PEK - AKK - MUH - RUDINI - Pengawasan & Pengendalian Program Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH

MUH. RUDINI
K012 201 025

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejalan dengan reformasi dibidang kesehatan melalui paradigma


sehat, pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun di puskesmas lebih
difokuskan pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif. Selain itu,
Program pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit dan puskesmas
bukan hanya kepada individu (pasen), tetapi juga keluarga dan masyarakat,
sehingga program pelayanan kesehatan yang dilakukan merupakan pelayanan
kesehatan yang paripurna (komprehensif dan holistik). Rumah sakit dan
puskesmas merupakan sub sistem pelayanan kesehatan yang pada dasarnya
melaksanakan dua jenis pelayanan ; (1) pelayanan kesehatan dan (2)
pelayanan administrasi.
Peran pemimpin dalam pengawasan di suatu organisasi dan program
pelayan kesehatan masyarakat sangat penting demi mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dimana pengawasan merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan/manager untuk mengetahui bahwa
pelaksanaan/hasil kerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya, sehingga apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan akan
ditanggulangi. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mengetahui dan
menunjukkan kelemahan-kelemahan yang ada, agar dapat diperbaiki bahkan
dalam rangka meningkatkan pelayanan program kesehatan masyarakat.
Program pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan
keperawatan. Program pelayanan yang dilakukan di rumah sakit meliputi;
gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap, sedangkan di pukesmas hanya
pelayanan; gawat darurat (kearah pertolongan pertama) dan rawat jalan.
Dengan bergesernya orientasi pembangunan kesehatan, mendorong rumah
sakit dan puskesmas melakukan perubahan visi, misi dan strategi dalam
melakukan program pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Visi merupakan
impian atau cita-cita yang ingin diwujudkan, yang dapat mengantisipasi
perubahan yang sedang dan akan terjadi. Apabila suatu program tidak
memiliki visi maka perubahan lingkungan yang tidak diduga sebelumnya
sering dirasakan sebagai suatu musibah. Sedangkan misi dan strategi dibuat
dalam rangka merealisasikan visi yang telah ditetapkan. Manajemen yang
diterapkan di bidang kesehatan, juga mengacu kepada konsep yang
disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-fungsi ; perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan pelaksanaan (actuating),
pengawasan dan pengendalian (controlling).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pengendalian program kesehatan masyarakat?
2. Apa saja Azaz pengendalian program kesehatan masyarakata?
3. Apa saja jenis pengendalian program kesehatan ?
4. Bagaimana Proses yang terjadi dalam pengendalian program?
5. Apa saja faktor yang memepengaruhi pengendalian program?
6. Bagaimana metoda dalam penegndalian program?
7. Apa saja elemen ya g diperlukan dalam pengendalian program kesehatan?
8. Bagaimana Karakteristik pengendalian program kesehatan yang efektif?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pengendalian program kesehatan masyarakat
2. Menganalisa azaz pengendalian program kesehatan masyarakata
3. Menganalisa jenis pengendalian program kesehatan
4. Menganalisa proses yang terjadi dalam pengendalian program
5. Menganalisa faktor yang memepengaruhi pengendalian program
6. Menganalisa metoda dalam penegndalian program
7. Menganalisa elemen ya g diperlukan dalam pengendalian program
kesehatan
8. Menganalisa karakteristik pengendalian program kesehatan yang efektif
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap
efisiensi organisasi, demikian juga pada perencanaan pengorganisasian, dan
pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam
menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-
sasaran atau target yang direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh karena
itu harus memiliki sistem pengawasan (pengendalian).
Pengendalian adalah suatu proses pemantauan prestasi dan pengambilan
tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan. Sedangkan Proses
Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer pada seluruh
tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi
mengimplementasikan strategi yang di maksud. Proses pengendalian
megukur kemajuan kearah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil
tindakan perbaikan.
Beberapa para ahli mengemukakan pengertian pengendalian
diantaranya yaitu:
1. Earl P. Strong.
Controlling is the process of regulating the various factor in an
enterprise according to the requirement of its plans. “Pengendalian adalah
proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar
pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.”
2. Harold Koontz.
Control is the measurement and correction of the performance of
subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans
devised to attain then are accomplished. “Pengendalian adalah
pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan dapat terselenggara.”
3. G.R. Terry.
Contolling can be defined as the process of determining what is to be
accomplished, that is the standard, what is being accomplished, that is the
performance, evaluating the performance and if necessary applying
corrective measure so that performance takes place according to plans, that
is in conformity with the standard. “Pengendalian dapat didefinisikan
ssebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa
yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan
apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.”
4. Robert J. Mockler.
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapakan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Pengawasan dapat didefinisikan
sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-
kegiatan sesuai yang direncanakan.
Pengawasan menurut LANRI (2003) ialah suatu kegiatan untuk
memperoleh apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai
dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya
membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi.
Pengendalian ialah apabila dalam pengawasan ternyata ditemukan adanya
penyimpangan atau hambatan maka segera diambil tindakan koreksi
Pengendalian dalam arti lain ialah kegiatan memantau, menilai dan
melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjut.

B. Asas-Asas Pengendalian
Harold Koontz dan Cyirl O’Donnel mengemukakan asas-asas
pengendalian yaitu:
1. Asas Tercapainya Tujuan
Pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu
dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan dari rencana
2. Asas Efisiensi Pengendalian
Pengendalian itu efisien,jika dapat menghindari penyimpangan dari
rencana, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang di luar dugaan.
3. Asas Tanggung Jawab Pengendalian
Pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika jika manajer
bertanggung jawab terhadap pelaksanan rencana.
4. Asas Pengendalian terhadap Masa depan
Pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan
penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas Pengendalian Langsung
Teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusakan adanya
manajer bawahan yang berkualitas baik. Pengendalian itu dilakukan oleh
manajer, atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang
paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan
rencana adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki
kualitas yang baik.
6. Asas Refleksi Rencana
Pengendalian harus disusun dengan baik sehingga dapat
mencerminkan karakter dan susunan rencana.
7. Asas Penyesuaian dengan Organisasi
Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
Manajer dengan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan
rencana. Dengan demikian pengendalian yang efektif harus disesuaikan
dengan besarnya wewenang manajer sehingga mencerminkan struktur
organisasi.
8. Asas Penendalian Individual
Pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan
kebutuhan manajer. Teknik pengendalain harus ditujukan terhadap
kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer.
9. Asas Standar
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang
tepat yang akan dipergunakan sebagai tolok ukur pelaksanan dan tujuan
yang akan dicapai.
10. Asas Pengendalian Terhadap Strategis
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya
perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam
perusahaan.
11. Asas kekecualian
Efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang
ditujukan terhadap faktor kekecualian.
12. Asas Pengendalian Fleksibel
Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan
pelaksanaan rencana.
13. Asas Peninjauan Kembali
Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang
digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas Tindakan
Pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing,
dan directing.

C. Jenis-Jenis Pengendalian
Jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Karyawan (Personnel Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya
dengan kegiatan karyawan. Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai
dengan rencana, perintah, tata kerja, disiplin, absensi, dan sebagainya.
2. Pengendalian Keuangan (Financial Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut
keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan
termasuk pengendalian anggaran.
3. Pengendalian Produksi (Production Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian Waktu (Time Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya
apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan
rencana.
5. Pengendalian Teknis (Technical Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik yang
berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian Kebijaksanaan (Policy Control)
Pengandalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah
kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai yang
telah digariskan.
7. Pengendalian Penjualan (Sales Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau
jasa yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
8. Pengendalian Inventaris (Inventory Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris
perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.

9. Pengendalian Pemeliharaan (Maintenance Control)


Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua
inventaris perusahaan dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan
jika ada yang rusak apa kerusakannya, apa masih dapat diperbaiki atau
tidak.

