Makalah Iman Kepada Allah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN I
“IMAN KEPADA ALLAH SWT”

OLEH

KELOMPOK 1:

MIKTAHUL HAIRIA ( 21802007 )

MUHAMMAD ALDIN ( 21802009 )

FARIS SHAFINDAR PUTRA ( 21802025 )

LA ODE MUH. RIZIN ( )

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS MUHAMMADIA

KENDARI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah…Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayahnya segala

pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,

rahmat, taufik, serta petunjuk-nya yang sungguh tiada berkira besarnya, sehingga penulisan dapat

diselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini,  Penulis tentu berharap isi makalah ini tidak meninggalkan

celah, berupa kekurangan dan kesalahan namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang

tidak di sadari oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mangharapkan agar

makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikuam Wr. Wb.

Kendari, 12 Desember 2018


DAFTAR ISI

 HALAMAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT

B. Fungsi Beriman Kepada Allah SWT

C. Sifat-Sifat Allah SWT

D. Contoh Prilaku Iman Kepada Allah SWT

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Iman secara bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara Istilah, iman kepada
adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Jadi, Iman kepada allah SWT adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan di dunia nyata.
Iman seseorang bisa dikatakan bagus dengan salah satunya beriman kepada Allah dari 3 aspek tadi.
Unsur iman merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Adapun dalil Naqli untuk menguatkan penjelasan diatas :

QS. Al-Baqarah 136

Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah
dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).

Makna iman menurut bahasa artinya membenarkan dengan hati atau percaya dengan sepenuh
hati tanpa ada sedikit pun keraguan didalamnya sehingga tercermin dalam pandangan hidup, sikap
dan, tingkah, laku. Secara istilah berarti mengucapkan dengan lisan membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota tubuh. Pada surat al hujarat ayat 5 allah swt pun mencirikan orang yang
beriman dengan benar sebagai berikut:

1. Beriman kepada allah swt (pernyataan dengan lisan)


2. Tidak ragu akan keimanannya yang didasari dengan ilmu (membenarkan dengan hati )
3. Melakukan jihad (berjuang) dijalan allah swt dengan harta benda dan jiwanya (mengerjakan dengan
anggota tubuh)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan iaman kepada Allah SWT?
2. Apa saja fungsi dan tujuan iman kepada Allah SWT?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian iman kepada Allah SWT!
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan iman kepada Allah SWT!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT

Iman kepada Allah. Pengertian Iman secara bahasa Arab adalah percaya, pengertian secara
Istilah, iman kepada adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan
dengan perbuatan.
Jadi, pengertian Iman Kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan di dunia nyata
Iman seseorang bisa dikatakan bagus dengan salah satunya beriman kepada Allah dari 3 aspek
tadi. Unsur iman merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Adapun dalil Naqli untuk menguatkan penjelasan diatas :

QS. Al-Baqarah 136

Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).

Beriman kepada Allah sebagai Khaliq merupakan rukun iman yang pertama.Pembuktian adanya Allah
SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya


2. Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )

Iman kepada allah swt. percaya dan yakin bahwa allah itu ada esa, kuasa, tidak ada satupun yang
menyerupai sifat-sifat kesempurnaannya. Atau dengan kata lain iman kepada allah adalah meyakini
adanya allah swt, yang esa tiada tuhan selain allah, allah maha pencipta, pengatur, pemelihara alam
semesta dengan segala isinya. Dan mempercayai pula kepada keesaan dan kesempurnaannya yang
jauh dari sifat kekurangan. Inilah iman secara ijmali

Sebagai umat manusia sebenarnya mudah untuk menjadi muslim yang baik, yang pertama usaha
mengenal allah, yang kedua usaha mendekati allah. Jika seorang muslim sudah berusaha mengenal
dan mendekati allah maka dia akan menjadi muslim yang baik

Ajaran islam tentang iman kepada keesaan allah mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Allah maha esa di dalam dzatnya


b. Allah maha esa di dalam sifatnya
c. Allah maha esa di dalam wujudnya
d. Allah maha esa di dalam perbuatannya
e. Allah maha esa di dalam hak menerima peribadatan dari makhluk
f. Allah maha esa di dalam member hokum

