MAKALAH ZAKAT Mata Kuliah Fiqih
MAKALAH ZAKAT Mata Kuliah Fiqih
MAKALAH ZAKAT Mata Kuliah Fiqih
ZAKAT
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
Fiqh dan ushul fiqh
Disusun Oleh:
Kelompok 8
1.Febrial Aziska
Dosen Pembimbing:
Sri sudewi aria, M.Pd.I
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Zakat ini. Shalawat serta
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah Zakat ini. Harapan kami semoga makalah Zakat yang telah
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi
para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah Zakat ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat...................................................................................... 2
B. Sejarah Zakat........................................................................................... 3
C. Hukum Zakat........................................................................................... 3
D. Jenis Zakat............................................................................................... 4
E. Syarat Zakat............................................................................................. 5
F. Rukun Zakat............................................................................................. 7
G. Yang Berhak Menerima Zakat................................................................. 7
H. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat..................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya orang-orang kaya muslim tentu saja perlu mendapat
apresiasi dari semua kalangan. Hal tersebut diharapkan mampu menjadi solusi
dari sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan.
Betapa tidak, dari mereka diharapkan terjadi jembatan penghubung antara
orang-orang kaya (agniya) dan orang-orang miskin (kaum du’afa). Tentu saja
dengan posisi mereka sebagai pengusaha muslim akan diperoleh sekian
banyak kontribusi dalam upaya membantu mereka yang masih sangat
membutuhkan. Dana yang terkumpul tersebut, baik berupa zakat mal, infak,
śadaqah, atau wakaf akan sangat berarti dalam upaya membantu kaum fakir
miskin.
Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya
kekayaan di tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang
tidak memilikinya. Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada
orang- orang kaya saja. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang
indah, yang membawa keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan
individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi kebersamaan agar
jurang pemisah antara orang kaya tidak terlalu jauh dengan kaum orang
miskin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Zakat?
2. Bagaimana sejarah zakat?
3. Apa hukum zakat?
4. Apa saja jenis-jenis zakat?
5. Apa saja syarat dan rukun zakat?
6. Siapa yang berhak menerima zakat?
7. Apa hikmah dan keutamaan ibadah zakat?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah.
Menurut istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta
tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu. Zakat
merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan secara beriringan
dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah Swt. telah
menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-
Qur’ān, Sunnah Rasul, dan Ijma ulama. Zakat secara harfiah berarti "apa yang
membersihkan". Zakat dianggap sebagai cara untuk memurnikan pendapatan
dan kekayaan seseorang dari cara mendapatkan harta duniawi yang terkadang
tidak murni. Sama seperti wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan
jiwa, maka zakat memurnikan harta.1
Sebagai salah satu dari Rukun Islam, zakat adalah kewajiban agama
bagi semua Muslim yang memenuhi kriteria kekayaan. Ini adalah sumbangan
amal wajib, sering dianggap sebagai pajak. Pembayaran dan perselisihan
tentang zakat telah memainkan peran utama dalam sejarah Islam, khususnya
selama perang Ridda. Zakat didasarkan pada pendapatan dan nilai semua milik
seseorang. Biasanya 2,5% (atau 1/40) dari total tabungan dan kekayaan
seorang Muslim di atas jumlah minimum yang dikenal sebagai nisab, tetapi
para cendekiawan Islam berbeda pada seberapa banyak nisab dan aspek zakat
lainnya.
Menurut doktrin Islam, jumlah yang terkumpul harus dibayarkan
kepada orang miskin dan yang membutuhkan, pengumpul Zakat, orang yang
baru saja masuk Islam, budak yang baru dibebaskan, orang yang memiliki
hutang, dan orang yang sedang berjuang di jalan Allah. Saat ini, di sebagian
besar negara mayoritas Muslim, kontribusi zakat bersifat sukarela, sementara
di Libya, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, zakat
diamanatkan dan dikumpulkan oleh negara.
B. Sejarah Zakat
C. Hukum Zakat
Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagai salah
satu dari lima rukun Islam yang disebutkan di dalam al-Qur’ān. Hal tersebut
sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’ān., Sunnah Rasul-Nya, dan ijma’
para ulama. Di dalam al-Qur’ān Surat Al-Baqarah ayat 43 Allah Swt.
berfirman: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku’.”
