyai nilai regresi sebesar
0,9957. Dari kurva baku ini dihasilkan persamaan garis yang nantinya digunakan
untuk mencari konsentrasi sampel.
Pada preparasi sampel, ditimbang 40 mg serbuk parasetamol dan
dilarutkan dengan 50 ml fase gerak lalu disonikasi. Tujuan dari sonikasi ini adalah
untuk menghilangkan gas-gas yang masih terkandung dalam sampel dan untuk
melebih homogenkan sampel parasetamol. Setelah sampel larut sempurna, larutan
disaring dan kemudian diencerkan ke 10 ppm. Diambil beberapa µl untuk
diinjeksikan ke HPLC. Sebelum diinjeksikan, sampel difiltrasi terlebih dahulu.
Dari kurva baku dan AUC sampel yang didapat, dihasilkan kadar
parasetamol sebesar 77,1168% dan 95,5081% pada panjang gelombang 243 nm.

VI. Kesimpulan
- Kadar Paracetamol yang didapat adalah 77,1168% dan 95,5081%.

DAFTAR PUSTAKA
Adeeniyo, C. E. 2013. Basic Calibration of UV/Vis Spectrophotometer.
International Journal of Science and Technology, 2(3) : 247-251
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Katzung, G Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Selpiana, Eka. 2016. Perbandingan Metode Penentuan Pb(II) di Sungai Kapuas
secara Spektrofotometri UV-Vis Cara Kalibrasi Terpisah dan Adisi
Standar. JKK, Vol. 5(1), 17-23
Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai