Pilkades
Pilkades
Pilkades
PENDAHULUAN
istilah yang asing lagi untuk saat ini. Sebagai wadah untuk menampung aspirasi
tertentu, untuk mengangkat calon yang layak sebagai kepala desa. Pilkades
demokratis. Pesta demokrasi yang dilakukan ditingkat wilayah terkecil ini pada
mulai dari pembentukan panitia pilkades sampai pada pelantikan kepala desa terpilih
diharapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Dengan demikian proses
pemilihan kepala desa akan berjalan dengan baik tanpa mempengaruhi keutuhan
masyarakat. Dan harapan masyarakat dapat terpenuhi untuk terpilihnya kepala desa
yang baru dan dinyatakan layak untuk memimpin dan menjalankan roda pemerintahan
desa. Hal inilah yang didambakan oleh setiap masyarakat desa demi terciptanya
pemerintah untuk saat ini sangat sulit terselenggara dengan lancar dan berkualitas
kekuasaan ketimbang hakikat yang diingini oleh pilkades yaitu pemerintahan desa
terlepas dari pengaruh kebudayaan 2 masyarakat desa. Sehingga sering kali budaya
sangat berperan didalamnya. Seiring dengan hal ini didalam pelaksanaan pilkades
demokrasi ini terdapat banyak masalah dan persoalan sebagai gejala awal konflik
pilkades. yang diwarnai dengan kericuhan, kekerasan, yang dapat merusak keutuhan
dan eksistensi masyarakatnya. Situasi yang memprihatinkan ini tidak jarang lagi
terjadi di berbagai daerah desa yang terdapat di Tanah Air Indonesia. Seperti misalnya
masih sangat homogen yang mana hanya terdapat Etnis Batak Toba dan didominasi
oleh Agama Kristen Protestan. Masyarakatnya terdiri dari tiga marga 3 besar yaitu
Purba, Manalu, Simamora. Pada Silsilah Marga Batak Toba ketiga marga tersebut
diatas adalah satu, yang artinya memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat dan
dekat. Ketiganya bersaudara yang sangat sulit untuk dipisahkan oleh siapapun. Tetapi
1
Legitimate merupakan pemerintahan yang sah ataupun resmi dan diakui oleh masyarakat maupun
secara hukum. Lihat, Haw Widjaja, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa
, (1996). Jakarta, PT. Raja Grafindo.
2
Kebudayaan memiliki defenisi yang cukup kaya dan belum dapat dirangkumkan menjadi satu
konsep, karena para ahli mengartikannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Lihat, Koentjaraningrat, Sejarah Teori
Antropologi I (1990), Jakarta. UI-Press.
3
Marga bagi orang batak merupakan nilai ataupun harga sekaligus keabsahannya selaku orang batak,
sehingga tidak ada orang batak yang tidak bermarga. Marga secara silsilah ataupun tarombo batak juga
dapat mengetahui derajat atau posisi seseorang itu mulai dari nenek moyangnya dengan mengacu pada
sistem kekerabatan. Dan pada dasarnya marga sudah mempunyai makna tersendiri dan sejarahnya
masing-masing. Lihat, Bungaran Antonius Simanjuntak, Sruktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba
hingga 1945 (2006), : 79. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.
terpecahbelah sepertinya tidak ada lagi nilai-nilai kekeluargaan yang tidak sesuai
dengan hakekat ketiga marga tersebut, yang ditandai dengan adanya persaingan
untuk mengalahkan calon yang lain sebagai lawan politiknya. Situasi seperti ini
mengundang penulis untuk mengulas dan mengkaji lebih mendalam. Apa sebenarnya
konflik yang terjadi. secara khusus penulis juga ingin melihat bagaimana kebudayaan
untuk dilakukan. Seiring dengan hal diatas, dalam bab ini juga akan dimuat
ketertarikan peniliti terhadap objek penelitian, yang berawal dari adanya gejala-gejala
masyarakat. Seperti misalnya retaknya komunikasi antara satu dengan yang lain,
kelompok-kelompok tertentu dan tidak bersatu lagi, sampai pada pertikaian, konflik
yang terlihat dari perkelahian dan masih banyaknya masalah yang lainnya. Gejala-
gejala sosial seperti disebutkan diatas sudah terjadi sebelum pelaksanaan pilkades.
