Evaluasi Tentang Inspeksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi (Studi Kasus Kecelakaan Kerja Di PT. X)
Evaluasi Tentang Inspeksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi (Studi Kasus Kecelakaan Kerja Di PT. X)
Evaluasi Tentang Inspeksi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi (Studi Kasus Kecelakaan Kerja Di PT. X)
SKRIPSI
Disusun Oleh
Laila Fauziyah Jannati
NIM 6411415069
ABSTRAK
ii
Public Health Department
Sport Science Faculty
Semarang State University
November 2019
ABSTRACT
The results show that the value of the 4 K3 inspection parameters in this
study that was appropriate in PT.X was 47,7% (51 indicators) and that which was
not appropriate was 52,3% (56 indicators).
Literatures: 32 (2007-2019)
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN:
Karya ini ku persembahkan untuk:
1. Ayahanda Ahmad Yani Ubadi dan Ibunda
Tri Musayadah
2. Nenek saya, Marijah dan adik saya
Muhammad Yasin
3. Almamaterku Universitas Negeri
Semarang
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridho-
Nya sehingga Proposal Skripsi yang berjudul “Evaluasi Tentang Inspeksi
Keselamatann dan Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi (Studi Kasus
Kecelakaan Kerja di PT. X)” dapat terselesaikan dengan baik. Proposal Skripsi ini
disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Ibu Prof.
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang telah diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang Bapak Dr. Irwan Budiono, M.Kes (Epid), atas
persetujuan penelitian yang telah diberikan.
3. Pembimbing, Ibu dr. Anik Setyo Wahyuningsih, M.Kes. atas bimbingan,
arahan serta masukan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. Penguji I, Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S., atas saran, arahan, dan
motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Penguji II, Ibu Evi Widowati, S.K.M., M.Kes, atas bimbingan, arahan serta
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
pengetahuan yang diberikan selama berada di bangku kuliah.
7. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan seluruh Staf TU FIK
UNNES yang telah membantu dalam segala urusan administrasi dan surat
perijinan penelitian.
8. Kedua orangtua saya, Bapak Ahmad Yani Ubadi, Ibu Tri Musayadah, Nenek
Marijah serta Adik Muhammad Yasin yang telah memberikan doa, dukungan,
motivasi dan bantuan selama penyusunan proposal skripsi.
vii
9. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 atas
bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh
dari kesempurnan, oleh karena itu, kritik dan saran kyang membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga proposal skripsi ini
dapat bermanfaat.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PERNYATAAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
PERSETUJUAN....................................................... Error! Bookmark not defined.
ix
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan .................................................................... 11
BAB II .................................................................................................................. 12
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 12
2.1 LANDASAN TEORI .................................................................................. 12
2.1.1 Tempat Kerja ........................................................................................ 12
2.1.2 Potensi Bahaya ...................................................................................... 12
2.1.3 Kecelakaan Kerja .................................................................................. 15
2.1.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ...................................................... 21
2.1.5 Pencegahan Kejadian Kecelakaan Kerja .............................................. 23
2.1.6 Inspeksi K3 .......................................................................................... 27
2.1.7 Sistem Manajemen K3 ......................................................................... 45
2.1.8 Work Safe BC ....................................................................................... 46
2.1.9 PP. Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 ........................ 47
2.2 KERANGKA TEORI .................................................................................. 48
x
3.5.1. Instrumen Penelitian ............................................................................. 55
3.5.2. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 57
3.6 PROSEDUR PENELITIAN ...................................................................... 57
3.6.1 Tahap Pra Penelitian ............................................................................. 57
3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 58
3.8.1. Data Reduction (Reduksi Data) ............................................................ 58
3.6.3 Tahap Pasca Penelitian ......................................................................... 59
3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ................................................. 59
3.8 TEKNIK ANALISIS DATA ..................................................................... 60
BAB IV ................................................................................................................. 62
HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 62
4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 62
4.2 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 63
4.2.1 Karakteristik Informan.......................................................................... 63
4.2.2 Gambaran Pelaksanaan Inspeksi ........................................................... 64
4.2.3 Evaluasi Inspeksi Pada Bagian Produksi .............................................. 65
4.2.4 Rekapitulasi Hasil ............................................................................... 123
xi
6.2 SARAN ..................................................................................................... 150
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
perkembangan industri dituntut untuk mengikuti dan secara mandiri menuju era
2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3%) dari kematian ini dikarenakan penyakit
akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7%) dikarenakan kecelakaan kerja.
Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja non-fatal
dialami oleh 374 juta pekerja setiap tahun, dan banyak dari kecelakaan ini
1
2
Organization, 1981).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia juga masih tinggi. Pada tahun 2017
total kecelakaan kerja sebanyak 123.000 kasus dengan klaim Rp 971 miliar.
Angka ini meningkat dari tahun 2016 dengan nilai klaim sebanyak Rp 792 miliar.
meningkat dari tahun 2015 terdapat 112 kejadian meningkat menjadi 190 ditahun
Transmigrasi, 2016).
para pekerja yaitu luka sobek dan trauma. Luka sobek ini meliputi luka lecet, luka
tusuk, luka sayat, dan luka terpotong atau teriris. Sedangkan trauma meliputi luka
memar. Potensi bahaya yang ada pada proses produksi ini meliputi tersangkut atau
tergilas mesin roll, terkena ujung sisi seng, tergores sisa-sisa seng kecil, dan
meliputi kekurangan yang dinilai tidak akan ditangani tanpa inspeksi, inspeksi
3
kerja menerima informasi baru tentang kewajiban hukum, dan inspeksi mengarah
variabel ini, penelitian ini telah mengambil pendekatan. Niskanen et al., (2014)
sadar akan tujuan dan isi peraturan dan regulasi, dan untuk meyakinkan tentang
seberapa banyak yang dapat diperoleh dengan mengikuti aturan. Pada saat yang
sama, para pekerja di tempat kerja harus dibantu untuk memahami peraturan K3
oleh pembuat kebijakan dan manajer tanpa manfaat pemahaman dari inspektur
1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
PT. X adalah salah satu industri logam dasar yang telah mengalami
perkembangan yang stabil sejak tahun 1971 yang berlokasi di Semarang Jawa
Tengah dengan jumlah tenaga kerja di tahun 2019 sebanyak 181 orang, dengan
8 bagian umum.
yaitu mesin uncoiler, recoiler, pinch roll, shearing, seam welder, entry-exit bridle,
accumulator, tension bridle, bak, burner, blower, cooling tower, drying fan,
leveler, hump table, conveyor, piller car, pump, tangki, dan creane. Dengan
Pada PT. X sendiri pada praktiknya sudah melakukan inspeksi mesin harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan. Inspeksi mesin ini dilakukan oleh supervisor
dan operator, sedangkan inspeksi mesin tahunan dilakukan oleh pihak luar.
menyebabkan pekerja terpapar bahan kimia melalui kontak langsung melalui kulit
dan juga terhirup melalui udara. Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah
keracunan, iritasi dan juga kebakaran apabila bahan kimia menyebabkan risiko
kecelakaan kerja.
beberapa jenis inspeksi K3. Jenis inspeksi yang sudah diterapkan yaitu inspeksi
depan.
dengan Bapak Putu Ariasa selaku bagian personalia dan umum yang juga
setiap 1 tahun sekali. Lokasi peletakan APAR diletakkan setiap 15 meter. Dalam
pengecekan APAR. Setiap setahun sekali ada pelatihan kebakaran bagi seluruh
karyawan PT. X.
yang sangat penting yang dapat dilakukan untuk menjamin agar lingkungan kerja
selalu aman, sehat dan selamat. Menurut Bird dan Germain (1986) inspeksi
Risikonya sebelum kerugian atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-
benar terjadi (Tarwaka, 2014). Inspeksi dengan atau tanpa hukuman berdampak
pada tingkat kepatuhan, dan ada bukti kuat bahwa inspeksi dengan hukuman
selama peneliti memasuki area produksi tersebut telah ditemukan bahwa para
pekerja banyak yang tidak menggunakan APD, para pekerja mengatakan bahwa
memakai APD merasa terganggu, ada juga yang dipakai pada saat tertentu. Hal ini
disebabkan karena inspeksi APD tidak terjadwal, sehingga para pekerja tidak
menyediakan ADP seperti masker kain, sarung tangan kain, safety shoes, ear
plug, dan cover all. Menurut penelitian Chairunnisa & Suwandi, (2018) inspeksi
mengenai kondisi dan kelayakan APD juga harus terlaksana dan juga
meningkatkan frekuensi inspeksi. Masih banyak APD yang tidak layak digunakan
seperti sarung tangan yang berlubang, pelindung kaki sudah rusak, pelindung
kepala sudah kedaluwarsa, masker yang tidak memenuhi syarat, cover all yang
tidak nyaman dipakai, dan kaca pelindung yang lecet. Khusus pada pelindung
kepala, menurut standart ANSI Z89.1-1009 berlaku empat tahun dari tahun
pembuatannya.
proses kerja diperlukan adanya mesin, alat berat dan ringan, alat pengangkut, arus
kecelakaan kerja yang berkaitan dengan inspeksi K3 yaitu kejadian luka sobek
dan memar yang berakibat pada cidera dan juga adanya beberapa kendala dalam
kecelakaan kerja, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
7
1.4.1 PT. X
Penelitian yang dilakukan dapat memberikan wawasan kepada pekerja,
dalam hal menganalisis potensi bahaya di tempat kerja sehingga dapat mengambil
tersebut.
akademik. Selain itu dapat menjalin kerjasama dan kemitraan untuk meningkatkan
1.4.3 Peneliti
Merupakan media belajar untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
bagian produksi PT. X serta dapat mengaplikasikan berbagai teori dan konsep
Tahun dan
Judul Desain Variabel Hasil
No Peneliti Tempat
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
tindakan
substandard
yang tidak
teridentifikasi.
kesehatan kerja pada bagian produksi di PT. X, yang mana belum pernah
dilakukan sebelumnya.
fokus kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan judul “Gambaran Tentang
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi di PT. X”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
sistem kerja. Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang
menyebabkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya ini berasal dari berbagai kegiatan
atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau berasal dari luar proses
12
13
1. Faktor fisika yang terdiri dari bising, getaran, radiasi, penerangan kurang
2. Faktor kimia yang terdiri dari gas, uap debu, kabut, cairan, dan benda padat.
3. Faktor biologi yang terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan
binatang lainnya.
4. Faktor ergonomi yang terdiri dari berdiri lama atau berlebihan, salah gerakan,
angkat beban terlalu berat, pekerjaan menonton, dan konstruksi mesin tidak
ergonomi
yang bergerak dengan gaya mekanik yang digerakkan secara manual atau dengan
lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan, seperti:
tersayat, tergores, terjepit, terpotong, terkupas dan lain sebagainya (Ramli, 2010a).
Merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
14
(Ramli, 2010a).
produksi. Bahan ini terhambur ke lingkungan karena cara kerja yang salah,
kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam
2. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi, seperti asam keras, cuka
Bahaya fisik merupakan bahaya seperti: ruangan yang terlalu panas, terlalu
dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan lain
adalah bahaya yang berasal dari faktor-faktor fisik. Faktor fisika adalah faktor di
dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim
kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet.
15
lingkungan kerja, yang disebabkan infeksi akut dan kronis oleh parasit, jamur dan
yang bersumber dari unsur biologi seperti flora dan fauna yang terdapat di
lingkungan kerja atau berasal dari aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan
dalam industri makanan, farmasi, pertanian, pertambangan, minyak dan gas bumi.
kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena itu di
perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar
yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa.
Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak
antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan di mana dia berada (Ramli,
2010).
suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun
korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan
16
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa
utama, yaitu:
yang terjadi di tempat kerja yang disebabkan karena adanya potensi bahaya yang
tidak terkendali (Tarwaka, 2017). Menurut H.W. Heinrich (1930) dalam Ramli,
(2010) faktor penyebab kecelakaan kerja dalam teori domino adalah tindakan
tidak aman dari manusia (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).
langsung hanyalah sekedar gejala bahwa ada sesuatu yang tidak baik dalam
organisasi yang mendorong terjadinya kondisi tidak aman. Karena itu, dalam
lebih dalam untuk mengetahui faktor dasar yang turut mendorong terjadinya
adanya bocoran atau tumpahan bahan, kondisi penerangan tidak baik, terburu-
buru atau kurangnya pengawasan di lingkungan kerja (Ramli, 2010). Model teori
ini seperti efek batu domino yang tersusun, apabila salah satu terjatuh maka akan
kecelakaan kerja menurut teori ini yaitu kurangnya kontrol atau ketimpangan
manusia, ada faktor lain penyebab kecelakaan kerja yaitu ketimpangan sistem
(Ramli, 2010)
kontak dengan sumber energi seperti mekanis, kimia, kinetis, fisis yang dapat
dikembangkan antara lain oleh Derek Viner (1998) yang disebut Konsep Energi.
Di alam energi hadir dalam berbagai bentuk seperti energi kinetik, kimia,
mekanik, radiasi, panas dan lainnya. Dalam kondisi normal, energi ini biasa
bahan kimia dan energi listrik berada di dalam kabel (Ramli, 2010).
Dalam konsep ini, kecelakaan kerja terjadi akibat energi yang lepas dari
maka energi listrik dapat mengenai tubuh manusia atau benda lain yang dapat
jenis energi seperi energi kinetik, mekanik, listrik, suara dan getaran. Benda yang
jatuh dari ketinggian akan menimbulkan energi kinetik sesuai dengan bobot dan
keparahan atau kerusakan tergantung besarnya energi yang diterima. Benda yang
jatuh dari ketinggian dapat mengakibatkan kerusakan atau cidera berat bagi
mulai dari cidera ringan sampai ketulian tergantung intensitas kebisingan yang
datang dan ketahanan fisik manusia yang menerimanya. Namun kontak dengan
energi tidak terjadi begitu saja, tetapi selalu ada penyebabnya, misalnya karena
19
pengaman tidak dipasang, kabel tidak memenuhi syarat atau terkelupas, pekerja
tidak menggunakan sarung tangan atau karena bekerja dengan peralatan listrik
terdapat beberapa klasifikasi kecelakaan akibat kerja, antara lain (Tarwaka, 2017).
1. Terjatuh
2. Sarana alat angkat dan angkut,seperti; fork-lift, alat angkut kereta, alat angkut
beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara dan lain-
lain.
2017).
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut sifat luka dan kelainan, antara
lain:
1. Patah tulang
2. Keseleo/dislokasi/terkilir
8. Luka bakar
9. Keracunan akut
Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu
kerugian material dan fisik (Anizar, 2012). Menurut Ramli, (2010) kerugian
langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi (Tarwaka,
biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau
menjadi 4, yaitu:
kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat
(Ramli, 2010).
kerusakan atau cidera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara
2010).
23
menderita. Bila korban tidak mampu bekerja atau meninggal, maka keluarga akan
peduli keselamatan, tidak aman atau merusak lingkungan. Citra ini dapat rusak
dalam sekejap jika terjadi bencana atau kecelakaan yang berdampak luas. Sebagai
akan dihargai dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan penanam modal
(Ramli, 2010).
menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
kondis yang tidak aman. namun dalam praktiknya tidak semudah yang
mengendaliakn kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumber, aliran energi, dan
bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh factor manusia dengan tindakan yang
tidak aman. Karena itu untuk mencegah kecelakaan dilakukan berbagai upaya
lain berbeda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja
25
2. Promosi K3, promosi kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
disampaikan tersebut.
bahaya yang ada ditempat kerja untuk mencegah terjadinya kerugian maupun
tempat kerja.
4. Audit K3, audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen untuk
prosedur yang direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk
dengan risiko minimal untuk orang, peralatan, bahan dan lingkungan (Ramli,
2010).
26
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi dan peralatan kerja.
sistem inter lock, sistem alarm. Sistem instrumentasi, dan lainnya (Ramli,
2010).
antara lain:
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dana paparan
4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja (Ramli, 2010).
2.1.6 Inspeksi K3
risikonya sebelum kerugian atau kecelekaan dan penyakit akibat kerja benar-benar
peralatan kerja;
material;
perusahaan;
28
a. Inspeksi Informal
b. Inspeksi Rutin/Umum
c. Inspeksi Khusus
sebelumnya dan sifatnya cukup sederhana yang dilakukan atas kesadaran orang-
muncul langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera dapat dilakukan tindakan
korektif.
mungkin telah dilihat atau ditemukan karena masalah yang ditemukan hanya
disimpan dalam pikirannya. Atau mungkin mereka tidak menyadari terhadap apa
juga mereka lupa untuk segera menindak lanjuti apa yang telah ditemukan. Tetapi
kerja bila menemukan suatu masalah, langsung membuat catatan penting dan
tempat kerja yang tidak banyak mengalami perubahan, maka inspeksi dapat
kerja yang mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit
pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau bangunan yang
No. 1 Tahun 1970 Pasal 12 butir b menyatakan bahwa tenaga kerja berhak dan
perusahaan harus memenuhi semua kriteria, misalnya, APD yang disediakan harus
berdasarkan sifat bahan baku kimia yang digunakan sebagai proses produksi dan
sifat baku kimia hasil produksinya. Pelaksanaan inspeksi menjadi salah satu tolak
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh
mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda
tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,
percikan bahan kimia yang korosif, panas sinar matahari, dll. Jenis alat pelindung
a) Topi Pelindung (Safety Helmets): alat ini berfungsi untuk melindungi kepala
dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena
arus listrik.
b) Tutup Kepala: alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran,
korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari
c) Topi (Hats/Caps): alat ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut
dari kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari
kain katun.
31
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang diudara, gas
elektromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras,
b) Goggles: alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang
a) Sumbat Telinga (Ear Plug): ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap
individu dan bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah
liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Alat ini
b) Tutup Telinga (Ear Muff): alat pelindung telinga ini terdiri dari 2 buah
tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa
cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi yang
tinggi. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30dB(A) dan
33
dapat melindungi telinga bagian luar dari benturan benda keras atau
risiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkotaminasi atau beracun, korosi atau
yang bersifat rangsangan. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang
a. Masker: alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-
debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator
asap.
34
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dan bagian
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Sarung tangan terbuat dari karet untuk melindungi
kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik; sarung tangan dari kulit untuk
melindungi terhadap benda tajam, goresan; sarung tangan dari kain/katun untuk
melindungi kontak dengan panas dll. Dalam pemilihan sarung tangan yang tepat,
1) Potensi bahaya yang ada ditempat kerja, apakah berupa bahan kimia korosif,
2) Daya tahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet alami tidak
tepat pada pemaparan pelarut organic, karena karet alami larut dalam pelarut
organic.
yang tipis.
4) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan, atau
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda
panas, kontak dengan arus listrik. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan, sepatu
a. Sepatu pengaman pada pengecoran baja (Foundry Leggings): Sepatu ini harus
terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya sekitar 35
cm. Pada pemakaian sepatu ini, celana dimasukkan ke dalam sepatu lalu
b. Sepatu pengaman pada yang mengandung bahaya peledakan: Sepatu ini tidak
ini terbuat dari karet anti elektrostatik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar
d. Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konstruksi: sepatu ini terbuat dari
bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya (steel box toe).
37
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Pakaian
pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu
mulai dari daerah dada sampai lutut, atau overall yaitu menutupi seluruh bagian
tubuh. Apron dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastic polyethylene (PVC), karet,
asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Apron tidak boleh digunakan ditempat-
kebakaran yang masih kecil, dan sering digunakan dalam keadaan emergensi.
Penempatan APAR harus memenuhi syarat yaitu, harus diletakan pada lokasi
dimana mudah diakses dan mudah dijangkau, peletakkan tidak terhalang apapun
dan mudah dilihat, digantung dengan ketinggian tidak lebih dari 1,2 meter.
39
dari 4 jenis, yaitu: jenis cairan atau air, jenis busa atau foam, jenis tepung atau
jenis pemadam yang serba guna. APAR jenis ini terdapat beberapa tipe,
liquids.
b. APAR “CO2”
dan C (listrik dan liquid). Selama gas terdispersi dengan cepat, maka alat
ini sangat efektif pada jarak semprot antara 1 s/d 3 meter, tabung APAR
c. APAR “Halon”
APAR jenis ini berisi suatu gas yang dapat menggangu reaksi
kimia pada suatu bahan bakar terbakar. Tipe alat pemadam ini sering
d. APAR “Foam”
Alat pemadam jenis ini berisi air dan gas yang dimampatkan dalam
dengan listrik.
tertentu yang mempunyai risiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk
berbahaya dan beracun; dan lokasi tempat kerja tertentu yang membahayakan
lingkungan.
Petugas K3, supervisor dana tau manajer harus selalu melakukan inspeksi
Tenaga dan Produksi adalah pesawat atau alat yang tetap atau berpindah-pindah
yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau
yaitu mesin uncoiler, welding, cooling conveyor, water cooling, box oven,
recoiler, leveler, corrugator, slitting, dan roll forming. Dengan adanya mesin dan
kerja yang akan diinspeksi, perlu dipertimbangkan dan dipahami hal-hal sebagai
berikut:
masing perusahaan;
perlu dipertimbangkan.
Inspeksi K3 rutin biasanya dilakukan oleh tim. Susunan dari anggota tim
dapat bervariasi tergantung dari area kerja mana yang akan diinspeksi. Ketika
43
menginspeksi peralatan dan proses kerja,tim inspeksi harus didampingi oleh pakar
tertulis bahwa:
secara teratur.
isinya adalah:
saat bekerja.
2. Inspeksi dilaksanakan pada siang ataupun malam hari di waktu yang wajar.
kebutuhan untuk:
44
dengan hasil inspeksi petugas harus melakukan beberapa hal diantara lain:
1. Memberikan hasil laporan pada lokasi atau tempat kerja yang berhubungan
dapat berfungsi dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.
ditindaklanjuti secara konkrit. Orang yang bertanggung jawab dalam inspeksi juga
harus ikut menindak lanjuti dari apa yang telah direncanakan. Upaya tindak lanjut
ini dapat berupa tindakan dan pengecekan terhadap hal-hal sebagai berikut:
menjamin bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dimaksud.
memastikan bahwa tidak ada masalah lain yang ditimbulkan (Tarwaka, 2017)
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses
yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, dan
dikembangkan oleh berbagai lembaga dan intitusi di dalam dan luar negeri
Columbia (BC), Kanada. Sistem manajemen ini pertama kali dicetuskan pada
tahun 1917 oleh legislasi daerah BC, untuk membatu menghilangkan cidera,
Work Safe BC bekerja sama dengan pekerja dan pemilik usaha untuk
mencegah cidera, sakit dan kecacatan. Ketika cidera dan penyakit akibat kerja
Membuat dan menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat menjadi
kewajiban bersama. Peran proaktif dari Work Safe BC dalam upaya tersebut antara
lain adalah:
regulasi K3.
5) Bekerja sama dengan agensi daerah dan federal serta kementrian berkaitan
dengan K3
pemilik usaha.
Cempensation Act. Salah satu yang diatur di dalamnya ialah penerapan inspeksi.
Aturan mengenai inspeksi yang tertulis di dalamnya natara lain meliputi jadwal
inspeksi.
Tempat Kerja1
Potensi Bahaya2
1. Bahaya Mekanis
2. Bahaya Listrik
3. Bahaya Kimiawi
4. Bahaya Fisik
5. Bahaya Biolgis
6. Bahaya Ergonomi
Pencegahan Kecelakaan3
Kecelakaan Kerja3
2.Pendekatan Manusia3
1. Inspeksi APD2
2. Inspeksi APAR2
(Sumber: 1Undang-undang Nomer 1 tahun 1970; 2Tarwaka, (2017); 3Ramli, S Ramli, (2010); 4Anizar, (2009), 5Workers
Compensation Act (1996), (2012), 6PP. No 50 Tahun (2012); 7Permenaker No 38 Tahun (2016); 8Permenaker No 4
(1980); 9Permenaker No 8 Tahun (2010); 10Permen PU No 26 Tahun (2008); 11(International Safety Rating System),
(Budiono, Mardiana, Fauzi, & Nugroho, 2017)
48
BAB III
METODE PENELITIAN
49
50
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015). Fokus dalam
kecelakaan kerja pada bagian produksi di PT. X yang dicegah dengan inspeksi K3
3.2.1 Perencanaan
1. Perencanaan inspeksi
2. Penjadwalan program
3. Pemilihan SDM
4. Pelatihan
3.2.2 Pelaksanaan
1. Prapelaksanaan
3.2.3 Pelaporan
2. Pendokumentasian
3.2.4 Perbaikan
standar acuan peraturan untuk dicari tahu kekurangannya dan kemudian dilakukan
Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dan Lincoln (1987) dalam Moleong, (2010) penelitian kualitatif adalah penelitian
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Adapun
data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-kata, dokumen tertulis, dan gambar
(Moleong, 2010).
Sumber informasi dalam penelitian ini adalah dari data primer yang
meliputi observasi lapangan dan wawancara, serta data sekunder yang berupa
kepada peneliti (Sugiyono, 2015). Data primer dalam penelitian ini diperoleh
52
melihat, mendengar, serta mencatat sejumlah dan taraf aktivitas atau situasi
2010). Teknik pengamatan atau observasi yang dilakukan pada penelitian ini
adalah pengamatan secara terbuka, yaitu suatu pengamatan dimana subjek yang
kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan apa yang subjek
Hal yang diamati dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan Inspeksi
dimulai dari menyiapkan instrumen sampai mengisi instrumen yang sesuai dengan
3.4.1.2. Wawancara
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat populasi
ada 2, yaitu kriteria inklusi yang merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel dan
kriteria eksklusi yang merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel. Informan utama dalam penelitian ini antara lain:
2. Mengetahui bahaya dan risiko terhadap alat yang digunakan pada bagian
produksi.
memanfaatkan dari luar data tersebut sebagai pembanding terhadap data yang
tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tau tentang apa yang akan
peneliti menjelajahi objek atau situasi yang akan diteliti (Sugiyono, 2015).
1. Staf Umum (Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan Ahli K3),
dengan pertimbangan:
triangulasi.
55
tertulis ataupun film yang sudah ada, tanpa harus dipersiapkan terlebih dahulu
karena adanya permintaan dari seorang penyidik atau peneliti (Moleong, 2010).
Pada penelitian ini dokumentasi atau dokumen yang digunakan sebagai data
sekunder yaitu profil perusahaan, laporan data kecelakaan kerja dan data
pendukung lainnya.
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan lain
penafsir data dan menjadi pelapor hasil dari penelitiannya (Moleong, 2010).
lapangan. Lembar obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kondisi
56
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan
wawancara dapat terekam dengan baik dan sebagai bukti telah melakukan proses
selama proses wawancara antara peneliti dan informan. Alat perekam yang
menjadi sebuah daftar butir pokok yang berupa kata-kata kunci yang
foto atau dokumentasi ini, maka keabsahan penelitian akan lebih terjamin,
penelitan, karena tujuan awal dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
yaitu:
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian, antara lain:
antara lain:
2. Melaksanakan penelitian.
dipilih.
pokok, memfokuskan dengan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
59
mencarinya bila diperlukan. Catatan lapangan berupa huruf besar, huruf kecil,
angka dan simbol-simbol yang masih berantakan dan tidak dapat dipahami,
penting serta membuat kategorisasi berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data atau pasca
kesimpulan.
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang
dengan metode dan triangulasi dengan teori. Teknik triangulasi yang sering
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian. Teknik dapat
lainnya.
menggunakan teknik yang sama untuk mendapatkan data dari sumber yang
data mengenai potensi bahaya yang ada di area kerja, peneliti menggunakan
analisis dokumen, serta triangulasi sumber yang diperoleh dari informan utama
kesesuaian poin-poin dengan standard yang ada. Skala untuk tingkat kesesuaian
terdiri dari sesuai, tidak sesuai dan tidak ada. Jawaban sesuai, tidak sesuai dan
tidak ada dari responden dikalikan 100% dan dibagikan total poin, yaitu 107 poin.
HASIL PENELITIAN
perusahaan yang bergerak dalam industri baja lembaran lapis seng yang
melakukan pengadaan bahan bangunan seperti baja lembaran lapis seng plat, seng
gelombang, dan talang tanpa sambung. PT. X menggunakan merk dagang X, cap
dagang yang telah mendapat ijin untuk menggunakan tanda SILL dari
diakui telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar
dilakukannya pengoloran besi baja gulungan; pre treatment unit disini terdapat
treatment unit terdapat beberapa proses yaitu water cooling, chromating, dan box
oven. Setelah proses semua itu selesai akan dilanjutkan dengan 2 proses yaitu
recoiling unit dan shearing. Recoiling unit yaitu lembaran seng yang sudah
yaitu proses pemotongan sesuai dengan permintaan pasar. Berikut alur proses
produksinya:
62
63
Uncoiler
Galvanizing
1. Kepala Bagian L 49 S1 11
Produksi
2. Staf Umum L 44 S1 21
3. Kasi Teknik L 48 S1 15
63
64
berjumlah 7 orang. Pendidikan terakhir dari informan antara lain S1 (Sarjana) dan
pendidikan terakhirnya S1, dan lama bekerja 11 tahun. Informan kedua adalah
Staf Umum berusia 44 tahun, pendidikan terakhirnya S1, dan lama bekerja 21
terakhirnya S1, dan lama bekerja 15 tahun. Informan ke empat adalah Staf
ada pelatihan kebakaran bagi seluruh karyawan PT. X. Jenis APAR yang
Inspeksi APD pada PT. X ini tidak terjadwal, sehingga pada saat
APD, ada juga yang dipakai hanya pada saat tertentu. Pada dasarnya PT. X sendiri
sudah menyediakan ADP seperti masker kain, sarung tangan kain, safety shoes,
yaitu mesin uncoiler, recoiler, pinch roll, shearing, seam welder, entry-exit bridle,
accumulator, tension bridle, bak, burner, blower, cooling tower, drying fan,
leveler, hump table, conveyor, piller car, pump, tangki, dan creane. Dengan
Pada PT. X sendiri pada praktiknya sudah melakukan inspeksi mesin harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan. Inspeksi mesin ini dilakukan oleh supervisor
dan operator, sedangkan inspeksi mesin tahunan dilakukan oleh pihak luar.
penelitian ini terdapat 11 indikator sesuai (31,4%) dan 24 indikator tidak sesuai
terdapat dilampiran.
67
Evaluasi (%)
Poin
No Parameter Indikator Referensi Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perencanaan 1. Rencana inspeksi disusun PP. Nomor √
Inspeksi dan ditetapkan oleh 50 tahun
pengusaha dengan 2012
mengacu pada kebijakan
inspeksi yang telah
ditetapkan.
2. Rencana inspeksi harus PP. Nomor √
sesuai peraturan 50 tahun
perundang-undangan dan 2012
persyaratan lainnya.
3. Identifikasi potensi PP. Nomor √
bahaya, penilaian, dan 50 tahun
pengendalian risiko. 2012
dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan inspeksi yang
risiko; evaluasi hasil inspeksi sebelumnya. Dari keempat indikator tersebut dalam
evaluasinya terdapat 0 indikator sesuai (0%) dan 4 indikator tidak sesuai (100%).
dikatakan bahwa tidak ada rencana inspeksi APD yang ditetapkan oleh atasan.
Indikator kedua tidak sesuai, terbukti dengan rencana inspeksi yang ada pada PT.
rencana inspeksi tidak ada form secara tertulis. Berikut jawaban dari Informan 4.
Perencanaan inspeksi disini sudah ada tapi belum sesuai dengan perundang-
undangan.
Informan 1
68
Kurang tau saya mbak, saya hanya ditugaskan untuk inspeksi APD gitu aja,
tidak ada ketentuan yang ditetapkan. Untuk peraturan saya juga kurang paham
mbak.
Informan 4
tidak ada dokumen seperti jsa maupun hirac yang berisi identifikasi bahaya,
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Penjadwalan 1. Suatu inspeksi dapat WorkSafe √
program dilakukan pada jam kerja BC
siang atau malam. Workers
Compensat
ion Act
dilakukan pada jam kerja siang atau malam dan suatu inspeksi dapat dilakukan
69
kapan saja jika petugas memiliki alasan yang mendesak untuk meyakini bahwa
ada situasi yang berbahaya atau mungkin berbahaya bagi pekeja. Dari kedua
dan wawancara diketahui bahwa inspeksi APD bisa dilakukan kapan saja, dan
pada form inspeksi ditemukan bahwa waktu inspeksi APD tidak terjadwal.
diketahui bahwa telah melakukan inspeksi APD jika ditemukan sesuatu yang
pekerja.
Ya pasti mbak, tegantung bahaya apa dulu menyesuaikan.
Informan4
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pemilihan 1. Pemilihan personil Internation √
SDM inspeksi. al Safety
Rating
System
dan inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang
tersebut dalam evaluasinya terdapat 1 indikator sesuai (50%) dan 1 indikator tidak
sesuai (50%).
sudah ditentukan, untuk inspeksi APD dilakukan oleh staf gudang. Berikut
Teknik inspeksi belum pernah, kalau audit iya. Sebetulnya kalau kalau apa
namanya kalau pelatihan seperti itu tu sifatnya umum. Kalau sifatnya khusus
spesifik terlalu banyak. Mungkin tidak bisa disebutkan dalam satu pelatihan
misalnya inspeksi genset, kenapa nggak kompresor, kenapa nggak pompa, nah
itu sebenarnya kan banyak banget itu. Jadi biasanya kalau pelatihan kayak gitu
sifatnya umum.
Informan 1
indikator tidak sesuai (66,7%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
program = diiterapkan.
3. Pemilihan SDM 2 1 (50%) 1 (50%) 1 indikator (50%) =
diiterapkan.
1 indikator (50%) =
tidak diterapkan
4. Pelatihan 1 0% 1 (100%) 1 indikator (100%)
= tidak diiterapkan.
Total 9 3 (33,3%) 6 (66,7%) 3 indikator (33,3%)
= diterapkan.
6 indikator (66,7%)
= tidak diterapkan.
Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen Evaluasi Inspeksi K3
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Prapelaksana 1. Petugas pelaksana harus WorkSafe √
an menyediakan dokumen BC
ataupun bukti Workers
pemberitahuan apabila Compensat
ingin meminta ion Act
pelaksanaan inspeksi.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaksanaan 1. APD tersedia setiap saat Internation √
inspeksi untuk semua karyawan al Safety
APD jika diperlukan. Rating
System
2. Terdapat fasilitas Internation √
penyimpanan dan al Safety
pembersihan untuk APD. Rating
System
3. Tersedia sistem untuk Internation √
memastikan bahwa para al Safety
karyawan mendapatkan uji Rating
coba pemakaian APD System
yang membutuhkan
perhatian khusus.
4. Instruksi kebutuhan dan Internation √
penggunaan APD. al Safety
Rating
System
5. Instruksi mengenai Internation √
pembersihan dan al Safety
pemeliharaan APD. Rating
System
6. Catatan-catatan instruksi Internation √
tersebut terpelihara. al Safety
Rating
System
7. Tersedia sistem untuk Internation √
mencatat pembersihan, al Safety
penggantian bagian Rating
tertentu, paparan System
kumulatif APD khusus.
dalam evaluasinya terdapat 3 indikator sesuai (37,5%) dan 5 indikator tidak sesuai
(62,5%).
74
dari Informan 4.
Disini tergantung masing-masing unit mbak, kalau misalnya genset itu kan
memerlukan earplug iu ya yang nyimpen bagian genset, tapi kalau untuk
bagian plan kita kan ke ruang peralatan. Jadi kalau dari bengkel atau
maintenance butuh ngelas atau apa gitu disini minta lah atau pinjem status
pinjem dari ruang peralatan. Dan untuk perawatan APDnya yang ngurusi ya
bagian peralatan, yang pakai nanti ceklis dari peralatan. Jadi misalnya rusak
berapa, kurang berapa ya nanti pengadaan yang ngurusi ya bagian peralatan
sini mbk.
Informan 4
melakukan pekerjaan yang paparan uapnya tinggi, pada saat wawancara dengan
inspektor APD diketahui bahwa tidak ada uji coba pemakaian APD untuk
dan Informan 5.
Nggak ada mbak, disini ya APDnya standar aja, misal pada saat melakukan
pekerjaan yang paparan uapnya tinggi itu aja APDnya hanya yang terbuat dari
kain, gitu aja jarang dipake mbak.
Informan 4
75
Wah gak paham mbk, sepertinya gak ada iku mbak, disini APDne yo standar
ngeneki mbk.
Informan 5
wawancara diketahui bahwa tidak ada instruksi kebutuhan dan penggunaan APD,
Tidak ada instruksinya mbak, hanya disesuaikan kebutuhan saja. Jadi kalau
kita kan kalau misalnya banyak pekerjaan eeee diatap ya mbak, itu tadi
disesuaikan, kita tadi menyediakan APD jumlahnya 10, kalau ternyata
orangnya yang diatap kebetulan banyak ya kita nambah. Karena kan
temporary mbak, tergantung situasi dan kondisi.
Informan 4
Gak ada ik mbak instruksi, kalau butuh ya tinggal pakai aja nyesuain
kebutuhan.
Informan 5
Itu juga tugas bagian orang peralatan sini mbk, jadi misalnya pekerja
memakai, nanti dikembalikan lagi ke bagian peralatan. Nanti yang
membersihkan bagian peralatan.
Informan 4
Indikator keenam tidak sesuai, terbukti dengan tidak adanya catatan-
Lhawong instruksinya aja gak ada mbak, ya catatan mengenai instruksi pasti
ya ndak ada hehehe
Informan 4
Indikator ketujuh tidak sesuai, terbukti dengan tidak adanya sistem untuk
Tidak ada itu mbak, disini tuh biasanya kalau kotor atau ada yang rusak gitu
ya baru diganti baru dibersihin, ndak harus berapa bulan sekali gitu, jadi ya
lihat situasi dan kondisi saja.
Informan 4
Indikator kedelapan sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara
diketahui bahwa APD yang sudah rusak pasti dikembalikan dan akan
Biasanya tuker
mendapatkan yangmbak
baru.disini.
BerikutKetika nantidari
jawaban kanInforman
eee ketika nanti
4 dan dicek nanti
Informan 5. dari
dariiii bagian petugas peralatan sini nanti ‘pak ini filternya harus diganti’, nahh
nanti bagian peralatan meminta ke kasi untuk pengadaan baru atau diambilkan
digudang gitu. Ini digudang juga ada sparepartnya kalau memang mau ganti
tapi kalau nda ada nanti ya terpaksa yaaa ke bagiaan purchasing untuk
penggantian baru.
Informan 4
Yaa itu nanti tinggal bilang aja ke unit kalau butuh APD baru, yang ini dah
rusak gitu. Pasti dapat yang baru.
Informan 5
penelitian ini terdapat 18 indikator sesuai (66,7%) dan 9 indikator tidak sesuai
terdapat dilampiran.
77
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaporan 1. Atasan memposting WorkSafe √
hasil laporan di tempat kerja BC
inspeksi yang terkait. Workers
Compensat
ion Act
laporan ditempat kerja yang terkait; atasan memberikan salinan laporan kepada
yang ditemukan pada saat inspeksi dilaporkan secara tertulis; semua laporan
dan studi dokumen diketahui bahwa hasil laporan inspeksi APD tidak pernah
78
diposting ditempat kerja. Indikator kedua sesuai, terbukti dengan pada saat
Iya mbak ini kalau habis ada laporan inspeksi APD saya laporkan ke Pak Putu.
Informan 4
Tergantung mbak, karena walaupun saya dipasrahi tentang K3 saya kan staf
umum, jadi saya kurang faham kalau diberi laporan terkait mesin, kalau
laporan mengenai APD itu ada di saya.
Informan 2
Indikator ketiga tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa semua kondisi dibawah standar
yang ditemukan pada saat inspeksi APD tidak ada laporan secara tertulis dan tidak
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada laporan inspeksi APD
Tidak ada laporan inspeksi jadi ya tidak ada yang dianalisa to mbak.
Informan 4
4.2.3.1.8 Pendokumentasian
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pendokumen 1. Dalam melaksanakan PP. Nomor √
tasian kegiatan harus 50 tahun
mendokumentasikan 2012
seluruh kegiatan.
79
dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi;
dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang
berwenang; dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap
perlu; semua dokumen yang usang harus segera disingkirkan; dokumen mudah
ditemukan, bermanfat dan mudah dipahami. Dari ketujuh indikator tersebut dalam
(57,1%).
80
tersebut.
Iya kadang saya suruh fotoin orang produksi kalau lagi inspeksi gitu mbak
Informan 4
dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada dokumen terkait identifikasi hasil
inspeksi APD.
Informan 4
dan studi dokumen diketahui bahwa dokumen inspeksi tidak pernah ditinjau ulang
karena tidak adanya dokumen inspeksi APD tersebut. Indikator keempat tidak
sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara dan studi dokumen diketahui
bahwa tidak pernah memposting dokumen inspeksi APD. Indikator kelima sesuai,
terbukti dengan saat melakukan wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa dokumen mudah ditemukan dan
mudah dipahami.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Peninjauan 1. Peninjauan dilakukan PP. Nomor √
ulang hasil terhadap kebijakan, 50 tahun
temuan perencanaan, 2012
pelaksanaan,pemantauan,
dan evaluasi.
2. Hasil peninjauan PP. Nomor √
digunakan untuk 50 tahun
melakukan perbaikan dan 2012
peningkatan kinerja.
Peninjauan ulang hasil temuan memiliki 2 indikator yaitu peninjauan
wawancara diketahui bahwa tidak ada dokumen peninjauan ulang yang dilakukan
tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan wawancara diketahui bahwa
Kan tadi udah saya katakan kalau tidak ada pennjauan mbak.
Informan 4
Parameter pelaporan memiliki 3 poin parameter meliputi pelaporan hasil
dalam penelitian ini terdapat 4 indikator sesuai (30,8%) dan 9 indikator tidak
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perbaikan 1. Identifikasi tindakan Internation √
hasil temuan perbaikan yang perlu al Safety
inspeksi dilakukan. Rating
System
pemeriksaan/inspeksi 2012
dipantau untuk
menentukan
efektifitasnya.
tindakan perbaikan yang perlu dilakukan; tindak lanjut untuk memastikan bahwa
dan studi dokumen diketahui bahwa untuk inspeksi APD tidak ada tindakan
perbaikan.
Kalau inspeksi APD itu tidak ada tindakan perbaikan mbak.
Informan 4
Indikator kedua tidak sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara
diketahui bahwa tidak ada tindak lanjut, karena tidak dilakukan tindakan
perbaikan. Indikator ketiga tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan
wawancara diketahui bahwa atasan hanya menetapkan petugas inspeksi saja, tidak
Dari atasan tidak ditetapkan mbak, saya hanya ditugasi untuk inspeksi saja.
Informan 4
Indikator keempat tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada dokumen tentang
Tidak ada tindakan perbaikan mbak seperti yang saya bilang tadi.
Informan 4
sesuai (0%) dan 4 indikator tidak sesuai (100%). Lebih jelasnya dapat dilihah
penelitian ini terdapat 18 indikator sesuai (46,2%) dan 21 indikator tidak sesuai
tidak diterapkan
2. Pelaksanaan 13 9 (69,2%) 4 (30,8%) 9 indikator (69,2%) =
diterapkan
4 indikator (30,8%) =
tidak diterapkan
3. Pelaporan 13 5 (38,5%) 8 (61,5%) 5 indikator (38,5%) =
diterapkan
8 indikator (61,5%) =
tidak diterapkan
4. Perbaikan 4 1 (25%) 3 (75%) 1 indikator (25%) =
diterapkan
3 indikator (75%) =
tidak diterapkan
Total 39 18 (46,2%) 21 (53,8%) 18 indikator (46,2%) =
diterapkan
21 indikator (53,8%) =
tidak diterapkan
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
Poin
No Parameter Indikator Referensi Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perencanaan 1. Rencana inspeksi disusun PP. Nomor √
Inspeksi dan ditetapkan oleh 50 tahun
pengusaha dengan 2012
mengacu pada kebijakan
inspeksi yang telah
ditetapkan.
2. Rencana inspeksi harus PP. Nomor √
sesuai peraturan 50 tahun
perundang-undangan dan 2012
persyaratan lainnya.
3. Identifikasi potensi bahaya, PP. Nomor √
penilaian, dan 50 tahun
pengendalian risiko. 2012
dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan inspeksi yang
86
risiko; evaluasi hasil inspeksi sebelumnya. Dari keempat indikator tersebut dalam
evaluasinya terdapat 0 indikator sesuai (0%) dan 4 indikator tidak sesuai (100%).
dikatakan bahwa ada rencana inspeksi APAR yang disusun dan ditetapkan oleh
atasan, namun saat melakukan studi dokumen ditemukan bahwa dokumen rencana
inspeksi tidak ada. Indikator kedua tidak sesuai, terbukti dengan rencana inspeksi
APAR yang ada pada PT. X tidak mengacu pada perundang-undangan yang
berlaku, bahkan dokumen rencana inspeksi tidak ada form secara tertulis. Berikut
Perencanaan inspeksi disini sudah ada tapi belum sesuai dengan perundang-
undangan.
Informan 1
Nah itu, disini perencanaan inspeksinya itu saya rasa belum sesuai perundang-
undangan mbak, karena pabrik kita ini kan tidak pabrik yang besar, jadi disini
kerjanya ya ada yang dirangkap gitu, seperti saya ini, saya disini bagian staf
umum tetapi sudah mengikuti ahli K3 umum, makanya disini saya ditugaskan
untuk mengurusi K3 dipabrik ini, namun ya tidak bisa maksimal seperti
diperusahaan besar yang kerjanya terfokus pada bagian khusus K3.
Informan 2
tidak ada dokumen seperti jsa maupun hirac yang berisi identifikasi bahaya,
Kalau ini karena tugas saya hanya menginspeksi APAR itu saya tidak
melakukan hal tersebut, tetapi kalau untuk bagian inspeksi mesin ya dilakukan
. mbak.
Informan 2
87
Indikator yang keempat tidak sesuai, terbukti dengan saat melakukan studi
dokumen diketahui bahwa tidak ada dokumen mengenai evaluasi hasil inspeksi
APAR sebelumya.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Penjadwalan 1. Suatu inspeksi dapat WorkSafe √
program dilakukan pada jam kerja BC
siang atau malam. Workers
Compensat
ion Act
dilakukan pada jam kerja siang atau malam dan suatu inspeksi dapat dilakukan
kapan saja jika petugas memiliki alasan yang mendesak untuk meyakini bahwa
ada situasi yang berbahaya atau mungkin berbahaya bagi pekeja. Dari kedua
dilakukan pada saat jam kerja. Namun tidak ada dokumen jadwal inspeksi secara
general, yang ada hanya berupa form inspeksi yang berisikan tanggal, bulan,
Ada yang harian, mingguan, bulanan, bahkan ada juga yang tahunan. Itu sudah
terscedule semua.
Informan 1
Kalau dibagian produksi ada yang harian, mingguan, bulanan, bahkan ada juga
yang tahunan. Tapi kalau inspeksi APAR ya itu 6 bulan sekali, penggantian 1
tahun sekali.
Informan 2
pekerja.
Ya itu pasti dilakukan, kalau tiba-tiba ada sesuatu yang membahayakan gitu
pasti dilakukan inspeksi.
Informan1
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pemilihan 1. Pemilihan personil Internation √
SDM inspeksi. al Safety
Rating
System
dan inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang
tersebut dalam evaluasinya terdapat 1 indikator sesuai (50%) dan 1 indikator tidak
sesuai (50%).
sudah ditentukan, untuk inspeksi APAR dilaksanakan sendiri oleh staf umum
Kalau untuk inspeksi APAR saya sendiri yang melakukan, tetapi untuk bagian
produksi bukan saya. Inspeksi APD ada orang peralatan yang melakukan.
Informan 2
Emmm belum mbk, karena itu sifatnya tidak wajib, jadi ya tergantung
kebutuhan individu masing-masing. Saya saja cuman pernah ikut ahli K3
umum.
Informan 2
4.2.3.2.4 Pelatihan
Teknik inspeksi belum pernah, kalau audit iya. Sebetulnya kalau kalau apa
namanya kalau pelatihan seperti itu tu sifatnya umum. Kalau sifatnya khusus
spesifik terlalu banyak. Mungkin tidak bisa disebutkan dalam satu pelatihan
misalnya inspeksi genset, kenapa nggak kompresor, kenapa nggak pompa, nah
itu sebenarnya kan banyak banget itu. Jadi biasanya kalau pelatihan kayak gitu
sifatnya umum.
Informan 1
Itu juga seperti yang saya katakan tadi mbak, kalau itu sifatnya tidak wajib dan
tergantung kebutuhan individu masing-masing.
Informan 2
Parameter perencanaan memliliki 4 poin parameter meliputi perencanaan,
penelitian ini terdapat 3 indikator sesuai (33,3%) dan 6 indikator tidak sesuai
terdapat dilampiran.
4.2.3.2.5 Prapelaksanaan
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Prapelaksana 1. Petugas pelaksana WorkSafe √
an harus menyediakan BC
dokumen ataupun Workers
bukti pemberitahuan Compensat
apabila ingin ion Act
meminta pelaksanaan
inspeksi.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaksanaan 1. Terdapat klasifikasi Permen PU √
inspeksi APAR yang terdiri dari No
APAR huruf yang menunjukkan 26/PRT/M/
kelas api dimana alat 2008
pemadam api terbukti
efektif didahului dengan
angka (hanya kelas A dan
kelas B) yang
menunjukkan efektivitas
pemadaman relative yang
ditempelkan pada APAR.
2. APAR diletakkan Permen PU √
menyolor mata yang mana No
alat tersebut mudah 26/PRT/M/
dijangkau dan siap 2008
dipakai, serta tampak jelas
dan tidak terhalangi.
dengan potensi bahaya yang terdapat di PT. X. Berikut jawaban dari informan 2.
Misalnya ya kalau diproduksi itu kan lebih cenderung listrik dan eee
sebenarnya tidak mudah terbakar tapi disana kan ada sumber bahaya, potensi
bahayanya ada karna disana kan dapur. Kita kasih disana yang ini yang serbuk
sama busa. Tapi kalau didalam kantor itu lebih keee ini ya misalnya komputer,
listrik itu lebih ke gas sama ini apa namanya powder. Jadi sesuai dengan
potensi bahaya disana tu apa. Misalnya kalau listrik tidak mungkin kita kasih
yang busa-busa gitu kan, karena dia penghantar listrik.
Informan 2
Indikator kedua sesuai, terbukti dengan saat melakukan observasi
ditemukan bahwa peletakan APAR mudah dijangkau, tampak jelas, dan tidak
terhalangi. Indikator ketiga tidak sesuai, terbukti dengan saat melakukan observasi
dengan laintai, tidak diberi jarak 10 cm antara APAR dengan lantai. Berikut
Tidak bisa seperti apa ya aturan yang 120 itu memang tidak bisa disini, tapi
kita mengupayakan yang bisa segitu ya kita upayakan segitu.
Informan 2
pada bagian depan. Indikator keenam sesuai, terbukti dengan saat melakukan
tabung. Indikator kedelapan sesuai, terbukti dengan saat melakukan observasi dan
95
dari informan 2.
Kalau inspeksi APAR disini itu masih pakai yang manual, belum memakai
yang aplikasi itu.
Informan 2
sesuai, terbukti dengan saat wawancara diketahui bahwa petugas inspeksi APAR
informan 2.
Penyimpanan arsip APAR tu kita komputer sekarang, ya lebih ke komputer.
Informan 2
Indikator kesebelas sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara
diketahui bahwa penggantian APAR tidak lebih dari 1 tahun. Berikut jawaban dari
Informan 2.
Ya, penggantian APAR tidak lebih dari 1 tahun. Setahun itu kita ambil semua
nanti kita manggil orang untuk ngecek. Kalau memang waktunya diganti ya
diganti semua, isinya maksudya. Kalau tekanannya kurang itu diisi lagi gitu
seperti yang sudah saya jelaskan tadi.
Informan 2
observasi diketahui bahwa APAR yang tersedia pada bagian produksi tidak diberi
pelabelan yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya inspeksi, yang diberi
penelitian ini terdapat 9 indikator sesuai (69,2%) dan 4 indikator tidak sesuai
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaporan 1. Atasan memposting WorkSafe √
hasil laporan di tempat kerja BC
inspeksi yang terkait. Workers
Compensat
ion Act
laporan ditempat kerja yang terkait; atasan memberikan salinan laporan kepada
yang ditemukan pada saat inspeksi dilaporkan secara tertulis; semua laporan
dan studi dokumen diketahui bahwa hasil laporan inspeksi APAR tidak diposting
ditempat kerja.
Itu tergantung sih, kalau laporan inspeksi APAR saya yang nyimpan, jarang
diposting.
Informan 2
diketahui bahwa laporan hasil inspeksi APAR ada pada bagian k3.
Tergantung mbak, karena walaupun saya dipasrahi tentang K3 saya kan staf
umum, jadi saya kurang faham kalau diberi laporan terkait mesin, kalau
laporan mengenai APD dan APAR itu ada di saya.
Informan 2
Indikator ketiga tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada laporan tertulis
Emm kalau APAR itu ya tidak pernah kondisi dibawah standar, kalau mesin
itu ya ada. Ada laporan tertulis juga.
Informan 2
98
identifikasi, namun pada saat melakukan studi dokumen diketahui bahwa tidak
4.2.3.2.7 Pendokumentasian
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pendokumen 1. Dalam melaksanakan PP. Nomor √
tasian kegiatan harus 50 tahun
mendokumentasikan 2012
seluruh kegiatan.
2. Dokumen dapat PP. Nomor √
diidentifikasi sesuai 50 tahun
dengan uraian tugas dan 2012
tanggung jawab di
perusahaan.
3. Dokumen ditinjau ulang PP. Nomor √
secara berkala dan jika 50 tahun
diperlukan dapat direvisi. 2012
dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi;
dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang
berwenang; dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap
perlu; semua dokumen yang usang harus segera disingkirkan; dokumen mudah
ditemukan, bermanfat dan mudah dipahami. Dari ketujuh indikator tersebut dalam
(42,9%).
Ya, disini kan sudah di bagi tugas masing-masing, jadi ya mereka pasti
tanggung jawab dengan tugasnya masing-masing.
Informan 1
diketauhi bahwa dokumen inspeksi yang akan diterbitkan pasti disetujui dahulu
Pasti kalau itu mbak, kita harus meminta persetujuan dulu dari atasan, itu hal
yang penting.
Informan 2
100
dan studi dokumen diketahui bahwa dokumen inspeksi yang terbaru tidak tersedia
ditempat kerja.
Ini tergantung mbak, kalau dokumen hasil inspeksi itu jarang kita pajang.
Informan 2
Indikator ketujuh sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara dan studi
Iya ini kita selalu musnahkan setiap 4-5 tahunan gitu mbak.
Informan 2
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Peninjauan 1. Peninjauan dilakukan PP. Nomor √
ulang hasil terhadap kebijakan, 50 tahun
temuan perencanaan, 2012
pelaksanaan,pemantauan,
dan evaluasi.
2. Hasil peninjauan PP. Nomor √
digunakan untuk 50 tahun
melakukan perbaikan dan 2012
peningkatan kinerja.
Peninjauan ulang hasil temuan memiliki 2 indikator yaitu peninjauan
wawancara diketahui bahwa tidak ada dokumen peninjauan ulang yang dilakukan
Emmm tidak pernah ada peninjauan mbak kalau terkait tentang kebijakan
inspeksi APAR, ngalir gitu aja yang penting inspeksi sudah sesuai standar.
Informan 2
perbaikan.
dalam penelitian ini terdapat 5 indikator sesuai (38,5%) dan 8 indikator tidak
terdapat dilampiran.
102
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perbaikan 1. Identifikasi tindakan Internation √
hasil temuan perbaikan yang perlu al Safety
inspeksi dilakukan. Rating
System
tindakan perbaikan yang perlu dilakukan; tindak lanjut untuk memastikan bahwa
dan studi dokumen diketahui bahwa pada inspeksi APAR belum dilakukan
identifikasi hasil temuan inspeksi APAR tersebut. Indikator kedua tidak sesuai,
terbukti dengan saat melakukan wawancara diketahui bahwa tidak ada tindak
Kalau inspeksi mesin karena sering ada temuan, ya itu dilakukan indentifikasi
tindakan perbaikan mbak, tapi kalau inspeksi APAR ini tidak pernah, soalnya
ya begini kalau inspeksi APAR itu jarang menemukan bahkan tidak pernah
menemui temuan-temuan terkait hal yang berbahaya.
Informan 2
jawabnya. Indikator keempat tidak sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada dokumen tentang
sesuai (25%) dan 3 indikator tidak sesuai (75%). Lebih jelasnya dapat dilihah
tidak diterapkan
penelitian ini terdapat 22 indikator sesuai (66,7%) dan 11 indikator tidak sesuai
terdapat dilampiran.
105
Evaluasi (%)
Poin
No Parameter Indikator Referensi Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perencanaan 1. Rencana inspeksi disusun PP. Nomor √
Inspeksi dan ditetapkan oleh 50 tahun
pengusaha dengan 2012
mengacu pada kebijakan
inspeksi yang telah
ditetapkan.
2. Rencana inspeksi harus PP. Nomor √
sesuai peraturan 50 tahun
perundang-undangan dan 2012
persyaratan lainnya.
3. Identifikasi potensi bahaya, PP. Nomor √
penilaian, dan 50 tahun
pengendalian risiko. 2012
dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan inspeksi yang
risiko; evaluasi hasil inspeksi sebelumnya. Dari keempat indikator tersebut dalam
evaluasinya terdapat 1 indikator sesuai (25%) dan 3 indikator tidak sesuai (75%).
dikatakan bahwa ada rencana inspeksi mesin yang disusun dan ditetapkan oleh
atasan, namun saat melakukan studi dokumen ditemukan bahwa dokumen rencana
inspeksi tidak ada. Indikator kedua tidak sesuai, terbukti dengan rencana inspeksi
yang ada pada PT. X tidak mengacu pada perundang-undangan yang berlaku,
106
bahkan dokumen rencana inspeksi tidak ada form secara tertulis. Berikut jawaban
Perencanaan inspeksi disini sudah ada tapi belum sesuai dengan perundang-
undangan.
Informan 1
Rencana inspeksinya sudah sesuai karena sudah ada schedule, nanti disana ada
ketentuannya tanggal berapa. Tetapi perencanaan inspeksi belum sesuai
undang-undang.
Informan 3
dan studi dokumen tidak ada dokumen seperti jsa maupun hirac yang berisi
Informan 3
dengan adanya form pada laporan inspeksi. Berikut jawaban dari Informan 1 dan
Informan 3.
Evaluasinya ya dari ini aja, ini sudah kadaluwarsa apa belum seperti itu, sudah
rusak apa belum, perlu diganti apa ndak.
Informan 3
107
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Penjadwalan 1. Suatu inspeksi dapat WorkSafe √
program dilakukan pada jam kerja BC
siang atau malam. Workers
Compensat
ion Act
dilakukan pada jam kerja siang atau malam dan suatu inspeksi dapat dilakukan
kapan saja jika petugas memiliki alasan yang mendesak untuk meyakini bahwa
ada situasi yang berbahaya atau mungkin berbahaya bagi pekeja. Dari kedua
dilakukan pada saat jam kerja. Namun tidak ada dokumen jadwal inspeksi secara
general, yang ada hanya berupa form inspeksi yang berisikan tanggal, bulan,
tahun seperti pada inspeksi mesin dan APAR. Berikut jawaban dari Informan 1.
Ada yang harian, mingguan, bulanan, bahkan ada juga yang tahunan. Itu sudah
terscedule semua.
Informan 1
108
Ada, harus, harus, dan itu harus. Karena disini ee bagian teknik ini biasanya
diperusahaan-perusahaan teknik ini standarnya 24jam. Standby 24jam artinya
setiap shift itu biasanya ada operator teknik. Operator teknik ni yang utama
biasanya mesin sama listrik. Jadi kalau ada masalah pasti harus ditangani,
karna itu kalau sampai mengganggu, apalagi kalau mengganggu keselamatan
kerja itu lebih bahaya lagi. Yang kedua mengganggu produksi berhenti. Jadi
pasti langsung ditangani.
Informan1
Ya, kalau misalnya ada konslet kan listrik gitu mati semua mbak ndak bisa
jalan, makanya harus segera ditindak lanjuti seperti itu.
Informan 3
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pemilihan 1. Pemilihan personil Internation √
SDM inspeksi. al Safety
Rating
System
dan inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang
tersebut dalam evaluasinya terdapat 1 indikator sesuai (50%) dan 1 indikator tidak
sesuai (50%).
atasan.
Ada 30 orang. Ada supervisornya, ada operatornya. Supervisor biasanya dia
ngatur schedule, ada formnya, operator yang melaksanakan, nanti yang
mengevaluasi supervisor trus nanti ke kepalanya.
Informan 1
Indikator kedua tidak sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara
Kalau dimesin sertifikasi khusus sih nggak ada, tapi ada bagian tertentu yang
ada, misalnya kalau genset itu juga ada sertifikatnya untuk orang yang
mengoperasikan disitu. Tidak semuanya tapi ada.
Informan 3
4.2.3.3.4 Pelatihan
Teknik inspeksi belum pernah, kalau audit iya. Sebetulnya kalau kalau apa
namanya kalau pelatihan seperti itu tu sifatnya umum. Kalau sifatnya khusus
spesifik terlalu banyak. Mungkin tidak bisa disebutkan dalam satu pelatihan
misalnya inspeksi genset, kenapa nggak kompresor, kenapa nggak pompa, nah
itu sebenarnya kan banyak banget itu. Jadi biasanya kalau pelatihan kayak gitu
sifatnya umum.
Informan 1
Kalau pelatihan tentang teknik-teknik inspeksi saya belum pernah ikut mbak.
Informan 3
penelitian ini terdapat 7 indikator sesuai (65%) dan 2 indikator tidak sesuai (65%).
tidak diterapkan
4. Pelatihan 1 0% 1 (100%) 1 indikator (100%)
= tidak diiterapkan.
Total 9 4 (44,4%) 5 (55,6%) 4 indikator (44,4%)
= diterapkan.
5 indikator (55,6%)
= tidak diterapkan.
Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen Evaluasi Inspeksi K3
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Prapelaksana 1. Petugas pelaksana harus WorkSafe √
an menyediakan dokumen BC
ataupun bukti Workers
pemberitahuan apabila Compensat
ingin meminta pelaksanaan ion Act
inspeksi.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaksanaan 1. Mesin, pesawat, peralatan Tarwaka, √
inspeksi dan lain sebagainya yang 2017
mesin sesuai dengan peraturan
perundangan harus
mendapat ijin atau
pengesahan.
2. Mesin, pesawat, peralatan Tarwaka, √
dan lain sebagainya serta 2017
bagian-bagian yang
berbahaya harus
dilengkapi dengan alat
pengaman dan berfungsi
dengan baik.
3. Tata letak mesin, pesawat, Tarwaka, √
peralatan dan lain 2017
sebagainya harus sudah
memenuhi persyaratan
kerja yang aman.
4. Pemeliharaan mesin, Tarwaka, √
pesawat dan sebagainya 2017
harus memadai.
5. Bila ada bejana tekan Tarwaka, √
harus sudah ada 2017
pengesahan pemeriksaan
ulang.
6. Bila ada pesawat angkat Tarwaka, √
harus sudah dilengkapi 2017
dengan alat pengaman,
diberi tanda beban
maksimum dan di
operasionalkan oleh
petugas yang bersertifikat.
dan studi dokumen diketahui bahwa mesin, pesawat, dan peralatan lainnya sudah
Ada, misal crane itu sudah ada dari departemen depnaker, crane, forklift,
genset, kelistrikan itu ada semua. Yaa pasti sudah sesuai karena kan itu dari
depnaker.
Informan 3
Indikator kedua sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan observasi dan
wawancara diketahui bahwa sudah ada alat pengaman pada mesin atau bagian
yang berbahaya.
Ohhh sudah ada, misalnya disitu kok membahayakan, misalnya nanti orang
bisa deket ya nanti dikasih pager itu sudah ada sebagian. Sudah ada pager-
pager biasanya kalau nggak ya apa pembatas-pembatas itu aja.
Informan 3
wawancara diketahui bahwa kondisi tata letak mesin sudah aman, karena sudah
Ya ini sing kita nggak tau, karna tidak ada standarisasinya untuk aman itu
seperti apa gitu, kita kan hanya meneruskan, yang desain orang jepang kita
hanya mengikuti waktu awal-awal pabrik gitu, jadi kita tidak bisa mengatakan
ooo ini tidak aman, yang bisa mengatur kan kondisi yang ada disesuaikan biar
aman kan gitu. Ya kalau ditanya kondisi sekarang ya sudah aman karena
kondisi yang tidak aman kan sudah diantisipasi. Karena kita mau merubah
rubah tata letaknya kan nggak mungkin.
Informan 3
Memadai, kalau nggak memadai ini bisa mati, 24 jam lho mbak non stop ini.
Informan 3
Indikator kelima sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan wawancara
dan observasi diketahui bahwa disana tidak ada bejana tekan. Indikator keenam
sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan wawancara diketahui bahwa crane
114
disana sudah dilengkapi dengan pengaman, diberi tanda beban maksimum, dan
dalam penelitian ini terdapat 7 indikator sesuai (100%) dan 0 indikator tidak
terdapat dilampiran.
115
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pelaporan 1. Atasan memposting WorkSafe √
hasil laporan di tempat kerja BC
inspeksi yang terkait. Workers
Compensat
ion Act
laporan ditempat kerja yang terkait; atasan memberikan salinan laporan kepada
yang ditemukan pada saat inspeksi dilaporkan secara tertulis; semua laporan
studi dokumen diketahui bahwa hasil laporan inspeksi selalu diposting ditempat
Selalu membuat laporan ya ini dimeja saya ada laporannya. Laporan harian,
jadi tiap hari ada laporannya masing-masing bagian itu.
Informan 1
wawancara diketahui bahwa laporan hasil inspeksi tidak dilaporkan pada bagian
k3.
Tidak, karena dibagian K3 disini itu kan staf umum ya, jadi dia gak mudeng
kalau dikasih laporan terkait mesin, terkecuali jika ada hal yang menyangkut
tentang perihal produksi nah itu baru dilaporkan ke sana.
Informan 1
Indikator ketiga sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan wawancara
dan studi dokumen diketahui bahwa semua kondisi dibawah standar yang
Emmm semua tertulis ada diform itu, nah nanti setelah itu kan kita ada eeeee
komunikasi lebih lanjut antara missal kepala teknik mungkin dengan saya.
Nanti kalau memang ada hubungannya kita lihat lebih gede lagi ya kita
hubungan sama atasan kita lagi. Karena biasanya kalau itu kan menyangkut
eee jalannya produksi perlu berhenti atau tidak, mungkin perlu pembiayaan
yang gede atau mungkin perlu waktu yang lama.
Informan 3
dan studi dokumen diketahui bahwa hasil laporan inspeksi dibawah standar
dilakukan identifikasi.
117
Yaa ada, dilaporan nanti kan misalnya kerusakan sparepart yang rusak kan
nanti dituliskan disitu. Ooo rusak katakanlah bagian kelep, penggantian kelep
gitu.
Informan 3
4.2.3.3.8 Pendokumentasian
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Pendokumen 1. Dalam melaksanakan PP. Nomor √
tasian kegiatan harus 50 tahun
mendokumentasikan 2012
seluruh kegiatan.
2. Dokumen dapat PP. Nomor √
diidentifikasi sesuai 50 tahun
dengan uraian tugas dan 2012
tanggung jawab di
perusahaan.
3. Dokumen ditinjau ulang PP. Nomor √
secara berkala dan jika 50 tahun
diperlukan dapat direvisi. 2012
dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi;
118
dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang
berwenang; dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap
perlu; semua dokumen yang usang harus segera disingkirkan; dokumen mudah
ditemukan, bermanfat dan mudah dipahami. Dari ketujuh indikator tersebut dalam
evaluasinya terdapat 7 indikator sesuai (100%) dan 0 indikator tidak sesuai (0%).
Itu kalau ada kejadian lagi misalnya, misalnya ada kerusakan, historinya kan
ada dilihat. Ohh kemarin rusak e dah berapa tahun to, penggantiane kapan, ooo
ternyata umure sekian, lihat formnya itu, sing rusak berapa kali dalam setahun
ini itu ada. Mesin-mesin tertentu kayak crane misalnya, ohh ganti motor
tanggal sekian-sekian, kok ada lagi yang lain, nah disitu nanti kita pelajari lagi
kok sering kenapa, habis itu ya kita preventif.
Informan 3
diketauhi bahwa dokumen inspeksi yang akan diterbitkan pasti disetujui dahulu
studi dokumen diketahui bahwa dokumen inspeksi yang terbaru selalu tersedia
ditempat kerja.
Ada, kalibrasinya terbaru ada, tiap tahun dari metereologi tu pasti ada mbak,
kaya alat ukurnya itu tiap tahunnya diperbarui, dari metereologi dating, kita
buat laporan, yang berkaitan dengan hasil produksi dicatet dan diperbaharui.
Missal ini desember harus kalibrasi ya kita harus kalibrasi. Jadi kita
melakukan kalibrasi alatnya nanti keluar sertifikatnya. Itu diperbarui tiap
tahun, tergantung jenis mesin dan kebutuhan. Kalau disarankan dari depnaker
satu tahun ya satu tahun. Karena ada undang-undangnya kalau yang dari
depnaker itu.
Informan 3
Indikator ketujuh sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara dan studi
Biasanya kalau kita pakai standart yang di, kita kan ada standar SNInya itu, 3
tahun sekali dibuang, macem-macem sih ada yang 3 tahun ada yang 4 tahun
tergantung dokumennya apa kan sudah ada listnya. Dokumen kalibrasi itu 3
tahun, dokumen inspeksi harian itu 3 tahun.
Informan 3
4.2.3.3.9 Peninjauan Ulang Hasil Temuan
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Peninjauan 1. Peninjauan dilakukan PP. Nomor √
ulang hasil terhadap kebijakan, 50 tahun
temuan perencanaan, 2012
pelaksanaan,pemantauan,
dan evaluasi.
120
wawancara diketahui bahwa tidak ada dokumen peninjauan ulang yang dilakukan
dilakukan untuk evaluasi hasil. Tetapi saat melakukan studi dokumen tidak
kedua sesuai, terbukti dengan pada saat melakukan wawancara diketahui bahwa
tidak ada dokumen peninjauan ulang untuk perbaikan dan peningkatan kinerja
dalam penelitian ini terdapat 8 indikator sesuai (61,5%) dan 5 indikator tidak
tidak diterapkan
2. Pendokumentasian 7 7 (100%) 0 (0%) 7 indikator (100%)
= diterapkan
0 indikator (0%) =
tidak diterapkan
3. Peninjauan ulang 2 0% 2 (100%) 2 indikator (100%)
hasil temuan = tidak diterapkan
Total 13 8 (61,5%) 5 (38,5%) 8 indikator (61,5%)
= diterapkan
5 indikator (38,5%)
= tidak diterapkan
Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen Evaluasi Inspeksi K3
terdapat dilampiran.
Evaluasi (%)
No Poin Indikator Referensi
Parameter Sesuai Tidak
Sesuai
1. Perbaikan 1. Identifikasi tindakan Internation √
hasil temuan perbaikan yang perlu al Safety
inspeksi dilakukan. Rating
System
tindakan perbaikan yang perlu dilakukan; tindak lanjut untuk memastikan bahwa
studi dokumen diketahui bahwa telah dilakukan identifikasi hasil temuan inspeksi
berupa form.
Identifikasi hasil perbaikan itu ya ada, formnya juga ada itu.
Informan 3
Indikator kedua sesuai, terbukti dengan saat melakukan wawancara
diketahui bahwa jika menemukan kondisi tidak standar pasti dilakukan tindak
lanjut.
jawabnya.
wawancara dan studi dokumen diketahui bahwa tidak ada dokumen tentang
sesuai (75%) dan 1 indikator tidak sesuai (25%). Lebih jelasnya dapat dilihah
indikator berjumlah 107 indikator yang terdiri dari inspeksi APD dengan jumlah
jumlah 33 indikator.
Hasil dari 3 parameter inspeksi K3 dalam penelitian ini yang sudah sesuai
di PT.X sebesar 47,7% dan yang tidak sesuai sebesar 52,3%. Rincian hasil dari
indikator sesuai (31,4%) dan 24 indikator tidak sesuai (68,6%). Inspeksi APAR
PEMBAHASAN
5.1 PEMBAHASAN
kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. X. Perusahaan yang menjadi tempat
pelaporan, perbaikan.
berjumlah 107 indikator yang terdiri dari: evaluasi inspeksi APD dengan jumah
dalam penelitian ini yang sudah sesuai sebesar 47,7% dan yang belum sesuai
K3 di PT.X.
125
126
atau area tempat kerja, form ceklis, dll. Dalam hal ini perencanaan memiliki 9
APD tidak terjadwal, dapat dilakukan pada jam kerja malam ataupun siang. Jika
ada situasi yang tidak aman atau membahayakan pekerja itu pasti segera
oleh bagian K3, untuk personel inspeksi APD ini yang bertugas adalah staf
gudang.
Sementara pada PT.X ini masih ada 6 indikator (66,7%) yang belum
persyaratan lainnya.
sudah ditetapkan oleh bagian staff umum namun belum sesuai dengan perundang-
perencanaan inspeksi. Hal itu dikarenakan PT. X hanya perusahaan skala kecil
sehingga merasa tidak terlalu membutuhkan, bahkan akan sulit diterapkan disana
program inspeksi K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pendapat para ahli
Petugas yang melakukan inspeksi APD pada PT. X ini belum ada yang
risiko (HIRA). Menurut Bisen & Priya, (2010), dukungan tenaga kerja dan
pelatihan merupakan elemen yang paling penting pada suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, dokumen identifiksi bahaya seperti hirac dan jsa pada PT. X ini tidak
128
ada, namun dokumen seperti ini seharusnya dipakai walaupun dalam perusahaan
skala kecil.
penelitian Rinawati et al., (2017), menjelaskan bahwa tim safety patrol harus
supaya mengetahui potensi bahaya diperusahaan dan tata cara pengisian ceklis.
kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. Dalam hal ini
Indikator pada proses prapelaksanaan ini sudah sesuai, hal ini diketahui
dokumen inspeksi sudah ada yang menyiapkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Jamila, (2017), peralatan inspeksi terdiri dari dokumen
inspeksi.
129
tersedia setiap saat saat karyawan membutuhkan, jika para pekerja membutuhkan
APD bisa meminta pada bagian peralatan. Untuk fasilitas penyimpanan APD
mengurus adalah bagian peralatan. Jika karyawan memiliki APD yang sudah
tersedia sistem untuk memastikan bahwa para karyawan mendapatkan uji coba
pemakaian APD khusus, APD yang tersedia disana hanya standar saja seperti
masker yang terbuat dari kain, sedangkan disana paparan uapnya cukup tinggi.
Instruksi kebutuhan dan penggunaan APD tidak tersedia disana, karena disana
pembersihan dan perawatan APD pada PT. X ini tidak ada, hanya dibersihkan
pada PT. X ini tidak ada, jika menemukan APD yang rusak maka dilakukan
130
penggantian, jika menemukan APD yang kotor maka dibersihkan, sehingga disana
manajemen inspeksi. Laporan adalah suatu alat atau sarana yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi yang efektif. Dalam hal ini pelaporan
terdapat 4 indikator (30,8%) sesuai dan 9 indikator (69,2%) tidak sesuai. Berikut
Laporan salinan hasil inspeksi APD dilaporkan pada bagian K3, hal ini
kegiatan inspeksi APD pasti ada dokumentasi mengenai seluruh kegiatan inspeksi.
Setiap karyawan sudah tau tempat dimana dokumen diletakkan, oleh karena itu
Sementara pada PT.X ini masih ada 9 indikator (69,2%) yang belum
4. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab
di perusahaan.
5. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.
6. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil yang
berwenang.
7. Dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap perlu.
kinerja.
versi terbaru tidak tersedia ditempat kerja yang dianggap perlu. Hasil laporan
inspeksi tidak pernah diposting ditempat kerja. Hasil laporan inspeksi dibawah
standar. Pada inspeksi APD tidak pernah dilakukan. Tinjau ulang diharapkan
membawa implikasi positif terhadap semua aspek K3 yang ada dalam operasi
perusahaan dan mencakup semua isu dan kegiatan, baik produk maupun jasa Luo,
(2010). Oleh sebab itu, perlu dilakukannya peninjauan ulang mengenai hasil
Pada saat melakukan waancara diketahui bahwa pada PT. X ini telah
dilakukan peninjauan ulang secara berkala, akan tetapi saat peneliti melakukan
132
(2012). Oleh sebab itu, perlu adanya pelaporan hasil temuan inspeksi APD agar
Hanya dengan menemukan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan
standar atau prosedur tidaklah cukup. Namun perlu melakukan sesuatu untuk
pengendali yang efektif. Dalam hal ini perbaikan memiliki 4 indikator, keempat
dan 4 indikator (100%) tidak sesuai. Berikut pembahasan dari keempat indikator
tersebut.
perlu dilakukan. Tindak lanjut untuk memastikan bahwa semua kondisi yang tidak
memenuhi standar juga tidak dilakukan untuk tindakan perbaikan. Perbaikan hasil
temuan hasil audit, tingkat penyelesaian atau tindak lanjut perbaikan atas temuan
besar terhadap perbaikan. Oleh sebab itu, perlunya tindak lanjut perbaikan atas
hasil inspeksi. Langkah perbaikan yang diambil harus konsisten dengan hasil
kinerja K3, potensi risiko, kebijakan K3, ketersedian sumber daya manusia dan
prioritas yang diinginkan Anindita, (2013). Oleh sebab itu, perlu dilakukannya
atau area tempat kerja, form ceklis, dll. Dalam hal ini perencanaan memiliki 9
APAR tidak terjadwal, dapat dilakukan pada jam kerja malam ataupun siang. Jika
ada situasi yang tidak aman atau membahayakan pekerja itu pasti segera
Sementara pada PT.X ini masih ada 6 indikator (66,7%) yang belum
persyaratan lainnya.
sudah ditetapkan oleh bagian staff umum namun belum sesuai dengan perundang-
perencanaan inspeksi. Hal itu dikarenakan PT. X hanya perusahaan skala kecil
sehingga merasa tidak terlalu membutuhkan, bahkan akan sulit diterapkan disana
program inspeksi K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pendapat para ahli
Petugas yang melakukan inspeksi APAR pada PT. X ini belum ada yang
risiko (HIRA). Menurut Bisen & Priya, (2010), dukungan tenaga kerja dan
pelatihan merupakan elemen yang paling penting pada suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, dokumen identifiksi bahaya seperti hirac dan jsa pada PT. X ini tidak
ada, namun dokumen seperti ini seharusnya dipakai walaupun dalam perusahaan
skala kecil.
penelitian Rinawati et al., (2017), menjelaskan bahwa tim safety patrol harus
supaya mengetahui potensi bahaya diperusahaan dan tata cara pengisian ceklis.
kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. Dalam hal ini
Indikator pada proses prapelaksanaan ini sudah sesuai, hal ini diketahui
dokumen inspeksi sudah ada yang menyiapkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Jamila, (2017), peralatan inspeksi terdiri dari dokumen
inspeksi.
indikator tersebut.
klasifikasi APAR disesuaikan dengan potensi bahaya yang terdapat pada PT. X.
Pada bagian produksi terdapat jenis APAR powder, CO2, dan busa/foam.
Sedangkan pada bagian kantor hanya jenis APAR halon saja. Untuk peletakan
APAR sudah sesuai dengan peraturan yaitu pada saat melakukan observasi
ditemukan bahwa APAR mudah dijangkau dan tampak jelas tidak terhalangi.
disamping APAR. Untuk label yang ditempelkan pada setiap tabung sudah berisi
tentang informasi nama manufaktur atau nama agennya, alamat surat, dan nomor
telepon.
ceklis. Inspeksi APAR dilakukan setiap 6 bulan sekali dan arsip dari semua
APAR yang diinspeksi disimpan oleh petugas inspeksi APAR. Untuk penggantian
APAR tidak lebih dari setahun, pada saat penggantian mendatangkan orang luar
137
untuk mengecek, lalu jika ditemukan tekanan yang kurang maka diisi lagi, namun
dalam lemari, melainkan diletakkan menempel dengan laintai, tidak diberi jarak
APAR. Pelabelan atau kartu yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya
tidak ada.
sesuai dengan fungsinya ketika dibutuhkan, maka APAR perlu diinspeksi secara
visual setidaknya setiap bulannya. Hal – hal yang perlu diperiksa pada monthly
inspection atau pemeriksaan setiap satu bulan sekali terhadap APAR menurut
NFPA 10 tentang Standars for Portable Fire Extinguiser (2010) yaitu sebagai
berikut :
4. Pastikan tidak terdapat kerusakan fisik, korosif, bocor, atau nozel yang
tersumbat.
manajemen inspeksi. Laporan adalah suatu alat atau sarana yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi yang efektif. Dalam hal ini perencanaan
terdapat 8 indikator (61,5%) sesuai dan 5 indikator (38,5%) tidak sesuai. Berikut
selalu diposting ditempat kerja, diletakkan dimeja kepala bagian produksi. Semua
kondisi dibawah standar yang ditemukan pada saat inspeksi dilaporkan secara
personil yang berwenang. Dokumen versi terbaru selalu tersedia ditempat kerja
yang dianggap perlu, untuk inspeksi APAR dokumen diletakkan dibagian staf
umum yang bertugas untuk mengurusi APAR. Semua dokumen yang telah usang
setiap 5 tahun sekali disingkirkan. Setiap karyawan sudah tau tempat dimana
dokumen diletakkan, oleh karena itu dokumen mudah ditemukan, bermanfaat, dan
Sementara pada PT.X ini masih ada 5 indikator (38,5%) yang belum
keselamatan pekerja.
3. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.
kinerja.
Laporan hasil inspeksi tidak dilaporkan pada bagian K3, hal ini
dikarenakan bagian K3 pada PT. X ini adalah staf umum, jadi tidak akan paham
jika diberi laporan hasil inspeksi mesin, terkecuali jika ada hal yang menyangkut
identifikasi laporan dibawah standar guna untuk tindakan perbaikan. Tinjau ulang
diharapkan membawa implikasi positif terhadap semua aspek K3 yang ada dalam
operasi perusahaan dan mencakup semua isu dan kegiatan, baik produk maupun
140
jasa Luo, (2010). Oleh karena itu, tinjauan ulang sangat penting pada saat
pelaporan.
Pada saat melakukan waancara diketahui bahwa pada PT. X ini telah
dilakukan peninjauan ulang secara berkala, akan tetapi saat peneliti melakukan
(2012). Oleh karena itu, perlu adanya pelaporan hasil temuan supaya dapat
Hanya dengan menemukan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan
standar atau prosedur tidaklah cukup. Namun perlu melakukan sesuatu untuk
pengendali yang efektif. Dalam hal ini perbaikan memiliki 4 indikator, keempat
dan 3 indikator (75%) tidak sesuai. Berikut pembahasan dari kesembilan indikator
tersebut.
adanya identifikasi hasil temuan inspeksi. Tindak lanjut untuk memastikan bahwa
semua kondisi yang tidak memenuhi standar pasti dilakukan untuk tindakan
pengendalian intern dan pelaporan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
perbaikan. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan atas temuan-temuan hasil
inspeksi APAR.
yang diambil harus konsisten dengan hasil kinerja K3, potensi risiko, kebijakan
K3, ketersedian sumber daya manusia dan prioritas yang diinginkan Ramli,
(2010a). Oleh karena itu, perlu adanya pengambilan tindakan perbaikan hasil
atau area tempat kerja, form ceklis, dll. Dalam hal ini perencanaan memiliki 9
sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki.
Evaluasi hasil inspeksi mesin ini berupa form yang berisikan temuan apa saja
yang ditemukan saat melakukan inspeksi. Inspeksi mesin yang dilakukan pada
PT.X ini sudah terjadwal, ada inspeksi harian, minguan, bulanan, dan tahunan.
Jika ada situasi yang tidak aman atau membahayakan pekerja itu pasti segera
jadwal dan membuat formnya, operator yang menjalankan, lalu dievaluasi oleh
petugas yang kompetensi dalam bidangnya, karena kalau tidak sesuai, mereka
akan kesulitan.
Sementara pada PT.X ini masih ada 5 indikator (55,6%) yang belum
persyaratan lainnya.
sudah ditetapkan oleh bagian staff umum namun belum sesuai dengan perundang-
perencanaan inspeksi. Hal itu dikarenakan PT. X hanya perusahaan skala kecil
sehingga merasa tidak terlalu membutuhkan, bahkan akan sulit diterapkan disana
program inspeksi K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pendapat para ahli
Petugas yang melakukan inspeksi mesin pada PT. X ini belum ada yang
risiko (HIRA). Menurut Bisen & Priya, (2010), dukungan tenaga kerja dan
pelatihan merupakan elemen yang paling penting pada suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, dokumen identifiksi bahaya seperti hirac dan jsa pada PT. X ini tidak
ada, namun dokumen seperti ini seharusnya dipakai walaupun dalam perusahaan
skala kecil.
penelitian Rinawati et al., (2017), menjelaskan bahwa tim safety patrol harus
supaya mengetahui potensi bahaya diperusahaan dan tata cara pengisian ceklis.
kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi. Dalam hal ini
Indikator pada proses prapelaksanaan ini sudah sesuai, hal ini diketahui
dokumen inspeksi sudah ada yang menyiapkan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Jamila, (2017), peralatan inspeksi terdiri dari dokumen
inspeksi.
6 indikator (100%) sesuai dan 0 indikator (0%) tidak sesuai. Berikut pembahasan
diterapkan. Mesin yang ada pada PT. X sudah memiliki ijin atau pengesahan dari
145
depnaker. Bagian yang berbahaya pada mesin sudah dilengkapi dengan alat
pengaman seperti pagar-pagar pembatas. Tata letak mesin sudah memenuhi syarat
kerja yang aman, karena sudah dilakukan antisipasi untuk kondisi yang tidak
aman. Pemeliharaan mesin juga sudah memadahi, karena mesin beroperasi 24jam
nonstop, jika tidak memadahi pasti akan mati. Pesawat angkat seperti crane sudah
dilengkapi dengan pengaman, diberi tanda beban maksimum, dan orang yang
manajemen inspeksi. Laporan adalah suatu alat atau sarana yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi yang efektif. Dalam hal ini perencanaan
terdapat 8 indikator (61,5%) sesuai dan 5 indikator (38,5%) tidak sesuai. Berikut
selalu diposting ditempat kerja, diletakkan dimeja kepala bagian produksi. Semua
kondisi dibawah standar yang ditemukan pada saat inspeksi dilaporkan secara
personil yang berwenang. Dokumen versi terbaru selalu tersedia ditempat kerja
yang dianggap perlu, untuk inspeksi mesin dokumen ini diletakkan diatas meja
kepala produksi. Semua dokumen yang telah usang setiap 5 tahun sekali
disingkirkan. Setiap karyawan sudah tau tempat dimana dokumen diletakkan, oleh
berikutnya.
Sementara pada PT.X ini masih ada 5 indikator (38,5%) yang belum
keselamatan pekerja.
3. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.
kinerja.
Laporan hasil inspeksi mesin tidak dilaporkan pada bagian K3, hal ini
dikarenakan bagian K3 pada PT. X ini adalah staf umum, jadi tidak akan paham
jika diberi laporan hasil inspeksi mesin, terkecuali jika ada hal yang menyangkut
yang ada dalam operasi perusahaan dan mencakup semua isu dan kegiatan, baik
produk maupun jasa Luo, (2010). Oleh sebab itu, perlu adanya peninjauan ulang
Pada saat melakukan wawancara diketahui bahwa pada PT. X ini telah
dilakukan peninjauan ulang secara berkala, akan tetapi saat peneliti melakukan
(2012).
Hanya dengan menemukan tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan
standar atau prosedur tidaklah cukup. Namun perlu melakukan sesuatu untuk
pengendali yang efektif. Dalam hal ini perbaikan memiliki 4 indikator, keempat
dan 1 indikator (25%) tidak sesuai. Berikut pembahasan dari keempat indikator
tersebut.
inspeksi berupa form, di setiap peralatan sudah ada formnya. Tindak lanjut untuk
memastikan bahwa semua kondisi yang tidak memenuhi standar pasti dilakukan
audit, tingkat penyelesaian atau tindak lanjut perbaikan atas temuan kelemahan
pengendalian intern dan pelaporan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
perbaikan.
yang diambil harus konsisten dengan hasil kinerja K3, potensi risiko, kebijakan
K3, ketersedian sumber daya manusia dan prioritas yang diinginkan Ramli,
(2010a).
berkaitan dengan aspek inspeksi pada bagian produksi belum lengkap. Oleh sebab
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Kesehatan Kerja Pada Bagian Produksi (Studi Kasus Kecelakaan Kerja di PT.
1. Evaluasi hasil inspeksi pada PT. X berjumlah 107 indikator yang terdiri dari:
indikator.
2. Evaluasi hasil inspeksi pada PT. X dari 107 indikator yang sudah sesuai
sebesar 47,7% (51 indikator) dan yang belum sesuai sebesar 52,3% (56
indikator).
149
150
6.2 SARAN
dan kesehatan kerja pada bagian produksi (studi kasus kecelakaan kerja di PT.X),
3. Memperbaiki tata letak APAR yang belum sesuai dan memberi instruksi
Bisen, & Priya. (2010). Industrial Psychology. New Delhi: New Age International
Publisher.
Budiono, I., Mardiana, Fauzi, L., & Nugroho, E. (2017). Pedoman Penyusunan
Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
(L. Fauzi, Ed.). Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Dnvgl. (n.d.). International Safety Rating System (8th ed.). (R. Eriksen, Ed.).
Norway. Retrieved from www.dnvgl.com
Işık, I. N., & Atasoylu, E. (2017). Occupational safety and health in North
151
152
Tompa, E., Kalcevich, C., Foley, M., McLeod, C., Hogg-Johnson, S., Cullen, K.,
… Irvin, E. (2016). A systematic literature review of the effectiveness of
occupational health and safety regulatory enforcement. American Journal of
Industrial Medicine, 59(11), 919–933. https://doi.org/10.1002/ajim.22605
154
155
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan saya dapat menanyakan kepada Saudara Laila Fauziyah Jannati.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Tandatangan saksi
MAPPING INSTRUMENT
EVALUASI TENTANG INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI
(Studi Kasus Kecelakaan Kerja di PT. X)
Instrument
No Standar Indikator Referensi
Wawancara
Observasi Studi
1 2 3 4 5 Dokumen
1. Perencanaan
159
4. Evaluasi hasil inspeksi PP. Nomor 50 √ √ √ √ √ √
sebelumnya. tahun 2012
160
2. Inspeksi dilaksanakan oleh PP. Nomor 50 √ √ √ √ √
petugas yang berkompeten dan tahun 2012
berwenang yang telah
memperoleh pelatihan mengenai
identifikasi bahaya.
161
2. APAR diletakkan menyolor mata Permen PU No √ √ √
yang mana alat tersebut mudah 26/PRT/M/2008
dijangkau dan siap dipakai, serta
tampak jelas dan tidak terhalangi.
162
6. Label sistem identifikasi bahan Permen PU No √ √ √ √
berbahaya, label pemeliharaan, 26/PRT/M/2008
label uji hirostatik, atau label lain
tidak boleh ditempatkan pada
bagian depan APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR.
7. APAR harus mempunyai label Permen PU No √ √ √ √
yang ditempelkan untuk 26/PRT/M/2008
memberikan informasi nama
manufaktur atau nama agennya,
alamat surat, dan nomor telepon.
8. APAR diinspeksi secara manual Permen PU No √ √ √ √
atau dimonitor secara elektronik. 26/PRT/M/2008
163
11. APAR harus dilakukan Permen PU No √ √ √
pemeliharaan pada jangka 26/PRT/M/2008
waktu tidak lebih dari 1 tahun,
pada waktu pengujian
hidrostatik, atau jika secara
khusus ditunjukkan melalui
inspeksi atau pemberitahuan
elektronik.
12. Setiap APAR mempunyai kartu Permen PU No √ √ √ √
atau label yang diletakkan 26/PRT/M/2008
dengan kokoh yang
menunjukkan bulan dan tahun
dilakukannya pemeliharaan dan
memberikan identifikasi
petugas yang melakukan
pemeliharaan.
164
3. Tersedia sistem untuk International √ √ √
memastikan bahwa para Safety Rating
karyawan mendapatkan uji coba System
pemakaian APD yang
membutuhkan perhatian khusus.
4. Instruksi kebutuhan dan International √ √ √ √
penggunaan APD. Safety Rating
System
165
d. Pelaksanaan 1. Mesin, pesawat, peralatan dan Tarwaka, 2017 √ √ √ √
inspeksi mesin lain sebagainya yang sesuai
dengan peraturan perundangan
harus mendapat ijin atau
pengesahan.
2. Mesin, pesawat, peralatan dan Tarwaka, 2017 √ √ √
lain sebagainya serta bagian-
bagian yang berbahaya telah
dilengkapi dengan alat pengaman
dan berfungsi dengan baik.
3. Pelaporan
166
a. Pelaporan 1. Atasan memposting laporan di WorkSafe BC √ √ √ √ √ √
tempat kerja yang terkait. Workers
Compensation
Act
167
3. Dokumen ditinjau ulang secara PP. Nomor 50 √ √ √ √ √ √
berkala dan jika diperlukan dapat tahun 2012
direvisi.
4. Dokumen sebelum diterbitkan PP. Nomor 50 √ √ √ √ √
harus lebih dahulu disetujui oleh tahun 2012
personil yang berwenang.
5. Dokumen versi terbaru harus PP. Nomor 50 √ √ √ √ √ √
tersedia ditempat kerja yang tahun 2012
dianggap perlu.
6. Semua dokumen yang usang PP. Nomor 50 √ √ √ √ √
harus segera disingkirkan. tahun 2012
168
temuan inspeksi System
169
Lampiran 4. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
EVALUASI TENTANG INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI
(Studi Kasus Kecelakaan Kerja di PT. X)
Kesesuaian
No Standar Indikator Referensi Keterangan
Ada Ada (Tidak Tidak
(Sesuai) Sesuai) Ada
1. Perencanaan
170
4. Evaluasi hasil inspeksi PP. Nomor
sebelumnya. 50 tahun
2012
171
2. Inspeksi dilaksanakan oleh PP. Nomor
petugas yang berkompeten dan 50 tahun
berwenang yang telah 2012
memperoleh pelatihan mengenai
identifikasi bahaya.
172
2. APAR diletakkan menyolor Permen PU
mata yang mana alat tersebut No
mudah dijangkau dan siap 26/PRT/M/
dipakai, serta tampak jelas dan
2008
tidak terhalangi.
173
6. Label sistem identifikasi bahan Permen PU
berbahaya, label pemeliharaan, No
label uji hirostatik, atau label 26/PRT/M/
lain tidak boleh ditempatkan
2008
pada bagian depan APAR atau
ditempelkan pada bagian depan
APAR.
7. APAR harus mempunyai label Permen PU
yang ditempelkan untuk No
memberikan informasi nama 26/PRT/M/
manufaktur atau nama agennya,
2008
alamat surat, dan nomor telepon.
8. APAR diinspeksi secara manual Permen PU
atau dimonitor secara No
elektronik. 26/PRT/M/
2008
174
11. APAR harus dilakukan Permen PU
pemeliharaan pada jangka No
waktu tidak lebih dari 1 tahun, 26/PRT/M/
pada waktu pengujian
2008
hidrostatik, atau jika secara
khusus ditunjukkan melalui
inspeksi atau pemberitahuan
elektronik.
12. Setiap APAR mempunyai Permen PU
kartu atau label yang No
diletakkan dengan kokoh yang 26/PRT/M/
menunjukkan bulan dan tahun
2008
dilakukannya pemeliharaan
dan memberikan identifikasi
petugas yang melakukan
pemeliharaan.
175
3. Tersedia sistem untuk Internationa
memastikan bahwa para l Safety
karyawan mendapatkan uji coba Rating
pemakaian APD yang
System
membutuhkan perhatian khusus.
4. Instruksi kebutuhan dan Internationa
penggunaan APD. l Safety
Rating
System
176
8. Karyawan diharuskan untuk Internationa
mengembalikan APD yang l Safety
digunakan atau rusak untuk Rating
mendapatkan yang baru.
System
177
6. Bila ada pesawat angkat sudah Tarwaka,
dilengkapi dengan alat 2017
pengaman, diberi tanda beban
maksimum dan di
operasionalkan oleh petugas
yang bersertifikat.
3. Pelaporan
178
4. Semua laporan inspeksi Internationa
dianalisa untuk mengidentifikasi l Safety
kondisi dibawah standar yang Rating
berulang dan sebab-sebab
System
dasarnya.
b.Pendokumentasia 1. Dalam melaksanakan kegiatan PP. Nomor
n harus mendokumentasikan 50 tahun
seluruh kegiatan. 2012
179
6. Semua dokumen yang usang PP. Nomor
harus segera disingkirkan. 50 tahun
2012
4. Perbaikan
180
2. Tindak lanjut untuk memastikan Internationa
bahwa semua kondisi yang tidak l Safety
memenuhi standar diperbaiki Rating
sebagaimana mestinya.
System
181
Lampiran 5. Dokumentasi