Untuk mengenal dan mendekati allah ada tiga pokok ajaran islam, pertama akidah, kedua syariah,
dan ketiga adalah akhlak, akidah adalah ajaran islam yang mengatur cara berkeyakinan yaitu
bagaimana orang islam seharusnya berkeyakinan. Syariah mengatur cara peribadatan yang baik yang
khas maupun yang umum. Adapun akhlak adalah bagian ajaran islam yang memberi tuntunan tentang
tingkah laku batiniah dan tingkah laku lahiriah.
Iman kepada allah swt menurut istilah percaya dengan sepenuh hati kepada allah swy dengan sifat
kesempurnaannya, baik yang wajib, mustahil dan jaiz. Kepercayaan kepada allah swt tersebut tidak
hanya terhujam dalam hati, akan tetapi harus diucapkan secara lisan dan diwujudkan dengan
perbuatan.

Nabi Muhammad saw bersabda:


“iman kepada allah adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
mengamalkan dengan anggota badan” HR Asy syairazi dari aisiyah

Berdasarkan hadits diatas dapat dipahami bahwa iman terdiri dari tiga unsure yang harus di penuhi
yaitu
a. Adanya pengakuan yang di ucapkan secara lisan
b. Adanya keyakinan yang dilakukan oleh hati
c. Adanya amalan yang dilakukan oleh anggota badan

Bukti adanya allah dapat kita ketahui dengan beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a. Dengan pikirannya dapat untuk merenungkan proses terjadinya manusia, alam semesta dan
seisinya
b. Dengan menggunakan dalil fitrah, yaitu manusia diciptakan oleh allah dengan fitrah bertuhan.
Fitrah ini muncul biasanya apabila manusia tertimpa musibah, secara spontan akan
mengadukan permasalahannya kepada tuhan

Dengan dalil naqli manusia dapat membukitkan adanya allah dalam al-quran dijelaskan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Bahwa allah tidak ada permulaan wujudnya dan tidak pula pada akhir dari wujudnya
(QS Al hadid:3)
b. Bahwa tidak ada seorang pun yang menyerupai allah (QS Asy-Syura :11)
c. Bahwa allah maha esa (QS Al ikhlas:1)
d. Bahwa allah mempunyai nama-nama dan sifat-sifat yang disebutkan untuk dirinya
(QS Al-Araf:18)

Kesempurnaan iman kepada allah swt ialah hati meyakini adanya allah swt. Kemudian mengucapkan
kalimat syahadat dan kemudian mengamalkan perintah-perintah allah. Manusia dapat mengenal dan
mengetahui allah swt dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:
a. Melalui mengetahui sifat-sifatnya
b. Mengetahui perbuatanya
c. Mengetahui nama-namanya

B. Fungsi Beriman Kepada Allah SWT

1. Menambah Keyakinan
Kita tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan membuat kita
masih hidup sampaisekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan bersyukur kepada Allah.
2. Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani perintah Allah
dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan selalu ingat kepada Allah.
3. Menentramkan Hati
Dalam surah Ar-Ra’ad ayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu mengingat
Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya.
4. Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat
Dalam Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menolong rasul-
rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-
saksi (hari kiamat)”
5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Manusia yang beriman kepada Allah hati mereka menjadi tentram, hidup pastinya akan lebih
bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah diselesaikan karena Allah akan
membantunya.

C. Sifat-Sifat Allah SWT

Sifat-sifat Allah ada 3 jenis, yaiti:


1. sifat wajib, yaitu sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT
2. sifat mustahil, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT
3. sifat jaiz, yaitu sifat serba mungkin bagi Allah sesui dengan kehendak-nya

Sifat Wajib Allah SWT :

1. Allah Swt Bersifat Wujud


Wuj–ud berarti ada. Lawannya adalah ‘adam , yang berarti tidak ada. Untuk membuktikan adanya
Allah, antara lain bisa kita lakukan dengan memerhatikan alam yang ada di sekitar kita. Semua benda,
manusia, binatang, langit, bumi, dan segala isinya tentu ada yang menciptakan. Mustahil benda-benda
itu muncul dengan sendirinya. Firman Allah:

Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani,
tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu
di muka bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan
mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pergantian malam dan siang.Tidakkah kamu
mengerti? (Q.S. al-Mu’min- un [23]: 78–80)

Allah itu ada dengan Zat-Nya sendiri, mustahil bagi Allah jika Allah tidak ada. Meskipun tidak
kelihatan, Allah ada untuk selama-lamanya. Allah merupakan zat gaib yang tidak dapat kita lihat
dengan alat indra. Sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Contoh, nyawa. Setiap orang
termasuk kamu pasti yakin bahwa nyawa itu ada, walaupun belum pernah melihat bentuknya dan
merabanya.Begitu juga dengan udara. Semua itu ada dan pengaruhnya juga dapat dirasakan

2. Allah Swt Bersifat Qidam ( Terdahulu )


Qid–am artinya dahulu. Lawannya adalah hudus  artinya baru. Allah tidak berpermulaan. Sesuatu
yang memiliki permulaan, yaitu dari tidak ada menjadi ada, berarti baru. Sesuatu yang baru berarti
makhluk. Sedangkan Allah bukan makhluk, melainkan Kh-aliq (Pencipta).
Firman Allah:

Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]: 3)
Dahulunya Allah tidak seperti dahulunya makhluk. Dahulunya makhluk itu ada permulaannya, yaitu
didahului oleh keadaan tidak ada, lalu menjadi ada. Sedangkan Allah, tidak didahului oleh tidak ada
lalu menjadi ada, tetapi sejak dahulu sudah ada dan tanpa permulaan. Oleh karena itu, manusia tidak
akan mampu memikirkan kira-kira kapan Allah itu mulai ada. Sebab, Allah itu ada sebelum waktu itu
sendiri ada.
3. Allah Swt Bersifat Baqa ( Kekal )
Baqa – ‘ artinya kekal, abadi, dan langgeng selamanya. Lawannya adalah fana.  artinya rusak, binasa,
dan ada batas akhirnya. Semua ciptaan Allah mempunyai kelemahan, perubahan, perkembangan, dan
akhirnya musnah tidak ada lagi. Sifat-sifat makhluk tersebut tidak kekal. Sedangkan Allah yang
menciptakan makhluk akan tetap ada selama-lamanya, sekalipun semua makhluk telah hancur binasa.
Inilah makna dari sifat wajib bagi Allah, yaitu baqa-’. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-
Nya:
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an [55]: 26–27)

4. Allah Swt Bersifat Mukhalafatul Lil Hawadisi ( Berbeda Dengan Makhluk Nya )
Allah memiliki sifat wajib mukha–lafatu lil-hawadisi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru
(makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil
bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik
zat, sifat, perbuatan, ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-
Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang dibuatnya.
Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.

5. Allah Swt Bersifat Qiyamuhu Binasihi / Berdiri Sendiri,


Allah memiliki sifat wajib mukha–lafatu lil-hawa disi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru
(makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil
bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik
zat, sifat,perbuatan, ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-
Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang dibuatnya.
Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.

“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus makhluk-Nya”         ( Q.S. Ali Imran ayat 2 )

6. Allah Swt Bersifat Wahdaniyah ( Esa )


Allah bersifat wa.hd–aniyyah, artinya bahwa Allah Maha Esa, tidak ada sekutu-Nya. Sifat
mustahilnya adalah ta‘addud ( ), yang berarti berbilang atau lebih dari satu. Keesaan Allah itu mutlak,
artinya Allah Esa dalam sifat dan perbuatan.Esa zat-Nya artinya tidak karena hasil penjumlahan,
perkalian, atau segala perhitungan dari macam-macam unsur. Esa sifat-Nya berarti bahwa sifat-sifat
kesempurnaan bagi Allah tidak dapat dipersamakan dengan sifat-sifat yang ada pada Esa perbuatan-
Nya, berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mengatur, menguasai, memelihara alam beserta
isinya, dan dalam perbuatannya tersebut tidak dicampuri oleh siapa pun juga. Tentang keesaan Allah
ini antara lain tertera dalam Al-Qur’an:

“ Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,  Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.”                                                       ( Q.S. Al Ikhlas ayat 1 – 4)

7. Allah Swt Bersifat Qudrat ( Kuasa )


Allah bersifat qudrat, artinya Mahakuasa atau yang memiliki kekuasaan.Kekuasaan Allah itu
mahasempurna, tidak terbatas, dan mutlak. Bahkan,kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki makhluk,
sesungguhnya adalah anugerah Allah. Jika Allah menghendaki kekuasaan yang ada pada makhluk
tersebut dicabut, maka saat itu juga akan hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat mencegah atau
menghalangi kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: ”. . . . Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah


[2]: 20).

Lawan dari sifat qudrat atau sifat mustahilnya adalah ‘ajzun ( ), yang artinya lemah. Allah
Mahakuasa dan tidak mungkin lemah. Jika Allah lemah,tentu tidak akan mampu menciptakan langit
dan bumi beserta isinya yang begitulengkap dan sulit. Jika Allah tidakMaha kuasa, bagaimana
mungkin dapatmenciptakan manusia hanya dari setetes air? Bagaimana mungkin
menciptakanberbagai jenis buah-buahan yang segar-segar, dan sebagainya?

8. Allah Swt Bersifat Iradat ( Berkehendak )


Allah bersifat ir-adat artinya mempunyai kehendak dan dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-
Nya. Sifat mustahilnya adalah karahah, yang berarti terpaksa. Mustahil bagi Allah merasa terpaksa
dalam melaksanakan semua kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak, Dia pasti berbuat atas
kehendak sendiri tanpa ada kekuatan lain yang mampu memaksa-Nya. Manusia juga mempunyai
kehendak. Tetapi, untuk mencapai kehendak tersebut manusia sering dipengaruhi, dibantu, bahkan
ditentukan oleh pihak pihak lain. Yang pasti, kehendak dan keinginan manusia berada di bawah
kendali kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan apa yang terjadi atas diri manusia. Jika Allah
menghendaki sesuatu atas makhluk-Nya, maka pasti akan terjadi.

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya:


“Jadilah!” Maka terjadilah ia.                              ( Q.S. Yasin ayat 82 )

9. Allah Swt Bersifat Ilmu ( Mengetahui )


Allah bersifat ‘ilmu, artinya Allah wajib bersifat pandai atau mengetahui.Pengetahuan dan kepandaian
Allah tidak terbatas. Allah mengetahui segalanya, kecil besar, jauh dekat, tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu. Sifat mustahilnya adalah jahlun ( ), artinya mustahil Allah bersifat bodoh. Jika Allah
bersifat bodoh, tentu tidak akan mampu menciptakan keteraturan alam. Allah yang menciptakan
sesuatu, Dia pulalah yang mengatur dan mengetahuinya.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Hujurat ayat 18 )

10. Allah Swt Bersifat Hayat ( Hidup )


Allah bersifat .hay-at, artinya hidup. Hidup Allah tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Dia
tidak pernah mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Itulah bedanya dengan hidupnya
manusia. Allah hidup dengan sendirinya, tanpa ada yang menghidupkan. Sedangkan manusia
dihidupkan oleh Allahdengan memberikannya nyawa. Sifat mustahil atau lawan dari sifat .hayat
adalah maut , yang berarti mati. Apabila Allah mati, maka langit, bumi, bintang-bintang, serta yang
lain pasti akan mengalami kekacauan, saling bertabrakan dan sebagainya, sebab pengaturnya telah
tiada. Allah tidak pernah mati, Dia hidup selama-selamanya.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Q.S. Al Baqarah ayat 255 )

11. Allah Swt Bersifat Sama ( Mendengar )


Allah wajib bersifat sama‘ artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun, artinya tuli.
Pendengaran Allah itu sempurna dan tidak terbatas.Allah dapat mendengar semua jenis suara, baik
yang gaib maupun terang, baik yang dekat maupun jauh. Bahkan Allah dapat mendengar bisikan hati
manusia.
dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maidah : 76)
Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran manusia. Manusia mendengar dengan
menggunakan alat, yaitu telinga yang diberikan Allah. Tidak semua suara dapat didengar oleh
manusia. Sedangkan Allah mendengar dengan pendengaran-Nya yang sempurna. Jika seluruh
manusia yang ada di bumi secara bersamaan memohon kepada Allah, maka semua permohonan
tersebut pasti didengar-Nya, walaupun permohonan itu hanya dengan bisikan batin.

12. Allah Swt Bersifat Basar


Allah bersifat ba.sar, artinya Maha Melihat. Sifat mustahilnya yaitu ‘umyun , yang berarti buta. Allah
telah menciptakan makhluk-Nya dapat melihat. Maka pastilah Dia sendiri mempunyai sifat Maha
Melihat. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari penglihatan Allah. Oleh karena itu,
manusia harus berhati-hati dalam berbuat. Allah berfirman:

..” Sesungguhnya dia Maha melihat segala sesuatu “ ( Q.S. Al Mulk ayat 19 )

13. Allah Swt Bersifat Kalam


Allah bersifat kal-am, artinya Allah mampu berfirman atau berbicara. Sifat mustahilnya
adalah bukmun, artinya bisu. Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka dapat mengolah dan
memakmurkannya. Untuk kepentingan ini, Allah telah menurunkan petunjuk dan pedoman bagi
manusia berupa wahyu seperti Al-Qur’an serta kitab-kitab lainnya.Inilah bukti bahwa Allah memiliki
sifat kal-am (berbicara).
Berbicaranya Allah tentu tidak sama dengan cara berbicaranya manusia. Bagaimana Allah berbicara?
Hal itu berada di luar jangkauan kemampuan akal manusia. Yang jelas, sebagai orang mukmin kita
wajib meyakini kebenaran sifat Allah tersebut

.. Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung  ( Q.S. An Nisa : 164 )

D. Contoh Prilaku Iman Kepada Allah SWT

Ada banyak sekali contoh perilaku iman kepada Allah yang bisa kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
1. Mendirikan Sholat
2. Menafkahkan sebagian rezeki
3. Beriman Kepada Kita Allah
4. Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
5. Selalu berbuat kebajikan
6. Mampu menahan amarah
7. Mampu memaafkan kesalahan orang lain
8. Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
9. Berhenti dari perbatan keji dan tidak mengulanginya lagi
10. Mempercayai dengan benar rukum iman
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Iman kepada allah swt. Artinya kita percaya dan yakin bahwa allah itu ada esa, kuasa, tidak
ada satupun yang menyerupai sifat-sifat kesempurnaannya. Atau dengan kata lain iman
kepada allah adalah meyakini adanya allah swt, yang esa tiada tuhan selain allah, allah maha
pencipta, pengatur, pemelihara alam semesta dengan segala isinya. Dan mempercayai pula
kepada keesaan dan kesempurnaannya yang jauh dari sifat kekurangan. Inilah iman secara
ijmali

Sebagai umat manusia sebenarnya mudah untuk menjadi muslim yang baik, yang pertama
usaha mengenal allah, yang kedua usaha mendekati allah. Jika seorang muslim sudah
berusaha mengenal dan mendekati allah maka dia akan menjadi muslim yang baik.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali-Imran ayat 2:3

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang maha hidup, yang terus menerus mengurus
(makhluk-nya)”

Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahum ayat 10:14

Artinya:”Rasul-rasul mereka berkata, Apakah ada keraguan terhadap Allah, pencipta langin
dan bumi? Dia menyuruh kamu (untuk beriman) agar dia mengampuni sebagian dosa-dosamu
dan menagguhkan (siksaan)mu sampai waktu yang di tentukan ? merka berkata, kamu
hayalah manusia seperti kami juga. kamu ingin menghalangi kai (meyembah) apa yang dari
dahulu di sembah nenek moyang kami, karena itu datanglah kepada kai bukti yang nyata”
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Bin Baz, Dkk, 2002, Tuntunan Ibadah Ramadhan Dan Hari Raya, Maktabah

Salafi Press; Tegal

Somad Zawawi, Dkk, 2004, Pendidikan Agama Islam, Universitas Trisakti; Jakarta.

Toto Suryana, Dkk, 1997, Pendidikan Agama Islam, Tiga Mutiara; Bandung.

Wahyuddin Dkk, 2009, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Grasindo,

Jakarta.

Zakiah Darajat, dkk, 1993, Pendidikan Agama Islam, DepDikBud. Jakarta Zainuddin Ali,

2007, Pendidikan Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai