Risa Andara Lovina Tristanti - Nata6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

1.2.

3 Penerapann Ruang Terbuka Hijau di SD Negeri Sriwendari 1

Menurut Undang-Undang Nomor 26 tentang Penataan Ruang Tahun 2007, yang


dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah kawasan dengan jalan masuk yang
panjang sempit atau panjang atau bergerombol yang diperpanjang pemanfaatannya,
merupakan tempat tumbuh-tumbuhan dapat ditanam, baik itu tumbuhan yang tumbuh secara
alami maupun sengaja ditanam. Kawasan dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan nama
kawasan. Tidak hanya perlu menjaga dan menyeimbangkan kondisi lingkungan atau
ekosistem sekitar, tetapi juga menyediakan wadah untuk kegiatan sosial yang dipadukan
dengan estetika alam.
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga
disebutkan bahwa 30% kawasan perkotaan harus merupakan ruang terbuka hijau, termasuk
20% ruang publik dan 10% ruang privat. Contoh ruang terbuka hijau publik termasuk taman
kota, hutan kota, sabuk hijau, sungai, kuburan, dan ruang terbuka hijau di sekitar rel kereta
api. Sedangkan ruang terbuka hijau privat adalah ruang terbuka hijau milik organisasi atau
perorangan tertentu, dan pemanfaatannya untuk kelompok terbatas, termasuk kebun atau
rumah / bangunan milik masyarakat / swasta yang menanam tanaman. Alokasi RTH sebesar
30% diatur dalam peraturan daerah tentang RTRW perkotaan dan RTRW Bupati. Rasio ini
bertujuan untuk menjamin keseimbangan ekosistem perkotaan, keseimbangan sistem
hidrologi, keseimbangan iklim mikro, dan keseimbangan ekosistem lainnya. Ekosistem
tersebut dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat,
membuka ruang untuk kegiatan publik dan menambah kota.

1.2.3.1 RTH yang telah ada baik secara alami ataupun buatan diharapkan dapat
menjalankan empat (4) fungsi antar lain :

1. Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa, penyerap
polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin.
2. Fungsi sosial budaya antara lain : menggambarkkan ekspresi budaya lokal, media
komunikasi, dan tempat rekreasi warga.
3. Fungsi ekonomi antara lain : sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman
bunga, buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari
usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain.
4. Fungsi estetika antara lain : meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan
kota baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro
(lansekap kota secara keseluruhan) menciptakan suasana serasi dan seimbang
antara area terbangun dan tidak terbangun, menstimulasi kreativitas dan
produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural, menciptakan
suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai
kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan
ekologis. dan konservasi hayati.

1.2.3.2 Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori antar lain :

1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu


membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk), mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, dan buah), fungsi estetika yang
membuat orang dan orang yang datang ke kawasan ini merasa nyaman, dan dari
fungsi sosial budaya yang menyediakan tempat interaktif dan hiburan
2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan
air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang
ada (konservasi hayati dan keanekaragaman hayati)

1.2.3.3 Langkah-langkah strategi yang dapat dilakukan untuk menuju RTH 30%, antar
lain :

1. Menetapkan kawasan yang tidak boleh dibangun.


2. Membangun lahan hijau (hub) baru, perluasan RTH melalui pembelian lahan.
3. Mengembangkan koridor ruang hijau kota.
4. Mengakuisisi RTH privat, menjadikan bagian RTH kota.
5. Peningkatan kualitas RTH kota melalui refungsi RTH eksisting.
6. Menghijaukan bangunan (green roof / green wall).
7. Menyusun kebijakan hijau.
8. Memberdayakan komunitas hijau.

Pemfungsian ruang terbuka hijau tampaknya masih mempunyai makna


pelengkap/penyempurna bagi perkotaan, sehingga pemanfaatan lahan untuk ruang terbuka
hijau dianggap sebagai penambah estetika lingkungan. Hal ini mengakibatkan munculnya
paradigma bahwa setiap saat ruang terbuka hijau dapat diganti dengan penggunaan lain yang
dirasakan lebih menguntungkan secara ekonomis. Padahal keseimbangan lingkungan
perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan
perkotaan. Untuk selanjutnya penataan RTH tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 650-658 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di wilayah Perkotaan. Di
wilayah kabupaten/kota penanganan fasilitas ruang terbuka hijau guna terwujudnya
lingkungan kota akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tersendiri yang merupakan
program faslitas lingkungan antara lain pengembangan jalur hijau, taman dan program
konservasi sungai / saluran.

https://foresteract.com/ruang-terbuka-hijau/2/

https://www.medcofoundation.org/mengenal-ruang-terbuka-hijau/

http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/strategi-peningkatan-ruang-terbuka-
hijau

https://dlhk.jogjaprov.go.id/blog/topic/168

Anda mungkin juga menyukai