Laporan Kasus TMS

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA Nn. Z


DENGAN TINDAKAN EXPLORASI (TMS)
TEKNIK GENERAL ANESTESI
DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

Disusun Oleh:
Nama: Lusi Indah Silvia
NIM: 2018040050

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada

wanita. Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak

memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan

bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,

sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke jaringan

sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.

Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini

terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada

wanita usia muda 10-30 tahun (www.depkes.go.id)

Di seluruh dunia 8,2 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat

kanker. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah orang meninggal dunia akibat

kanker meningkat menjadi 11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan

pengendalian yang efektif. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency

for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker mammaeadalah kanker

dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi

(12,9%) pada perempuan di dunia. Di Indonesia berdasarkan data sensus tahun

2014- 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Selain itu BPS

menunjukkan dari total tersebut penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa dan

perempuan sebanyak 126, 8 juta jiwa. Ketua Yayasan Kanker MammaeIndonesia

(YLKPI), Linda Gumelar mengatakan kanker mammae merupakan jenis kanker

tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia.

Pada tahun 2010 jumlah klien kanker mammae28,7 persen dari total penderita

kanker. Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi.


Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi kanker di Indonesia adalah

1,4% dari 1000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Di Indonesia kasus baru

kanker mammaemenjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5% pada

setiap 100.000 penduduk, sekitar 70% kasus klien kanker mammae baru datang

ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.

Dengan demikian praktek pelayanan anestesi mengharuskan setiap penata

anestesi meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan

kesehatan dan memahami penyakit dengan memperhatikan pemeberian asuhan

keperawatan anestesi kondisi pasien secara individual (Rovers et al., 2013 ).

Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas, maka penting dilakukan tindakan

general anestesi pada pasien dengan tindakan Explorasi . Dilihat dari uraian diatas

dan literatur yang ada maka mendorong penulis untuk melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan diagnose tumor mamae.


I. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan
masalah “Asuhan Kepenataan Anestesi pada Nn. Z dengan Tumor Mamae
dengan Tehnik General Anestesi di Rumah Sakit Islam Kendal.
I. Tujuan
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kepenataan anestesi pada pasien Tumor
Mamae dengan teknik General Anestesi.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kepenataan
anestesi pada pasien pre, intra dan post operasi yang akan
dilakukan pemberian general anestesi.
2. Mahasiswa diharapakan mampu melakukan perhitungan dan
pemberian terapi cairan pada saat pre, intra dan post operasi.
3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan perhitungan dosis
pemberian obat-obat anestesi sesuai dengan kondisi pasien.
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan intubasi
dan memberikan pemeliharaan tindakan anestesi.
5. Mahasiswa diharapakan mampu memberikan asuhan
kepenataan anestesi setelah selesai operasi dan akhir dari
anestesi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari

parenkim, stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,

2010). Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal

mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembangbiak

dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma, 2015).

II. Etiologi
Belum ada penyebab spesifik Tumor payudara yang diketahui, para
peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut
tentang faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan
strategi yang efektif untuk mencegah Tumor payudara. Faktor-faktor resiko
mencakup (Susan Martin,1999) :
1. Menstruasi dini,menofause lebih awal / lambat
2. Melahirkan anak pertama dengan usia 30 th keatas
3. Kontrasepsi oral
4. Status social ekonomi tinggi
5. Factor genetika
6. Obesitas
7. Diet tinggi masukan lemak
8. Stress fisiologi kronis

III. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan di atas
otot dada, tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri, payudara manusia
berbentuk kerucut tapi seringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa
beratnya kira-kira 200 gram, yang umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600 gram pada waktu
menyusui mencapai 800 gram.
a. Korpus Mammae
Badan payudara seutuhnya, didalamnya berisi jaringan ikat,
kelenjar lemak, saraf, pembuluh darah, kelenjar getah bening, kelenjar
payudara yang berisi sel-sel dan kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b. Areola
Area yang gelap yang mengelilingi puting susu, warnanya ini
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit. Parubahan
warna pada aerola tergantung pada warna kulit dan adanya kehamilan.
Selama kehamilan warna aerola akan menjadi lebih gelap dan menetap.
Pada daerah ini didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
montgomery yang akan membesar selama kehamilan, kelenjar ini akan
mengeluarkan suatu bahan yang dapat melicinkan areola selama menyusui.
Pada areola terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu.
c. Papilla Mammae atau Puting Susu
Letaknya bervariasi sesuai ukuran payudara, terdapat lubang-
lubang kecil di puting yang merupakan muara dari duktus laktiferus (tempat
penampungan ASI). Pada puting juga didapatkan ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Payudara


Diantara areola dan puting terdapat serat-serat otot polos yang tersusun
melingkar, sehingga apabila ada kontraksi ketika bayi menghisap, maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebebkan puting susu yang
merupakan muara ASI bekerja, serta-serat otot polos yang tersusun sejajar
akan menarik kembali puting susu (Anik Puji Rahayu, 2016).
2. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:
1. Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai
ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
2. Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri, begitu menstruasi mulai
semuanya berkurang.
3. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul,
duktus alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu laktasi. Air susu
di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu (Anik Puji Rahayu, 2016).
IV. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya
kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut,
tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
4. fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
V. Klasifikasi Tumor Payudara
Macam tumor mammae:
1.Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar, tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan.
2.Tumor ganas
Kangker adalah sel yang telah kehilangan kendali dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair . dan kerap
kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak.
VI. Penatalaksanaan
Ada beberapa penanganan tumor mammae, antara lain:
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis
mastektomi, yaitu:
1) Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
mammae, jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga serta benjolan di sekitar ketiak.
2) Total (simple) mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh mammae saja,
tetapi bukan kelenjar ketiak.
3) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian darimammae.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh mammae.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Form Pengkajian
A. Biodata Pasien
Nama : Nn. Z
No.RM : 00312679
Umur : 14 tahun
Alamat : Kaliayyu 3/1 Cepiring
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Diagnose : Tumor Mamae Sinistra
Tindakan : Explorasi
Tanggal Masuk RS : 30 Juli 2021 Jam : 06.52
Tanggal Pengkajian :30 Juli 2021 Jam : 14.00
(kamar operasi)
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dan ada benjolan di payudara kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Nn. Z umur 14 tahun datang ke RSI Kendal bersama
keluarganya pada tanggal 29 Juli 2021 dengan keluhan nyeri dan ada
benjolan di payudara kiri, pasien akan direncanakan untuk dilakukan
Tindakan Ekplorasi pada tanggal 29 Juli 2021 Pukul 14.30 WIB oleh
spesialis bedah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi, jantung, paru,
darah tinggi dan diabetes.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yg mempunyai
riwayat penyakit menurun.
5. Pemeriksaan Fisik.
• Kepala : lonjong, simetris, kulit kepala bersih, rambut utuh
• Mata : conjungtiva merah muda, sclera tidak iterik, pupil
isokor
• Hidung : Bentuk dan fungsi normal, bersihan hidung (+)
• Telinga : simetris kiri kanan, tidak ada gangguan.
• Mulut : bibir tidak ada sianosis, tidak ada gigi palsu
• Tenggorokan : tidak ada gangguan.
• Leher : tidak ada gangguan.
• Thorak : Paru - Paru (PULMONAL)
➢ Inspeksi: Dinding dada simetrisdan tidak ditemukan retraksi
dan tidak ada paradoksal Movemen.
➢ Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
➢ Perkusi : Sonor kedua lapang paru
➢ Auskultasi: Tidak terdengar suara rhonkhi pada kedua
pulmo. Tidak terdengar suara wheezing.
• Abdomen : Pemeriksaan Abdomen
➢ Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak terdapat jejas,
➢ Auskultasi : Terdengar suara bising usus 8x/mnt
➢ Perkusi : Timpani
➢ Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan pada bagian . Hepar dan
lien tidak teraba.
• Genitalia : tidak ada kelainan,urine +.
• Ektremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.
• Tanda-tanda vital :
Keadaan umum : baik, kooperatif
Kesadaran : compos mentis
Tek. Darah : 107/74 mmHg
Nadi : 92x/menit, reguler, adekuat
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36 º C
BB : 50 kg
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 12.6 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit 37.2 % 37 – 43
Leukosit 6.940 Ribu/Ul 4000 – 11.000
Trombosit 309.000 Ribu/Ul 150.000 – 450.000
Eritrosit 4.59 Juta/Ul 4.2 – 5.4
KOAGULASI
CT 4’30” menit 2–6
BT 2’00” menit 1–3
INDEX ERITOSIT
MCV 81.2 Fl 80 - 97
MCH 27.4 Pg 26 - 34
MCHC 33.8 g/dL 31 - 366
RDW 14.4 % 10.0 - 15.0
MPV 9.7 fL 7.0 – 11.0
IMUNOLOGI
HbSAg Kualitatif 0,02 S//CO Negatif
HIV Non reaktif Non reaktif
Antigen SARS-Cov-2 Negatif Negatif

2. SADARI atau (Pemeriksaan Payudara dengan Sendiri)


II. LAPORAN ANESTESI
A. Persiapan anestesi :
1. Alat Mesin anestesi :
a. Gas terdiri dari Oksigen dan Nitro Oxide
b. Gas Volotile terdiri dari Sevofluren dan Isofluren
2. Monitor TTV dan EKG
3. Persiapan Alat:
a. Sarung tangan
b. LMA berbagai ukuran sesuai kebutuhan
c. Spuit 5cc
d. Air way ( Gudel / Mayo )
e. Tape ( Plester )
f. Conector
g. Suction
4. Persiapan obat anestesi
a. Premedikasi :
Ondansentron, Atropin sulfat
b. Induksi :
Miloz
Fentanyl
Propofol
c. Obat tambahan :
Petidine, Lactor
d. Dosis maintenance :
Isoflurane, O2
B. Penatalaksanaan Anestesi
1. Ruang persiapan
Pasien masuk ke kamar persiapan pada pukul 14.00 WIB, pasien
langsung diganti baju operasi, infus terpasang pada tangan kanan
dengan iv line ukuran 18 dan lancar. Selama di ruang persiapan pasien
kooperatif dengan tingkat kesadaran compos mentis GCS 15. Sebelum
tindakan anestesi diperlukan informed concent.
Tanda –tanda vital pasien :
Tekanan darah : 107/74 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Berat badan : 50 Kg
2. Ruang operasi
A. Pasien masuk ke kamar operasi pada pukul 14.15 wib, Pasien di
baringkan dengan posisi supine di meja operasi dan atur kecepatan
infus.
B. Nyalakan mesin anestesi, monitor tanda-tanda vital dan melakukan
pengecekan mesin, gas dan kebocoran kuregatet dan balon.
C. Pasien dilakukan pemasangan monitor tanda-tanda vital, saturasi
oksigen.
D. Menunggu intruksi dan lapor kepada konsulen dan operator bila
sudah siap.
E. Menganjurkan pasien untuk berdoa
F. Pasien dilakukan pemberian premedikasi : Ondansentron dan
atropine sulfat
G. Kemudian dilakukan induksi pada jam 14.20 wib dengan obat :
fentanyl
Midazolam
Isoflurane 1,2 MAC ( sesuai kebutuhan pasien)
Propofol
H. Reflek bulu mata hilang, terjadi penurunan pernapasan dan
dilakukan baging dengan jaw trust dan chin lift.
I. Pelaksanaan pemasangan LMA dilakukan pada jam 14.25 wib
dengan prosedur :
• Posisikan kepala pasien dengan ektensi
• Buka mulut pasien dengan cross finger
• Pegang LMA dengan ibu jari dan telunjuk pada perbatasan
antara pipa dan cuff, ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam
gigi atas, menyusur palatum
• LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga
hipofaring
• LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan
bagging
• Cek paru-paru pasien, jika sudah tepat kembangkan balon
dengan spuit 5cc, dan lakukan fiksasi
• Jam 14.30 di mulai tindakan operasi
J. Perhitungan respirasi selama operasi.
Perhitungan rencana pemberian ventilasi :
1) Tidal Volume
Tidal Volume = BB (Kg) x Konstanta (6-10)
= 50 x 8
= 400 ml
2) Minute Volume
Minute Volume = Tidal volume x Respirasi rate (12-
16x/menit)
= 400 x 12/menit
= 4800 ml = 4,8 L/menit
3. Intra Operasi
Pasien sudah terintubasi dengan LMA no 3. Pada jam 14.25 wib dan
terhubung ke ventilator mesin anestesi.
a. Monitoring Intake dan output cairan.
1) Perhitungan cairan pasien selama operasi :
BB : 50 kg
Jenis Operasi : Sedang
Puasa : 7 jam
2) Kebutuhan cairan mentenaince untuk pasien BB 50 Kg
Rumus 4 2 1
Kebutuhana caira maintenance :
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 30 = 30
Jumah = 90 cc/jam
3) Kebutuhan cairan selama puasa
Maintenace x lama puasa
100 ml/jam x 7 jam = 700 cc
4) Insensible Water Lose (IWL)
Stres Operasi : Ringan = 2 – 4 ml, sedang = 4 -6 ml, berat =
6 – 8 ml
IWL = Stress operasi x BB (Kg) pasien
= 6 x 50 kg
= 300 ml
5) Estimated blood lose
Estimated Blood Volume
EBV laki-laki dewasa 70 cc/kgbb
EBV perempuan dewasa 65 cc/kgbb
EBV = ( 65 x 50 kg )
EBV = 3250 cc
EBL (10 %, 15 %, 20 % )
Ringan = 10 % x 3250 cc = 325 cc
Sedang = 15 % x 3250 cc = 487,5 cc
Berat = 20 % x 3250 cc = 650 cc
6) Jumlah pendarahan 1 jam pertama :
Kasa (1 kasa = 10 cc) = 100 cc
Perdarahan di ganti dengan cairan kristaloid dengan
perbandingan 1:3 = 100 cc darah : 300 cc Cairan kristaloid
7) Kebutuhan cairan selama operasi
Rumus : Puasa + Maintenance + IWL + Perdarahan = ml
Jam 1 = ½ Puasa + Maintenance + IWL + Perdarahan = ml
½ 700 + 90 + 300 + 300 = 1040 cc
8) Total cairan yang keluar
Darah = 100 cc
9) Cairan yang sudah diberikan (Kristaloid)
Pre operasi = 700 cc
Intra operasi = 1040 cc
Total = 1740 cc
10) Monitoring intra anestesi
Kondisi pasien stabil, teranestesi penuh
Vital sign 14.30 14.35 14.40 14.45 14.50
Tekanan 137/78 105/66 99/45 111/50 117/79
darah mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Nadi 96x/i 98x/i 95x/i 90x/i 94x/i
SpO2 99% 99% 100% 100% 100%
4. Pengakhiran anestesi
Operasi selesai pada pukul 15.00 wib pasien dilakukan spontanisasi
pada pernapasan dengan baging ( axis) tanpa menggunakan ventilator.
Pasien mulai spontan, kekuatan otot belum pulih sepenuhnya,dan tidak
ada distensi lambung. Nafas pasien semakin adekuat, lalu pasien
dibangunkan dengan dipanggil nama dan sedikit rangsang nyeri.
Pasien membuka mata dan dilakukan ekstubasi pada jam 16.10
WIB. Dilakukan pemasangan OPA untuk mempertahankan jalan napas
pasien, dilakukan baging sampai pasien nafas spontan adekuat sambil
terus di coba bangunkan dengan memanggil nama pasien. Pukul 16.15
dicoba mengganti baging dengan nasal kanul 3lt/mnt..Pukul 16.25 TTV
pasien stabil, napas sangat adekuat, respon membuka mata saat
dipanggil namanya baik, akhirnya pasien pindah ke ruang pemulihan
(RR) pada jam 16.25.

5. Post Operasi (Ruang Pemulihan)


Pasien keluar dari kamar oparasi menuju ruang pemulihan pada
jam 16.25 wib. Pada saat masuk ke ruang pemulihan pasien masih
terpantau. Pasien sadar penuh bila dipanggil namanya, jalan napas
bebas. Masih terdengar sedikit bunyi gargling gargling. Tanda tanda
vital saat masuk RR TD 114/72 mmHg, Nadi 9 x/menit SpO2 100%.
oksigen nasal kanul diberikan 3 liter/menit.
Monitoring saat di ruang pemulihan
Vital sign 16.30 16.45 17.00
Tekanan darah 113/73mmHg 119/82 mmHg 115/75 mmHg
Nadi 120x/i 124x/i 94x/i
SpO2 100% 100% 100%
RR 18x/i 20x/i 20x/i

Pasien keluar dari ruang pemulihan menuju ke ruang perawatan pada


pukul 17.10. jalan napas bebas, sudah tidak ada gargling, sadar penuh
dan nilai alderete score 10
Tanda kriteria Nilai 30º 1 jam Saat
keluar
Aktivitas Dapat 2 2 2
menggerakan ke 4
anggota badan
sendiri/ dengan
perintah
Sirkulasi Dapat napas 2 2 2
dalam dan batuk
bebas
Respirasi TD ± 20% dari pre 2 2 2
anestesi
Kesadaran Sadar penuh 2 2 2
Warna Kemerah merahan 2 2 2
Total score 10 10 10
(Aldrete score ≥ 8 pasien diperbolehkan keluar dari RR)
C. Analisa Data Kepenataan Anestesi

Symptom /Sign Etiologi Problem


Pra Anestesi Agen injury Nyeri akut
Ds: Ds : biologis (Tumor
Pasien mengatakan nyeri pada payudara kiri, nyeri dirasakan dengan skala nyeri 5, (nyeri sedang) mamae sinistra)
DO :
Pasien tampak meringis kesakitan dan memegangi daerah payudara kiri saat nyeri muncul.
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 107/74 mmHg mmHg,
Nadi : 92 x/menit, regular
RR : 20 x/menit, irama normal
Ds : Tindakan operasi Ansietas / cemas
Pasien mengatakan takut dengan tindakan operasi.
Pasien megatakan merasa khawatir dengan tindakan operasi karena baru pertama kali di operasi.
Do:
Pasien tampak gelisah, tidak tenang, Wajah klien tampak tegang.
Hasil tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 107/74 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 360
Intra Anestesi Efek agen anestesi Pola napas tidak
Do: efektif
Pasien tidak sadar
Pasien terpasang LMA ukuran 3
Isoflurane 1,2 , O2 3 lpm
Hasil tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 137/78 mmHg
Nadi : 966 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 360

Pasca Anestesi Insisi pembedahan Nyeri


Ds: Ds :
Pasien mengatakan nyeri pada payudara kiri, nyeri dirasakan seperti di tusuk dengan skala nyeri 8, (nyeri berat)
DO :
Pasien tampak meringis kesakitan dan memegangi daerah payudara kiri saat nyeri.
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 113/73mmHg mmHg,
Nadi : 120x/menit, regular
RR : 18x/menit, irama normal

E. Diagnosa kepenataan Pra Anestesi


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2. Ansietas berhubungan dengan Tindakan operasi

F. Diagnosa kepenataan intra Anestesi


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan efek agen anestesi

G. Diagnosa kepenataan Pasca Anestesi


1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
H. Intervensi dan Implementasi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


Pra anestesi
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui 1. Mengkajian nyeri S:
agen injury tindakan keperawatan nyeri secara tingkatan nyeri yang secara komprehensif: Pasien mengatakan nyeri saat ini
biologis nyeri terkontrol komprehensif: lokasi, dirasakan pasien dengan lokasi, karakteristik, sudah terkontrol
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, cara pedekatan verbal onset atau durasi,
• Melaporkan nyeri frekusensi, kualitas, maupun non-verbal frekusensi, kualitas,
terkontrol intensitas. untuk mendapatkan data intensitas atau beratnya O:
• Melaporkan skala 2. Berikan informasi yang akurat. nyeri dan faktor Pasien tampak koperatif
nyeri berkurang mengenai nyeri, seperti 2. Mengurangi dan pencetus. Pasien tampak lebih tenang
• Pasien tampak penyebab nyeri, berapa memberikan 2. Memberikan informasi TTV : TD : 112/75 mmHg
lebih tenang lama nyeri di rasakan kenyamanan kepada mengenai nyeri, seperti N : 90 x/menit
dan antisipasi dari pasien agar tetap penyebab nyeri, berapa RR : 18 x/ menit
ketidaknyamanan akibat tenang. lama nyeri di rasakan
Suhu : 36oC
prosedur. 3. Untuk mengurangi dan antisipasi dari
3. Ajarkan penggunaaan nyeri yang dirasakan ketidaknyamanan akibat A:
teknik nonfarmakologi pasien dengan cara non prosedur Masalah Nyeri Akut teratasi
(misalnya relaksasi, farmakologi. 3. Mengajarkan sebagian
nafas dalam, terapi 4. Untuk mengurangi penggunaaan teknik P:
musik, hipnoterapi). nyeri yang dirasakan nonfarmakologi Lanjutkan intervensi
4. Kolaborasi pemberian pasien dengan cara (relaksasi)
• Lanjutkan pemberian
analgetik sesuai dosis. farmakologi/obat sesuai 4. Melakukan kolaborasi
dosis. analgetik sesai dosis dokter
dengan dokter anestesi
• Lanjutkan tehnik non-
untuk pemberian
farmakologi
analgetik sesuai dosis
2. Ansietas b/d Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Mendekatkan diri untuk 1. Melakukan pendekatan S:
tindakan tindakan percaya dengan pasien membina hubungan agar menciptakan Pasien mengatakan cemas
operasi keperawatan kondisi 2. Kaji tanda verbal dan kepercayaan kepada hubungan saling berkurang.
cemas terkontrol non-verbal kecemasan. pasien bahwa semua percaya dengan pasien Pasien mengatakan sudah lebih
dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan pada pasien akan baik-baik saja 2. Melakukan pengkajian tenang dari yang sebelumnya.
• Menghilangkan teknik relaksasi ( nafas 2. Untuk melihat tanda tanda verbal dan non- O:
penyebab dalam). kecemasan yang verbal kecemasan. Pasien tampak kopeeratif
ketakutan 4. Jelaskan prosedur dirasakan pasien 3. Mengajarkan pada Pasien tampak rilex
• Mencari informasi tindakan yang akan melalui wajah pasien. pasien teknik relaksasi ( A:
untuk mengurangi dilakukan kepada 3. Untuk mengalihkan nafas dalam). Masalah Cemas teratasi
kecemasan pasien selama oprasi perhatian pasien agar 4. Menjelaskan prosedur P:
cemas yang dirasakan
• Pasien terlihat berlangsung. berkurang tindakan yang akan Lanjutkan intervensi
lebih tenang dan 4. Mendorong verbalisasi dilakukan kepada pasien
rilex selama oprasi • Berikan lingkungan yang
perasaan, persepsi dan
berlangsung. nyaman dan tenang agar
ketakutan
pasien dapat istirahat.

Intra anestesi
1. Pola napas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Pengecekan dengan 1. Memonitor tanda-tanda S:-
tidak efektif tindakan 2. Monitor tingkat saturasi monitor vital O:
b/d efek agen keperawatan Pola oksigen 2. Memberikan bantuan 2. Memonitor tingkat saturasi Pasien tidak sadar
napas tidak efektif 3. Monitor frekuensi, irama, oksigen agar pernafasan oksigen
anestesi Pasien terpasang LMA no 3
dengan kriteria hasil: suara pernafasan pasien terkontrol dan 3.Memonitor frekuensi,
• Frekuensi, irama, 4. Berikan oksigen sesuai adekuat irama, suara pernafasan Bagging 10-12 x/menit
suara pernapasan kebutuhan 4.Memberikan oksigen Oksigen 3 lpm
dalam batas 5. Pertahankan kepatenan sesuai kebutuhan Isoflurane 1,2
normal jalan nafas 5.Mempertahankan TTV : TD : 117/75 mmHg
• Saturasi oksigen kepatenan jalan nafas N : 90 x/menit
normal RR : 20 x/ menit
• Tanda-tanda vital
Spo2 : 99%
dalam rentang
normal A:
• Pasien tenang Masalah Pola nafas teratasi
• Jalan nafas paten P:
Lanjutkan intervensi
• Mempertahankan kepatenan
jalan nafas

Pasca anestesi
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui 1. Mengkajian nyeri S:
insisi tindakan keperawatan nyeri secara komprehensif: tingkatan nyeri yang secara komprehensif: Pasien mengatakan nyeri saat ini
pembedahan nyeri terkontrol lokasi, karakteristik, durasi, dirasakan pasien lokasi, karakteristik, sudah terkontrol
dengan kriteria hasil: frekusensi, kualitas, dengan cara onset atau durasi,
• Melaporkan nyeri intensitas. pedekatan verbal frekusensi, kualitas,
terkontrol 2. Berikan informasi maupun non-verbal intensitas atau beratnya O:
• Melaporkan skala mengenai nyeri, seperti untuk mendapatkan nyeri dan faktor Pasien tampak koperatif
nyeri berkurang penyebab nyeri, berapa data yang akurat. pencetus. Pasien tampak lebih tenang
• Pasien tampak lama nyeri di rasakan dan 2. Mengurangi dan 2. Memberikan informasi TTV : TD : 115/75 mmHg
lebih tenang antisipasi dari memberikan mengenai nyeri, seperti N : 94 x/menit
ketidaknyamanan akibat kenyamanan kepada penyebab nyeri, berapa RR : 20 x/ menit
prosedur. pasien agar tetap lama nyeri di rasakan
Suhu : 36oC
3. Ajarkan penggunaaan tenang. dan antisipasi dari
teknik nonfarmakologi 3. Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat Injeksi Petidin 100mg dan lactor
(misalnya relaksasi, nafas nyeri yang dirasakan prosedur 30 mg
dalam, terapi musik, pasien dengan cara 3. Mengajarkan A:
hipnoterapi). non farmakologi. penggunaaan teknik Masalah Nyeri teratasi sebagian
4. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengurangi nonfarmakologi P:
analgetik sesuai dosis. nyeri yang dirasakan (relaksasi) Lanjutkan intervensi
pasien dengan cara 4. Melakukan kolaborasi
farmakologi/obat • Lanjutkan pemberian
dengan dokter anestesi
sesuai dosis. analgetik sesuai dosis dokter
untuk pemberian
• Lanjutkan tehnik non-
analgetik sesuai dosis
farmakologi

Anda mungkin juga menyukai