Perc.7 - Kel.1 - 18121 - Baso Hernandi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASI

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN VII
“PENGARUH BENTUK SEDIAAN TABLET TERHADAP LAJU
DISOLUSI”

DISUSUN OLEH:
NAMA : BASO HERNANDI
STAMBUK : G 701 18 121
KELAS /KELOMPOK : A/I (SATU)
TANGGAL : KAMIS, 22 APRIL 2021
ASISTEN : IDRIS

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang

Pada saat ini banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran. Obat
sediaan padat seperti kapsul, tablet dan sirup kering kebanyakan
mempunyai ukuran partikel yang kecil. Ukuran partikel bahan obat padat
mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek fisiologinya. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat
mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan
secara oral, parenteral, rektal, dan topikal. Dalam bidang pembuatan tablet
dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam
mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari
granul dan serbuk (Octavia, 2018).

Kelarutan (Solubility) suatu obat merupakan sifat fisikokimia yang sangat


penting. Penentuan kelarutan obat dan cara memodifikasi (meningkatkan
dan menurunkan) kelarutan sangat penting dalam pengembangan sediaan.
Ketersediaan hayati (Bioavailability/BA) dari suatu obat yang diberikan
secara oral bergantung terutama pada kelarutan obat dalam saluran cerna
dan permeabilitasnya melewati sel membran saluran cerna. Hal ini
merupakan dasar pokok sistem klasifikasi biofarmasetika
(Biopharmaceutical Clasification System/BSC). Sebelum dapat diserap
molekul obat harus berada dalam keadaan terlarut, molekul obat yang
kelarutannya kecil atau yang rendah di dalam air dapat menunda atau
memperlama dan membatasi absorpsi obat. Kelarutan obat sangat penting
untuk diketahui bila obat masuk kedalam aliran darah (Fatmawaty Aisyah
et al., 2019).

Aplikasi dalam bidang farmasis adalah seorang farmasis dapat mengetahui


langkah-langkah yang dilakukan dalam uji disolusi suatu tablet dan dapat
mengetahui faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu tablet sehingga
dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan sediaan farmasi kedepannya. Hal
inilah yang melatarbelakangi percobaan ini dilakukan.
B. Maksud Percobaan

1. Memahami cara pengujian disolusi tablet pelepasan terkontrol


natrium diklofenak melalui pengukuran absorbansi.
2. Memahami pengaruh faktor formulasi terhadap laju disolusi obat

C. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui cara pengujian disolusi tablet pelepasan terkontrol


natrium diklofenak melalui pengukuran absorbansi.
2. Mengetahui pengaruh faktor formulasi terhadap laju disolusi obat

D. Manfaat Percobaan

Memahami dan mengetahui cara pengujian disolusi tablet pelepasan terkontrol


natrium diklofenak melalui pengukuran absorbansi dan pengaruh faktor
formulasi terhadap laju disolusi obat

E. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan disolusi tablet pelepasan
terkontrol menggunakan 2 jenis tablet yakni Asam mefenamat biasa dan Asam
mefenamat salut gula,dengan cara melarutkan sampel pada alat USP Uji
dissolution apparatus type II dimana sebelumnya telah diatur dengan
temperatur suhu 37oC dan kecepatan 100 yang masing- masing diambil cairan
sampel tiap menit 0’, 5’, 10’. Kemudian di titrasi menggunakan larutan NaOH
0,1 N.
F. Dasar Teori

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan aktif tunggal atau lebih dan
disempurnakan melalui tambahan bahan pengisi atau tanpa tambahan bahan
pengisi. Profil tablet adalah berbentuk sirkuler silindris smooth, bagian
permukaan dapat berupa datar, cembung atau cekung. Kandungan tablet
merupakan satuan dosis uniform dari partikel-partikel obat dan bahan
eksipien (bahan penyempurna). Umumnya dibuat dengan mengkempa afau
mencetak obat atau campuran obat dengan atau tanpa zat tambahan.
Beberapa bahan bahan yang selalu menyertai adalah bahan pengisi,
pengembang, pengikat dan bahan pelicin (Lazuardi, 2019).

Obat dalam formula tablet dan kapsul perlu melarut di dalam cairan saluran
cerna umuk terjadinya absorpsi melalsi jaringan mukosa dan memasuki
sirkulasi sistemik. Untuk tablet. proses disolusi tergantung dari disintegrasi
dan deagregasi membentuk partikel halus. Disintegrasi tablet dipengaruhi
oleh penambahan zat pengikat sewaktu granulasi basah. Dalam beberapa
hal, pengikat polimer seperti polivini-lpirolidon dan natrium karboksi-
metilselulosa dapat meningkatkan laju disolusi parikel obat hidrofobik,
kemungkinan terjadinya efek pembasahan (wetting) partikel. Penambahan
bahan pengisi seperti pati dan laktosa meningkatkan laju disolusi obat
hidrofobik dari tablet dan kapsul. Sebaliknya, bahan pelincir seperti asam
stearat dan magnesium stearat (Sopyan, 2020).

Sediaan farmasi dengan pemberian oral untuk mencapai konsentrasi


terapeutik dipengaruhi oleh kecepatan disolusi dan ketersediaan hayati.
Pemberian obat secara oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak
digunakan karena kemudahan pemberiannya. Obat generik yang beredar di
Indonesia banyak dalam bentuk sediaan oral dan mendorong perusahaan
obat untuk memproduksi obat oral yang bioekivalen. Tetapi, terdapat
hambatan utama yaitu obat yang termasuk Biopharmaceutics Classification
System (BCS) kelas II (kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi) memiliki
bioavailibilitas oral yang rendah karena kelarutan obat yang rendah dalam
cairan gastrointestinal menyebabkan menunjukkan bahwa absorpsi
gastrointestinal yang rendah pula. Bioavabilitas sediaan oral tergantung
pada beberapa faktor termasuk kelarutan dalam air, permeabilitas obat,
tingkat disolusi, dan metabolisme jalur pertama. Kecepatan disolusi dan
kelarutan merupakan parameter yang sangat penting dalam mendesain
suatu sediaan farmasi khususnya obat peroral. Kelarutan obat merupakan
proses awal yang terjadi dalam cairan (Sagala, 2019).

Kelarutan, disolusi, dan permeabilitas obat (zat aktif farmasi) pada saluran
gastrointestinal merupakan parameter penting yang mengendalikan
absorpsi dan bioavaibilitas obat. Kelarutan obat dalam air merupakan hal
penting untuk penghantaran oral dan juga parenteral. Hal ini terkait dengan
desain dan proses pengembangan sediaan obat. Kelarutan obat selaras
dengan laju disolusi dimana sediaan obat padat perlu mengalami pelepasan
dari sediaannya dan larut dalam larutan gastrointestinal. Obat yang sukar
larut air merupakan sebuah tantangan dalam studi mengenai strukutur
kimia obat dalam pengembangan desain formulasi. Hanya obat yang larut
air yang dapat diabsorpsi oleh membran sel untuk mencapai target aksi
obat. Obat yang akan diabsorpsi harus berada dalam bentuk larutan air pada
sisi absorpsi. Obat yang sukar larut air dan disolusi rendah dalam larutan
gastrointestinal akan menghasilkan bioavaibilitas oral yang rendah
(Rachmaniar et al., 2017).

Metode disolusi digunakan untuk menguji dispersi padt jika dibandingkan


dengan campuran fisik komponennya. Uji disolusi dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur laju pelepasan obat dari bentuk sediaan tertentu secara in
vitro. Disolusi adalah proses dimana zat obat padat terlarut dalam pelarut.
Laju disolusi obat dengan kelarutan yang rendah sering mengontrol tingkat
penyerapan sistemik dari obat tersebut. Sehingga, uji disolusi dapat
digunakan untuk memprediksi bioavaibilitas obat (Trianggani &
Sulistiyaningsih, 2018).
G. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI Edisi III, hal. 96)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur :

(Pubchem. 2021)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : -
2. Metanol (FI III, 1979;)
Nama resmi : METANOL
Nama lain : Metanol absolute
RM/BM : CH3OH/34,00
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021)
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas
dan rasa panas.
Kelarutan :
Khasiat :
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
3. NaCl (FI III, 1979: 403)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
Rm/Bm : NaCl / 58,44
Rumus Struktur : Na-Cl
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dala 2,7 bagian air
mendidih dan dalam kurang lebih 10 bagian
glserol P, sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Kegunaan : Sebagai pelarut isotonis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4. NaOH (FI III 1979; 703)
Nama resmi : NATRII HYDROXYUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM/BM : 40,00
Rumus struktur : Na-O-H
Pemerian : Bentuk batang, butiran massa hablur atau
kapling, kering, keras, rapuh, putih, mudah
meleleh basah, sangat alkalis dan korosif
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%) P
Khasiat : -
Kegunaan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
5. HCl (FI III,1979;hal 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Rumus struktur :

(Pubchem, 2021).
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keeping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%) P.
Khasiat : -
Kegunaan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : -
H. Uraian Sampel

1. Natrium diklofenak (ISO, 2019).


Indikasi : Pereda nyeri, mengurangi gangguan
inflamasi, dismenore, nyeri ringan sampai
sedang pasca operasi khususnya ketika
pasien mengalami peradangan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Dosis : Dewasa : 50 mg per oral, 3 kali sehari atau
75 mg, 2 kali sehari
EfekSamping •: Nyeri dada, Sesak napas, masalah dengan
penglihatan atau keseimbangan, feses
menghitam atau berdarah, mual muntah
Farmakokinetik : konsentrasi efektif natrium diklofenak dalam
darah 2 μg/ml, volume distribusi 0,12
liter/kgBB, waktu paruh eliminasi 1,5 jam
(ke = 0,4621 jam). Bila hendak dibuat
sediaan natrium diklofenak untuk jangka
waktu 12 jam (720 menit)
Mekanisme Kerja : Sebagai inhibitor enzim siklooksigenase
yang menurunkan produksi prostaglandin
penyebab inflamasi, demam, dan nyeri,
terutama pada jaringan perifer.
Golongan Obat : Keras
I. Prosedur Kerja

1. Pembuatan cairan asam lambung buatan (Buffer asam Ph 1,2)\


Larutkan 2 gram natrium klorida dan 7 ml HCl pekat dalam sejumlah air
hingga 1000 ml.
2. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Pembuatan larutan stok standar. Masukkan 100 mg diklofenak ke labu
ukur 100 ml. tambahkan 30 ml methanol kedalamnya untuk
melarutkan obat. Cukupkan volume hingga 100 ml (Stok I). Pipet 10
ml larutan dan pindahkan ke labu ukur 100 ml lainnya dan cukupkan
volumenya menjadi 100 ml dengan methanol (Stok II).
b. Pembuatan larutan uji : dari stok II, pipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,2; dan
1,4 ml ke dalam tujuh labu ukur 10 ml dan cukupkan volumenya
menjadi 10 ml dengan buffer asam (PH 1,2) untuk mendapatkan
konsentrasi dalam kisaran 2 hingga 14 µg/ml
c. Pengukuran absorbansi: ukur absorbansi masing-masing pengenceran
pada panjang gelombang 276 nm menggunakan spektrofotometer UV-
Visible. Plot grafik absorbansi diklofenak versus konsentrasi di MS
Excel dan tentukan slope dan intersep.
3. Prosedur uji disolusi
a. Isi tangki akrilik dengan air suling hingga tanda level
b. Pasang pengaduk
c. Isi bejana disolusi dengan medium disolusi (Larutan buffer asam)
sampai tanda 900 ml
d. Hubungkan kabel lisrik ke sumber listrik.mpasang saklar listrik, saklar
pemanas dan saklar motor
e. Atur suhu dengan37oC dan dengan kecepatan 50 rpm
f. Setelah suhu bejana mencapai 37oC masukkan 3 tablet diklofenak SR
(75 mg) dibaris pertama dari tiga bejana dan mulai nyalakan
stopwatch.
g. Ambil 2 ml sampel pada interval waktu, sering, encerkan dan analisis
dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 276 nm. Ganti
media pelarutan dengan jumlah yang sama.
h. Dari nilai absorbansi, tentukan konsentrasi obat dan persen disolusi
obat.

J. Alat dan Bahan

J.1 Alat
1. Gelas kimia 500 ml
2. Gelas ukur 10ml, 500ml
3. Batang Pengaduk
4. Pipet Tetes
5. Buret dan statif
6. Dispo
7. Erlemeyer
8. USP Uji dissolution apparatus type II
9. Alat Tulis
10. Kalkulator
11. Stopwatch
12. Ember

J.2 Bahan
1. Kertas Perkamen
2. Tissue
3. Masker
4. Handscoon
5. Label
6. NaOH
7. Aquadest
8. Alkohol
9. Indikator PP

J.3 Sampel
1. Natrium diklofenak
K. Cara Kerja
Pembuatan Larutan NaOH
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang 2 gram NaOH
3. Dimasukkan aquadest 500 ml pada gelas ukur
4. Dimasukkan NaOH pada aquadest
5. Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga Homogen

Uji Disolusi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan air 1900ml dalam bejana USP Uji dissolution
6. Diatur temperatur suhu 37oC
7. Diatur dengan kecepatan 100 rpm
8. Dimasukkan tablet asam mefenamat biasa dan tablet salut gula pada
masing-masing bejana
9. Diambil 10ml air dalam bejana tiap menit 0’, 5’, dan 10’ menggunakan
dispo
10.Dimasukkan kembali air 10ml setelah dikeluarkan menggunakan gelas
ukur
11.Dimasukkan air yang telah diambil ke dalam erlemeyer
12.Diberi 3 tetes indikator PP
13.Dimasukkan NaOH 0,1 N ke dalam Buret
14.Dilakukan titrasi hingga berubah warna menjadi merah muda
15.Dihitung % kadar dan % terlarut
16.Didokumentasikan
L. Skema Kerja

Alat dan Bahan


- Dimasukkan air 1900ml
Bejana
- Temperatur 37oC
- Kecepatan 100 rpm
- Dimasukkan tablet Asam mefenamat
- Diambil 10ml dari bejana tiap menit
0’.5’, dan 10’
Disolusi
- 3 tetes indikator PP

Erlenmeyer
- Digojok
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Buret
- Dihitung
% Kadar
- Dilakukan
Dokumentasi
M. Tabel Hasil Pengamatan
1. Tablet Asam mefenamat biasa
No Menit V titran (ml) N titran (ml) % Kadar % Terlarut

1 0’ 0,5 0,1 ml 0,4 99,6

2 5’ 0,2 0,1 ml 0,16 99,84

3 10’ 0,1 0,1 ml 0,08 99,92

2. Tablet Asam mefenamat salut gula


No Menit V titran N titran % Kadar % Terlarut

1 0’ 0,4 0,1 0,32 99,68

2 5’ 0,l 0,1 0,24 99,76

3 10’ 0,2 0,1 0,16 99,84

Analisis Data
1. Tablet Asam mefenamat biasa
- Menit 0’
V tit x N tit x Be 0,5 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,4%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,4% = 99,6%
- Menit 5’
V tit x N tit x Be 0,2 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,16%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,16% = 99,84%
- Menit 10’
V tit x N tit x Be 0,5 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,4%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,4% = 99,6%
2. Tablet Asam mefenamat salut gula
- Menit 0’
V tit x N tit x Be 0,4 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,32%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,32% = 99,68%
- Menit 5’
V tit x N tit x Be 0,3 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,24%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,24% = 99,76%
- Menit 10’
V tit x N tit x Be 0,2 x 0,1 x 40
% Kadar = x 100% = x 100% = 0,16%
Bs 500
% Terlarut = 100% - % Kadar = 100% - 0,16% = 99,84%
N. Pembahasan
Disolusi merupakan proses yang berhubungan dengan waktu atau kinetik
yang menggambarkan tahap akhir dari proses pelepasan obat, yang pada
akhirnya dibutuhkan sebelum obat dipermeasi dan memberikan efek
farmakologis (Sopyan, I., 2020).

Tujuan dari percobaan ini adalah agar mengetahui cara pengujian disolusi
tablet pelepasan terkontrol Asam mefenamat melalui pengukuran absorbansi,
serta mengetahui pengaruh faktor formulasi terhadap laju disolusi obat.

Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan disolusi tablet pelepasan


terkontrol menggunakan 2 jenis tablet yakni Asam mefenamat biasa dan
Asam mefenamat salut gula,dengan cara melarutkan sampel pada alat USP
Uji dissolution apparatus type II dimana sebelumnya telah diatur dengan
temperatur suhu 37oC dan kecepatan 100 yang masing- masing diambil
cairan sampel tiap menit 0’, 5’, 10’. Kemudian di titrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1N.

Cara kerja pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan. Terlebih dahulu
dibuat larutan NaOH dengan cara ditimbang 2 gram NaOH menggunakan
timbangan analitik lalu masukkan ke gelas kimia, tambahkan 500 ml
aquadest, kemudian diaduk hingga homogen. Selanjutnya siapkan alat
disolusi. Pertama-tama dimasukkan air sebanyak 1900ml ke dalam bejana
USP Uji dissolution. Diatur temperatur suhu 37oC, dengan kecepatan 100rpm
lalu disiapkan 1 tablet Asam mefenamat biasa dan 1 tablet Asam mefenamat
salut gula, dimasukkan masing masing ke dalam wadah dalam bejana
kemudian Diambil 10ml dari bejana tiap menit 0’.5’, dan 10’ menggunakan
dispo, tetapi tiap pengambilan ditambah kembali 10ml air menggunakan gelas
ukur. Air yang telah diambil menggunakan dispo dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lalu di tetesi menggunakan pipet tetes indikator PP sebanyak 3
tetes. Kemudian dititrasi menggunakan larutan NaOH. Lalu dihitung %kadar
dan % terlarut.
Alasan digunakan timbangan analitik karena mempermudah untuk
menimbang bobot yang diinginkan yang akan muncul di display monitor dan
pengukurannya lebih teliti. Alasan diatur temperatur suhu 37oC agar sesuai
dengan suhu normal tubuh manusia. Alasan digunakan pipet tetes digunakan
untuk memindahkan cairan dari suatu wadah ke wadah lainnya dalam satuan
mL atau satuan kecil. Pembuatan larutan NaOH 0,1N dilakukan sebagai
bahan untuk titrasi agar konsentrasi larutan dapat diketahui menggunakan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Alasan digunakan dispo saat
agar mempermudah dan mempercepat proses pengambilan air, penambahan
kembali air sebanyak 10 ml agar jumlah air tetap sama seperti volume awal.
Alasan ditambahkan indikator PP ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan agar Indikator dapat berubah warna ketika titik ekivalen
terjadi, jika warna indikator berubah, maka pada saat itu titrasi dihentikan
sehingga memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekivalen.

Prinsip kerja USP dissolution yaitu melakukan pelepasan zat dari bentuk
sediaan in vitro berupa kadar zat aktif terlarut dalam tubuh, yang dipengaruhi
oleh kondisi pengujian berdasarkan media, volume medium, komposisi, suhu
dan kecepatan putaran yang diberikan (Sopyan, I, 2020).

Hasil pengamatan yang didapatkan pada tablet Asam mefenamat biasa pada
menit 0’ didapatkan nilai V.tit 0,5ml N.tit 0,1ml dengan %kadar 0,4
%terlarut 99,6. menit 5’ didapatkan nilai V.tit 0,2ml N.tit 0,1ml dengan
%kadar 0,16 %terlarut 99,84. menit 10’ didapatkan nilai V.tit 0,1ml N.tit
0,1ml dengan %kadar 0,08 %terlarut 99,92. Selanjutnya tablet Asam
mefenamat salut gula pada menit 0’ didapatkan nilai V.tit 0,4ml N.tit 0,1ml
dengan %kadar 0,32 %terlarut 99,68. menit 5’ didapatkan nilai V.tit 0,1ml
N.tit 0,1ml dengan %kadar 0,24 %terlarut 99,76. menit 10’ didapatkan nilai
V.tit 0,2ml N.tit 0,1ml dengan %kadar 0,16 %terlarut 99,84. Dalam hasil
tersebut didapatkan tablet biasa lebih cepat larut dibandingkan tablet yang
tersalut oleh gula. Menurut penelitian (Kurniati, M.C., 2020) didapatkan nilai
hasil kadar disolusi tablet asam mefenamat berturut turut 94,48%, 98,15%,
dan 99,31% dimana telah sesuai dengan percobaan yang dilakukan,
disimpulkan semakin meningkat waktu pelarutan nilai %Kadar terlarut Asam
mefenamat menjadi meningkat.

Kelarutan suatu zat di dalam air bisa disebut juga sebagai kosentrasi
maksumum zat dalam air saat tercapai keadaan tetap jenuh beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah suhu, ukuran zat terlarut, volume
pelarut , forulasi sediaan, dan kecepatan pengadukan (Putra, T.G., 2021).

Aplikasi dalam bidang farmasis adalah seorang farmasis dapat mengetahui


langkah-langkah yang dilakukan dalam uji disolusi suatu tablet dan dapat
mengetahui faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu tablet sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar pembuatan sediaan farmasi kedepannya
O. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Disolusi merupakan proses yang berhubungan dengan waktu atau kinetik
yang menggambarkan tahap akhir dari proses pelepasan obat, yang pada
akhirnya dibutuhkan sebelum obat dipermeasi dan memberikan efek
farmakologis. Hasil pengamatan yang didapatkan pada tablet Asam
mefenamat biasa pada menit 0’ %kadar 0,4 %terlarut 99,6. menit 5’
%kadar 0,16 %terlarut 99,84. menit 10’ %terlarut 99,92. Sementara pada
tablet Asam mefenamat salut gula pada menit 0’ %kadar 0,32 %terlarut
99,68. menit 5’ %kadar 0,24 %terlarut 99,76. menit 10’ %kadar 0,16
%terlarut 99,84.
2. Faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah suhu, ukuran zat
terlarut, volume pelarut , forulasi sediaan, dan kecepatan pengadukan.

P. Saran
Diharapkan di percobaan selanjutnya, praktikan lebih memperhatikan lagi dalam
melakukan pengamatan agar tidak terjadi kesalahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawaty Aisyah, Nisa, M., & Riski, R. (2019). Teknologi Sediaan Solida (2019th
ed.). Deepublish.

Lazuardi, M. (2019). Bagian Khusus Ilmu Farmasi Veteriner (Edisi 1). Airlangga
University Press.

Octavia, dkk. (2018). Pengaruh besar ukuran partikel perhadap sifat – sifat tablet
metronidazol. Jurnal Farmasi Higea, 4(2), 74–92.

Rachmaniar, R., Rusdiana, T., Panatarani, C., & Joni, I. M. (2017). Usaha
Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Zar Aktif Farmasi Sukar Larut Air.
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 6(2), 1–12.

Sagala, R. J. (2019). Review: Metode Peningkatan Kecepatan Disolusi Dikombinasi


Dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal
of Pharmacy) (e-Journal), 5(1), 84–92.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i1.12360

Sopyan, I. (2020). Kokristalisasi: Modifikasi Padatan Farmasi Sebagai Perbaikan


Sifat Fisikokimia Obat (2020th ed.). Deepublish.

Trianggani, D. F., & Sulistiyaningsih. (2018). Artikel Tinjauan: Dispersi Padat.


Farmaka, 16(1), 93–102.

Sopyan, I, (2018). Karakterisasi Sediaan Padat farmasi. Yogyakarta ; Deepublish


publisher.

Sopyan, I. (2020). Kokristalisasi: Modifikasi Padatan Farmasi Sebagai


Perbaikan Sifat Fisikokimia Obat (2020th ed.). Deepublish.

Trianggani, D. F., & Sulistiyaningsih. (2018). Artikel Tinjauan: Dispersi Padat.


Farmaka, 16(1), 93–102.

Anda mungkin juga menyukai