Pilkades

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian


Pemilihan Kepala Desa yang sering disingkat dengan Pilkades mungkin bukan

istilah yang asing lagi untuk saat ini. Sebagai wadah untuk menampung aspirasi

politik masyarakat sekaligus sarana pergantian atau kelanjutan pemerintahan desa

pilkades diharapkan mampu memenuhi keinginan dan harapan masyarakat desa

tertentu, untuk mengangkat calon yang layak sebagai kepala desa. Pilkades

merupakan sebuah instrumen dalam pembentukan pemerintahan modern dan

demokratis. Pesta demokrasi yang dilakukan ditingkat wilayah terkecil ini pada

dasarnya sudah diatur oleh peraturan perundang-undangan pemerintah tentang tata

cara penyelenggaraan pilkades. Sehingga seluruh rangkaian tahapan-tahapannya

mulai dari pembentukan panitia pilkades sampai pada pelantikan kepala desa terpilih

diharapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Dengan demikian proses

pemilihan kepala desa akan berjalan dengan baik tanpa mempengaruhi keutuhan

masyarakat. Dan harapan masyarakat dapat terpenuhi untuk terpilihnya kepala desa

yang baru dan dinyatakan layak untuk memimpin dan menjalankan roda pemerintahan

desa. Hal inilah yang didambakan oleh setiap masyarakat desa demi terciptanya

keadaan yang kondusif.

Namun dalam prakteknya pilkades yang sudah diatur oleh perundang-undangan

pemerintah untuk saat ini sangat sulit terselenggara dengan lancar dan berkualitas

karena bermainnya faktor-faktor kepentingan politik, kepentingan untuk ingin berebut

kekuasaan ketimbang hakikat yang diingini oleh pilkades yaitu pemerintahan desa

Universitas Sumatera Utara


yang legitimate 1. Disamping itu penyelenggaraan pilkades juga tersentuh dan tidak

terlepas dari pengaruh kebudayaan 2 masyarakat desa. Sehingga sering kali budaya

sangat berperan didalamnya. Seiring dengan hal ini didalam pelaksanaan pilkades

tidak jarang menuai kericuhan dan konflik. Di dalam penyelenggaraan pesta

demokrasi ini terdapat banyak masalah dan persoalan sebagai gejala awal konflik

pilkades. yang diwarnai dengan kericuhan, kekerasan, yang dapat merusak keutuhan

dan eksistensi masyarakatnya. Situasi yang memprihatinkan ini tidak jarang lagi

terjadi di berbagai daerah desa yang terdapat di Tanah Air Indonesia. Seperti misalnya

yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan. Proses

pelaksanaan pilkades diwarnai dengan persaingan tidak sehat, kericuhan, kekerasan

yang akhirnya menuai konflik.

Desa Sosor Mangulahi yang berada di Kabupaten Humbang Hasundutan dikenal

masih sangat homogen yang mana hanya terdapat Etnis Batak Toba dan didominasi

oleh Agama Kristen Protestan. Masyarakatnya terdiri dari tiga marga 3 besar yaitu

Purba, Manalu, Simamora. Pada Silsilah Marga Batak Toba ketiga marga tersebut

diatas adalah satu, yang artinya memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup kuat dan

dekat. Ketiganya bersaudara yang sangat sulit untuk dipisahkan oleh siapapun. Tetapi

1
Legitimate merupakan pemerintahan yang sah ataupun resmi dan diakui oleh masyarakat maupun
secara hukum. Lihat, Haw Widjaja, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa
, (1996). Jakarta, PT. Raja Grafindo.
2
Kebudayaan memiliki defenisi yang cukup kaya dan belum dapat dirangkumkan menjadi satu
konsep, karena para ahli mengartikannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Lihat, Koentjaraningrat, Sejarah Teori
Antropologi I (1990), Jakarta. UI-Press.
3
Marga bagi orang batak merupakan nilai ataupun harga sekaligus keabsahannya selaku orang batak,
sehingga tidak ada orang batak yang tidak bermarga. Marga secara silsilah ataupun tarombo batak juga
dapat mengetahui derajat atau posisi seseorang itu mulai dari nenek moyangnya dengan mengacu pada
sistem kekerabatan. Dan pada dasarnya marga sudah mempunyai makna tersendiri dan sejarahnya
masing-masing. Lihat, Bungaran Antonius Simanjuntak, Sruktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba
hingga 1945 (2006), : 79. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


kuatnya ikatan tersebut melemah ketika bersinggungan dengan pilkades sehingga

terpecahbelah sepertinya tidak ada lagi nilai-nilai kekeluargaan yang tidak sesuai

dengan hakekat ketiga marga tersebut, yang ditandai dengan adanya persaingan

politik yang tidak sehat diantara ketiga marga tersebut.

Dalam hal ini kebudayaan bersinggungan dengan kepentingan politik. Sehingga

masyarakat lupa diri akan pentingnya kekeluargaan dan kebudayaan demi

kepentingan politik yaitu memenangkan calon mereka masing-masing dan berusaha

untuk mengalahkan calon yang lain sebagai lawan politiknya. Situasi seperti ini

mengundang penulis untuk mengulas dan mengkaji lebih mendalam. Apa sebenarnya

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat desa, sekaligus bagaimana penyelesaian

konflik yang terjadi. secara khusus penulis juga ingin melihat bagaimana kebudayaan

berperan didalamnya dalam hal mengatasi dan menyelesaikan konflik tersebut.

Konflik pilkades dan penyelesaiannya sebagai judul penelitian, tentunya memiliki

latar belakang ataupun penjelasan tentang alasan-alasan sehingga penelitian layak

untuk dilakukan. Seiring dengan hal diatas, dalam bab ini juga akan dimuat

ketertarikan peniliti terhadap objek penelitian, yang berawal dari adanya gejala-gejala

sosial meggambarkan ketidakcocokan dan ketidakharmonisan ditengah-tengah

masyarakat. Seperti misalnya retaknya komunikasi antara satu dengan yang lain,

bahkan yang bersaudara sekalipun, semakin berkurangnya nilai-nilai kekeluargaan

diantara warga masyarakat, bahkan adanya kecenderungan mereka untuk membentuk

kelompok-kelompok tertentu dan tidak bersatu lagi, sampai pada pertikaian, konflik

yang terlihat dari perkelahian dan masih banyaknya masalah yang lainnya. Gejala-

gejala sosial seperti disebutkan diatas sudah terjadi sebelum pelaksanaan pilkades.

Yang selalu menghebohkan masyarakatnya dalam menantikan pelaksanaannya.

Keinginan peneliti untuk mengulas lebih mendalam objek penelitian dalam hal ini

Universitas Sumatera Utara


pilkades merupakan respon dari gejala-gejala sosial yang timbul ditengah masyarakat

khususnya pada warga Desa Sosor Mangulahi, sebagai lokasi penelitian saya. Gejala-

gejala sosial dimaksud timbul sebagai persoalan baru yang mampu mempengaruhi

masyarakat. Seperti yang dijelaskan diatas terjadi hubungan-hubungan sosial yang

sebelumnya tidak pernah terjadi baik antar individu maupun antar kelompok. Peneliti

melihat hal ini sebagai sebuah pendekatan politik yang berusaha mempengaruhi

pihak-pihak yang lain. Yang jelasnya terdapat kepentingan-kepentingan atau

kekuasaan 4 dan politik sedang dijalankan oleh pihak tertentu. Masyarakat desa juga

masyarakat yang berpolitik, yang menjalankan kekuasaan-kekuasaannya melalui

hubungan tertentu. Kumpulan marga pada masyarakat batak misalnya mungkin salah

satu wadah untuk menampung aspirasi politiknya. mulanya saya meneropong pilkades

itu adalah jembatan untuk mencapai sebuah kedudukan atau kakuasaan, yang mana

penyelenggaraannya sudah diatur oleh undang-undang. ternyata kacamata itu tidak

sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Pelaksanaan pilkades dimaksud lebih

dipengaruhi oleh person-person yang ada didalamnya, termasuk calon-calon yang

ada, para pendukung masing-masing calon, dan juga pihak yang terlibat melalui cara-

cara tertentu. Sehingga terjadi gejala-gejala sosial seperti pembentukan kelompok-

kelompok tertentu, hubungan yang kurang baik, saling mencari kelemahan lawan,

menunjukkan kemampuan masing-masing, bahkan terjadinya konflik dan kekerasan.

Banyaknya persoalan yang timbul dalam masyarakat lebih mengarah pada

kepentingan politik. Organisasi-organisasi masyarakat tidak lagi diarahkan untuk

menampung aspirasi dan menjalin kerjasama tetapi lebih dimanfaatkan untuk

4
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) Kekuasaan
merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan
kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).

Universitas Sumatera Utara


kekuatan politik sekaligus tujuan politik. Dari rangkaian gejala-gejala sosial yang

timbul melahirkan sebuah keingintahuan bagi peneliti untuk mencari eksplanan

(penjelasannya) sekaligus mengangkat pilkades sebagai objek penelitian

(eksplanandum). Bagaimana konflik terjadi sementara masyarakat yang saya kaji

adalah masyarakat Batak Toba, yang masih bersifat homogen, apa yang melatar-

belakangi hal tersebut akan menjadi tugas peneliti. Antropologi politik mengatakan

kekerabatan mempengaruhi kekuasaan dan keduanya saling berkaitan. Hal ini

dikarenakan oleh pentingnya kekerabatan sebagai kekuatan politik sehingga

manipulasi kekerabatan merupakan strategi politik.

Pemilihan kepala desa (pilkades) merupakan proses untuk memilih atau

dipilihnya orang yang mampu untuk memimpin jalannya roda pemerintahan di

wilayah desa tertentu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Proses sosial

ini tentunya memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada warga masyarakat

desa untuk menunjukkan partisipasi politiknya, baik sebagai hak pilih maupun sebagai

hak untuk dipilih. Adanya persamaan hak diantara warga masyarakat akan

menimbulkan persaingan sosial untuk memperoleh kekuasaan yang diinginkan

dengan berbagai cara dan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Masing-masing

person akan melakukan pendekatan tersendiri terhadap masyarakat dengan maksud

untuk menarik perhatian dan simpati warga. Dengan demikian person tersebut

mengharapkan suara warga untuk mendukung dan memilihnya. Person sebagai calon

kepala desa yang juga sebagai bagian dari warga desa tertentu dituntut untuk menjalin

komunikasi dan hubungan yang baik terhadap warga yang lain. Yang terdiri dari

individu, kelompok sosial, lembaga sosial, norma-norma sosial, dan lapisan-lapisan

sosial atau stratifikasi sosial. Dengan memulai dari lingkungan keluarga dan kerabat

terdekat sebagai kekuatan politik yang pertama. Seperti yang dikemukakan diatas

Universitas Sumatera Utara


bahwa kekuasaan dan kekerabatan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan

berpengaruh bahkan saling mendukung dalam konteks politik. Mengingat kekerabatan

merupakan sebuah sistem melibatkan sangat banyak orang yang terdapat didalamnya

dan masih adanya hubungan darah ataupun hubungan kekeluargaan memungkinkan

seseorang lebih mudah untuk melakukan pendekatan dengan cepat. Dan kegagalan

seseorang didalam menjalin hubungannya terhadap kerabat dekatnya akan

menimbulkan kesulitan untuk mencapai dukungan dari pihak lain. Dan hal inilah yang

biasanya memicu konflik dan menciptakan persoalan baru.

Masyarakat desa yang pada umumnya masih menjung-jung tinggi nilai-nilai

kekeluargaan terlebih hubungan darah. Sesuatu yang mustahil untuk memilih orang

lain apabila masih ada orang yang lebih dekat dalam artian masih adanya pertalian

darah. Kentalnya rasa solidaritas pada masyarakat desa pada sisi lain merupakan

sebuah kelemahan untuk menentukan pilihan nantinya dalam konteks politik, baik

sebelum pemilihan kades, pada saat pilkades maupun sesudah terlaksananya

pemilihan tersebut. Hal ini terjadi di dukung oleh adanya kesempatan dan hak yang

sama bagi setiap warga untuk memilih dan juga untuk dipilih.

Pemilihan kepala desa sebagai sebuah proses terdiri dari beberapa tahapan-

tahapan dan memerlukan waktu sesuai dengan tahapan yang ada. Mulai dari rapat

yang dihadiri oleh kepala desa, lembaga musyawarah desa dan camat dua bulan

sebelum berakhirnya masa jabatan. Setelah itu rapat dipimpin oleh kepala desa untuk

menyusun kepanitiaan pencalonan dan pelaksanaan pilkades selanjutnya membahas

hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan misalnya pembiayaan. Hasilnya diajukan

kepada Bupati kepala daerah tingkat dua untuk memperoleh pengesahan. Kemudian

panitia akan menentukan jadwal pelaksanaan pemilihan dengan syarat sudah

mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada tahap

Universitas Sumatera Utara


pencalonan panitia akan mengadakan pendaftaran, dan disahkan sesuai dengan

persyaratan administratif, yang akan diumumkan dipapan pengumuman yang terbuka

dengan mencantumkan nama-nama bakal calon dan daftar pemilih yang telah

disahkan. Setelah mengetahui orang-orang yang bakal calon, keadaan akan

mengalami perubahan ditengah masyarakat.

Perubahan dalam hal ini ditandai oleh hubungan dan jalinan komunikasi diantara

warga desa sudah berkurang. Dan yang lebih memprihatinkan adalah mereka

cenderung membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah calon yang ada.

Berkurangnya hubungan yang baik tidak hanya diantara para calon saja tetapi juga

diantara masyarakat pendukung masing-masing calon. Dalam konteks ini hubungan

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok ataupun sebaliknya sudah tidak eksis lagi. Tetapi hubungan itu hanya ada

diantara mereka yang mempunyai calon yang sama. Masyarakat telah terkotak-kotak

sesuai dengan calon yang ada dan interaksi sosial menunjukkan adanya nilai-nilai

budaya yang mengalami pergeseran dan perubahan kearah yang kurang baik.

Penulis juga melihat terjadinya konflik sosial ini mempengaruhi pada semua

aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Yang secara keseluruhannya berdampak

terhadap hubungan sosial masyarakat. bahkan hubungan diantara anggota masyarakat

yang bersaudarapun terpengaruh oleh keadaan itu, sehingga nilai kekeluargaan dan

hubungan darah sudah luntur dan sangat memprihatinkan. Karena calon-calon yang

ada pada dasarnya merupakan orang-orang yang masih ada hubungan kekerabatan dan

kekeluargaan. Hal inilah yang menjadi daya tarik sekaligus latar belakang sehingga

penelitian sangat perlu dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


I.2. Masalah dan Fokus Penelitian

Dari gambaran di atas kajian ini berupaya untuk memahami anatomi konflik

pilkades yang terjadi di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbang Hasundutan dan

juga proses penyelesaiannya. Masyarakat Desa Sosor Mangulahi masih bersifat

homogen yaitu Etnis Batak Toba menganut Agama Kristen Protestan. Terdiri dari tiga

marga besar antara lain Purba, Manalu, Dan Simamora. Adapun marga selain itu

adalah orang-orang pendatang yang sudah lama berdomisili, berjumlah sangat sedikit

dibandingkan ketiga marga tersebut.

Masyarakat Desa Sosor Mangulahi masih mempunyai ikatan darah (kekeluargaan)

yang sangat kuat, ternyata tidak menjadi faktor pendukung ataupun kemudahan dalam

melaksanakan partisipasi politik masyarakat, yakni pemilihan kepala desa. Pada

pemilihan kepala desa yang sudah berlalu tidak jarang ditemukannya berbagai konflik

dan persoalan-persoalan sosial. Seperti rusaknya hubungan-hubungan sosial, tanpa

memandang kekeluargaan disamping itu pernah juga terjadi kekerasan, anarkis,

ancaman, perkelahian dan berbagai masalah lainnya. Penelitian diharapkan mampu

untuk mengulas ataupun mengkaji, mendalami secara deskriptif bagaimanakah

anatomi konflik serta bagaimana konflik pilkades dapat diselesaikan pasca pilkades

dan untuk saat ini termasuk peranan kebudayaan masyarakat didalamnya. Dengan

demikian maka masalah dan fokus penelitian dapat diperjelas melalui pertanyaan di

bawah ini :

1. Mengapa dalam penyelenggaraan pilkades di Desa Sosor Mangulahi masih

terjadi konflik, sementara masyarakatnya masih terikat dengan

kekeluargaan dan kekerabatan yang sangat kuat.

2. Bagaimanakah langkah-langkah penyelesaian konflik pilkades sehingga

keutuhan masyarakat bisa kembali seperti sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


I.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

I.3.1. Tujuan penelitian

Pada hakekatnya penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya persoalan-

persoalan politik, masalah-masalah sosial, hubungan-hubungan yang terjadi,

ketidakcocokan di tengah masyarakat baik individu dengan individu maupun individu

dengan kelompok atau sebaliknya yang bersumber sosial, politik. Sehingga dengan

adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk mengkaji masalah dan konflik yang

terjadi dalam masyarakat, dalam kaitannya dengan pemilihan kepala desa (pilkades).

Disamping itu penelitian ini juga dimaksudkan bertujuan untuk menjawab berbagai

masalah penelitian yang ada, yaitu: untuk mengetahui dengan jelas latar belakang

ataupun penyebab konflik beserta penyelesaiannya. Dengan cara itu diharapkan akan

tergambar anatomi 5 konflik pilkades, sehingga peneliti mampu memberikan

sumbangsih pemikiran kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.

I.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah ataupun memperkaya

tulisan ilmiah mengenai pelaksananan pemilihan kepala desa (pilkades), kekuasaan-

kekuasaan yang terjadi di desa, ataupun kajian antropologi politik menyangkut

konflik. Maka selanjutnya masyarakat luas secara umum dan masyarakat Desa Sosor

Mangulahi secara khusus mengetahui bagaimana penyelenggaraan pemilihan kepala

desa berjalan lancar tanpa menuai konflik. Sehingga kedepannya masyarakat Desa

Sosor Mangulahi diharapkan mampu untuk melaksanakan pilkades dengan tetap

5
Anatomi konflik : merupakan susunan, sistematika, urutan bisa juga kronologis dan proses terjadinya
konflik mulai dari tahap awal sampai tahap akhir yaitu penyelesaiannya. Untuk memahami lebih
jelasnya Lihat, Laode Ida, Anatomi Konflik (1996), Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Universitas Sumatera Utara


menjaga nilai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai budaya yang pada hakekatnya cukup

kuat dan kokoh. Mencegah konflik secara dini dan tidak akan melunturkan nilai

budaya demi kepentingan politik dan kekuasaan. Jelasnya pemilihan kepala desa

harus menjadi pemersatu masyarakat dan bukan sebagai gejala sosial yang

memecahkan kesatuan masyarakat desa. Pada akhirnya akan tercapai masyarakat yang

aman dan sentosa.

Universitas Sumatera Utara


I.4. Tinjauan Pustaka.

Konflik sosial belakangan ini sudah semakin marak di Tanah Air Indonesia

bahkan kedunia Internasional yang cukup mempengaruhi aspek-aspek kehidupan

masyarakat. Sehingga mendapat perhatian dari berbagai pihak terkait termasuk para

ahli dibidangnya. Pada dasarnya konflik itu adalah pertentangan dan akan musnah

bersamaan dengan hilangnya umat manusia dari permukaan bumi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Dahrendorf6 dalam poloma, 1994 :

“Konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak mungkin

melepaskan diri dari konflik, karena konflik itu sendiri

sejalan dengan dinamika kehidupan manusia dalam

perubahan sosial. Konflik antar perorangan dan antar

kelompok merupakan bagian sejarah kehidupan umat

manusia. Berbagai macam keinginan seseorang dan

kelompok yang tidak terpenuhi seringkali berakhir dengan

konflik. Konflik juga akan selalu ada pada setiap

masyarakat karena konflik merupakan gejala sosial”.

(Sumber : Erna Lamsihar Nainggolan “Konflik Antar

Remaja”, skripsi Antropologi 2004 halm 1).

Demikian halnya dengan pemilihan kepala desa di Desa Sosor Mangulahi yang

menuai konflik bersumber sosial politik, tidak terlepas dari masyarakat desa tersebut

selaku subjek dari konflik yang terjadi. Terdapat persaingan antara satu dengan yang

lainnya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan masing-masing. Dalam

6
Pendapat Dahrendorf Dalam Poloma, 1994 diatas, saya kutip dari Erna Lamsihar Nainggolan “Konflik
Antar Remaja”, skripsi Antropologi 2004 halm 1.

Universitas Sumatera Utara


menjalankan persaingan tersebut seringkali terjadi tindakan-tindakan sebagai upaya

penting yang merugikan pihak lain. Keadaan inilah pada akhirnya akan menuai

konflik ditengah-tengah masyarakat.

Kata konflik tersebut mengacu kepada perkelahian., perlawanan dan

pertentangan dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain

dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya (Hendropuspito, 1989:

240). Hal senada disampaikan oleh Coser (dalam Suparlan, 1999) yang mana

pengertian konflik adalah perjuangan antar individu atau kelompok untuk

memenangkan sesuatu tujuan yang sama-sama ingin mereka capai. Dimana kekalahan

dan kehancuran dipihak lawan, merupakan tujuan utama yang ingin mereka capai.

Dengan demikian konflik ibarat sebuah permainan. Timbulnya konflik adalah adanya

pihak tertentu yang terlibat dalam konflik bukan untuk mencapai suatu tujuan

melainkan untuk menikmati konflik itu sendiri. Maka inti dari konflik itu adalah

menyangkut masalah perbedaan dan pertentangan antar individu yang akhirnya

merebak menjadi konflik sosial. Konflik yang sedang marak saat sekarang ini dan

sangat kaya untuk dikaji secara lebih mendalam adalah konflik politik. Dimana-mana

politik sudah semakin mendominasi aspek kehidupan masyarakat Indonesia,

termasuk diwilayah tingkat pedesaan yang selalu dihadapkan dengan Pemilihan

Kepala Desa (Pilkades). Yang sangat memprihatinkan lagi adalah pelaksanaannya

yang dapat memecahkan masyarakat dan keluarga. Seperti halnya kutipan dibawah

ini, pemilihan kepala desa berujung pada konflik sosial tanpa memandang keluarga

dan kerabat. Hal ini bisa menggambarkan Pemilihan Kepala Desa yang terjadi di Desa

Sosor Mangulahi sebagai lokasi penelitian saya.

Universitas Sumatera Utara


Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu

“Urusan berpolitik rupanya tak pandang garis

keturunan keluarga. Seorang calon kepala desa (kades) di

Desa Rahayu Kec. Margaasih Kab. Bandung meminta

kepada Panitia Pemilihasn Kepala Desa (PPKD) Rahayu

untuk membatalkan penetapan calon lainnya yang tak lain

adalah kakak kandungnya sendiri. Ia bahkan menilai PPKD

bersikap tak independen hingga meloloskan kakaknya

menjadi calon kades. Ungkapan kekecewaan sang adik, H.

Ansor Saeful Azhar, S.Sos., dilakukan dengan cara

mendatangi Sekretariat PPKD di Kantor Desa Rahayu,

Senin (6/8). Ia tak sendiri, karena puluhan pendukungnya

juga ikut serta sembari melakukan iring-iringan kendaraan

bermotor dari tempat tinggal Ansor di Kp. Kiaracondong

Desa Rahayu menuju kantor desa yang tak terlalu jauh

jaraknya.Para pendukung Ansor melakukan orasi yang

bercampur kata-kata kasar menuntut PPKD Rahayu

dibubarkan. Dengan membawa sejumlah spanduk, mereka

menuntut agar proses pilkades Rahayu dilakukan secara

bersih. Tak hanya Sekretariat PPKD yang didemo, mereka

juga mendatangi kantor Kecamatan Margaasih dan Pemkab

Bandung di Soreang. Kami menyerahkan surat pengaduan,

ada beberapa poin yang kami keluhkan. Salah satunya

menyangkut keabsahan pembentukan PPKD serta

independensinya. Poin lainnya juga menyangkut pelolosan

Universitas Sumatera Utara


salah satu calon yang berstatus PNS, kakaknya. Ia mengaku

akan mengutamakan asas musyawarah mufakat dalam

penyelesaian masalah itu. Namun demikian, Ketua BPD

Rahayu, Mulawarman Sutan Rajo Nan Kayo, menilai

konflik itu dibuat oleh sejumlah pihak yang mengintervensi

proses pilkades di Rahayu.

(Sumber : www.bandungkab.go.id “Kakak Adik pun

Berseteru Dalam Pilkades Rahayu” 03 April 2009)

Konflik yang mendapat perhatian dari para ahli juga ditanggapi oleh berbagai

media. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya tulisan-tulisan yang terdapat pada situs

internet mengulas tentang konflik dan segala sesuatu yang berkaitan dengan konflik

tersebut. Disamping itu masih banyak media-media lainnya berperan serta dalam

memperkaya kajian ini. Seperti yang dijelaskan melalui salah satu situs internet

id.wikipedia.org/wiki/Konflik - 32k –03 April 2009): ”Konflik berasal dari kata kerja

Latin configere yang berarti saling memukul. maka konflik diartikan sebagai suatu

proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu

pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau

membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakatpun yang tidak pernah mengalami

konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya

akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik

dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.

perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,

pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya

Kasus ini dikutip dari www.bandungkab.go.id “Kakak Adik pun Berseteru Dalam Pilkades Rahayu”
Selasa, 07 Agustus 2007 Sumber : Pikiran Rakyat, 7 Agustus 2007.

Universitas Sumatera Utara


ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam

setiap masyarakat.

Pada prinsipnya konflik sesungguhnya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun

yang paling penting adalah bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik tersebut

supaya ancaman dan bahaya sebagai akibatnya dapat dicegah secara dini.

Menurut Nader dan Todd (1978 : 9-10) dalam tulisan Ihromi (1993 : 210-212)

ada beberapa tahap untuk mengatasi dan menyelesaikan terjadinya konflik, yaitu :

1. Membiarkan saja (lumping it) : pihak yang merasakan perlakuan tidak adil,

gagal dalam upaya menekan tuntutannya. Seseorang mengambil keputusan

untuk mengabaikan saja karena berbagai kemungkinan seperti kurangnya

informasi mengenai bagaimana proses mengajukan keluhan itu ke pengadilan,

atau sengaja tidak diproses ke pengadilan karena diperkirakan bahwa kerugian

lebih besar dari keuntungannya (dalam arti materil maupun kejiwaan).

2. Mengelak (avoidance): pihak yang merasakan dirugikan, memilih untuk

mengurangi hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya atau sama

sekali menghentikan hubungan tersebut.

3. Paksaan (coercion): salah satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak yang

lain. Tindakan yang bersifat memaksakan atau ancaman untuk menggunakan

kekerasan, pada umumnya mengurangi penyelesaian secara damai.

4. Perundingan (negotiation): dua pihak yang berhadapan merupakan pengambil

keputusan. Pemecahan dari masalah yang mereka hadapi dilakukan oleh kedua

belah pihak, mereka sepakat, tanpa adanya pihak ketiga yang mencampuri.

5. Mediasi (mediation): pemecahan suatu masalah dilakukan menurut perantara.

Dalam cara ini ada pihak ketiga yang membantu kedua belah pihak yang

berselisih pendapat untuk menemukan kesepakatan. Pihak ketiga ini dapat

Universitas Sumatera Utara


ditentukan oleh kedua pihak yang bersengketa, atau ditunjuk oleh pihak yang

berwenang. Kedua pihak yang bersengketa tidak harus menuruti atau setuju

terhadap upaya mencari pemecahan oleh pihak ketiga atau mediator, tetapi

harus setuju bahwa jasa-jasa dari mediator akan digunakan dalam upaya

pemecahan masalah.

6. Arbitrase (arbitration): dua pihak yang besengketa sepakat untuk meminta

perantara pihak ketiga, arbitrator, dan sejak semula telah setuju bahwa mereka

akan menerima keputusan dari arbitrator itu.

7. Peradilan (adjudication): pihak ketiga mempunyai wewenang untuk

mencampuri pemecahan masalah, lepas dari keinginan para pihak yang

bersengketa. Pihak ketiga juga berhak membuat keputusan itu artinya

berupaya bahwa keputusan dilaksanakan.

Sementara itu menurut Suparlan (1999), untuk dapat menghentikan konflik

adalah adanya suatu pranata organisasi yang dipercaya dengan melibatkan partisipasi

masyarkat agar dapat menjaga dan mengawasi dinamika hubungan antar kelompok.

Selain itu membuka jalur komunikasi yang dapat mengakomodasi atau meredam

perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang terjadi. Sebagai gejala

sosial, konflik akan selalu ada pada setiap masyarakat, karena antagonisme atau

perbedaan menjadi ciri dan penunjang terbentuknya masyarakat.” Karl Marx, (1986)

Menyebutkan perbedaan-perbedaan sosial tidak mungkin bisa dihindari, tidak

mungkin ada lapisan atas jika tidak ada lapisan bawah dan menengah. Seseorang pasti

akan menghadapi masalah dalam mengambil pilihan, keinginan, dan kepentingannya.

Pengambilan pilihan itu tergantung pada norma, realitas berpikir, dan argumentasi

rasional maupun irrasional. Manusia ada yang mengambil pilihan itu secara tepat dan

cermat, bahkan ada yang mengambil keputusan tanpa ada perhitungan yang matang.

Universitas Sumatera Utara


kesalahan pengambilan keputusan akan membawa akibat pada perjalanan hidup

manusia. Apalagi kesalahan pengambilan keputusan untuk berperilaku dengan orang

lain atau kelompoknya, kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan

menjadi faktor yang sangat penting untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

Konflik antar kelompok juga sangat ditentukann oleh bangunan nilai dan

penggunaan simbol yang berbeda antar kelompok tersebut sehingga menimbulkan

penafsiran yang berbeda untuk menghargai atau dihargai. Banyak hal yang

menyebabkan terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi karena perebutan suatu tujuan,

dan tujuan itu bervariasi mulai dari perebutan sumber daya alam sampai hal-hal

sederhana dan remeh yang dianggap bernilai tinggi (Sihbudi, 2001).

Sekalipun bermacam-macam nama dan sebutan serta asal mula terbentuknya

satuan-satuan organisasi kewarganegaraan kesatuan masyarakat hukum, namun

azaznya atau landasan hukumnya hampir sama untuk seluruh indonesia. Yaitu

berlandaskan pada adat, kebiasaan dan hukum adat. dengan demikian dapatlah secara

umum ditemukan suatu pengertian atau batasan tentang desa atau yang semacam

dengan sebagai berikut. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat adat dan hukum adat

yang menetap disuatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan

bathin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun karena sama-sama memiliki

kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan : memiliki susunan pengurusan

yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak

menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. (R. H. Unang Sunardjo, 1984).

Pada mulanya istilah desa dipakai didaerah Jawa, Madura, dan Bali. Secara

etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu swa-desi. Yang artinya

Tanah asal, negeri asal, atau tanah leluhur. Desa diartikan sebagai suatupersekutuan

Universitas Sumatera Utara


hidup bersama yang mempunyai kesatuanhubungan organisasi, serta batas geografis

tertentu. (Kusnaedi, 1995). Suatu persekutuan hidup yang setingkat desa ditiap daerah

berbeda-beda. Misalnya di sumsel disebut dusun, maluku disebut dati, dibatak toba

disebut huta, diaceh dikenal dengan istilah gampung dab meunasah, minagkabau

disebut nagari atau luha minahasa disebut wama, kalimantan adalah udik, dibugis

dikenal matowa, makassar yaitu gaukang, dan masih banyak istilah yang lainnya.

Desa memiliki pemerintahannya yaitu pemerintahan desa. Yang dipimpin oleh

kepala desa. Kades sebagai penyelenggara pemerintahan desa kedudukannya sebagai

alat pemerintah daerah terendah langsung dibawah camat. Tugas kades adalah

menjalankan rumah tangga desanya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan ,

melaksanakan program pembangunan baik yang berasal dari pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Penyelenggara pemerintah termasuk didalamnya

pembinaan ketenteraman dan ketertiban diwilayah desa. Tugas lainnya antara lain

mengembangkan semangat gotong royong masyarakat dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan desa.

Fungsi kades :

1. Melaksanakan kegiatan rumah tangga desanya sendiri.

2. Menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayahnya

3. Melaksanakan tugas dari pemerintah

4. Membina ketenteraman serta ketertiban masyarakat desa

5. Melaksanakan kordinasi dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan

pembinaan kehidupan masyarakat desa. Kepala desa dibantu oleh sekdes, kadus,

kepala urusan masing-masing seksi, LKMD (Lembaga Kesejahteraan Masyarakat

Desa), BPD (Badan Perwakilan Desa).

Universitas Sumatera Utara


Menurut webster (1966), istilah conflict didalam bahasa aslinya berarti suatu

perkelahian peperangan atau perjuangan. Yaitu berupa konfrontasi fisik antara

beberapa pihak. Tetapi arti kata itu berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan

yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide dll. Defenisi webster yang

kedua konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived

divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang

berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Charles Darwin, Sigmund Freud dan

Karl Marx (1986) dalam teori konflik sosial menyatakan beberapa fungsi positif

konflik. Pertama, konflik adalah persamain yang subur bagi terjadinya perubahan

sosial. Kedua, konflik tersebut menfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai

kepentingan. Ketiga, konflik dapat mempererat persatuan kelompok. Konflik adalah

persepsi mengenai perbedaan kepentingan-kepentingan adalah perasaan orang

mengenai apa yang sesungguhnya yang inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat

sentral dalam pikiran dan tindakan orang yang membentuk inti dari banyak sikap,

tujuan, dan niat (intensinya). (Raven dan Rubin, 1983).

Manusia adalah makhluk politik yang selalu menjalankan kekuasaan-

kekuasaannya melalui hubungan-hubungan sosialnya dan selalu berusaha

mempengaruhi yang lain. (Aristoteles, 1986: 1). Maka demikian juga halnya dalam

aktifitas lainnya tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan, kekuasaan-kekuasaan

dalam rangka politik. Untuk mengetahui perilaku-perilaku politik beberapa

pendekatan yang sering digunakan, namun yang lebih relevan adalah struktural-

fungsionalis.

Hubungan-hubungan politik adalah hubungan-hubungan melalui apa orang-

orang atau kelompok-kelompok menjalankan kekuasaan atau kewenangan untuk

melanggengkan tata aturan soial didalam sebuah teritorial. (1985 : 1). ditekankan

Universitas Sumatera Utara


didalam hubungan-hubungan sosial terdapat hubungan politik yang bersamaan.

Adanya gejala-gejala sosial sebagai tanda-tanda adanya konflik menurut struktural

fungsionalis didorong oleh kehadiran persaingan dalam masyarakat. Individu

bersaing untuk mendapatkan akses kejenjang status peranan yang lebih tinggi

karena prestise yang terdapat disana, dan yang juga yang penting, ganjaran materi

dan lainnya yang lebih besar. Sekurang-kurangnya dalam masyarakat demokratis,

persaingan ini relatif terbuka, karena orang memiliki kesempatan yang masuk akal

untuk melakukan yang terbaik bagi mereka. Tatanan yang demikian itu fungsionalis

dalam hal tatanan tersebut akhirnya melayani kebutuhan individu untuk mencapai

sesuatu dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengisi posisi-posisi penting

dengan orang-orang yang berkompeten. Pernyataan ini menegaskan masalah-

masalah dan persoalan yang timbul dalam masyarakat disebabkan oleh

persaingan yang terbuka khususnya dalam masyarakat tradisional yang

demokratis. Kesimpulan yang dibangun oleh Parson dan struktural-fungsionalis

lainnya adalah bahwa penggunaan kekuasaan secara kekerasan itu sendiri justru

dapat menimbulkan gejolak atau kekacauan. Jadi untuk memahami bagaimana

masyarakat yang stabil itu bisa tercapai, kita harus mencari sumber keteraturan sosial

di tempat lain (Parson, 1953).

Berdasarkan perda No 13/2006

Syarat Calon Kades :

1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Usia minimal 25 tahun

3. Sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut

penduduk desa setempat

4. Tidak dicabut hak pilihnya

Universitas Sumatera Utara


5. Belum pernah jabat kades atau baru sekali

6. TNI/Polri/PNS, asal dapat izin atasannya

Syarat Pemilih :

1. Terdaftar sebagai penduduk dengan minimal 6 bulan

2. Usia 17 tahun

3. Tak dicabut hak pilihnya

4. Tak Boleh diwakilkan saat menyoblos

Pemilihan kepala desa merupakan praktek demokrasi di daerah pedesaan yang

menyangkut aspek legitimasi kekuasaan dan aspek penentuan kekuasaan sehingga

akan mengundang kompetisi dari golongan minoritas untuk merebut jabatan kepala

desa Untuk mendapatkan jabatan kepala desa tersebut di butuhkan partisipasi aktif

dari masyarakat yang pada hakekatnya merupakan suatu kewajiban pada masyarakat

itu sendiri dalam pemilihan kepala dasa.Mengingat fungsi Apaparatur Pemerintahan

Desa yang sangat menentukan maka calon kepala desa yang terpilih seharusnya bukan

saja sekedar seorang yang mendapat suara terbanyak dalam pemilihan, akan tetapi

disamping memenuhi syarat yang cukup dan dapat di terima dengan baik oleh

masyarakat juga mampu melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan sebagai

pembina masyarakat serta berjiwa panutan dan suri tauladan bagi warga desanya,

Untuk itu harus benar-benar seorang pancasialis sejati yang penuh dedikasi dan

loyalitas yang cukup tinggi. Sebelum menjadi kepala desa, kepala desa dipilih secara

langsung, umum, bebas dan rahasia, oleh penduduk desa warga negara Republik

Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk desa setempat, sudah mencapai umur 17

tahun atau sudah pernah kawin, tidak dicabut hak pilihnya dan terdaftar dalam daftar

pemilih tetap. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui secara terperinci

Universitas Sumatera Utara


meliputi tahap persiapan pelaksanaan pemilihan (pembentukan panitia) tahap

pendaftaran calon kepala desa, tahap penyeleksian calon kepala desa, tahap

pemungutan suara dan tahap pengesahan (pelantikan calon kepala desa yang terpilih)

Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut,

yaitu teknik wawancara teknik observasi teknik angket dan teknik kepustakaan.

Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik diatas selanjutnya

dilakukan dengan pengolahan data, dalam rangka untuk melihat dan memeriksa

kesempurnaannya. Selanjutnya akhir dari kegiatan ini adalah penarikan kesimpulan.

Proses pemilihan kepala desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah tingkat II

Ponorogo pada dasarnya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena

tahap-tahap yang ada telah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai pula dengan asas atau prinsip

Demokrasi Pancasila yang bersifat LUBER. Namun demikian dalam pemilihan kepala

Desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Daerah Tingkat II Ponorogo, terdapat pula

suatu penyimpangan-penyimpangan atau praktek-praktek yang tidak sesuai dengan

Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. (sumber :

www1.surya.co.id/v2/?p=9377)

Masyarakat demokratis dalam hal ini sangat rentan dengan konflik atau

persoalan-persoalan politik dalam persaingan terbuka untuk mencapai status yang

lebih tinggi yaitu kedudukan kekuasaan dan kepentingan. Studi tentang demokrasi

sebagai sistem politik tidak dapat dilepaskan dari studi tentang hukum sebab antara

keduanya dapat diibaratkan dua sisi dari sekeping mata uang. Demokrasi tanpa

hukum tidak akan terbangun dengan baik bahkan mungkin menimbulkan anarki,

sebaliknya hokum tanpa sistem politik yang demokratis hanya akan menjadi

hukum yang elitis dan represif. Bagaimana bentuk dan mekanisme yang diinginkan

Universitas Sumatera Utara


dari gagasan tentang demokrasi tentu harus dituangkan didalam aturan-aturan

hukum dan kepada aturan-aturan hukum itulah setiap konflik dalam berdemokrasi

harus dicarikan rujukannya. (1999 : 1).

Sedikit dikaji mengenai sistem politik di Indonesia sebenarnya kenyataan

bahwa meskipun sejak semula bangsa kita mendirikan negara Indonesia diatas prinsip

demokrasi namun dalam aktualisasinya tidak selamanya negara kita berlangsung

demokratis. Bahkan tidak kurang dari 37 tahun dari sejarah perjalanannya yang

sudah berusia hampir 55 tahun ternyata indonesia terselenggara secara tidak

demokratis. Pewadahan hukum atas pilar-pilar demokrasi juga tidaklah responsif

karena selalu memberi peluang bagi terjadinya kooptasi negara dan tampilnya

pemerintahan yang otoriter. Itulah sebabnya era reformasi ini harus dipandang sebagai

momentum untuk melakukan pembenahan-pembenahan secara mendasar dalam

bidang politik dan hukum dengan meletakkan hukum pada posisi yang supreme. tanpa

demokratisasi dalam kehidupan politik yang kemudian pilar-pilarnya diwadahi

dengan hukum yang responsif maka krisis akan selalu datang. Para pecinta hukum

senantiasa meyakini bahwa jika pemerintah otoriter dan hukum tidak lagi supreme

maka krisis akan terus datang. (Moh. Mahmud, 1999 : 3-4). yang artinya sistem

politik yang demikian yang terjadi di daerah pemerintahan seluruh Indonesia,

termasuk daerah pemerintahan terkecil yaitu Desa yang masih bersifat trasidisional.

Keadaan ini menggambarkan persoalan-persoalan dan bahkan konflik sosial yang

terjadi dilatarbelakangi oleh sistem politik desa yang masih mengikuti sistem yang

berlaku di Indonesia secara umum.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut

bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan desa adalah:

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan

pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

Tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Urusan

pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. Desa, atau udik, menurut definisi

universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan (rural). Di

Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah

kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa, sedangkan di Kutai Barat, Kalimantan

Timur disebut Kepala Kampung atau Petinggi. Sejak diberlakukannya otonomi daerah

Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut

dengan istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut

dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut

dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut.

Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa :

1. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum

berakhirnya masa jabatan kepala desa.

2. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi

syarat; Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil; Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan dan

tahap pemilihan.

Universitas Sumatera Utara


3. Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia

Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga

kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat.Panitia pemilihan melakukan

pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan,

melaksanakan peinungutan suara, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan

Kepala Desa kepada BPD.

4. Panitia pemilihan melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon

Kepala Den sesuai persyaratan;Bakal Calon Kepala Desa yang telah

memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia

Pemilihan.

5. Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat

ditempat-tempat yang terbuka sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat.

6. Calon Kepala Desa dapat, melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial

budaya masyarakat setempat; Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih

adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak; Panitia Pemilihan

Kepala Desa melaporkan hash pemilihan Kepala Desa kepada BPD; Calon

Kepala Desa Terpilih sebagaimana dirnaksud pada ayat; ditetapkan dengan

Keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia

Pemilihan.

7. Calon Kepala Desa Terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati/Walikota

melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa Terpilih.

8. Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan Bupati/ Walikota tentang

Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lama 15 (lima belas)

hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPD.

Universitas Sumatera Utara


9. Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama 15 (lima

belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati/Walikota.

10. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk sate kali masa jabatan

berikutnya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Kepala_Desa”

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk

satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan

Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh

penduduk desa setempat. Desa merupakan satu kesatuan wilayah terkecil dalam suatu

negara yang terdiri dari beberapa dusun yang mana didalamnya terdapat masyarakat

yang tinggal menetap dan saling berinteraksi satu sama yang lain dengan

pemerintahannya yang dipimpin oleh seorang kepala desa. (sosiologi 1997). Nama

desa untuk setiap daerah berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan

etnis masing-masing. Misalnya saja pada masyarakat batak toba desa itu disebut

dengan huta. Demikian juga halnya dengan masyarakat yang lain menyebutnya sesuai

dengan bahasanya masing-masing.

Berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1979 pemerintahan desa terdiri atas :

1. Kepala Desa

2. Lembaga Musyawarah Desa

Universitas Sumatera Utara


Pemerintahan Desa dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh perangkat desa,

yang mana perangkat desa terdiri atas :

1. Sekretaris Desa (sekdes)

2. Kepala-kepala dusun

Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa diatur dengan Peraturan

Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Yang

masing-masing pejabat dan perangkat pembantu mempunyai kedudukan, tugas dan

fungsinya masing-masing. Kedudukan kepala desa adalah sebagai alat pemerintah,

alat pemerintah daerah dan alat pemerintah desa. Disamping itu kepala desa juga

bertugas untuk menjalankan urusan rumah tangganya, urusan pemerintah, pembinaan

masyarakat, dan mengembangkan semangat jiwa gotong royong. Adapun fungsinya

kepala desa untuk megatur kegiatan dalam rumah tangganya sendiri, menggerakkan

partisipasi masyarakat, melaksanakan tugas dari pemerintah diatasnya, keamanan dan

ketertiban masyarakat serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

pemerintah diatasnya.

(Joko siswanto, Administrasi Pemerintahan Desa, 1995) menguraikan

pelaksanaan pemilihan sebagai berikut ; Setelah tugas-tugas awal diselesaikan oleh

panitia dan telah menentukan tempat hari pemelihan, tujuh hari sebelum pemilihan

dilaksanakan, panitia pencalonan dan pelaksanaan pemilihan memberitahukan kepada

penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman-pengumuman di

tempat terbuka tentang akan dilaksanakannya pemilihan kepala desa.

Pemilihan harus bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pelaksanaan

demokrasi Pancasila harus dijaga dan dijamin. Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah

apabila junlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-kurangnya 2/3

dari jumlah seluruh pemilih yang telah disahkan.

Universitas Sumatera Utara


I.5. Metode Penelitian

I.5.1. Tipe penelitian


Tipe atau jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis akan berusaha untuk menggali data dan

informasi terkait dari berbagai sumber untuk dapat menggambarkan konflik pilkades

dan penyelesaiannya yang terjadi di Desa Sosorgontig Kabupaten Humbahas. Di

samping itu penelitian kualitatif akan dilengkapi dengan data kuantitatif dimaksudkan

untuk memperjelas, mendukung data yang ada. Data kuantitatif itu lebih cenderung

pada data-data statistik berupa pengambilan data arsip seperti demografi, junlah

penduduk, usia, tingkat pendidikan, pola pemukiman, dan juga data yang lain.

Sementara itu data kualitatif dikumpulakan melalui wawancara, observasi, menggali

berbagai sumber seperti dokumen terkait. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

dibawah ini :

1.5.2. Tehnik pengumpulan data

Pengumpulan data lapangan dilakukan melalui wawancara mendalam, atas dasar

pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk memperoleh data-data dan informasi

sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan, maka adapun tehnik untuk

mengumpulkan data-data dilapangan antara lain :

a. Tehnik observasi Partisipasi

Menggunakan tehnik ini dimaksudkan untuk mengamati langsung dan ikut

terlibat saat berlangsungnya pemilihan maupun sesudah selesainya pilkades. Menurut

Spradley, setiap situasi sosial dapat diidentifikasi dengan tiga elemen penting yaitu :

Universitas Sumatera Utara


tempat, pelaku, dan aktifitas. Untuk melakukan pengamatan terlibat peneliti harus

mengalokasikan diri kedalam salah satu tempat, melihat pelaku-pelaku antara satu

dengan yang lainnya dan menjadi bagian dari mereka, serta mengamati dan

berpartisipasi terlibat dalam aktifitas. Maka secara langsung dapat dilihat tindakan-

tindakan masyarakat yang berkaitan dengan pilkades tersebut. Pada saat sebelum

dilaksanakannya pilkades misalnya apakah ada yang membentuk kelompok-kelompok

ataupun tindakan-tindakan yang dapat menarik perhatian anggota masyarakat. Dan

yang paling penting adalah ikut terlibat pada saat berlangsungnya pemungutan suara

ataupun puncaknya pesta demokrasi desa. Sehingga dapat mengetahui situasi

pemilihan tersebut. Demikian juga halnya setelah selesainya kegiatan tersebut perlu

diamati kesiapan pihak yang gagal untuk menerima kekalahan, atau melakukan

serangan susulan karena tidak mampu menerima keadaan. Hal inilah yang perlu

diamati ditengah-tengah masyarakat.

b. Tehnik wawancara

Wawancara (interview) merupakan cara yang digunakan seseorang untuk tujuan

penelitian guna mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang

responden atau informan dengan bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang

yang diwawancarai. tehnik ini digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana

hubungan antara satu dengan yang lain. Bagaimana konsep masyarakat tentang

pilkades dan pelaksanaannya. Mencari jawaban mengenai pelaksanaan pilkades pada

periode-periode sebelumnya dan membandingkan dengan yang sedang belangsung.

c. Pengalaman di lapangan

Universitas Sumatera Utara


Untuk mendukung pengumpulan data yang akurat, penulis sudah melihat dan

mengalami secara langsung keadaan masyarakat Desa Sosor Mangulahi yaitu dua hari

menjelang pilkades. Pengalaman di lapangan memang cukup bermanfaat dalam

memperkaya data dan lebih terpercaya. Pada saat berlangsungnya pilkades tersebut

penulis juga ikut terlibat didalamnya, sehingga segala sesuatunya yang terjadi benar

diamati bukan rekayasa. Untuk lebih lengkapnya penulis akan mencatat pengalaman

tersebut untuk memperkaya dan keperluan data yang lebih lengkap.

d. Dokumen

Demi kelengkapan informasi dan data yang akurat, peneliti akan mencari

sumber atau referensi pendukung lainnya. baik sumber tertulis maupun sumber

lainnya. seperti : koran, buku, majalah, jurnal, artikel, kaset, internet, skripsi lain,

data-data desa bersangkutan, maupun sumber lain yang berkaitan dengan konflik

sosial, penyelesaiannya dan pemilihan kepala desa.

e. Interview Guide

Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi,

interview, dokumen maka perlu pembuatan daftar pertanyaaan yang relevan dengan

objek penelitian. Disamping itu interview guide juga penting untuk memandu dan

sebagai pedoman bagi peneliti dilapangan. Sehingga penelitian yang dilakukan tidak

menyimpang dari objek . Atau setidaknya mengingatkan peneliti untuk membatasi

pertanyaan-pertanyaan penelitian.

I.5.3. Penentuan Informan

Universitas Sumatera Utara


Informan adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan memberikan

keterangan atau informasi mengenai hal-hal yang ingin diketahui si peneliti. Informan

ini untuk menjawab permasalahan penelitian ini seperti yang telah dijelaskan diatas

adalah masyarakat desa yang benar-benar tinggal menetap. Informan kunci dalam

penelitian adalah warga yang mempunyai hak suara dan ikut untuk memilih (Amri

Simamora 45 Tahun)

. Untuk mendapatkan karakteristik informan kunci selanjutnya akan digunakan

tehnik snowball yaitu tehnik yang digunakan secara berjenjang dari informan kunci

yang pertama berlanjut keinforman kedua, informan kedua menentuskan informan

ketiga dan seterusnya. Dan akan berhenti jika data dan informasi yang diperoleh

sudah cukup. Dari tehnik ini akan menghadirkan informan pangkal, pokok, maupun

biasa yang juga akan diwawancarai dengan sifat kondisional pada praktek penelitian.

Informan pangkal adalah orang yang mempunyai pengetahuan luas mengenai

berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat. Informan pangkal

dalam penelitian ini adalah kepala desa. Baik kepala desa yang lama ataupun kepala

desa terpilih (Sukri57 Tahun). Karena mungkin mereka sudah lebih mengetahui apa

yang terjadi di desatersebut.

Informan pokok adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu

masalah yang ada dalam suatu masyarakat tertentu dan yang menjadi perhatian

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan pokok adalah pengetua adat

(Gomgom Purba 46 Thn). Karena dianggap mereka lebih mengerti dan memahami

keberadaan adat dalam kaitannya dengan pemilihan kepala desa.

Informan biasa merupakan orang yang memberikan informasi mengenai suatu

masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tapi bukan ahlinya. Jadi secara

keseluruhannya yang menjadi sasaran interview adalah kepala desa, yang baru dan

Universitas Sumatera Utara


yang lama dan juga pengetua-pengetua adat, mewakili masyarakat peserta pemilih.

Panitia pilkades, perangkat desa serta anggota warga yang lainnya. Tentunya arah

pertanyaannya adalah untuk mengetahui hubungan-hubungan sosial, interaksi sosial

dikalangan masyarakat desa. Apakah masih terjaga atau mengalami perubahan.

Bagaimana hubungan pihak yang terpilih dengan pihak yang kalah juga penting.

I.6. Tehnik Analisa Data

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, yang berusaha untuk

menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi

perlakuan atau subyek, Fokusnya diarahkan untuk mencari hubungan sebab-sebab

yang menimbulkan konflik dan kekerasan sosial.

Universitas Sumatera Utara


Data yang dikumpulkan pertama-tama dilakukan klasifikasi, kategorisasi, dan

anlisis perbandingan, untuk melihat masalah sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005 : 280).

Data dan informasi yang telah diperoleh dari lapangan nantinya akan diteliti kembali,

hal ini untuk melihat kelengkapan hasil interview atau observasi, dokumen dan

kesesuainnya dengan interview guide serta kesesuaian jawaban yang satu dengan

yang lainnya. Setelah itu akan disusun secara sistematis dan dikelompokkan

berdasarkan kategori atau item-item masalah yang ditetapkan, baik itu tentang

konsepsi, pengetahuan atau secara umum hal-hal yang berkaitan dengan konflik

pilkades dan juga penyelesaiannya. Pengaturan data-data yang telah diperoleh

merupakan hal yang sangat penting untuk membantu dan mempermudah nantinya.

Disamping itu peneliti peneliti juga akan berusaha memperoleh suatu gambaran

menyeluruh dari data-data dan informasi yang sudah dikumpulkan. Gambaran

menyeluruh ini sangat penting dalam usaha menempatkan semua data dalam kategori-

kategori serta dapat menghindarkan bahwa data-data dipaksakan dalam kategori

tertentu. Disamping itu gambaran tersebut juga dapat menghasilkan pedoman

klasifikasi. Analisa yang dilakukan secara kualitatif, serta terakhir adalah pendesainan

penulisan sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah yang saling berkaitan dan

terintegrasi antara satu dengan yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai