Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah
selaku (mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang
produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah
yang disepakati.
Akad mudharabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi
nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha
atau proyek yang bersangkutan.
Rukun
1. Orang yang berakad:
1. Pemilik modal (Shahibul Maal)
2. Pelaksana/usahawan (Mudharib)
2. Modal (Maal)
3. Proyek / Usaha
4. Keuntungan
5. Ijab Qobul
Syarat Umum
1. Orang yang terikat dalam akad cakap hukum
Syarat Khusus
1. Permohonan Pembiayaan
5. Garansi/jaminan
Modal / Harta
1. Modal hanya diberikan untuk tujuan usaha yang sudah jelas dan disepakati bersama
2. Modal harus berupa unag tunai, jelas jenis mata uangnya, dan jelas jumlahnya
4. Jika modal diserahkan secara bertahap maka harus jelas tahapannya dan harus disepakati
bersama
5. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk study kelayakan (feasibility study) atau sejenisnya tidak
termasuk dalam bagian dari modal. Pembayaran biaya-biaya tersebut ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara kedua belah pihak.
2. Bank sebagai penyedia dana tidak boleh membatasi usaha/tindakan mudharib dalam
menjalankan usahanya, kecuali sebatas perjanjian (usaha yang telah ditetapkan) atau yang menyimpang
dari aturan syariah.
Bagi Hasil
1. Keuntungan yang diperoleh merupakan hasil dari pengelolaaan dana pembiayaan mudharabah
yang diberikan
3. Mudharib harus membayar bagian keuntungan yang menjadi hak bank secara berkala sesuai
dengan periode yang disepakati
4. Bank tidak akan menerima pembagian keuntungan, bila terjadi kegagalan atau wanprestasi yang
terjadi bukan karena kelalaian mudharib
5. Bila terjadi kegagalan usaha yang mengakibatkan kerugian yang disebabkan oleh
kelalaian mudharib, maka kerugian tersebut harus ditanggung oleh mudharib (menjadi piutang bank)