MAKALAH ZAKAT Mata Kuliah Fiqih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ZAKAT
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
Fiqh dan ushul fiqh

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1.Febrial Aziska

Dosen Pembimbing:
Sri sudewi aria, M.Pd.I

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A.2020/1441.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Zakat ini. Shalawat serta
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah Zakat ini. Harapan kami semoga makalah Zakat yang telah
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi
para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah Zakat ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Sungai Penuh, maret 2020


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat...................................................................................... 2
B. Sejarah Zakat........................................................................................... 3
C. Hukum Zakat........................................................................................... 3
D. Jenis Zakat............................................................................................... 4
E. Syarat Zakat............................................................................................. 5
F. Rukun Zakat............................................................................................. 7
G. Yang Berhak Menerima Zakat................................................................. 7
H. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat..................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya orang-orang kaya muslim tentu saja perlu mendapat
apresiasi dari semua kalangan. Hal tersebut diharapkan mampu menjadi solusi
dari sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan.
Betapa tidak, dari mereka diharapkan terjadi jembatan penghubung antara
orang-orang kaya (agniya) dan orang-orang miskin (kaum du’afa). Tentu saja
dengan posisi mereka sebagai pengusaha muslim akan diperoleh sekian
banyak kontribusi dalam upaya membantu mereka yang masih sangat
membutuhkan. Dana yang terkumpul tersebut, baik berupa zakat mal, infak,
śadaqah, atau wakaf akan sangat berarti dalam upaya membantu kaum fakir
miskin.
Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya
kekayaan di tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang
tidak memilikinya. Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada
orang- orang kaya saja. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang
indah, yang membawa keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan
individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi kebersamaan agar
jurang pemisah antara orang kaya tidak terlalu jauh dengan kaum orang
miskin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Zakat?
2. Bagaimana sejarah zakat?
3. Apa hukum zakat?
4. Apa saja jenis-jenis zakat?
5. Apa saja syarat dan rukun zakat?
6. Siapa yang berhak menerima zakat?
7. Apa hikmah dan keutamaan ibadah zakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah.
Menurut istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta
tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu. Zakat
merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan secara beriringan
dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah Swt. telah
menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-
Qur’ān, Sunnah Rasul, dan Ijma ulama. Zakat secara harfiah berarti "apa yang
membersihkan". Zakat dianggap sebagai cara untuk memurnikan pendapatan
dan kekayaan seseorang dari cara mendapatkan harta duniawi yang terkadang
tidak murni. Sama seperti wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan
jiwa, maka zakat memurnikan harta.1
Sebagai salah satu dari Rukun Islam, zakat adalah kewajiban agama
bagi semua Muslim yang memenuhi kriteria kekayaan. Ini adalah sumbangan
amal wajib, sering dianggap sebagai pajak. Pembayaran dan perselisihan
tentang zakat telah memainkan peran utama dalam sejarah Islam, khususnya
selama perang Ridda. Zakat didasarkan pada pendapatan dan nilai semua milik
seseorang. Biasanya 2,5% (atau 1/40) dari total tabungan dan kekayaan
seorang Muslim di atas jumlah minimum yang dikenal sebagai nisab, tetapi
para cendekiawan Islam berbeda pada seberapa banyak nisab dan aspek zakat
lainnya.
Menurut doktrin Islam, jumlah yang terkumpul harus dibayarkan
kepada orang miskin dan yang membutuhkan, pengumpul Zakat, orang yang
baru saja masuk Islam, budak yang baru dibebaskan, orang yang memiliki
hutang, dan orang yang sedang berjuang di jalan Allah. Saat ini, di sebagian
besar negara mayoritas Muslim, kontribusi zakat bersifat sukarela, sementara
di Libya, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, zakat
diamanatkan dan dikumpulkan oleh negara.
B. Sejarah Zakat

1 Hamka, Prof. Dr. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Panji Masyarakat.Hal 7


3

Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang


dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya,
Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang
sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam
diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menurut sebuah hadits ilmu dari
percakapan Anas bin Malik dengan Dhamman bin Tsa'labah ditetapkan
sebelum tahun ke-9 Hijriah/631 Masehi. Dikatakan ia wajib setelah hijrah
Rasulullah ke Madinah. Dalil yang menjelaskan ini ialah hadits tentang zakat
fitrah, riqayat Imam Ahmad dan Hakim, yang menyebut adanya zakat fitrah
sebelum zakat mal, yang konsekuensinya ia ditetapkan setelah adanya perintah
puasa. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M.
Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan
menetapkan zakat bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan
beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam
negara-negara Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pada kemudian hari ada
pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.
Pada zaman khilafah, zakat dikumpulkan oleh pegawai negara dan
didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu
adalah orang miskin, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang
yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah mengatur dengan
lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan.

C. Hukum Zakat
Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagai salah
satu dari lima rukun Islam yang disebutkan di dalam al-Qur’ān. Hal tersebut
sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’ān., Sunnah Rasul-Nya, dan ijma’
para ulama. Di dalam al-Qur’ān Surat Al-Baqarah ayat 43 Allah Swt.
berfirman: “dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku’.”
Dalam Kitab Al-Ausath dan Ash-Shagir, Imam Thabrani
meriwayatkan dari Ali r.a bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
4

“Allah Swt. mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum
muslimin sejumlah yang dapat memberikan jaminan kepada orangorang
miskin di kalangan mereka. Fakir miskin tidak akan menderita kelaparan dan
kesulitan sandang pangan melainkan disebabkan perbuatan golongan orang
kaya. Ingatlah bahwa Allah Swt. akan mengadili mereka secara tegas dan
menyiksa mereka dengan azab yang pedih akibat perbuatannya itu.” (HR.
Thabrani)

D. Jenis Zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:2
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap
individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan
syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan
manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini
manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.
Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1
mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan
pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di
daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki).
Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan, paling lambat
sebelum orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu penyerahan
melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam
kategori zakat melainkan sedekah biasa.
2. Zakat Maal (Harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri. Macam-macam zakat Mal dibedakan atas objek zakatnya antara
lain:

2Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.Hal
9
5

a. Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam).
b. Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil
tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-
bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias,
rumput-rumputan, dedaunan, dll.
c. Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak
dalam bentuk apapun.
d. Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang
diperuntukkan untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik
berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll.
Perniagaan di sini termasuk yang diusahakan secara perorangan
maupun kelompok/korporasi.
e. Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan
benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai
ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
f. Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak
diketahui pemiliknya (harta karun).
g. Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan
profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud
mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter,
notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.

E. Syarat Zakat
Syarat dalam ibadah zakat, yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek
zakat/muzaki (orang yang mengeluarkan zakat) dan objek zakat (harta yang
dizakati). 3
1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku
Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzaki:
orang yang terkena wajib zakat) adalah sebagai berikut.
a. Islam,

3 Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.Hal
17
6

b. Merdeka,
c. Balig,
d. Berakal.
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta
Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek
zakat) adalah sebagai berikut.
a. Milik Penuh
Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya bahwa kekayaan itu
harus berada dalam kontrol dan dalam kekuasaan yang memiliki,
(tidak bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik kekuasaan
pendapatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang
Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunatullah maupun bertambah karena ikhtiar manusia. Makna
berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat kekayaan itu
dapat mendatangkan income, keuntungan atau pendapatan.
c. Mencapai Nisab
Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Contohnya nisab ternak unta adalah lima ekor dengan kadar
zakat seekor kambing. Dengan demikian, apabila jumlah unta kurang
dari lima ekor, maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.
d. Lebih dari Kebutuhan Pokok
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi
kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk
hidup wajar sebagai manusia.
e. Bebas dari Hutang
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari
hutang, baik hutang kepada Allah Swt. (nazar atau wasiat) maupun
hutang kepada sesama manusia.
f. Berlaku Setahun/Haul
7

Suatu milik dikatakan genap setahun menurut al-Jazaili dalam


kitabnya Tanyinda al-Haqā’iq syarh Kanzu Daqā’iq, yakni genap satu
tahun dimiliki.

F. Rukun Zakat
Adapun yang termasuk rukun zakat adalah sebagai berikut.
1. Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang
dikenakan wajib zakat.
2. Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai
harta kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat (amil
zakat).
3. Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat
sebagai milik.