Keinginan peneliti untuk mengulas lebih mendalam objek penelitian dalam hal ini
khususnya pada warga Desa Sosor Mangulahi, sebagai lokasi penelitian saya. Gejala-
gejala sosial dimaksud timbul sebagai persoalan baru yang mampu mempengaruhi
sebelumnya tidak pernah terjadi baik antar individu maupun antar kelompok. Peneliti
melihat hal ini sebagai sebuah pendekatan politik yang berusaha mempengaruhi
kekuasaan 4 dan politik sedang dijalankan oleh pihak tertentu. Masyarakat desa juga
hubungan tertentu. Kumpulan marga pada masyarakat batak misalnya mungkin salah
satu wadah untuk menampung aspirasi politiknya. mulanya saya meneropong pilkades
itu adalah jembatan untuk mencapai sebuah kedudukan atau kakuasaan, yang mana
sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pelaksanaan pilkades dimaksud lebih
ada, para pendukung masing-masing calon, dan juga pihak yang terlibat melalui cara-
kelompok tertentu, hubungan yang kurang baik, saling mencari kelemahan lawan,
4
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) Kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan
kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
adalah masyarakat Batak Toba, yang masih bersifat homogen, apa yang melatar-
belakangi hal tersebut akan menjadi tugas peneliti. Antropologi politik mengatakan
wilayah desa tertentu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Proses sosial
ini tentunya memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada warga masyarakat
desa untuk menunjukkan partisipasi politiknya, baik sebagai hak pilih maupun sebagai
hak untuk dipilih. Adanya persamaan hak diantara warga masyarakat akan
dengan berbagai cara dan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Masing-masing
untuk menarik perhatian dan simpati warga. Dengan demikian person tersebut
mengharapkan suara warga untuk mendukung dan memilihnya. Person sebagai calon
kepala desa yang juga sebagai bagian dari warga desa tertentu dituntut untuk menjalin
komunikasi dan hubungan yang baik terhadap warga yang lain. Yang terdiri dari
sosial atau stratifikasi sosial. Dengan memulai dari lingkungan keluarga dan kerabat
terdekat sebagai kekuatan politik yang pertama. Seperti yang dikemukakan diatas
merupakan sebuah sistem melibatkan sangat banyak orang yang terdapat didalamnya
seseorang lebih mudah untuk melakukan pendekatan dengan cepat. Dan kegagalan
menimbulkan kesulitan untuk mencapai dukungan dari pihak lain. Dan hal inilah yang
kekeluargaan terlebih hubungan darah. Sesuatu yang mustahil untuk memilih orang
lain apabila masih ada orang yang lebih dekat dalam artian masih adanya pertalian
darah. Kentalnya rasa solidaritas pada masyarakat desa pada sisi lain merupakan
sebuah kelemahan untuk menentukan pilihan nantinya dalam konteks politik, baik
pemilihan tersebut. Hal ini terjadi di dukung oleh adanya kesempatan dan hak yang
sama bagi setiap warga untuk memilih dan juga untuk dipilih.
Pemilihan kepala desa sebagai sebuah proses terdiri dari beberapa tahapan-
tahapan dan memerlukan waktu sesuai dengan tahapan yang ada. Mulai dari rapat
yang dihadiri oleh kepala desa, lembaga musyawarah desa dan camat dua bulan
sebelum berakhirnya masa jabatan. Setelah itu rapat dipimpin oleh kepala desa untuk
kepada Bupati kepala daerah tingkat dua untuk memperoleh pengesahan. Kemudian
mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada tahap
dengan mencantumkan nama-nama bakal calon dan daftar pemilih yang telah
Perubahan dalam hal ini ditandai oleh hubungan dan jalinan komunikasi diantara
warga desa sudah berkurang. Dan yang lebih memprihatinkan adalah mereka
Berkurangnya hubungan yang baik tidak hanya diantara para calon saja tetapi juga
kelompok ataupun sebaliknya sudah tidak eksis lagi. Tetapi hubungan itu hanya ada
diantara mereka yang mempunyai calon yang sama. Masyarakat telah terkotak-kotak
sesuai dengan calon yang ada dan interaksi sosial menunjukkan adanya nilai-nilai
budaya yang mengalami pergeseran dan perubahan kearah yang kurang baik.
Penulis juga melihat terjadinya konflik sosial ini mempengaruhi pada semua
yang bersaudarapun terpengaruh oleh keadaan itu, sehingga nilai kekeluargaan dan
hubungan darah sudah luntur dan sangat memprihatinkan. Karena calon-calon yang
ada pada dasarnya merupakan orang-orang yang masih ada hubungan kekerabatan dan
kekeluargaan. Hal inilah yang menjadi daya tarik sekaligus latar belakang sehingga
Dari gambaran di atas kajian ini berupaya untuk memahami anatomi konflik
pilkades yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan dan
homogen yaitu Etnis Batak Toba menganut Agama Kristen Protestan. Terdiri dari tiga
marga besar antara lain Purba, Manalu, Dan Simamora. Adapun marga selain itu
adalah orang-orang pendatang yang sudah lama berdomisili, berjumlah sangat sedikit
yang sangat kuat, ternyata tidak menjadi faktor pendukung ataupun kemudahan dalam
pemilihan kepala desa yang sudah berlalu tidak jarang ditemukannya berbagai konflik
anatomi konflik serta bagaimana konflik pilkades dapat diselesaikan pasca pilkades
dan untuk saat ini termasuk peranan kebudayaan masyarakat didalamnya. Dengan
demikian maka masalah dan fokus penelitian dapat diperjelas melalui pertanyaan di
bawah ini :
dengan kelompok atau sebaliknya yang bersumber sosial, politik. Sehingga dengan
adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk mengkaji masalah dan konflik yang
terjadi dalam masyarakat, dalam kaitannya dengan pemilihan kepala desa (pilkades).
Disamping itu penelitian ini juga dimaksudkan bertujuan untuk menjawab berbagai
masalah penelitian yang ada, yaitu: untuk mengetahui dengan jelas latar belakang
ataupun penyebab konflik beserta penyelesaiannya. Dengan cara itu diharapkan akan
konflik. Maka selanjutnya masyarakat luas secara umum dan masyarakat Desa Sosor
desa berjalan lancar tanpa menuai konflik. Sehingga kedepannya masyarakat Desa
5
Anatomi konflik : merupakan susunan, sistematika, urutan bisa juga kronologis dan proses terjadinya
konflik mulai dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu penyelesaiannya. Untuk memahami lebih
jelasnya Lihat, Laode Ida, Anatomi Konflik (1996), Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
kuat dan kokoh. Mencegah konflik secara dini dan tidak akan melunturkan nilai
budaya demi kepentingan politik dan kekuasaan. Jelasnya pemilihan kepala desa
harus menjadi pemersatu masyarakat dan bukan sebagai gejala sosial yang
memecahkan kesatuan masyarakat desa. Pada akhirnya akan tercapai masyarakat yang
Konflik sosial belakangan ini sudah semakin marak di Tanah Air Indonesia
masyarakat. Sehingga mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait termasuk para
ahli dibidangnya. Pada dasarnya konflik itu adalah pertentangan dan akan musnah
bersamaan dengan hilangnya umat manusia dari permukaan bumi. Hal ini sesuai
Demikian halnya dengan pemilihan kepala desa di Desa Sosor Mangulahi yang
menuai konflik bersumber sosial politik, tidak terlepas dari masyarakat desa tersebut
selaku subjek dari konflik yang terjadi. Terdapat persaingan antara satu dengan yang
6
Pendapat Dahrendorf Dalam Poloma, 1994 diatas, saya kutip dari Erna Lamsihar Nainggolan “Konflik
Antar Remaja”, skripsi Antropologi 2004 halm 1.
penting yang merugikan pihak lain. Keadaan inilah pada akhirnya akan menuai
pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain
240). Hal senada disampaikan oleh Coser (dalam Suparlan, 1999) yang mana
memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan
dan kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai.
