MKDK400102 M1
MKDK400102 M1
MKDK400102 M1
PENDAHULUAN
Petunjuk Belajar
Untuk memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai
kompetensi yang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut ini.
1. Sebelum membaca modul ini, pelajari terlebih dahulu glosarium pada
akhir modul yang memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam
modul ini.
2. Baca materi modul dengan seksama, tambahkan catatan pinggir berupa
tanda tanya, pertanyaan, dan konsep lain yang relevan sesuai pemikiran
yang muncul. Dalam menjelaskan suatu konsep atau asas, sering kali
digunakan istilah dan diberikan contoh, pahami hal tersebut sesuai
konteks pembahasannya.
3. Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan. Dalam mengerjakan tugas
tersebut, gunakan pengetahuan dan pengalaman Anda sebelumnya.
4. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu
jawaban untuk membuat penilaian sudah atau belum memadainya
jawaban Anda.
5. Buat catatan khusus hasil diskusi dalam tutorial tatap muka dan tutorial
elektronik, untuk digunakan dalam pembuatan tugas kuliah dan ujian
akhir mata kuliah.
Kegiatan Belajar 1
hadapan Tuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia memiliki
keterbatasan dan ketidakberdayaannya, manusia serba tidak tahu, sedangkan
Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat
abadi, manusia merasakan kasih sayang Tuhannya, namun ia pun tahu begitu
pedih siksa-Nya. Semua itu melahirkan rasa cemas dan takut pada diri
manusia terhadap Tuhannya, tetapi di balik itu diiringi pula dengan rasa
kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena Tuhannya begitu luhur dan suci.
Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri
kepada penciptanya. Selain itu, menyadari akan maha kasih sayangnya Sang
Pencipta maka kepada-Nya manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian,
di balik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang
mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
Adapun hal tersebut dapat menimbulkan kejelasan akan tujuan hidupnya,
menimbulkan sikap positif dan familiaritas akan masa depannya,
menimbulkan rasa dekat dengan penciptanya.
mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan
setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut
ikatan suci karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang
merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka
demi ikatan ini.
h. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi
uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala
yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur
dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan
mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan
alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab
yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada
sistem nilai.
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
“Man can become man through education only.” Teori pendidikan di atas
merupakan pernyataan dari .… A. M.J. Langeveld
B. Immanuel Kant
C. Henderson
D. Gehlen
7) Istilah etnologi merupakan istilah yang diberikan kepada para ahli ilmu .
…
A. ilmu kesehatan
B. ilmu psikologi
C. ilmu geologi
D. ilmu bangsa-bangsa
MKDK4001/MO D U L 1 1.17
10) Manusia itu sebagai animal educandum dan ia memang adalah animal
educabile, pernyataan di atas merupakan hasil dari studi fenomenologis
yang dilakukan oleh .… A. M.J. Langeveld
B. Immanuel Kant
C. C.A. Van Versen
D. Hendersen
Kegiatan Belajar 2
manusia"?
Mari kita bandingkan antara manusia dengan benda-benda. Sama
halnya dengan manusia, benda-benda juga adalah ciptaan Tuhan. Namun
demikian, benda-benda berbeda dengan manusia, antara lain dalam hal cara
beradanya.
Benda-benda hanya terletak begitu saja di dunia, tidak aktif mengadakan
"dirinya", dan tidak memiliki hubungan dengan keberadaannya. Contohnya,
sebatang kayu yang tergeletak diambil manusia, lalu dijadikan kursi. Kayu
tentu tidak aktif mengadakan "diri"nya untuk menjadi kursi, melainkan dibuat
menjadi kursi oleh manusia; dan kita tidak dapat mengatakan bahwa kursi
bertanggung jawab atas fakta bahwa ia adalah kursi. Oleh sebab itu, dalam
istilah Martin Heidegger benda-benda di sebut sebagai "yang berada", dan
bahwa benda-benda itu hanya "vorhanden", artinya hanya terletak begitu saja
di depan orang, tanpa ada hubungannya dengan orang itu; benda-benda baru
berarti sebagai sesuatu, misalnya sebagai kursi jika dihubungkan dengan
manusia yang membuatnya, yang memeliharanya atau menggunakannya.
Sebaliknya manusia, ia bereksistensi di dunia. Artinya, manusia secara aktif
"mengadakan" dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya
sebagaimana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus
bertanggung jawab atas keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab
menjadi apa atau menjadi siapa nantinya. Bereksistensi berarti merencanakan,
berbuat, dan menjadi sehingga setiap saat manusia dapat menjadi lebih atau
kurang dari keadaannya. Dalam kalimat lain dapat dinyatakan bahwa manusia
bersifat terbuka, manusia adalah makhluk yang belum selesai "mengadakan"
dirinya.
Sejalan dengan pernyataan terdahulu, telah dikemukakan dalam kegiatan
belajar satu bahwa sebagai kesatuan badani-rohani manusia memiliki
historisitas dan hidup bertujuan. Oleh karena itu, eksistensi manusia terpaut
dengan masa lalunya (misal ia berada karena diciptakan Tuhan, lahir ke dunia
dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya
atau orang lain, dan seterusnya), serta sekaligus menjangkau masa depan
untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup,
perkembangan, dan pengembangan diri. la adalah manusia, tetapi sekaligus
"belum selesai" mewujudkan diri sebagai manusia.
hakikat manusia.
Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas
menentukan pilihannya ingin menjadi apa atau menjadi siapa di masa
depannya. Demikian halnya, benarkah bahwa mewujudkan berbagai aspek
hakikat manusia
(atau menjadi manusia) adalah tugas setiap orang? Jika setiap orang bebas
menentukan pilihannya, bukankah berarti ia bebas pula menentukan untuk
tidak menjadi manusia? Memang tiap orang bebas menentukan pilihannya
untuk menjadi apa atau menjadi siapa nantinya di masa depan, tetapi sejalan
dengan konsep yang telah diuraikan terdahulu bahwa bereksistensi berarti
berupaya secara aktif dan secara bertanggung jawab untuk mengadakan diri
sebagai manusia. Andaikan seseorang menentukan pilihan dan berupaya
untuk tidak menjadi manusia atau tidak mewujudkan aspek-aspek hakikatnya
sebagai manusia maka berarti yang bersangkutan menurunkan martabat
kemanusiaannya. Dalam konteks inilah manusia menjadi kurang atau tidak
manusiawi, kurang atau tidak bertanggung jawab atas keberadaan dirinya
sebagai manusia. Ia menurunkan martabatnya dari tingkat human ke tingkat
yang lebih rendah, mungkin ke tingkat hewan, tumbuhan, atau bahkan ke
tingkat benda. Sebagai pribadi setiap orang memang otonom, ia bebas
menentukan pilihannya, tetapi bahwa bebas itu selalu berarti terikat pada
nilai-nilai tertentu yang menjadi pilihannya dan dengan kebebasannya itulah
seseorang pribadi wajib bertanggung jawab serta akan dimintai
pertanggungjawaban. Oleh sebab itu, tiada makna lain bahwa berada sebagai
manusia adalah mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi
manusia, atau bertugas mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia. Karl
Jaspers menyatakannya dalam kalimat: "to be a man is to become a man", ada
sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Implikasinya
jika seseorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia tidaklah
berada sebagai manusia.
Berbagai aspek hakikat manusia pada dasarnya adalah potensi yang harus
diwujudkan setiap orang. Oleh sebab itu, berbagai aspek hakikat manusia
merupakan sosok manusia ideal, merupakan gambaran manusia yang
dicitacitakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia ideal tersebut belum
terwujud melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
atau dapat dididik, yaitu (1) potensialitas, (2) dinamika, (3) individualitas, (4)
sosialitas, dan (5) moralitas.
1. Asas Potensialitas
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan berbagai potensi yang ada
pada manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi
untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek
kesusilaan manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-
norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan
pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas.
Apakah manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai tujuan tersebut?
Jawabannya adalah dapat atau mungkin sebab sebagaimana telah
dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik. Demikian pula dengan potensipotensi lainnya. Berdasarkan hal
itu maka dapat disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik karena ia
memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia.
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia
selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah
ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri
agar menjadi manusia ideal baik dalam rangka interaksi atau komunikasinya
secara horizontal (manusia-manusia) maupun vertikal atau transcendental
(manusiaTuhan).
Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka
membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain,
manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia
ideal. Oleh karena itu, dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia
akan dapat dididik.
3. Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda
dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai
keinginan dirinya sendiri. Sekalipun ia bergaul dengan sesamanya, ia tetap
adalah dirinya sendiri. Sebagai individu ia tidak pasif, melainkan bebas dan
1.26 P en g a n t a r Pendidikan
4. Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh
bergaul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini
akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik. Setiap individu akan menerima
pengaruh dari individu yang lainnya. Kenyataan ini memberikan
kemungkinan bagi manusia untuk dapat dididik sebab upaya bantuan atau
pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi
antarsesama manusia; dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan
sesamanya.
5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak
baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar
kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek moralitas).
Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan
berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk
mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan
sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya
yang diakui. Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi
moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat
didik.
Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan.
Jika berbagai asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan
bahwa manusia tidak perlu didik, tidak akan dapat didik karena itu kita tak
perlu melaksanakan pendidikan.
MKDK4001/MO D U L 1 1.27
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
1) Landasan berarti tumpuan dasar atau alas tempat bertumpu, titik tolak
atau dasar pijakan, hal ini biasa bersifat material. Hal ini merupakan
pengertian dari landasan pendidikan secara ....
A. grammatikal
B. klasikal
C. leksikal
D. pragmatisme
2) Asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau sebagai titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan merupakan ….
A. dasar pendidikan
B. fungsi pendidikan
C. landasan yuridis
D. landasan filosofi
5) Pendidikan nasional harus berakar pada nilai-nilai agama, hal ini salah
satunya dilandasi oleh isi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa ….
A. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
B. Negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya
C. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
D. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu
Kegiatan Belajar 3
Pendidikan, Martabat,
dan Hak Asasi Manusia
LATIHAN
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
4) Mengapa hak asasi adalah hak dasar atau pokok (KBBI, 1995) ….
A. sebab hak asasi menunjukkan eksistensi manusia untuk menunjukkan
identitasnya
B. sebab hak asasi mampu memanusiakan manusia sehingga dapat
merealisasikan hakikatnya secara total
C. sebab hak asasi merupakan hak -hak alamiah yang tidak dapat
dicabut karena itu adalah karunia Tuhan
D. sebab hak asasi menjadi pelindung manusia untuk menjadi dirinya
yang seutuhnya
B. Condorcet
C. Mortimer J. Adler
D. Thomas Jefferson
Daftar Pustaka
Abdullah, A.R.S. 1991. Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:
Mutammam). Bandung: Diponegoro.
Frost Jr., S.E. 1957. Basic Teaching of The Great Philosophers. New York:
Barnes & Nobles.
Othman, A.I. 1987. The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-
Ohazali.
1.44 P en g a n t a r Pendidikan
Schumacher, E.F. 1980. A Guide for The Perflexed. London: Sphere Books
Ltd.
Titus, Harold, et.al. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American
Book Coy.
Van der Weij, P.A. 1988. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia. (Terj.: K.
Bertens). Jakarta: Gramedia.
Yelon L.S. dan Weinstein, W.G. 1977. A Teacher's World Psychology the
Classroom. Tokyo: McGraww-Hill International Book Company.
MKDK4001/MO D U L 1 1.45