G. Yang Berhak Menerima Zakat


Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah
at-Taubah ayat 60 yakni:
1. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata
fakir berasal dari makna "membungkuk tulang punggung", satu sebutan
buat orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.
2. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal
dari kata ‫( ُس ُكوْ ٌن‬sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap
saja begitu, menahan penderitaan hidup.

3. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja
dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka
juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan,
8

bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang


telah dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl
(‫وْ ٌل‬WWُ‫) ُغل‬. Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan
dalam rangka pemungutan zakat.

4. Mu'allaf
Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai
harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Pada
Surah At-Taubah Ayat 60 disebutkan bahwa para mualaf termasuk orang-
orang yang berhak menerima zakat. Ada tiga kategori mualaf yang berhak
mendapatkan zakat:4
a. Orang-orang yang Dirayu untuk Memeluk Islam
Pendekatan terhadap hati orang yang diharapkan akan masuk
Islam atau ke-Islaman orang yang berpengaruh untuk kepentingan
Islam dan umat Islam.
b. Orang-orang yang Dirayu untuk Membela Umat Islam
Dengan memersuasikan hati para pemimpin dan kepala negara
yang berpengaruh, baik personal maupun lembaga, dengan tujuan ikut
bersedia memperbaiki kondisi imigran warga minoritas muslim dan
membela kepentingan mereka. Atau, untuk menarik hati para pemikir
dan ilmuwan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka
dalam permasalahan kaum muslimin. Misalnya, membantu orang-
orang non-muslim korban bencana alam, jika bantuan dari harta zakat
itu dapat meluruskan pandangan mereka terhadap Islam dan kaum
muslimin.
c. Orang-orang yang Baru Masuk Islam
Orang-orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun
yang masih memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi
baru mereka, meskipun tidak berupa pemberian nafkah, atau dengan
mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan

4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Hal 10
9

memantapkan hati mereka dalam memeluk Islam serta yang akan


menciptakan lingkungan yang serasi dengan kehidupan baru mereka,
baik moril maupun material.
5. Hamba Sahaya
Yang dimaksud hamba sahaya yang disuruh menebus dirinya ialah
seorang budak hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan yang
dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya dengan
syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah harta
tertentu. Hamba ini diberi zakat sekadar untuk memerdekakan dirinya.
Namun, mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat
mereka dialihkan ke golongan mustahiq lain menurut pendapat mayoritas
ulama fikih (jumhur). Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa
golongan ini masih ada, yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.
6. Gharimin
Gharimin adalah kata dari bahasa Arab yang bermakna orang-
orang yang memiliki hutang. Orang berutang yang berhak menerima kuota
zakat adalah orang-orang dalam golongan:
a. Orang yang berutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa
dihindarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:5
1) Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.
2) Utang itu melilit pelakunya.
3) Si pengutang sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.
4) Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi
ketika zakat itu diberikan kepada si pengutang.
b. Orang-orang yang berutang untuk kepentingan sosial, seperti yang
berutang untuk mendamaikan antara pihak yang bertikai dengan
memikul biaya diyat (denda kriminal) atau biaya barang-barang yang
dirusak. Orang seperti ini berhak menerima zakat, walaupun mereka
orang kaya yang mampu melunasi utangnya.