Dalam Kitab Al-Ausath dan Ash-Shagir, Imam Thabrani
meriwayatkan dari Ali r.a bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
4
“Allah Swt. mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum
muslimin sejumlah yang dapat memberikan jaminan kepada orangorang
miskin di kalangan mereka. Fakir miskin tidak akan menderita kelaparan dan
kesulitan sandang pangan melainkan disebabkan perbuatan golongan orang
kaya. Ingatlah bahwa Allah Swt. akan mengadili mereka secara tegas dan
menyiksa mereka dengan azab yang pedih akibat perbuatannya itu.” (HR.
Thabrani)
D. Jenis Zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:2
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap
individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan
syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan
manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini
manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1
mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan
pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di
daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki).
Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan, paling lambat
sebelum orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu penyerahan
melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam
kategori zakat melainkan sedekah biasa.
2. Zakat Maal (Harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri. Macam-macam zakat Mal dibedakan atas objek zakatnya antara
lain:
2Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.Hal
9
5
a. Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam).
b. Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil
tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-
bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias,
rumput-rumputan, dedaunan, dll.
c. Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak
dalam bentuk apapun.
d. Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang
diperuntukkan untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik
berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll.
Perniagaan di sini termasuk yang diusahakan secara perorangan
maupun kelompok/korporasi.
e. Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan
benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai
ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
f. Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak
diketahui pemiliknya (harta karun).
g. Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud
mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter,
notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.
E. Syarat Zakat
Syarat dalam ibadah zakat, yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek
zakat/muzaki (orang yang mengeluarkan zakat) dan objek zakat (harta yang
dizakati). 3
1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku
Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzaki:
orang yang terkena wajib zakat) adalah sebagai berikut.
a. Islam,
3 Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.Hal
17
6
b. Merdeka,
c. Balig,
d. Berakal.
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta
Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek
zakat) adalah sebagai berikut.
a. Milik Penuh
Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya bahwa kekayaan itu
harus berada dalam kontrol dan dalam kekuasaan yang memiliki,
(tidak bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik kekuasaan
pendapatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang
Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunatullah maupun bertambah karena ikhtiar manusia. Makna
berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat kekayaan itu
dapat mendatangkan income, keuntungan atau pendapatan.
c. Mencapai Nisab
Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Contohnya nisab ternak unta adalah lima ekor dengan kadar
zakat seekor kambing. Dengan demikian, apabila jumlah unta kurang
dari lima ekor, maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.
d. Lebih dari Kebutuhan Pokok
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi
kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk
hidup wajar sebagai manusia.
e. Bebas dari Hutang
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari
hutang, baik hutang kepada Allah Swt. (nazar atau wasiat) maupun
hutang kepada sesama manusia.
f. Berlaku Setahun/Haul
7
F. Rukun Zakat
Adapun yang termasuk rukun zakat adalah sebagai berikut.
1. Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang
dikenakan wajib zakat.
2. Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai
harta kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat (amil
zakat).
3. Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat
sebagai milik.
3. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja
dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka
juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan,
8
4. Mu'allaf
Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai
harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Pada
Surah At-Taubah Ayat 60 disebutkan bahwa para mualaf termasuk orang-
orang yang berhak menerima zakat. Ada tiga kategori mualaf yang berhak
mendapatkan zakat:4
a. Orang-orang yang Dirayu untuk Memeluk Islam
Pendekatan terhadap hati orang yang diharapkan akan masuk
Islam atau ke-Islaman orang yang berpengaruh untuk kepentingan
Islam dan umat Islam.
b. Orang-orang yang Dirayu untuk Membela Umat Islam
Dengan memersuasikan hati para pemimpin dan kepala negara
yang berpengaruh, baik personal maupun lembaga, dengan tujuan ikut
bersedia memperbaiki kondisi imigran warga minoritas muslim dan
membela kepentingan mereka. Atau, untuk menarik hati para pemikir
dan ilmuwan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka
dalam permasalahan kaum muslimin. Misalnya, membantu orang-
orang non-muslim korban bencana alam, jika bantuan dari harta zakat
itu dapat meluruskan pandangan mereka terhadap Islam dan kaum
muslimin.
c. Orang-orang yang Baru Masuk Islam
Orang-orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun
yang masih memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi
baru mereka, meskipun tidak berupa pemberian nafkah, atau dengan
mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan
4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Hal 10
9
5 Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Hal 34
10
B. Saran
Segala hal baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan
balasan dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi
sedikitpun dari harta kita, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.