D. Proses-Proses Pengendalian
Sebelum mengetahui bagaimana proses-proses pengendalian, maka
harus dipahami terlebih dahulu tujuan dan manfaat dari pengawasan dan
pengendalian (wasdal). Adapun tujuannya adalah:
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
3. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
4. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas
organisasi
5. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi
6. Meningkatkan kinerja organisasi
7. Memberikan opini atas kinerja organisasi
8. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah
pencapaian kerja yang ada
9. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih
Sedangkan manfaat wasdal adalah untuk meningkatkan akuntabilitas
dan keterbukaan. Wasdal pada dasarnya menekankan langkah-langkah
pembenahan atau koreksi yang objektif jika terjadi perbedaan atau
penyimpangan antara pelaksanaan dengan perencanaannya.

Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkh


berikut:
1. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
Tahap pertama dalam pengendalian adalah penetapan standar
pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran
yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil.
Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan.
Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif. Standar
pelaksanaan (standard performance) adalah suatu pernyataan mengenai
kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara
memuaskan.
Standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktifitas menyangkut
kriteria: ongkos, waktu, kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar yang
umum adalah:
a. Standar-standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah
langganan, atau kualitas produk.
b. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan,
dan lain-lain.
c. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu
suatu pekerjaan harus diselesaikan.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penentuan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengendalian adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan


Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang
dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran
pelaksanaan yaitu pengamatan (observasi), laporan-laporan (lisan dan
tertulis), pengujian (tes), atau dengan pengambilan sampel.
4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan
pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar
yang telah ditetapkan.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan
ini harus diambil. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a. Mengubah standar mulu-mulu (barangkali terlalu tinggi atau terlalu
rendah)
b. Mengubah pengukuran pelaksanaan
c. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan
Adapun bagan proses pengendalian dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Penetapan standar pelaksanaan
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
d. Pembandingan dengan standar pelaksanaan
e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

E. Faktor-Faktor Yang Menciptakan Kebutuhan Akan Pengendalian


Faktor-faktor itu meliputi :
1. Perubahan
Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam lingkungan
organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian, manajer mendeteksi
perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa perusahaan. Ia kemudian
dapat mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman atau memanfaatkan
peluang yang muncul akibat perubahan tersebut.
2. Kerumitan
Yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang ialah
desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha pengendalian
organanisasi, karena operasi organisasi tidak perlu lagi dikontrol oleh kantor
pusatnya.
3. Kesalahan
Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi juga dapat
membuat kesalahan, dengan system pengendalian memungkinkan manajer
untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi gawat.
4. Delegasi
Hal ini merupakan salah satu cara manajer untuk menentukan apakah
bawahanya melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya dengan
menerapkan system pengendalian.