Dengan demikian konflik ibarat sebuah permainan. Timbulnya konflik adalah adanya
pihak tertentu yang terlibat dalam konflik bukan untuk mencapai suatu tujuan
melainkan untuk menikmati konflik itu sendiri. Maka inti dari konflik itu adalah
merebak menjadi konflik sosial. Konflik yang sedang marak saat sekarang ini dan
sangat kaya untuk dikaji secara lebih mendalam adalah konflik politik. Dimana-mana
yang dapat memecahkan masyarakat dan keluarga. Seperti halnya kutipan dibawah
ini, pemilihan kepala desa berujung pada konflik sosial tanpa memandang keluarga
dan kerabat. Hal ini bisa menggambarkan Pemilihan Kepala Desa yang terjadi di Desa
Konflik yang mendapat perhatian dari para ahli juga ditanggapi oleh berbagai
media. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya tulisan-tulisan yang terdapat pada situs
internet mengulas tentang konflik dan segala sesuatu yang berkaitan dengan konflik
tersebut. Disamping itu masih banyak media-media lainnya berperan serta dalam
memperkaya kajian ini. Seperti yang dijelaskan melalui salah satu situs internet
id.wikipedia.org/wiki/Konflik - 32k –03 April 2009): ”Konflik berasal dari kata kerja
Latin configere yang berarti saling memukul. maka konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakatpun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Kasus ini dikutip dari www.bandungkab.go.id “Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu”
Selasa, 07 Agustus 2007 Sumber : Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2007.
setiap masyarakat.
Pada prinsipnya konflik sesungguhnya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun
yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik tersebut
supaya ancaman dan bahaya sebagai akibatnya dapat dicegah secara dini.
Menurut Nader dan Todd (1978 : 9-10) dalam tulisan Ihromi (1993 : 210-212)
ada beberapa tahap untuk mengatasi dan menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu :
1. Membiarkan saja (lumping it) : pihak yang merasakan perlakuan tidak adil,
3. Paksaan (coercion): salah satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak yang
keputusan. Pemecahan dari masalah yang mereka hadapi dilakukan oleh kedua
belah pihak, mereka sepakat, tanpa adanya pihak ketiga yang mencampuri.
Dalam cara ini ada pihak ketiga yang membantu kedua belah pihak yang
berwenang. Kedua pihak yang bersengketa tidak harus menuruti atau setuju
terhadap upaya mencari pemecahan oleh pihak ketiga atau mediator, tetapi
harus setuju bahwa jasa-jasa dari mediator akan digunakan dalam upaya
pemecahan masalah.
perantara pihak ketiga, arbitrator, dan sejak semula telah setuju bahwa mereka
adalah adanya suatu pranata organisasi yang dipercaya dengan melibatkan partisipasi
masyarkat agar dapat menjaga dan mengawasi dinamika hubungan antar kelompok.
Selain itu membuka jalur komunikasi yang dapat mengakomodasi atau meredam
sosial, konflik akan selalu ada pada setiap masyarakat, karena antagonisme atau
perbedaan menjadi ciri dan penunjang terbentuknya masyarakat.” Karl Marx, (1986)
mungkin ada lapisan atas jika tidak ada lapisan bawah dan menengah. Seseorang pasti
Pengambilan pilihan itu tergantung pada norma, realitas berpikir, dan argumentasi
rasional maupun irrasional. Manusia ada yang mengambil pilihan itu secara tepat dan
cermat, bahkan ada yang mengambil keputusan tanpa ada perhitungan yang matang.
hidupnya.
Konflik antar kelompok juga sangat ditentukann oleh bangunan nilai dan
penafsiran yang berbeda untuk menghargai atau dihargai. Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi karena perebutan suatu tujuan,
dan tujuan itu bervariasi mulai dari perebutan sumber daya alam sampai hal-hal
azaznya atau landasan hukumnya hampir sama untuk seluruh indonesia. Yaitu
berlandaskan pada adat, kebiasaan dan hukum adat. dengan demikian dapatlah secara
umum ditemukan suatu pengertian atau batasan tentang desa atau yang semacam
dengan sebagai berikut. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat adat dan hukum adat
yang menetap disuatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan
bathin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki
yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak
Pada mulanya istilah desa dipakai didaerah Jawa, Madura, dan Bali. Secara
etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu swa-desi. Yang artinya
Tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur. Desa diartikan sebagai suatupersekutuan
tertentu. (Kusnaedi, 1995). Suatu persekutuan hidup yang setingkat desa ditiap daerah
berbeda-beda. Misalnya di sumsel disebut dusun, maluku disebut dati, dibatak toba
disebut huta, diaceh dikenal dengan istilah gampung dab meunasah, minagkabau
disebut nagari atau luha minahasa disebut wama, kalimantan adalah udik, dibugis
dikenal matowa, makassar yaitu gaukang, dan masih banyak istilah yang lainnya.
alat pemerintah daerah terendah langsung dibawah camat. Tugas kades adalah
pembinaan ketenteraman dan ketertiban diwilayah desa. Tugas lainnya antara lain
Fungsi kades :
pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kepala desa dibantu oleh sekdes, kadus,
beberapa pihak. Tetapi arti kata itu berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan
yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide dll. Defenisi webster yang
berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Charles Darwin, Sigmund Freud dan
Karl Marx (1986) dalam teori konflik sosial menyatakan beberapa fungsi positif
konflik. Pertama, konflik adalah persamain yang subur bagi terjadinya perubahan
mengenai apa yang sesungguhnya yang inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat
sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap,
mempengaruhi yang lain. (Aristoteles, 1986: 1). Maka demikian juga halnya dalam
pendekatan yang sering digunakan, namun yang lebih relevan adalah struktural-
fungsionalis.
melanggengkan tata aturan soial didalam sebuah teritorial. (1985 : 1). ditekankan
bersaing untuk mendapatkan akses kejenjang status peranan yang lebih tinggi
karena prestise yang terdapat disana, dan yang juga yang penting, ganjaran materi
persaingan ini relatif terbuka, karena orang memiliki kesempatan yang masuk akal
untuk melakukan yang terbaik bagi mereka. Tatanan yang demikian itu fungsionalis
dalam hal tatanan tersebut akhirnya melayani kebutuhan individu untuk mencapai
lainnya adalah bahwa penggunaan kekuasaan secara kekerasan itu sendiri justru
masyarakat yang stabil itu bisa tercapai, kita harus mencari sumber keteraturan sosial
Syarat Pemilih :
2. Usia 17 tahun
akan mengundang kompetisi dari golongan minoritas untuk merebut jabatan kepala
desa Untuk mendapatkan jabatan kepala desa tersebut di butuhkan partisipasi aktif
dari masyarakat yang pada hakekatnya merupakan suatu kewajiban pada masyarakat
Desa yang sangat menentukan maka calon kepala desa yang terpilih seharusnya bukan
saja sekedar seorang yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan, akan tetapi
disamping memenuhi syarat yang cukup dan dapat di terima dengan baik oleh
pembina masyarakat serta berjiwa panutan dan suri tauladan bagi warga desanya,
Untuk itu harus benar-benar seorang pancasialis sejati yang penuh dedikasi dan
loyalitas yang cukup tinggi. Sebelum menjadi kepala desa, kepala desa dipilih secara
langsung, umum, bebas dan rahasia, oleh penduduk desa warga negara Republik
Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk desa setempat, sudah mencapai umur 17
tahun atau sudah pernah kawin, tidak dicabut hak pilihnya dan terdaftar dalam daftar
pemilih tetap. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui secara terperinci
pendaftaran calon kepala desa, tahap penyeleksian calon kepala desa, tahap
pemungutan suara dan tahap pengesahan (pelantikan calon kepala desa yang terpilih)
Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut,
yaitu teknik wawancara teknik observasi teknik angket dan teknik kepustakaan.
dilakukan dengan pengolahan data, dalam rangka untuk melihat dan memeriksa
Proses pemilihan kepala desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah tingkat II
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai pula dengan asas atau prinsip
Demokrasi Pancasila yang bersifat LUBER. Namun demikian dalam pemilihan kepala
Desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah Tingkat II Ponorogo, terdapat pula
www1.surya.co.id/v2/?p=9377)
Masyarakat demokratis dalam hal ini sangat rentan dengan konflik atau
lebih tinggi yaitu kedudukan kekuasaan dan kepentingan. Studi tentang demokrasi
sebagai sistem politik tidak dapat dilepaskan dari studi tentang hukum sebab antara
keduanya dapat diibaratkan dua sisi dari sekeping mata uang. Demokrasi tanpa
hukum tidak akan terbangun dengan baik bahkan mungkin menimbulkan anarki,
sebaliknya hokum tanpa sistem politik yang demokratis hanya akan menjadi
hukum yang elitis dan represif. Bagaimana bentuk dan mekanisme yang diinginkan
hukum dan kepada aturan-aturan hukum itulah setiap konflik dalam berdemokrasi
bahwa meskipun sejak semula bangsa kita mendirikan negara Indonesia diatas prinsip
demokratis. Bahkan tidak kurang dari 37 tahun dari sejarah perjalanannya yang
karena selalu memberi peluang bagi terjadinya kooptasi negara dan tampilnya
pemerintahan yang otoriter. Itulah sebabnya era reformasi ini harus dipandang sebagai
bidang politik dan hukum dengan meletakkan hukum pada posisi yang supreme. tanpa
dengan hukum yang responsif maka krisis akan selalu datang. Para pecinta hukum
senantiasa meyakini bahwa jika pemerintah otoriter dan hukum tidak lagi supreme
maka krisis akan terus datang. (Moh. Mahmud, 1999 : 3-4). yang artinya sistem
termasuk daerah pemerintahan terkecil yaitu Desa yang masih bersifat trasidisional.
terjadi dilatarbelakangi oleh sistem politik desa yang masih mengikuti sistem yang
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. Desa, atau udik, menurut definisi
kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa, sedangkan di Kutai Barat, Kalimantan
Timur disebut Kepala Kampung atau Petinggi. Sejak diberlakukannya otonomi daerah
Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut
dengan istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut
dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut
dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut.
1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum
2. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi
syarat; Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan
tahap pemilihan.
Pemilihan.
setempat.
6. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
Kepala Desa melaporkan hash pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon
Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia
Pemilihan.
10. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk sate kali masa jabatan
berikutnya.
(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk
satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh
penduduk desa setempat. Desa merupakan satu kesatuan wilayah terkecil dalam suatu
negara yang terdiri dari beberapa dusun yang mana didalamnya terdapat masyarakat
yang tinggal menetap dan saling berinteraksi satu sama yang lain dengan
pemerintahannya yang dipimpin oleh seorang kepala desa. (sosiologi 1997). Nama
desa untuk setiap daerah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan
etnis masing-masing. Misalnya saja pada masyarakat batak toba desa itu disebut
dengan huta. Demikian juga halnya dengan masyarakat yang lain menyebutnya sesuai
1. Kepala Desa
2. Kepala-kepala dusun
Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa diatur dengan Peraturan
Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Yang
alat pemerintah daerah dan alat pemerintah desa. Disamping itu kepala desa juga
kepala desa untuk megatur kegiatan dalam rumah tangganya sendiri, menggerakkan
pemerintah diatasnya.
panitia dan telah menentukan tempat hari pemelihan, tujuh hari sebelum pemilihan
demokrasi Pancasila harus dijaga dan dijamin. Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah
apabila junlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3
pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk menggali data dan
informasi terkait dari berbagai sumber untuk dapat menggambarkan konflik pilkades
samping itu penelitian kualitatif akan dilengkapi dengan data kuantitatif dimaksudkan
untuk memperjelas, mendukung data yang ada. Data kuantitatif itu lebih cenderung
pada data-data statistik berupa pengambilan data arsip seperti demografi, junlah
penduduk, usia, tingkat pendidikan, pola pemukiman, dan juga data yang lain.
berbagai sumber seperti dokumen terkait. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
dibawah ini :
pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk memperoleh data-data dan informasi
sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan, maka adapun tehnik untuk
Spradley, setiap situasi sosial dapat diidentifikasi dengan tiga elemen penting yaitu :
mengalokasikan diri kedalam salah satu tempat, melihat pelaku-pelaku antara satu
dengan yang lainnya dan menjadi bagian dari mereka, serta mengamati dan
berpartisipasi terlibat dalam aktifitas. Maka secara langsung dapat dilihat tindakan-
tindakan masyarakat yang berkaitan dengan pilkades tersebut. Pada saat sebelum
yang paling penting adalah ikut terlibat pada saat berlangsungnya pemungutan suara
pemilihan tersebut. Demikian juga halnya setelah selesainya kegiatan tersebut perlu
diamati kesiapan pihak yang gagal untuk menerima kekalahan, atau melakukan
serangan susulan karena tidak mampu menerima keadaan. Hal inilah yang perlu
b. Tehnik wawancara
penelitian guna mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang
hubungan antara satu dengan yang lain. Bagaimana konsep masyarakat tentang
c. Pengalaman di lapangan
mengalami secara langsung keadaan masyarakat Desa Sosor Mangulahi yaitu dua hari
memperkaya data dan lebih terpercaya. Pada saat berlangsungnya pilkades tersebut
penulis juga ikut terlibat didalamnya, sehingga segala sesuatunya yang terjadi benar
diamati bukan rekayasa. Untuk lebih lengkapnya penulis akan mencatat pengalaman
d. Dokumen
Demi kelengkapan informasi dan data yang akurat, peneliti akan mencari
sumber atau referensi pendukung lainnya. baik sumber tertulis maupun sumber
lainnya. seperti : koran, buku, majalah, jurnal, artikel, kaset, internet, skripsi lain,
data-data desa bersangkutan, maupun sumber lain yang berkaitan dengan konflik
e. Interview Guide
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi,
interview, dokumen maka perlu pembuatan daftar pertanyaaan yang relevan dengan
objek penelitian. Disamping itu interview guide juga penting untuk memandu dan
sebagai pedoman bagi peneliti dilapangan. Sehingga penelitian yang dilakukan tidak
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
keterangan atau informasi mengenai hal-hal yang ingin diketahui si peneliti. Informan
ini untuk menjawab permasalahan penelitian ini seperti yang telah dijelaskan diatas
adalah masyarakat desa yang benar-benar tinggal menetap. Informan kunci dalam
penelitian adalah warga yang mempunyai hak suara dan ikut untuk memilih (Amri
Simamora 45 Tahun)
tehnik snowball yaitu tehnik yang digunakan secara berjenjang dari informan kunci
ketiga dan seterusnya. Dan akan berhenti jika data dan informasi yang diperoleh
sudah cukup. Dari tehnik ini akan menghadirkan informan pangkal, pokok, maupun
biasa yang juga akan diwawancarai dengan sifat kondisional pada praktek penelitian.
berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat. Informan pangkal
dalam penelitian ini adalah kepala desa. Baik kepala desa yang lama ataupun kepala
desa terpilih (Sukri57 Tahun). Karena mungkin mereka sudah lebih mengetahui apa
masalah yang ada dalam suatu masyarakat tertentu dan yang menjadi perhatian
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan pokok adalah pengetua adat
(Gomgom Purba 46 Thn). Karena dianggap mereka lebih mengerti dan memahami
masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tapi bukan ahlinya. Jadi secara
keseluruhannya yang menjadi sasaran interview adalah kepala desa, yang baru dan
Panitia pilkades, perangkat desa serta anggota warga yang lainnya. Tentunya arah
Bagaimana hubungan pihak yang terpilih dengan pihak yang kalah juga penting.
menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi
anlisis perbandingan, untuk melihat masalah sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005 : 280).
Data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan nantinya akan diteliti kembali,
hal ini untuk melihat kelengkapan hasil interview atau observasi, dokumen dan
kesesuainnya dengan interview guide serta kesesuaian jawaban yang satu dengan
yang lainnya. Setelah itu akan disusun secara sistematis dan dikelompokkan
berdasarkan kategori atau item-item masalah yang ditetapkan, baik itu tentang
konsepsi, pengetahuan atau secara umum hal-hal yang berkaitan dengan konflik
merupakan hal yang sangat penting untuk membantu dan mempermudah nantinya.
Disamping itu peneliti peneliti juga akan berusaha memperoleh suatu gambaran
menyeluruh ini sangat penting dalam usaha menempatkan semua data dalam kategori-
klasifikasi. Analisa yang dilakukan secara kualitatif, serta terakhir adalah pendesainan
penulisan sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah yang saling berkaitan dan