Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi

dalam kehidupan manusia. Proses menua tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan dan merupakan

proses sepanjang hidup (Nugroho, 2015).

Secara global populasi lanjut usia (lansia) diprediksi akan terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 Asia dan Indonesia sudah

memasuki era penduduk menua (ageing population) yang dikarenakan

jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)

melebihi angka 7 persen. Komposisi penduduk lanjut usia bertambah pesat

baik di negara maju ataupun di negara berkembang yang disebabkan

karena penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian)

serta peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) yang mengubah

struktur penduduk secara keseluruhan (Kemenkes, 2017).

Populasi penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2015 adalah

sebesar 12,3% sedangkan pada tahun 2010 adalah sebesar 13,5% dari total

keseluruhan penduduk. Berdasarkan data proyeksi penduduk, presentase

penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa

(9,03%). Jumlah ini akan diprediksi menjadi 27,08 juta pada tahun 2020,

dan diperikirakan akan mengalami kenaikan lagi menjadi 33,69 juta pada

tahun 2025 (Kemenkes, 2017).

1
2

Jumlah penduduk di Indonesia menunjukan belum keseluruhan

penduduk di provinsi adalah berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,58%)

yang memiliki struktur penduduk tua. Jawa tengah menempati nomor urut

kedua (12,59%) setelah DI Yogyakarta (13,81%) yang memiliki struktur

penduduk tua. Struktur ageing population yang merupakan cerminan dari

tingginya rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia.

Tingginya UHH adalah salah satu indikator keberhasilan pencapaian

pembangunan terutama di bidang kesehatan. Sejak tahun 2004-2015

memperlihatkan adanya peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia

dari 68,8 tahun menjadi 70,8 tahun dan di prediksi pada tahun 2030-2035

mencapai 72,2 tahun (Infodatin, 2016).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan masalah baik secara

fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomis. Menurut Melati dkk

(2012) mengatakan bahwa penurunan yang terjadi pada hampir semua

fungsi yang ada pada lansia akan berakibat terganggunya konsep diri.

Konsep diri erat kaitannya dengan apa yang lansia rasakan dengan menjadi

tua. Kebanyakan lansia dianggap sebagai gambaran yang negatif, seperti

tua mengartikan mudah sakit, lemah, buruk rupa, membosankan ataupun

julukan negatif lainnya. Menurut Nugroho (2015) banyak perubahan yang

terjadi pada lanjut usia, seperti penurunan fungsi fisik dan psikologis. Hal

ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah dan mempengaruhi

penilaian terhadap dirinya sendiri atau biasa sering disebut dengan konsep

diri. Menurut Rahayu dalam Setyowati (2012), konsep diri yang menurun
3

akan mempengaruhi pemikiran pada lanjut usia dalam menilai dirinya baik

itu penilaian diri secara positif maupun negatif. Menurut Maryam dkk

(2008) mengatakan bahwa konsep diri yang positif dapat menjadikan

seorang lansia mampu beriteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang

ada ditunjang dengan status sosialnya. Konsep diri yang positif akan

menghasilkan tingkah laku yang positif pula, yang dalam hal ini dapat

mengurangi sifat rendah diri, takut, kecemasan yanng berlebihan dan

sebagainya (Fitriyani, Winarti, & Sunarsih, 2014).

Adanya perubahan-perubahan yang terjadi ketika memasuki usia

lanjut dari orang sibuk dan dapat melakukan suatu kegiatan sesuai

keinginannya menjadi seorang penganggur yang tidak menentu, ini akan

sangat membingungkan bagi lansia, sehingga muncul perasaan tidak

berguna dan tidak diperlukan lagi dari dalam diri lansia yang apabila tidak

teratasi akan memunculkan rasa rendah diri dan kemarahan yang

terpendam (Santoso & Ismail, 2009). Hal ini juga berlaku pada pensiunan.

Penelitian dari Rachmawati & Listiyandiri (2014), pensiunan yang kurang

memiliki kesejahteraan dalam kehidupannya, memandang masa pensiun

merupakan salah satu masa yang menyakitkan bahkan sebagai salah satu

musibah. Karena setelah pensiun para lansia akan kehilangan peran dalam

sosial masyarakat, prestis, kekuasaan, kontak sosial, ekonomi bahkan

harga diri. Kondisi tersebut dapat memicu stres atau bahkan depresi yang

berujung dengan keterpurukan(Kartinah, 2007).


4

Menurut Nurhayati dan Indriana (2015), salah satu tugas

perkembangan lansia adalah mampu menyesuaikan diri terhadap masa

pensiun dan penurunan pendapatan. Para lansia yang pensiun akan merasa

kehilangan peran, identitas serta status yang kesemuanya itu berpengaruh

pada harga diri dan pada akhirnya akan memengaruhi konsep diri. Maka

dari itu dukungan perlu diberikan kepada lansia untuk melakukan

penyesuaian diri dengan melibatkan lansia pada kegiatan-kegiatan yang

ringan seperti mendongeng atau bercerita untuk anak-anak, menyanyi

ataupun melakukan kegiatan ringan lainnya. Menurut Mamnu’ah &

Isnaeni (2012), salah satu tugas perkembangan lansia adalah mampu

menceritakan masa lalu. Dampak positif dari menceritakan masa lalu pada

lansia adalah dapat mengurangi tanda-tanda terjadinya depresi dan

meningkatkan kualitas hidup(Wu, 2011).Penelitian yang dilakukan oleh

Zhoua (2011), life review efektif terhadap penurunan depresi dan

peningkatan harga diri.Dengan menceritakan masa lalu seorang lansia

akan merasa berharga. Peran sebagai pendongeng merupakan salah satu

upaya untuk mempertahankan harga diri. Harga diri adalah salah satu

komponen yang membentuk konsep diri(Mayfield, 2010).

Konsep diri pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah

pensiun terkadang mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya adalah post power syndrom, keadaan

fisik, kondisi keluarga serta hilangnya kontak sosial dengan rekan kerja

dan relasi (Nurhayati & Indriana, 2015).


5

Desa Kepuh merupakan satu-satunya desa yang sudah

mempunyai paguyuban pensiuan di Kecamatan Nguter. Hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan di Paguyuban Purna Bakti Praja desa

Kepuh, terdapat 40 orang yang terdaftar sebagai anggota. Anggota

Paguyuban ini terdiri dari pensiunan pegawai yang ada di desa Kepuh.

Paguyuban desa Kepuh sudah terbentuk sejak 2011, hingga sekarang

masih aktif dan melakukan pertemuan setiap dua bulan sekali di balai

desa. Rata-rata usia anggota paguyuban desa Kepuh adalah usia 65 tahun

keatas.

Hasil wawancara dengan beberapa lansia di paguyuban Desa

Kepuh 2 orang mengatakan sering mendongengi cucunya yang masih usia

sekolah ketika sedang berkumpul. Lansia tersebut mengatakan bahwa

dirinya senang bercerita dan biasa bercerita tentang kisah hidupnya di

masa lalu dan terkadang bercerita tentang cerita rakyat. Bercerita tentang

kisah hidup di masa lalu menjadikan lansia menjadi merasa berguna

karena dapat memotivasi orang lain. Secara tidak langsung lansia dapat

meningkatkan harga dirinya dan semakin percaya diri. Tingginya harga

diri dan percaya diri merupakan salah satu tanda tercapainya aktualisasi

diri. Tetapi ada 3 orang lansia yang mengatakan jarang mendongeng

dikarenakan hanya tinggal dengan istrinya, sementara anak dan cucunya

tinggal diluar kota.

Selain itu lansia menyadari bahwa dirinya sudah mengalami

perubahan ada kondisi fisiknya seperti kulit yang berkeriput, rambut yang
6

beruban dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti dulu. Hal tersebut

secara tidak langsung akan berpengaruh pada konsep diri lansia terkhusus

gambaran diri. Perubahan peran setelah pensiun juga dirasakan oleh lansia.

Dari 5 orang lansia yang diwawancarai 3 dari lansia mengatakan bahwa

waktu kosongnya lebih banyak tidak seperti dulu saat belum pensiun.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Hubungan Aktivitas Mendongeng dengan Konsep Diri pada

Lansia di Paguyuban Purna Bakti Praja Desa Kepuh”.

B. Rumusan masalah

Apakah ada hubungan aktivitas mendongeng dengan konsep diri lansia di

Paguyuban Purna Bakti Praja Desa Kepuh ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan aktivitas mendongeng dengan konsep diri lansia

di Paguyuban Purna Bakti Praja Desa Kepuh

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik lansia di Paguyuban Purna Bakti Praja

Desa Kepuh

b. Mengetahui aktivitas mendongeng pada lansia di Paguyuban Purna

Bakti Praja Desa Kepuh

c. Mengetahui konsep diri lansia di Paguyuban Purna Bakti Praja

Desa Kepuh

d.
7

D. Manfaat penelitian

Penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi :

1. Peneliti

Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

didapat dari institusi selama proses pendidikan

2. Perawat

Menambah wawasan perawat tentang pelayanan keperawatan lansia

terutama mengenai konsep diri

3. Lansia

Memberikan alternatif aktivitas yang dapat memengaruhi lansia

4. Pendidikan Keperawatan

Menambah informasi yang berbasis evidence base terkait dengan

asuhan keperawatan gerontik

E. Keaslian penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mamnu’ah & Isnaeni (2012) yang

berjudul “Pengaruh Peran Sebagai Pendongeng terhadap Depresi pada

Lansia”. Penelitian ini berupa penelitian Quasi Experiment Pre-Post

Eksperimenyang bertujuan untuk menganalisis mengaruh peran

sebagai pendongeng terhadap depresi pada lansia. Teknik sampel yang

digunakan adalah acak pada 15 dari 90 populasi lansia yang kemudian

diberikan peran sebagai pendongeng di depan anak-anak SD usia 5-10

tahun selama 60 menit kemudian diukur tingkat depresi sebelum dan

sesudah melakukan peran sebagai pendongeng. Penelitian ini


8

menghasilkan adanya pengaruh peran sebagai pendongeng terhadap

depresi pada lansia. Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel

yang dipilih. Pada penelitian diatas variabel terikatnya adalah depresi

dan variabel bebasnya adalah peran sebagai pendongeng. sedangkan

persamaannya adalah sama-sama menggunakan variabel mendongeng.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati & Listiyandini (2014)

berjudul “Peran Konsep Diri terhadap Resiliensi pada Pensiunan” yang

bertujuan untuk melihat adakah peran konsep diri terhadap resiliensi

pada pensiunan. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa konsep

diri berperan secara signifikan terhadap resiliensi pensiunan. Desiain

yang digunakan adalah asosiatif dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan Incidental sampling yang diukur menggunakan

kuesoner. Penelitian diatas variabel bebasnya adalah konsep diri

sedangkan variabel terikatnya adalah resiliensi. Persamaan penelitian

adalah sama-sama menggunakan variabel konsep diri.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Soetikno. Verauli & Agustina (2013)

dengan judul “Pengaruh Mendongeng Terhadap Kemampuan Adaptif

Anak Keterbelakangan Mental”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh mendongeng terhadap kemampuan adaptf yakni

pada perkembangan bahasa anak keterbelakangan mental. Penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif, bersifat eksperimental dengan

teknik Repeated Measure Design kemudian dianalisis dengan metode

Fiedman repeated measurement. Hasil penelitian menunjukan


9

memberikan penanganan dengan dongeng dengan rutin sebanyak

sembilan kali berturut-turut selama tiga minggu berpengaruh secara

signifikan terhadap kemampuan adaptif yaitu perkembangan bahasa

anak dengan keterbelakangan mental. Penelitian diatas menggunakan

variabel bebas yakni mendongeng dan variabel terikatnya adalah

kemampuan adaptif. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama

menggunakan variabel mendongeng.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri & Prasetyo dengan judul

“Peran Sosial dan Konsep Diri pada Lansia”. Penelitian ini

menggunakan desain korelational yang kemudian di ujikan dengan

menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini ada hubungan antara

peran sosial dengan konsep diri pada lansia. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah dengan konsep diri dan variabel bebasnya adalah

peran sosial. Penelitian ini menghasilkan ada hubungan antara peran

sosial dengan konsep diri pada lansia. Persamaan penelitiaan adalah

sama-sama menggunakan variabel konsep diri

Anda mungkin juga menyukai