F. Elemen-Elemen System Pengendalian


Eleman-elemen System Pengendalian :
1. Pelacak (Detector) atau sensor, sebuah perangkat yang mengukur apa yang
sebenarnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2. Penaksir (assessor), suatu perangkat yang menentukan signifikasi dari
peristiwa actual dengan membandingkanya dengan bebrapa standar atau
ekspetasi dari yang sebenarnya terjadi.
3. Effektor, suatu perangkat(yamg sering disebut feedback) yang mengubah
perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan yang dipenuhi.
4. Jaringan komunikasi, perangkat yang meneruskan informasi antara detector
dan assessor dan antara assessor dan effektor.
G. Metoda Pengendalian
Metoda pengendalian organisasi dewasa ini telah menjadi lebih cermat
dan tidak lagi mudah, sebagian diakibatkan oleh pengunaan computer dalam
pengolahan data. Kita menyadari bahwa pengendalian yang terlalu ketat akan
merugikan baik bagi organisasi maupun individu dalam organisasi itu.
Pengendalian yang memaksa para anggota organisasi tengelam dalam tata cara
resmi, atau terlalu banyak membatasi berbagai perilaku akan mematikan
motivasi, merintangi kreatifitas dan akhirnya akan merusak pelaksanaan tugas
dalam organisasi.
Tingkat pengendalian yang dianggap ekstream atau berbahaya, berbeda-
beda tergantung pada situasinya. Biro iklan misalnya mungkin akan
memerlukan pengendalian yang lebih fleksibel dari pada laboratorium riset.
Iklim perekonomian mungkin akan mempengaruhi tingkat pengendalian yang
dapat diterima oleh anggota organisasi. Dalam keadaan resesi, sebagian besar
dari masyarakat akan dapat menerima pengendalian dan pembatasan yang lebih
ketat, akan tetapi dalam kondisi pertumbuhan yang makmur, peraturan dan
pembatasan kerap kali akan tampak seolah-olah kurang sesuai. Dengan
demikian, tugas manajer dalam menegakan pengendalian adalah sedapat
mungkin menemukan keseimbangan yang memadai antara pengendalian
organisasi yang cukup efektiv dan kebebasan individu. Terlalu banyaknya
pengendalian akan menjadikan organisasi sebagai tempat kerja yang
menyesakan, yang merintangi, dan yang tidak dapat memberikan kepuasan
kerja pada para karyawannya. Dengan pengendalian yang terlalu kendor,
organisasi menjadi kacau balau, tidak efisien, dan tidak efektiv dalam
mencapai tujuannya.
Karena Organisasi, orang-orang, lingkungan dan teknoligi terus
mengalami perubahan,system pengendalian yang efektif membutuhkan
peninjauan kembali dsan perubahan ayang berkesinambungan., sebagai contoh
, bila sebuah divisi produksi mempekerjakan individu yang relative tidak
memiliki keterampilan dan tidak berminat akan pekerjaanya.,maka system
pengendalian mungkin memerlukan sering diadakannya pemeriksaan mutu dan
produktifitas yang terinci.akan tetapi jika perusahaaan bermaksud untuk
memprodukdsi produk /jasa yang sama dilokasi yang lain dengan karyawan
yang lebih terampil dan tertarik akan pekerjaanya,maka system
pengendalianmya mungkin membutuhjkan lebih sedikit tempat-tempat
pengukuran dan para karyawannya dapat dibarikan otonomi dan tanggung
jawab yang lebih besar untuk memantau dan memperbaiki prestasi kerjanya.
H. Karakteristik Sistem Pengendalian Yang Efektif
System-sistem pengendalian yang dapat dihandalkan dan yang efektif
mempunyai karakteristik tertentu yang sama. Arti penting relative dari
karakteristik tersebut akan berbeda-beda menurut keadaan masing-masing,
tetapi sebagian besar system pengendalian diperkuat oleh kehadiranya.
Akurat, informasi tentang hasil prestasi harus akurat.Tepat waktu. Informasi
harus dikumpulkan, diarahkan dan segera dievaluasi jika hendak diambil
tindakan tepat pada waktunya untuk menghasilkan perbaikan Obyektif dan
Konprehensif, informasi dalam system pengendalian harus dapat dipahami dan
dianggap onyektif oleh individu yang mengunakanya.Dipusatkan pada tempat-
tempat pengendalian strategic. Sistem pengendalian sebaiknya dipusatkan pada
bidang-bidang yang paling banyak akan terjadi penyimpangan dari standar atau
yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Dari segi ekonomi realistis,
biaya untuk mengimpletasi system pengendalianya sebaiknya lebih sedikit atau
maksimal sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system itu.
Sitem pengendaliaan yang efektif dapat mengidentifikasi, setelah terjadi
penyimpangan dari standar, tindakan perbaikan yang perlu diambil.
Diterima oleh para anggota organisasi. Pengendalian harus berkaitan dengan
tujuan yang berarti dan dapat diterima. Agar pengendalian bisa berlangsung
seperti yang diinginkan, Newman menganjurkan bahwa, standarditu juga harus
diterima oleh para anggota organisasi sebagai bagianintegral dan adil dari
pekerjaan mereka.
I. Masalah Dalam Penetapan Sistem Pengendalian Yang Efektif
Sejumlah masalah yang menggangu akan merintangi efektifitas system
pengendalian yang sering timbul:
1. Faktor-faktor yang dengan mudah diukur terlalu banyak dititikberatkan,
sementara hal-hal yang sulit diukur toidak diberi perhatian yang cukup.
2. Faktor-faktor jangka pendek mungkin terlalu berlebihan ditekankan dengan
mengorbankan factor-faktir jangka panjang.
3. System pengendalian mungkin tidak disesuaikan untuk mencerminkan
pergeseran dalam arti penting berbagai aktifitas dan tujuan di kemudian
hari.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengendalian (controlling) sebagai fungsi manajemen bila
diikerjakan dengan baik, akan menjamin bahwa semua tujuan dari setiap
orang atau kelompok konsisten dengan tujuan jangka pendek maupun
jangka panjang dalam sebuah program. Hal ini membantu menyakinkan
bahwa tujuan dan hasil tetap konsisten satu sama lain dengan dalam
organisasi.
Controlling berperan juga dalam menjaga pemenuhan (kompliansi)
aturan dan kebijakan yang esensial.Pengendalian terbaik dalam program
kesehatan masyarakat adalah berorientasi pada strategi dan hasil, dapat
dipahami, mendorong pengendalian diri (self-control), berorientasi secara
waktu dan eksepsi, bersifat positif, setara dan objektif, fleksibel.
Tipe-tipe pengendalian (awal) preliminary, kadang-kadang disebut
kendali feedforward, hal ini harus dipenuhi sebelum suatu perkerjaan
dimulai. Kendali ini menyakinkan bahwa arah yang tepat telah disusun
dan sumber-sumber yang tepat tersedia untuk memenuhinya.
Tipe-tipe pengendalian (saat ini) concurrent berfokus pada apa
yang sedang terjadi selama proses. Kadang-kadang disebut kendali
steering, kendali ini memantau operasi dan aktivitas yang sedang berjalan
untuk menjamin sesuatunya telah sedang dikerjakan dengan tepat.
Tipe-tipe pengendalian (akhir) post-action; kadang-kadang disebut
kendali feedback , kendali ini mengambil tempat setelah suatu tindakan
dilengkapi. Kendali akhir berfokus pada hasil akhir, kebalikan dari input
dan aktivitas.
B. Saran
1. Pemda juga diharapkan dapat mengembangkan jumlah dan kualitas
petugas wasdal di dinas terkait khususnya di dinas kesehatan sesuai
dengan wewenang rekrutmen dan penempatan yang ada di tangan
pemda.
2. Selain itu, kewenangan mengembangkan sistem imbalan dan sangsi
bagi perusahaan dan petugas yang diberikan,tidak terbatas hanya pada
kepolisian, tetapi juga kepada seluruh tim Dinkes yang mempunyai
rencana pengembangan staf berupa penambahan jumlah petugas dengan
kualifikasi yang dibutuhkan.
3. Perlu upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui
pelatihan dan penyediaan buku panduan bagi petugas teknis. Selain itu,
Dinkes perlu meningkatkan frekuensi supervise, pengawasan dan
pengendalian program
4. Dinas Terkait perlu meningkatkan frekuensi pengawasan dan
pengendalian pada program kesehatan masyarakat dimulai dari tingkat
puskesmas dan tingkatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Nanang Fatah. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya Offset.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.


Jakarta: Bumi Aksara.

Noerdin, Zoelkarnaen (2001). Rancangan Sistem Pengawasan dan Pengendalian


Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Dalam Pelaksanaan Desentralisasi
Program Kesehatan Tingkat Kecamatan/Puskesmas Studi Kasus di
Kabupaten Musi Rawas (tesis) FKMUI, Yakarta

Siagian, S.P., 2000, Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung.

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Sukiswa, Ika. 1986. Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan. Bandung:


Tarsito.

Usman, Husaini Usman. 2008. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai