Pendahuluan Latar Belakang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu ciri biologis yang dimiliki oleh manusia adalah sidik jari. Sidik

jari pada manusia tidak dipengaruhi oleh lingkungan luar kecuali lingkungan di

dalam kandungan. Sidik jari terbentuk pada bulan ke empat di masa kehamilan

dan tidak akan berubah hingga setelah proses kelahiran. Sidik jari terbentuk

dengan bantuan beberapa gen yang berperan, oleh sebab itu sidik jari bersifat khas

pada setiap individu. Terdapat tiga pola sidik jari secara umum yaitu whorl, arch,

dan loop (Hidayati, 2015).

Manusia memiliki ukiran di telapak tangan dan telapak kaki. Ukiran sidik

jari pertama kali diteliti oleh Cummins dan midlo (1926) dan menemukan istilah

dermatoglyphics, yang artinya derma adalah kulit dan glyph adalah ukiran. Sidik

jari tidak pernah sama pada manusia dan tidak pernah berubah. Sudah hampir 150

tahun yang lalu, dermatoglifi digunakan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan biologi, kesehatan, genetic dan evolusi. Selain

itu, digunakan secara luas sebagai alat identifikasi seseorang (Wati et al., 2015).

Timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan

karena pengaruh gen ganda ( poligen atau multiple gen), misalnya poligen pada

manusia antara lain perbedaan pigmentasi kulit, perbedaan tinggi tubuh, sidik jari,

bibir sumbing dan celah langit –langit. Pada kegiatan ini dilakukan penentuan

pola sulur jari tangan (sidik jari). Sulur – sulur dermis diwariskan secara poligen.

Sulur-sulur dermis seseorang akan tetap mulai usia 3-4 bulan kehamilan, dan tidak

dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan 3 pola

utama yaitu : pola arch ( pola lengkung), pola loop ( pola sosok), pola whorl ( pola

lingkaran) (Andi, 2010).


2

Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih di dalam

rahim. Untuk setiap manusia identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah

lapisan kulit atau dermal papilae, pola dasarnya tidak berubah, selama lapisan

papillae masih berada dikulit dan sidik jari akan selalu ada. Dermatoglifi

merupakan suatu manifestasi genetik yang dikendalikan oleh polygenic, dimana

pola dasarnya tidak akan berubah selama hayatnya. Perubahan hanya terjadi pada

ukuran sulur, yang berlangsung sejalan dengan perkembangan tangan dan kaki.

Variasi pola dermatoglifi satu spesies berbeda dengan spesies lain dan

menunjukkan kekhasan pada setiap spesies tersebut (Siburian et al., 2010).

Sidik jari dibentuk sejak lahir. Pola whorl mempunyai genotip LL, pola

Arch adalah ll,sedangkan pola heterozigot adalah looped Ll. Dermatoglifik adalah

rigi epidermis (epidermal ridge) pada kulit permukaan telapak tangan, jari tangan,

telapak kaki, dan jari kaki pada primata dan mamalia. Dermatoglifik juga

merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan ilmu yang mempelajari tentang

seluk beluk rigi epidermis itu sendiri. Dermatoglifik sudah sejak lama digunakan

di kepolisian dan kedokteran kehakiman sebagai alat identifikasi. Masyarakat

pada umumnya lebih banyak mengenal dermatoglifik sebagai alat identifikasi.

Padahal dermatoglifik bukan hanya alat identifikasi semata. (Sukarto, 2007).

Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui pola sulur jari tangan   dan menguji perbandingan

genetik pola sulur dari populasi mahasiswa PET 2018


3

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Sudut Axial Triradius Distal (ATD) merupakan sudut yang terbentuk

antara titik A, titik T, dan titik D. Titik triradius adalah titik yang dibentuk oleh

tiga sulur yang mengarah ketiga arah dengan sudut 120 o . Setiap individu

memiliki pola yang unik, tidak ada individu yang sama dan memiliki

keberagaman. Adanya perbedaan pola sidik jari dan sudut ATD pada setiap

individu, dan beragamnya pola oleh karenanya penelitian ini dilakukan

(Siburian, 2010)

Dermatoglifi berasal dari kata Yunani, Derma berarti kulit, glyphic berarti

ukiran. Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-

jari tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki. Dermatoglifi pada

setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak

berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah sampai

lapisan sub dermis. Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak gen

yang pengaruhnya saling menambah dan mungkin beberapa diantaranya bersifat

dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah lahir, misalnya geografik,

ekonomi dan lain-lain (Rosida, 2006).

Cara pengambilan data yang manual, yaitu jempol sidik jari diambil

dengan menggunakan tinta stempel yang ditempelkan pada kertas kemudian di

scan merupakan cara yang kurang baik, karena akan memberi pengaruh pada

sketsa sidik jari yang terbentuk antara lain ketebalan tinta yang menempel terlalu

tebal atau tipis, brightness pada citra ketika di scan, ukuran citra sidik jari yang

beragam serta posisi sidik jari yang tidak tegak. Cara pengambilan citra sidik jari

yang baik adalah menggunakan alat atau hardware khusus pengambilan citra sidik
5

jari atau menggunakan jasa situs yang memberikan standar format citra (ketebalan

citra, brightness, ukuran citra, dan posisi citra) yang seragam (Suftini, 2007).

Secara genetik, selain lewat uji laboratorium, kepribadian seseorang juga

bisa diketahui dari bentuk organ tubuh yang dalam proses pembentukannya

dipengaruhi oleh gen, salah satunya adalah sidik jari. Sidik jari merupakan

struktur genetika dalam bentuk rangka yang sangat detail dan tanda yang melekat

pada diri manusia yang tidak dapat dihapus ataupun di ubah dan bersifat unik,

dimana tidak ada seorangpun yang memiliki pola sidik jari yang sama dengan

orang lain. Sidik jari manusia memiliki banyak tipe, yaitu tipe simple arch, tented

arch, ulnar loop, radial loop, concentric whorl, spiral whorl, press whorl,

composite whorl, double loop, dan peacock’s eye. Pola – pola sidik jari inilah

yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam menentukan kepribadian

seseorang (Sinta et al., 2012).

Genetik sangat berperan dalam pembentukan sidik jari, karena sidik jari di

pengaruhi oleh unsur poligen. Sidik jari terbentuk pada bulan ke empat di masa

kehamilan dan tidak akan berubah hingga setelah proses kelahiran. Sidik jari

terbentuk dengan bantuan beberapa gen yang berperan, oleh sebab itu sidik jari

bersifat khas pada setiap individu. Terdapat tiga pola sidik jari secara umum yaitu

whorl, arch, dan loop (Hidayati, 2015).

Pada pola loop ada dua macam yaitu loop radial bila yang terbuka ke

ujung jari, loop ulnar bila yang terbuka ke pangkal jari. Pola loop mempunyai satu

triradius, pola whorl mempunyai lebih dari satu triradius sedang pola arch tidak

memiliki triradius. Frekuensi pola – pola tersebut diatas berbeda untuk setiap

bangsa, juga berbeda untuk laki-laki dan wanita. Pada populasi orang kulit putih

dan kulit hitam banyak dijumpai yang memiliki pola loops. Sedang pola whorl
6

banyak dijumpai pada populasi bangsa Mongoloid, populasi penduduk asli

Australia, dan populasi bangsa Melanesia di Pasifik. Pola arch dijumpai paling

sedikit ditemukan untuk semua populasi bangsa, biasanya jumlahnya kurang dari

10 %. Hanya pada populasi Bushman ( bangsa negroit yang hidup di Afrika

Selatan ) pola arch dijumpai lebih dari 10%. Dalam populasi rata-rata pola arch

dijumpai 5%, pola loop 65 – 70 % dan pola whorl 25 – 30 % (Sarna, 2001).

Jumlah sulur atau rigi – rigi jari tangan berbeda untuk laki - laki dan

perempuan. Jumlah rigi dihitung mulai dari tri radius sampai kepusat dari pola

sulur jari. Tri radius yaitu titik – titik darimana rigi- rigi menuju ketiga arah

dengan sudut kira-kira 120°. Pola arch tidak memilki triradius sehingga

perhitungan rigi tidak dilakukan. Jika ada dua atau lebih triradius maka yang

diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak. Untuk mendapatkan jumlah

perhitungan rigi maka rigi dari semua jari dijumlahkan, hal ini disebut dengan

Total finger ridge count. Pada perempuan jumlah rigi rata – rata 127 sedang pada

laki-laki 144 (Suryo, 2006).

Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari

dengan jari lainnya. Kira-kira 15% dari bentuk sidik jari pada ujung jari adalah

tipe lengkung. Bentuk sosol kira-kira 65-70% dan kira-kira 25-30% adalah tipe

lingkaran.. Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi maka rigi dari semua

jari-jari dijumlahkan. Pada perempuan rata-rata jumlah rigi adalah 127.,

sedangkan pada laki-laki 144 (Campbell, 2002).


7

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada hari Selasa, 20 Oktober 2020 pukul 12.40 WIB sampai dengan selesai, pada

ketinggian tempat ±25 mdpl.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator untuk

menghitung pola sidik jari , dan kaca pembesar untuk melihat pola-pola sidik jari

serta laptop digunakan untuk mengetik laporan hasil praktikum.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jari tangan

sebagai objek yang akan diamati, tinta stempel untuk memberi pewarnaan agar

pola sidik jari terlihat, kertas putih untuk menggambarkan pola sidik jari, alkohol

untuk , bantalan tinta sebagai wadah untuk member pewarnaan pada jari, alat tulis

untuk menulis hasil praktikum, serbet untuk membersihkan tinta stempel pada

jari.

Prosedur Praktikum

- Disediakan bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan

- Diberikan tinta tipis dan merata pada bantalan stempel

- Dicetak sidik jari tangan pada kertas putih dengan menekan perlahan jari-jari

tangan kanan dan kiri secara bergantian pada bantalan stempel

- Ditentukan jenis sidik jari dengan melihat triradiusnya

- Dihitung jumlah rigi pada setiap jari dengan bantuan mikroskop

- Dihitung persentase pola sidik jari dan jumlah rigi pada sidik jari dengan

rumus:
8

Pola sidik jari = Jumlah Rigi Sidik Jari X 100%


10

Rigi tangan = Jumlah rigi


5
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jari Tangan Kanan


Jenis Jari Pola Sidik Jari Jumlah Rigi
Ibu Jari Arch 20
Telunjuk Loop 22
Tengah Arch 19
Manis Arch 20
Kelingking Loop 17

Rigi Tangan Kanan = Total Jumlah Rigi


5

= 20 + 22 + 19 + 20 + 17
5
= 100
5
= 20

Jari Tangan Kiri


Jenis Jari Pola Sidik Jari Jumlah Rigi
Ibu Jari Whorl 21
Telunjuk Arch 16
Tengah Arch 20
Manis Arch 15
Kelingking Arch 19

Rigi Tangan Kiri = Total Jumlah Rigi


5

= 21 + 16 + 20 + 15 + 19
5
= 91
5
= 18, 2
Persentase Pola Sidik Jari

% Pola Sidik Jari Arch = Total Jumlah Pola Sidik Jari Arch x 100%
10

= 7/10 x 100 %

= 70 %
10

% Pola Sidik Jari Loop = Total Jumlah Pola Sidik Jari Loop x 100%
10

= 2/10 x 100 %

= 20 %

% Pola Sidik Jari Whorl = Total Jumlah Pola Sidik Jari Arch x 100%
10

= 1/10 x 100 %

= 10 %

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , diketahui bahwa Triradius

atau juga bisa d sebut Sudut Axial Triradius Distas (ATD) merupakan titik yang

dibentuk oleh titik-titik yang mengarah ke arah yang sama. Hal ini sesuai dengan

literatur Siburian (2010) yang menyatakan bahwaSudut Axial Triradius Distal

(ATD) merupakan sudut yang terbentuk antara titik A, titik T, dan titik D. Titik

triradius adalah titik yang dibentuk oleh tiga sulur yang mengarah ketiga arah

dengan sudut 120o . Setiap individu memiliki pola yang unik, tidak ada individu

yang sama dan memiliki keberagaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

Dermatoglifi adalah suatu gabaran sulu-sulur dermal yang terdapat pada jari

tangan maupun kaki, Dermatoglifi pada setiap manusia tidak ada yang sama

persis. Hal ini sesuai dengan literatur Rosida (2006) yang menyatakan bahwa

Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari

tangan dan kaki, serta telapak tangan, dan telapak kaki. Dermatoglifi pada setiap

orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak berubah

sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah sampai lapisan

sub dermis.
11

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa untuk

mengetahui bentuk sidik jari dapat dilakukan dengan cara menggunakan tinta lalu

di tempelkan pada kertas tetapi cara tersebut tidak lah efektif karena sketsa sidik

jari tidak terlalu jelas tampak. Hal ini sesuai dengan literatur Suftini (2007) yang

menyatakan bahwa Cara pengambilan citra sidik jari yang baik adalah

menggunakan alat atau hardware khusus pengambilan citra sidik jari atau

menggunakan jasa situs yang memberikan standar format citra (ketebalan citra,

brightness, ukuran citra, dan posisi citra) yang seragam.

Pola sidik jari terbagi 3 yaitu arch, loop dan whorl. Arch adalah pola

dermatoglifi yang dibentuk oleh rigi epidermis yang berupa garis-garis sejajar

melengkung seperti busur. Whorl adalah pola dermatoglifi yang dibentuk oleh

garis-garis rigi epidermis yang memutar berbentuk pusaran. Loop adalah pola

dermatoglifi berupa alur garis-garis sejajar yang berbalik. Hal ini sesuai dengan

literatur Andi (2010) bahwa berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan 3 pola

utama yaitu : pola arch (pola lengkung), pola loop (pola sosok), pola whorl

(pola lingkaran).

Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa frekuensi pola sidik

jari berbeda-beda antara satu pola dengan pola lainnya. Persentase pola sidik jari

arch yaitu 70%, pola loop 20%, dan pola whorl 20%. Hal ini sesuai dengan

literatur Campbell (2002) frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi

dari satu jari dengan jari lainnya. Kira-kira 15% dari bentuk sidik jari pada ujung

jari adalah tipe lengkung.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

bentuk sidik jari pada jari sebelah kanan terdiri dari beberapa bentuk dengan

jumlah rigi yang berbeda antara satu jari dengan jari yang lainnya yaitu ibu jari,
12

jari tengah dan jari manis memiliki pola arch sedangkan jari telunjuk dan

kelingking memiliki pola loop dengan jumlah rata-rata rigi yaitu 20. Hal ini sesuai

dengan literatur Campbell (2002) frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat

bervariasi dari satu jari dengan jari lainnya. Kira-kira 15% dari bentuk sidik jari

pada ujung jari adalah tipe lengkung.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

bentuk sidik jari pada jari sebelah kiri terdiri dari 2 bentuk dengan jumlah rigi

yang berbeda antara satu jari dengan jari yang lainnya. Jari telunjuk, jari tengah,

dan jari kelingking memiliki pola arch sedangkan ibu jari memiliki pola whorl

dengan jumlah rata-rata rigi yaitu 18,2. Hal ini sesuai dengan literatur

Suryo (2006) bahwa jumlah sulur atau rigi – rigi jari tangan berbeda untuk laki -

laki dan perempuan. Jumlah rigi dihitung mulai dari tri radius sampai kepusat dari

pola sulur jari. Tri radius yaitu titik – titik darimana rigi- rigi menuju ketiga arah

dengan sudut kira-kira 120°.

KESIMPULAN

1. Triradius merupakan titik yang dibentuk oleh tiga sulur yang mengarah

ketiga arah dengan sudut 120o


13

2. Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-

jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki. Dermatoglifi

pada setiap manusia berbeda-beda

3. Tinta digunakan untuk cara mengetahui bentuk pola sidik jari tetapi tinta

tidaklah efektif.

4. Pola sidik jari terbagi 3 yaitu arch, loop dan whorl

5. Persentase pola sidik jari arch yaitu 70%, pola loop 20%, dan pola whorl

20%\

6. Jumlah rata-rata rigi jari sebelah kanan yaitu 20 dan pola sidik jari ibu

jari, jari tengah dan jari manis yaitu pola arch sedangkan jari telunjuk dan

dan jari kelingking memiliki pola loop.

7. Pada jari sebelah kiri, jari telunjuk, jari tengah, dan jari kelingking

memiliki pola arch sedangkan ibu jari memiliki pola whorl dengan jumlah

rata-rata rigi yaitu 18,

DAFTAR PUSTAKA

Andi, A. 2010. Dermatoglifik Ensiklopedi Nasional Indonesia 4. Cipta Adi


Pustaka,   Jakarta.

Campbel, Neil A. 2002. Biologi Edisi Ke-V Jilid 1. Jakarta. Erlangga.


14

Hidayati, F. 2015. Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua.
Universitas Airlangga. Surabaya.

Rosida L. 2006. Gambaran dermatoglifi pada sindroma Down di Banjarmasin dan


Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Anatomi Indonesia.

Sarna, T. 2001. Buku Ajar Genetika. Undiksha Singaraja

Siburian, Evita dan Hayati. 2010. Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah
Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah
Sakit Umum Daerah Jambi. Jurnal Biospecies Vol. 2 No. 2.

Siburian J. 2010. Analisis pola sidik jari tangan dan jumlah sulur serta besar sudut
ATD penderita diabetes melitus di rumah sakit umum daerah Jambi.
Biospecies.

Sinta, Usman Dan Inung. 2012. Identifikasi Tipe Pola Sidik Jari Untuk
Memprediksi Karakteristik Orang Berbasis Pengolahan Citra Digital.
Fakultas Teknik Industry Telkom. Bandung.

Sri,S. 2008. Implemantasi Jaringan Neuron Mcculloc-Pitt Pada Henry


Classification System Untukm Klasifikasi Pola Sidik Jari. Jurnal
Informatika Vol. 4 No. 1.

Sufitni. 2007. Perbandingan Garis Simian dan Pola Sidik Jari pada Kelompok
Retardasi Mental dan Kelompok Normal. Majalah Kedokteran
Nusantara, Jakarta, Indonesia

Supriyo, A. 2009. Dermatoglifik Ensiklopedi Nasional Indonesia 4. Cipta Adi


Pustaka. Jakarta.

Sukarto, A. 2007. Teknik Dermatoglifik Yang Diterapkan Dalam Kedokteran.


Ilmu Kedokteran 10: 129 – 137.

Suryo. 2006. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta.

Wati, Megahati dan Weni. 2015. Pola Khas Yang Ditemukan Pada Sidik Jari Dan
Telapak Tangan Pada Anak-Anak Tuna Netra Di Kota Padang. Jurnal
Bioconcetta Vol. 1 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai