Analisis Faktor Pendapatan, Kepercayaan Dan Religiusitas Dalam Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Penghasilan Melalui Lembaga Amil Zakat
Analisis Faktor Pendapatan, Kepercayaan Dan Religiusitas Dalam Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Penghasilan Melalui Lembaga Amil Zakat
Analisis Faktor Pendapatan, Kepercayaan Dan Religiusitas Dalam Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Penghasilan Melalui Lembaga Amil Zakat
Abstract: This research explains some factor such as individual income, trust and religiosity
of zakat payer preference on profession zakat through Zakat Institution. Research method used
is by questionnaire with 164 sample at Indonesian Stock Exchange. It uses SMARTPLS to test
the relationship of variables. The results shows that individual income, trust and religiosity
have significant effects to zakat payer preference payment through Zakat Institution.
Abstrak: Penelitian ini menjelaskan masalah apakah faktor pendapatan yang diperoleh
individu, tingkat kepercayaan muzakki kepada Lembaga Amil Zakat dan tingkat religiusitas
muzakki itu sendiri memiliki pengaruh terhadap minat masyarakat membayar zakat
penghasilan melalui Lembaga Amil Zakat. Metode penelitan yang digunakan adalah
menggunakan kuesioner dengan sample 164 orang di Gedung Bursa Efek Indonesia. Alat
analisis yang digunakan adalah SMARTPLS untuk menguji hubungan antara masing-masing
variabel ataupun hubungan variabel dengan indikator-indikatornya. Hasil penelitian empiris
menunjukkan bahwa variabel pendapatan, kepercayaan, dan religiusitas berpengaruh secara
signifikan terhadap minat muzakki berzakat melalui Lembaga Amil Zakat.
1. Pendahuluan
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib ditunaikan atas harta kekayaan seorang
individu yang ketentuannya diatur melalui aturan tertentu yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits.
Dalam fungsinya pada negara modern, zakat punya peranan tersendiri sebagai suatu cara
mendistribusikan atau pemerataan ekonomi dalam menyusun kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera.
Untuk memfasilitasi kemudahan berzakat di Indonesia, terdapat lembaga semi pemerintah yang
memiliki wewenang untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian zakat kepada
penerima yang berhak (mustahiq), yaitu Badan Amil Zakat dari tingkat nasional (Baznas) sampai
tingkat daerah (Bazda). Selain itu ada pula lembaga amil zakat non pemerintah yang bernama Lembaga
Untuk sistem pengelolaannya ada di dalam UU. No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
yang isinya mengatur tentang pelaksanan pengelolaan zakat mulai dari perencanaan hingga pada tahap
penyaluran dan bagaimana penggunaannya. Pengumpulan zakat ini dilakukan oleh lembaga amil zakat
yang terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah yang pembentukannya disesuaikan dengan tingkat
wilayah. Dalam mengelola zakat, lembaga amil zakat tersebut harus bisa menerapkan tiga aspek, yaitu
amanah, profesional dan transparan. Tiga aspek kunci tersebut dinamakan prinsip “Good Organization
Governance.” Dengan penerapan ketiga aspek kunci tersebut maka sebuah organisasi atau lembaga
Jika melihat fakta bahwa subjek pajak Muslim yang ada di seluruh Indonesia hampir mencapai
angka 90% dari total penduduk dan potensi zakat yang mencapai Rp200 Triliun setiap tahun (data dari
Asian Development Bank), pelaksanaan pengumpulan zakat di Indonesia masih bisa dianggap kurang
optimal jika melihat potensi yang ada. Ketidakoptimalan jumlah zakat yang terkumpul dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ketidaktahuan kewajiban membayar zakat. Masih ada
sebagian masyarakat yang tidak mengetahui bahwa mereka harus membayar zakat atas penghasilan
yang mereka dapatkan. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui bahwa zakat hanyalah sebatas zakat
fitrah di bulan Ramadhan. Faktor lainnya adalah ketidakmauan membayar zakat. Terdapat sebagian
masyarakat yang masih enggan untuk membayar zakat, dikarenakan mereka merasa harta yang mereka
dapatkan adalah hasil dari jerih payah mereka sendiri, sehingga mereka merasa tidak perlu
mengeluarkan zakat. Selain itu, ketidakpercayaan masyarakat terhadap Lembaga Pengelola Zakat bisa
juga menjadi salah satu penyebabnya. Sebagian dari masyarakat memilih untuk mengeluarkan
kewajiban zakatnya langsung kepada mustahiq, dikarenakan mereka tidak atau kurang percaya kepada
Siswantoro (2012) menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecenderungan zakat
agar diperlakukan sebagai pengurang langsung pajak penghasilan. Dengan menguji beberapa variabel
seperti faktor kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil zakat, kepuasan terhadap lembaga amil
zakat yang sudah ada, dan faktor motivasi, diperoleh kesimpulan bahwa faktor kepercayaan dan
motivasi secara signifikan berkorelasi positif dengan preferensi perlakuan zakat sebagai pengurang
langsung pajak penghasilan. Faktor motivasi memiliki nilai paling tinggi, yang berarti kesadaran
masyarakat akan pentingnya zakat sudah memadai, yang juga didukung dengan responden yang
menyetujui zakat dijadikan sebagai pengurang plangsung pajak penghasilan mencapai 53,5%, sehingga
faktor ini cukup mendukung seandainya penerapan zakat sebagai pengurang langsung pajak
Sementara untuk penelitian lainnya, Jaelani (2008) melakukan analisis terkait kualitas layanan dan
pengaruh sosial marketing dalam mempengaruhi keputusan muzakki untuk membayar zakat lewat LAZ,
dengan hasil kedua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan muzakki membayar
Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat, dan merupakan salah satu ibadah
yang punya tingkat importansi tinggi dalam Islam sehingga Allah SWT dalam Al Qur’an menyebut
kata zakat sampai 30 kali dan 27 diantaranya disebut dalam satu konteks dengan shalat (Wasilah dan
Nurhayati, 2009). Zakat memiliki kedudukan tersendiri dan sangat penting baik dalam konteks manusia
dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat, dan dengan hartanya.
Zakat secara kesuluruhan memiliki fungsi sebagai salah satu sarana komunikasi antara masyarakat
yang kekurangan dengan masyarakat yang memiliki harta yang lebih. Terlepas dari fungsinya yang
sama, zakat juga memiliki klasifikasi-klasifikasi tertentu. Seperti yang disebutkan dalam banyak buku-
buku Fiqh, klasifikasi zakat secara garis besar dibedakan menjadi dua macam (Farida, 2005):
a. Zakat fitrah/jiwa
Sering disebut zakat fitrah, yakni zakat yang dibayarkan oleh orang Muslim laki-laki dan
perempuan sebelum melaksanakan shalat idul fitri sebesar 3.1 liter makanan yang mengenyangkan.
Menurut bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk
dimiliki, disimpan, dan diambil manfaatnya. Menurut syara, harta adalah segala sesuatu yang dapat
dimiliki, dikuasai dan dapat digunakan atau dimanfaatkan menurut ghalibnya (lazimnya).
Sementara zakat yang menjadi fokus penelitian ini adalah zakat penghasilan atau profesi. Zakat
profesi (Kasbuk-’Amal wal-Mihan al-Hurrah) yaitu zakat upah buruh, gaji pegawai, dan uang jasa
wiraswasta. Yang dimaksud kasbul-’amal adalah pekerjaan dimana seseorang tunduk pada perseroan
atau perseorangan untuk mendapatkan upah. Sedangkan yang dimaksud dengan al-mihanul-hurrah
adalah pekerjaan bebas yang tidak terikat pada pihak lain, seperti pekerjaan seorang dokter, swasta,
pemborong, pengacara, seniman, penjahit, tukang kayu dan lain sebagainya (Qardawi, 2004).
Pendapatan ialah tambahan harta yang diperoleh dari sumber yang diketahui dan bersifat tetap.
Sumber pendapatan dapat bersifat material seperti misalnya tanah, atau non material seperti pekerjaan,
atau bisa juga dari keduanya. Pendapatan pada dasarnya merupakan timbal balik yang diterima pemilik
faktor produksi atas hasil kerjanya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti tanah
akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa
gaji/ upah dan profesional yang memiliki keahlian tertentu akan memperoleh balas jasa dalam bentuk
Islam telah mewajibkan zakat atas kekayaan juga mewajibkan zakat atas pendapatan. Contohnya
kewajiban zakat atas pendapatan hasil pertanian, hasil barang tambang, dan juga pendapatan dari hasil
pekerjaan bebas, termasuk di dalamnya gaji, upah, honorarium dan hasil-hasil lain yang diperoleh dari
berbagai pekerjaan dan usaha. Dengan demikian, pendapatan seseorang sangat mempengaruhi niat
individu untuk mengeluarkan zakat. Karena pendapatan memiliki hubungan mengenai apakah harta
tersebut sudah mencapai nishab atau belum, disamping pula berpengaruh terhadap besar jumlah zakat
Kepercayaan terhadap lembaga zakat dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemauan muzzaki
untuk mengandalkan lembaga zakat untuk menyalurkan zakatnya kepada mustahiq zakat karena
muzzaki yakin lembaga tersebut profesional, amanah dan transparan. Disamping akan menumbuhkan
rasa kepercayaan tinggi masyarakat terhadap lembaga zakat, dana zakat yang terkumpul juga akan lebih
optimal dalam segi pemanfaatan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih berkomitmen terhadap
lembaga amil zakat tersebut, dan menjadikannya sebagai pilihan utama dalam berzakat.
Aspek yang digunakan penulis untuk mengukur kepercayaan muzakki terhadap Lembaga Amil
Zakat dalam penelitian ini ada tujuh, yaitu core values yang mendasari terbangunnya sebuah
1. Keterbukaan
2. Kompeten
3. Kejujuran
4. Integritas
5. Akuntabilitas
6. Sharing
7. Penghargaan
Religiusitas dalam penelitian ini adalah nilai dari pemahaman seseorang terhadap norma-norma
syari’ah, khususnya terkait dengan kewajiban zakat, sangat mepengaruhi kesadaran seseorang untuk
mengeluarkan zakat kepada mustahiq zakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap
seseorang terhadap suatu objek (kewajiban zakat), maka semakin tinggi pula kemungkinan seseorang
Dimensi religiusitas yang diukur penulis melalui penelitian ini mengacu pada lima dimensi
1. Keyakinan
2. Pengamalan
3. Penghayatan
4. Pengetahuan
5. Konsekuensi
Dengan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat dalam
membayar zakat lewat Lembaga Amil Zakat, diharapkan penelitian ini mampu memprediksi
kenyataannya zakat yang terkumpul melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) masih sangat sedikit
dibandingkan dengan potensi zakat penduduk Indonesia secara keseluruhan, yakni hanya sekitar Rp 2,7
triliun per tahun dibandingkan dengan potensinya yang mencapai Rp 200 triliun. Ini menunjukkan
bahwa masyarakat sendiri masih cenderung untuk menyalurkan zakatnya tidak melalui Lembaga Amil
Zakat (LAZ), apakah itu melalui lembaga tidak resmi ataupun juga menyalurkan secara langsung
kepada mustahik yang dianggap sesuai. Padahal jika disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ),
Dalam melakukan pengukuran terhadap minat muzakki dalam membayar zakat di Lembaga Amil
Zakat (LAZ), penulis memilih untuk menggunakan variabel Pendapatan, Kepercayaan dan Religiusitas.
Farida (2008) menggunakan metode analisis regresi untuk meneliti pengaruh Indeks Religiusitas
terhadap keputusan muzakki membayar zakat, yang hasilnya masing-masing berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan individu apakah akan membayar zakat atau tidak. Musab (2011) juga
melakukan melakukan penelitian serupa tetapi dengan sampel muzakki untuk berzakat di LAZIS NU
Yogyakarta, dengan menguji variabel religiusitas, pendapatan dan faktor layanan sebagai variabel
independen. Hasilnya adalah ketiga variabel ini juga berpengaruh positif terhadap kecenderungan
Siswantoro (2012) menguji beberapa variabel seperti faktor kepercayaan, kepuasan, dan motivasi,
diperoleh kesimpulan bahwa faktor kepercayaan dan motivasi secara signifikan berkorelasi positif
dengan preferensi perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan. Faktor motivasi
memiliki nilai paling tinggi, yang berarti kesadaran masyarakat akan pentingnya zakat sudah memadai,
sehingga faktor ini cukup mendukung seandainya penerapan zakat sebagai pengurang langsung pajak
Penelitian yang melibatkan pengukuran terkait variabel kepercayaan juga dilakukan oleh Rizal
(2006) dengan menggunakan metode SEM, dengan hasil tiap indikator dari variabel kepercayaan
memiliki nilai loading factor yang signifikan, sama dengan hasil penelitian Takidah (2004) walaupun
menggunakan indikator yang berbeda. Anugrah (2011) juga melakukan penelitian serupa dengan Rizal
tetapi dengan sampel yang berbeda, mendapati bahwa kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang telah dibahas dalam studi literatur sebelumnya
dan juga hasil dan temuan dari beberapa penelitian terdahulu (tabel 1), maka hipotesis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H1. Faktor kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakat di LAZ.
H2. Faktor religiusitas berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakat di LAZ.
H3. Faktor pendapatan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakat di LAZ.
3 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode angket atau
kuisioner, yang merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan responden merespon
daftar pertanyaan atau pernyataan tersebut. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada
para responden yang membayar atau setidaknya pernah membayar zakat penghasilan melalui
Oleh karena dalam penelitian ini yang ingin dicari adalah hubungan korelasi perilaku
dengan minat, maka populasi diambil dari beberapa muzakki dengan kriteria mampu dan punya
pengalaman membayar zakat penghasilan di Lembaga Amil Zakat di wilayah DKI Jakarta.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan teknik
penarikan sampel yang digunakan adalah haphazard sampling yaitu pengumpulan responden
Dalam penelitian ini kuisioner yang disebar sebanyak 200 lembar kuisioner dan yang dapat
digunakan sebanyak 164 lembar kuisioner, sehingga objek penelitian sudah memenuhi syarat
minimal dalam analisa menggunakan SEM yang berkisar antara 100-200 sampel. Sampel
diambil secara acak dengan mengambil batasan responden di wilayah Kawasan Niaga Terpadu
Sudirman, khususnya para pegawai yang bekerja di Gedung Bursa Efek Indonesia.
SMARTPLS atau Smart Partial Least Square adalah software analisis statistik SEM yang sama
tujuannya dengan software SEM populer lainnya seperti Lisrel dan AMOS, yaitu untuk
dalam penelitian yang masih dalam tahap prediksi dengan variabel-variabel yang digunakan
adalah variabel yang tidak dapat diukur secara pasti dengan satuan ukur tertentu, contohnya
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling dengan
kriteria sampel adalah muzakki di LAZ yang ada di wilayah Jakarta dengan batasan responden yaitu
Dari 200 kuesioner yang disebar, sebanyak 26 kuesioner dengan persentase 13% yang tidak
kembali, sehingga kuesioner yang berhasil dikumpulkan sebanyak 174 kuesioner atau sebesar 87%, dan
kuesioner yang memenuhi syarat yang akan diolah lebih lanjut adalah sebanyak 164 kuesioner atau
Responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki lebih dominan yaitu sebanyak 91
orang, sedangkan perempuan 73 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar muzakki dalam
Jenis kelamin
72 Pria
92 Wanita
Data umur responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu umur 20
tahun ke bawah, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan lebih dari 50 tahun. Dari data yang diperoleh
diketahui bahwa muzakki yang menjadi sampel dalam penelitian ini mayoritas berumur 31-40 tahun
yaitu sebanyak 76 responden, kemudian berurutan usia 41-50 tahun sebanyak 45 responden, usia 21-30
tahun sebanyak 38 responden, lalu sisanya di bawah 20 tahun sebanyak 2 responden dan 3 responden
Usia
3 2
<20 tahun
38
46 20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
75 >50 tahun
Data pendidikan responden penelitian dibagi menjadi lima kategori yaitu SMP atau di bawah,
SMA, D3, S1, lalu S2-S3. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan muzakki
yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan sarjana yakni sebanyak 90
Pendidikan Terakhir
1 5
SMP atau di
20 bawah
48 SMA
D3
90
S1
Data mengenai pekerjaan responden dalam penelitian ini, peneliti bagi menjadi lima kategori yaitu
PNS, swasta, wirausaha, pensiunan dan lain-lain. Adapun data yang diperoleh dapat dilihat bahwa
sebagian besar pekerjaan responden yang bekerja di gedung Bursa Efek Indonesia mayoritas adalah
pegawai swasta yaitu sebanyak 156 responden. Responden yang merupakan wirausaha dikeluarkan,
Pekerjaan
1
7
Swasta
Pensiunan
Lainnya
156
Deskripsi variabel dalam penelitian ini terdiri dari kepercayaan, religiusitas dan pendapatan
(independen) dan minat (dependen). Data variabel-variabel tersebut diperoleh dari hasil penyebaran
Untuk variabel pendapatan, item pernyataan 1 presentase jawaban Setuju dan Netral memiliki
proporsi yang hampir sama yaitu 38,4% dan 37,2%, sementara untuk item pernyataan 2 proporsi yang
menjawab Netral lebih banyak dibandingkan dengan yang menjawab Setuju yaitu 36% berbanding
40,90%. Dengan jawaban minoritas responden mengarah ke arah tidak setuju, maka dapat disimpulkan
memutuskan apakah akan mengeluarkan zakat penghasilan lewat Lembaga Amil Zakat atau tidak.
Berdasarkan tabel 3 ditunjukkan untuk variabel kepercayaan, item pernyataan 3, 17,7% responden
menyatakan sangat setuju, bahwa manajemen dana zakat di LAZ dikelola secara terbuka/ transparan
kepada masyarakat, 35,4% menyatakan setuju, 29,3% menyatakan netral dan 17,7% lainnya
menyatakan tidak setuju. Pada item pernyataan 4, 19,5% responden menyatakan sangat setuju, bahwa
LAZ sudah melaksanakan tugasnya sebagai pengelola zakat secara secara amanah dan profesional,
43,9% menyatakan setuju, 28% menyatakan netral dan 8,5% menyatakan tidak setuju. Pada item
pernyataan 5, 22% responden menyatakan sangat setuju, bahwa LAZ mampu mempertanggung
jawabkan kinerjanya sebagai pengelola zakat baik kepada Tuhan maupun ke sesama, 42,7%
menyatakan setuju dan 25,6% netral. Untuk pernyataan 6, 10,4% responden menyatakan sangat setuju,
bahwa staf LAZ ersikap jujur dalam memberikan informasi kepada muzakki, 41,5% menyatakan setuju,
34,1% netral dan sisanya menyatakan tidak setuju. Pada item pernyataan 7, 18,9% responden
menyatakan sangat setuju bahwa LAZ mau memberikan layanan konsultasi kepada masyarakat,
sementara 43,3% menyatakan setuju, 29,3% netral dan sisanya menyatakan tidak setuju.
Tot
Total Total Total Total
Variabel Hal Kuesioner % al % % % %
SS N TS STS
S
Pernyataan 1 21 12,8 63 38,4 61 37,2 19 11,6 0 0,0
Pendapatan
Pernyataan 2 30 18,3 59 36,0 67 40,9 8 4,9 0 0,0
Pernyataan 3 29 17,7 58 35,4 48 29,3 29 17,7 0 0,0
Pernyataan 4 32 19,5 72 43,9 46 28,0 14 8,5 0 0,0
Pernyataan 5 36 22,0 70 42,7 42 25,6 16 9,8 0 0,0
Kepercayaan Pernyataan 6 17 10,4 68 41,5 56 34,1 23 14,0 0 0,0
Pernyataan 7 31 18,9 71 43,3 48 29,3 14 8,5 0 0,0
Pernyataan 8 35 21,3 71 43,3 42 25,6 16 9,8 0 0,0
Pernyataan 9 17 10,4 64 39,0 60 36,6 23 14,0 0 0,0
Pernyataan 10 41 25,0 49 29,9 46 28,0 28 17,1 0 0,0
Pernyataan 11 41 25,0 47 28,7 58 35,4 18 11,0 0 0,0
Religiusitas Pernyataan 12 25 15,2 61 37,2 56 34,1 22 13,4 0 0,0
Pernyataan 13 40 24,4 55 33,5 50 30,5 19 11,6 0 0,0
Pernyataan 14 32 19,5 49 29,9 60 36,6 23 14,0 0 0,0
Pernyataan 15 24 14,6 50 30,5 63 38,4 27 16,5 0 0,0
Minat Pernyataan 16 26 15,9 58 35,4 60 36,6 20 12,2 0 0,0
Pernyataan 17 34 20,7 53 32,3 58 35,4 19 11,6 0 0,0
Sumber: Data
Pada item pernyataan 8, 21,3% responden menyatakan sangat setuju, bahwa LAZ sudah melakukan
tugasnya sesuai dengan visi dan misi, sedangkan 43,3% menyatakan setuju, 25,6% menjawab netral,
sisanya menyatakn tidak setuju. Pada item pernyataan 9, 10,4% responden menyatakan sangat setuju,
bahwa LAZ telah menghormati dan menghargai semua pihak, 39% menyatakan setuju, 36,6%
menyatakan netral dan sisanya menyatakan tidak setuju. Dengan mayoritas jawaban atas pernyataan
terkait variabel Kepercayaan adalah Netral dan Setuju, dan sedikitnya respon negatif atau Tidak Setuju
atas item pernyataan tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa sebagian besar responden masih
bergantung terhadap tingkat kepercayaan yang mereka miliki atas Lembaga Amil Zakat yang
bersangkutan dalam mengambil keputusan apakah akan membayarkan zakat penghasilan melalui
Untuk variabel religiusitas, item pernyataan 25% responden menyatakan sangat setuju bahwa
seorang pembayar zakat membayarkan zakat karena yakin dan percaya bahwa orang yang bersedekah
hartanya akan dilipatgandakan oleh Tuhan, 29,9% menyatakan setuju, 28% menyatakan netral dan
17,1% tidak setuju. Pada item pernyataan 11, 25% responden menyatakan sangat setuju bahwa dasar
muzakki menunaikan zakat adalah karena sebagai salah satu konsekuensi atas nishab dari kekayaan
yang telah dicapai, 28,7% menyatakan setuju dan 35,4% menyatakan netral, sisanya tidak setuju. Pada
item pernyataan 12, 15,2% responden menyatakan sangat setuju bahwa motivasi lain seorang muzakki
menunaikan zakat adalah akibat dari perwujudan rasa syukur atas segala nikmat yang telah
dikaruniakan Allah SWT, 37,2% menyatakan setuju, 34,1% netral dan 13,4% menyatakan tidak setuju.
Pada item pernyataan 13, 24,4% responden menyatakan sangat setuju bahwa muzakki menunaikan
zakat karena mengetahui bahwa zakat merupakan kewajiban umat islam, 33,5% menyatakan setuju,
Pada item pernyataan 14, 19,5% responden menyatakan sangat setuju bahwa menunaikan zakat
adalah senantiasa pengamalan rukun Islam, 29,9% menyatakan setuju, 36,6% netral dan 14%
menyatakan tidak setuju. Jawaban terkait item pernyataan untuk variabel Religiusitas memiliki pola
yang mirip dengan variabel Kepercayaan, dimana respon paling banyak adalah jawaban Setuju dan
Netral, dan proporsi jawaban Setuju dan Sangat Setuju memiliki presentase lebih dari 50%, yang berarti
mencerminkan bahwa tingkat kepatuhan beragama dari mayoritas responden memiliki pengaruh
terhadap keputusan mereka apakah akan membayarkan zakat penghasilan melalui Lembaga Amil
Zakat.
Untuk variabel minat, item pernyataan 15, 14,6% responden menyatakan sangat setuju bahwa
muzakki menunaikan zakat melalui LAZ adalah karena keinginan diri sendiri, 30,5% menyatakan setuju
dan 38,4% menyatakan netral. Pada item pernyataan 16, 15,9% responden menyatakan sangat setuju
bahwa muzakki menunaikan zakat di LAZ karena adanya motif sosial, 35,4% menyatakan setuju 36,6%
menyatakan netral dan sisanya tidak setuju. Pada item pernyataan 17, 20,7% responden menyatakan
sangat setuju bahwa muzakki menunaikan zakat melalui LAZ karena memiliki hubungan emosional,
32,3% menyatakan setuju, 35,4% menyatakan netral dan 11,6% menyatakan tidak setuju.
Hasil analisa loading factor yang pertama menunjukkan bahwa masih ada indikator yang memiliki
nilai di bawah 0,7, yaitu indikator K1 dan R3, karena indikator yang memiliki nilai korelasi di bawah
Agar sesuai dengan prosedur penelitian menggunakan metode Partial Least Square, maka indikator
dari variabel yang memiliki nilai loading factor di bawah 0,7 harus dikeluarkan dari model karena
indikator bersangkutan tidak reliable. Oleh karena itu setelah indikator yang memiliki nilai loading
factor di bawah 0,7 dikeluarkan, pengukuran outer model kembali dilakukan. Namun menurut Chin
(1998), indikator yang memiliki nilai loading factor 0,5 sampai 0,6 masih bisa diterima, dengan melihat
output korelasi antara indikator dengan variabelnya. Oleh karena itu, pengujian akan coba diteruskan
ke tahap selanjutnya tanpa melakukan penghapusan terhadap kedua indikator yang memiliki nilai
loading factor di bawah 0,7 tersebut. Apabila tidak lolos uji, maka pengujian outer loading harus
diestimasi ulang dengan membuang kedua variabel yang memiliki nilai loading factor di bawah 0,7.
Evaluasi Discriminant Validity bertujuan untuk melakukan pengecekan seberapa kuat korelasi
variabel dengan indikatornya sendiri, yang dimulai dengan melihat cross loading. Nilai cross loading
menunjukkan besarnya korelasi antara setiap variabel dengan indikatornya dan indikator dari variabel
blok lainnya.
P K R M
K1 0.175 0.671 0.232 0.295
K2 0.162 0.815 0.342 0.404
K3 0.057 0.725 0.258 0.279
K4 0.175 0.784 0.301 0.343
K5 0.16 0.808 0.344 0.385
K6 0.053 0.717 0.245 0.264
K7 0.175 0.789 0.314 0.332
M1 0.36 0.38 0.343 0.754
M2 0.377 0.33 0.482 0.797
M3 0.318 0.311 0.393 0.77
P1 0.837 0.209 0.439 0.391
P2 0.791 0.087 0.248 0.35
R1 0.332 0.31 0.801 0.432
R2 0.256 0.365 0.752 0.414
R3 0.231 0.254 0.699 0.301
R4 0.309 0.177 0.75 0.395
R5 0.467 0.351 0.783 0.434
Sumber: Data
Berdasarkan tabel 4, indikator K1 sampai K7 lebih tinggi berkorelasi dengan variabel Kepercayaan,
yang berarti indikator tersebut dapat menjelaskan variabel Kepercayaan lebih baik dibandingkan
dengan indikator dari blok lainnya. Demikian halnya dengan indikator lainnya yang juga berkorelasi
Evaluasi selanjutnya dari discriminant validity adalah membandingkan antara nilai akar AVE
dengan korelasi antar variabel. Hasil yang direkomendasikan adalah nilai akar AVE harus lebih tinggi
dari korelasi antar variabel untuk mendapatkan nilai discriminant validity yang baik (tabel 5).
Nilai Akar
AVE AVE
Variabel
P 0,663 0,814
K 0,578 0,760
R 0,574 0,758
M 0,599 0,774
5
P K R M
P 0,814
K 0,186 0,760
R 0,428 0,388 0,758
M 0,456 0,440 0,528 0,774
Sumber: data
Berdasarkan hasil tabel di atas, nilai akar AVE untuk variabel Pendapatan adalah 0,814, sedangkan
korelasi maksimal antara variabel Pendapatan dengan variabel lainnya adalah 0,456 (dengan variabel
Minat). Untuk variabel Kepercayaan, dengan nilai akar AVE sebesar 0,760 lebih tinggi daripada
korelasi maksimal dengan variabel lainnya, yaitu variabel Minat yang hanya sebesar 0,440. Variabel R
memiliki nilai akar AVE sebesar 0,758, juga lebih tinggi daripada korelasi maksimal dengan variabel
lainnya sebesar 0,428 (variabel Pendapatan). Begitu juga dengan variabel Minat yang memiliki nilai
akar AVE yang lebih besar dari korelasi maksimal dengan variabel lainnya, dalam hal ini variabel
Religiusitas, dengan nilai 0,774 berbanding 0,528. NIlai AVE dari masing-masing variabel penelitian
juga memenuhi persyaratan harus lebih besar dari 0,5, yang berarti seluruh variabel penelitian telah
Evaluasi selanjutnya adalah melihat reliabilitas variabel dengan composite reliability, yang
menunjukkan tingkat reliabilitas tiap-tiap indikator dalam setiap variabel. Nilai composite reliability
Variabel/ Composite
Reliability
Konstruk
P 0,798
K 0,905
R 0,871
M 0,817
Sumber: data
Hasil composite reliability terlihat pada tabel diatas dimana nilai composite reliability untuk
Ketika indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi kriteria dan lolos
dalam pengujian model pengukuran (outer model), maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengujian model struktural, atau yang biasa disebut sebagai analisis inner model. Untuk melakukan
Dari hasil yang diperoleh koefisien parameter hubungan antar variabel memiliki korelasi yang
positif, yang ditunjukkan dengan angka korelasi positif yang berarti ketiga variabel memiliki
signifikansi positif terhadap Minat masyarakat untuk membayar zakat di LAZ. Kemudian langkah
berikutnya adalah melakukan uji kecocokan model (goodness of fit) dengan melihat nilai R square, yang
pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel
dependen. Nilai koefisiennya adalah antara nol dan satu. Nilai R square yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, yang dalam penelitian ini adalah Minat
Nilai R square yang dihasilkan dari model penelitian adalah sebesar 0,405 atau sama dengan 40,5%.
Hal ini berarti sebesar 40,5% kemampuan model dari penelitian ini dalam menerangkan variabel
dependen. Artinya sebesar 40,5% variasi minat masyarakat untuk membayar zakat melalui LAZ bisa
dijelaskan oleh variasi dari variabel pendapatan, kepercayaan, dan religiusitas. Sedangkan sisanya
59,5% (100%-40,5%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diperhitungkan dalam analisis
penelitian ini (tabel 7). Kemudian untuk mengukur signifikansinya, nilai t statistik tiap hubungan diukur
dan harus lebih besar dari 1,96, yang berarti memenuhi signifikansi sebesar 5%. Signifikansi disini
Berdasarkan tabel di atas, variabel koefisien Kepercayaan terhadap Minat sama dengan 0,270
dengan nilai t statistik sebesar 4,206. Karena nilai t statistik lebih besar dari t tabel (t tabel dengan
signifikansi 5% dengan 1,96), dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengaruh variabel Kepercayaan terhadap Minat. Begitu juga dengan hubungan dari masing-masing
variabel Pendapatan dan Religiusitas terhadap Minat, dimana dengan koefisien sebesar 0,276 dan 0,305
terhadap variabel Minat, sama-sama memiliki nilai t statistik yang lebih besar dari 1,96 yaitu sebesar
4,385 dan 4,312. Dengan mengacu kepada nilai t statistik masing-masing variabel, dapat ditarik
kesimpulan bahwa ketiga hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, yaitu faktor pendapatan, faktor
kepercayaan dan faktor religiusitas masing-masing memiliki signifikansi positif terhadap faktor minat
Untuk hipotesis pertama, faktor pendapatan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat dalam
membayar zakat melalui Lembaga Amil Zakat, sejalan dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan
yang mereka terima sebagai acuan untuk membayar atau tidak membayar zakat melalui Lembaga Amil
Zakat. Hal ini bisa saja disebabkan masih banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk membayar
zakat tidak melalui Lembaga Amil Zakat karena faktor besarnya proporsi zakat yang harus mereka
tanggung, karena zakat saat ini masih dianggap sebagai kewajiban ganda disamping pajak penghasilan,
yang hanya berfungsi sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak. Maka dari itu masih banyak dari
masyarakat yang lebih memilih untuk menyalurkan zakatnya tidak melalui Lembaga Amil Zakat,
dikarenakan benefit yang diperoleh yaitu pengurang pajaknya sendiri dianggap tidak seberapa. Jika di
masa depan Indonesia bisa mengintegrasikan zakat menjadi kredit langsung pajak penghasilan,
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa faktor kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat
masyarakat untuk membayar zakat melalui Lembaga Amil Zakat, sejalan dengan penelitian yang pernah
dilakukan Siswantoro (2012), Takidah (2004), Rizal (2006), dan Anugrah (2011) yang sama-sama
memperoleh hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan muzakki membayar zakat melalui
Lembaga Amil Zakat ditentukan oleh kredibilitas dari Lembaga Amil Zakat itu sendiri dalam
meyakinkan muzakki tentang kinerja mereka sebagai pengelola zakat. Hal ini bisa diperkuat dengan
memberikan sosialisasi dari Lembaga Amil Zakat kepada masyarakat tentang pentingnya berzakat dan
keutamaannya dibandingkan berzakat tidak melaui Lembaga Amil Zakat yang resmi.
Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa faktor religiusitas berpengaruh positif terhadap minat
masyarakat untuk membayar zakat melalui Lembaga Amil Zakat, sejalan dengan hasil penelitian yang
dihasilkan oleh Mus’ab (2011) dan Farida (2008). Hal ini menunjukkan bahwa keputusan muzakki
membayar zakat melalui Lembaga Amil Zakat ditentukan oleh tingkat religiusitas masyarakat itu
sendiri, yaitu pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya berzakat yang merupakan salah satu dari
rukun Islam yang harus ditaati. Faktor ini berkaitan erat dengan tingkat pendidikan seseorang, terutama
terkait dengan pendidikan agama. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari pemerintah dalam
pembentukan kurikulum agar pentingnya berzakat bisa lebih ditanamkan seawal mungkin dalam
pendidikan.
5. Simpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris apakah faktor pendapatan,
kepercayaan, dan religiusitas memiliki pengaruh terhadap minat masyarakat dalam membayar zakat di
Lembaga Amil Zakat. Setelah melihat hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat diambil
zakat di Lembaga Amil Zakat. Berdasarkan nilai t statistik sebesar 4,385 dan signifikan pada nilai
t tabel >1,96, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa faktor
pendapatan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakat di Lembaga Amil
Zakat
membayar zakat di Lembaga Amil Zakat. Berdasarkan nilai t statistik sebesar 4,206 dan signifikan
pada nilai t tabel >1,96, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
faktor kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakat di Lembaga
Amil Zakat
zakat di Lembaga Amil Zakat. Berdasarkan nilai t statistik sebesar 4,312 dan signifikan pada nilai
t tabel >1,96, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa faktor
religiusitas berpengaruh positif terhadap minat masyarakat membayar zakatdi Lembaga Amil Zakat
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan, kepercayaan dan religiusitas
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat muzakki dalam membayar
Referensi
Turner, Brian S., (2006). Agama dan Teori Sosial Rangka- Pikir Sosiologi Dalam Membaca Eksistensi Tuhan
Diantara Gelegar Ideologi-ideologi Kontemporer, Yogyakarta: IRCiSoD, Cet. II.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Whiterington, H.C. (1978). Psikologi Pendidikan, Bandung: Aksara Baru.