5 Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Hal 34
10

c. Orang-orang yang berutang karena menjamin utang orang lain, di


mana yang menjamin dan yang dijamin keduanya berada dalam
kondisi kesulitan keuangan.
d. Orang yang berutang untuk pembayaran diyat (denda) karena
pembunuhan tidak sengaja, apabila keluarganya (aqilah) benar-benar
tidak mampu membayar denda tersebut, begitu pula kas negara.
7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang berjuang di jalan Allah dalam pengertian
luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah
melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat tauhid,
seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam,
menolak fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam,
membendung arus pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam.
Dengan demikian, pengertian jihad tidak terbatas pada aktivitas
kemiliteran saja.
Kuota zakat untuk golongan ini disalurkan kepada para mujahidin,
da'i sukarelawan, serta pihak-pihak lain yang mengurusi aktivitas jihad dan
dakwah, seperti berupa berbagai macam peralatan perang dan perangkat
dakwah berikut seluruh nafkah yang diperlukan para mujahid dan da'i.
Kriteria Penerima Zakat Fisabilillah antara lain:
a. Membiayai gerakan kemiliteran yang bertujuan mengangkat panji
Islam dan melawan serangan yang dilancarkan terhadap negara-negara
Islam.
b. Membantu berbagai kegiatan dan usaha, baik yang dilakukan oleh
individu maupun jamaah yang bertujuan mengaplikasikan hukum
Islam di berbagai negeri.
c. Membiayai pusat-pusat dakwah Islam yang dikelola oleh tokoh
Islam yang ikhlas dan jujur di berbagai negara non-muslim yang
bertujuan menyebarkan Islam dengan berbagai cara yang legal yang
sesuai dengan tuntutan zaman. Seperti, masjid-masjid yang didirikan di
negeri non-muslim yang berfungsi sebagai basis dakwah Islam.
11

d. Membiayai usaha-usaha serius untuk memperkuat posisi minoritas


muslim di negeri yang dikuasai oleh non-muslim yang sedang
menghadapi rencana-rencana pengikisan akidah mereka.
8. Ibnus Sabil
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) adalah orang asing yang
tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya. Golongan ini diberi
zakat dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sedang dalam perjalanan di luar lingkungan negeri tempat
tinggalnya. Jika masih di lingkungan negeri tempat tinggalnya, lalu ia
dalam keadaan membutuhkan, maka ia dianggap sebagai fakir atau
miskin.
b. Perjalanan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam,
sehingga pemberian zakat itu tidak menjadi bantuan untuk berbuat
maksiat.
c. Pada saat itu ia tidak memiliki biaya untuk kembali ke negerinya,
meskipun di negerinya sebagai orang kaya. Jika ia mempunyai piutang
yang belum jatuh tempo, atau pada orang lain yang tidak diketahui
keberadaannya, atau pada seseorang yang dalam kesulitan keuangan,
atau pada orang yang mengingkari utangnya, maka semua itu tidak
menghalanginya berhak menerima zakat.

H. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat


Banyak sekali hikmah dan keutamaan ibadah zakat yang Allah Swt.
perintahkan kepada hamba-Nya dan kaum muslimin. Di dalam al-Qur’ān
Surat At-Taubah/9:103 Allah Swt. berfirman, “Ambillah (sebagian) dari harta
mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka ….” (Q.S. At-Taubah/9:103)
Dari penjelasan ayat di atas, bahwa tujuan zakat adalah untuk
membersihkan mereka (pemilik harta) dari penyakit kikir dan serakah, sifat-
sifat tercela serta kejam terhadap fakir miskin, orang-orang yang tidak
memiliki harta, dan sifat-sifat hina lainnya.
12

Di sisi lain, zakat juga untuk menyucikan jiwa orang-orang berharta,


menumbuhkan dan mengangkat derajatnya dengan berkah dan kebajikan, baik
dari segi moral maupun amal. Hingga dengan demikian, orang tersebut akan
mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah ungkapan
yang menjelaskan tentang pentingnya berbagi. Islam menghendaki orang-
orang yang memiliki kelebihan harta (kaya) untuk menyisihkan sebagian
hartanya bagi mereka yang membutuhkan (miskin). Dalam ilmu fikih,
membelanjakan atau memberikan sebagian harta yang dimiliki dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum
muslimin di antaranya zakat, infak, śadaqah, dan wakaf. Masing-masing cara
tersebut memiliki ketentuan masing- masing.
Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah
mencapai niśab (kadarnya) dan haul (waktunya). Besarnya harta yang
dikeluarkan disesuaikan dengan harta zakatnya. Śadaqah dan infak merupakan
cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang dengan tidak ditentukan
kadar dan waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa benda
yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta tetap maupun
bergerak.

B. Saran
Segala hal baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan
balasan dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi
sedikitpun dari harta kita, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Prof. Dr. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Panji Masyarakat.

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian


Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian


Agama RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan


Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’ānul Karim. Bandung: Diponegoro.

Qardhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema


Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai