Skripsi Rini Bab I-IV

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah suatu peristiwa yang amat penting dalam kehidupan

masyarakat kita, sebab masalah perkawinan itu tidak hanya tentang laki-laki dan wanita

yang akan menikah melainkan termasuk kedua orang tua, saudara-saudaranya. 1 Dalam

Undang-Undang perkawinan No 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa perkawinan itu

adalah “ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan yang Maha Esa”.2

Pada Kompilasi Hukum Islam (KHI) telah dijelaskan pengertian perkawinan

adalah “akad yang sangat kuat untuk menaati Allah SWT dan melaksanakannya

merupakan ibadah”.3 Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan dapat diketahui

bahwasannya pernikahan atau perkawinan itu adalah perjanjian yang dibentuk dengan

akad (ijab qabul), antar laki-laki dan perempuan untuk membinah keluarga sakinah

mawaddah warohmah sebagai bentuk ketaatan diri kepada Allah SWT yang sifatnya

adalah ibadah. Allah berfirman dalam al-Qur’an surah Arrum ayat 21

َ ِ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا جًا لِّتَ ْس ُكنُ ۤوْ ا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَوْ ٍم‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ۤه اَ ْن َخل‬

َ‫يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
1
Tolib Setiadi, Intisari Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Alfabeta,2008) hal. 225
2
HAsbullah Bakry, Kumpulan Lengkap Undang-Undang Dan Pertaruran Perkawinan Di Indonesia,
(Jakarta: Pt Penerbit Djabatan, 1978) hal. 3
3
Kompilasi Islam Indonesia Impres Tahun 1991
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Arrum:

21).4

Bahkan diperintahkan kepada wali untuk menikahkan anak-anak mereka yang

masih membujang, atau masih gadis sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat

An-Nur Ayat 32

‫ۗ وا هّٰلل ُ َوا ِس ٌع‬ ‫هّٰللا‬ ّ ٰ ‫َواَ ْن ِكحُوا ااْل َ يَا مٰ ى ِم ْن ُك ْم َوا ل‬
َ  ‫صلِ ِح ْينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َمٓائِ ُك ْم ۗ اِ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا فُقَ َرٓا َء يُ ْغنِ ِه ُم ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه‬

‫َعلِ ْي ٌم‬

Artinya : “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendiri (bujangan) diantara kalian

dan orang-orang yang shaleh diantaranya para hamba sahayamu yang laki-laki dan

perempuan. Jika mereka dalam keadaan miskin, Allah-lah yang akan menjadikan kaya

dengan karunia-Nya (QA. An-Nur : 32).5

Adapun dengan adanya masyarakat yang bersifat multicultural dan kaya akan

berbagai tradisi yang sepertinya mempengaruhi sedikit banyaknya pelaksanaan

perkawinan di Indonesia. Maantau adalah salah satu dari tradisi dari sekian banyak adat

yang berkembang di negeri ini. Maantau ini adalah tradisi yang dilakukan oleh orang

kampar di kabupaten Kampar.

Maantau menurut bahasa adalah mengantar, mengenai maantau yang telah

penulis jelaskan ini berkaitan dengan pembahasan nikah gantung, walaupun secara

bahasa artinya adalah mengantar seperti yang telah dijelaskan penulis diatas, namun

istilah ini lebih populer dan sudah di kenal oleh masyarakat Kampar khususnya desa

Sungai Pinang, yang mana maantau ini mengandung esensi dari penundaan tinggal

4
QS. Ar-Rum : 30 Ayat 21
5
QS. An-Nur : 4 Ayat 32
serumah (nikah gantung). Dalam kamus bahasa Indonesia nikah gantung adalah nikah

yang belum diresmikan dengan perayaan dan pasangan pengantin belum tinggal dalam

satu rumah.6

Masyarakat Kampar khususnya didesa Sungai Pinang biasa melakukan maantau

ini ketika telah berlangsungnya akad nikah, kedua mempelai tidak serta merta langsung

bisa serumah hingga waktu yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak keluarga,

waktunya bervariasi ada dua hari, tiga hari, hingga satu minggu bahkan ada yang sampai

satu bulan lamanya atau mungkin bisa lebih, sesuai kesepakatan kedua belah pihak

keluarga. Penundaan tinggal serumah pada umumnya terjadi disebabkan oleh beberapa

alasan seperti dibawah umur, belum mampu menafkahi istri, atau juga bisa disebabkan

kedua pasangan masih dalam proses pendidikan.

Jika kita melihat dari sejarah, Rasulullah SAW pernah mempraktikan hal ini

ketika beliau menikah dengan Aisyah R.A. Rasulullah menikahi aisyah saat ia berumur 6

tahun dan masuk kerumah lalu tinggal bersama saat usia aisyah berumur 9 tahun. Hadist

yang menerangkan hal ini mungkin menjadi landasan yang melatar belakangi

dibolehkannya nikah gantung. Akan tetapi dibolehkan apabilah memenuhi syarat-

syaratnya seperti yang telah dijelaskan diatas yakni, apabila dibawah umur atau belum

mampu menafkahi atau masih dalam proses pendidikan.

Masalahnya adalah masyarakat yang melakukan maantau didesa Sungai pinang

adalah mereka yang mampu menafkahi, mempunyai pekerjaan dan tidak termasuk di

bawah umur juga tidak dalam proses masa pendidikan. Inilah tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat Kampar khususnya didesa sungai Pinang, apabila tidak melakukan adat

seperti ini akan mendapat sanksi adat, ,menjadi perbincangan, gunjingan dari masyarakat
6
Peter salim, Kamus Bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), hal. 1035
desa. Apabila tradisi ini dilakukan dikalangan yang minoritas atau sangat awam terhadap

pengetahuan agama mungkin ini sudah biasa, namun menariknya yang melakukannya

adalah masyarakat Kampar yang dikenal sebagai serambi mekkahnya Riau yang

mayoritasnya adalah muslim. Ketika ijab qobul (akad) dilakukan dan kedua mempelai

sudah sah menjadi suami istri, maka boleh dan halal bagi keduanya untuk melakukan apa

saja, tak terkecuali untuk tinggal serumah.

Seperti yang dialami oleh pasangan bernama wahyuni Dan Embun yang mana

melakukan maantau tersebut selama dua hari, setelah menikah saudara Embun dan

istrinya kembali kerumah masing-masing. Wahyuni tetap di desa Sungai pinang

sedangkan embun kembali ke kampung halamannya ke Pekanbaru. Kasus serupa dengan

kejadian diatas juga dialami oleh pasangan Rusdi Dan istrinya Nurmala, saudara Rusdi

Dan Nurmala mereka maantau selama satu bulan, dan masih sama kebetulan saudara

Rusdi Juga pulang ke Air Tiris dan istrinya tetap tinggal didesa Sungai Pinang.

Masih banyak lagi orang-orang yang melakukan maantau ini, terlepas dari sama

atau tidaknya waktunya juga berdasarkan lama atau tidak waktunya. Yang menjadi

perhatian penulis bukanla dari segi lama atau tidaknya waktu maantau tersebut,

melainkan penundaan untuk tinggal serumah bagi pasangan suami istri tersebut, padahal

keduanya sudah dewasa dan juga sudah bekerja dan mampu menafkahi istrinya. Mengapa

harus demikian dan mengapa ini menjadi suatu tradisi didesa Sungai Pinang.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

sebuah penelitian dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PELAKSANAAN TRADISI MAANTAU DALAM ADAT PERKAWINAN (STUDI

KASUS DI DESA SUNGAI PINANG, KEC. TAMBANG, KAB. KAMPAR)”


B. Batasan Masalah

Penulis melakukan suatu pembatasan masalah bertujuan untuk menghindari

adanya penyimpangan dari permasalahan yang akan dibahas. Sehingga, penulis dapat

lebih terfokus, dan tidak meluas dari pokok permasalahan yang ada, serta penelitian yang

dilakukan menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Pelaksanaan Tradisi Maantau dalam Adat Perkawinan (Studi Kasus Di

desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar)”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan tradisi maantau dalam perkawinan adat Kampar di

desa Sungai Pinang Kec. Tambang, Kab. Kampar ?

2. Bagaimana dampak positif dan negatif jika pasangan tidak melaksanakan

tradisi maantau didesa Sungai Pinang Kec. Tambang, Kab. Kampar?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi maantau dalam

pandangan masyarakat didesa Sungai Pinang Kec. Tambang, Kab. Kampar ?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksaanaan tradisi maantau dalam perkawinan adat kampar

didesa Sungai Pinang Kec. Tambang, Kab. Kampar ?

b. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif jika pasangan tidak melajsanakan

tradisi Maantau didesa Sungai Pinang, Kec. Tambang, Kab. Kampar ?


c. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan tradisi Maantau

dalam pandangan masyarakat di desa Sungai Pinang Kec. Tambang, Kab.

Kampar?

2. Kegunaan penelitian

a. Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah S1

b. Sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data dan dibandingkan dengan standar ukuran yang ditentukan. 7 Metode

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu.8 Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian diantaranya:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research).

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sumber data dari pasangan yang

baru menikah didesa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

sehingga dapat menjawab persoalan yang telah dirumuskan dalam rumusan

masalah.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) yang dilakukan

didesa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar. Adapun

alasan penulis memilih lokasi ini karena penulis menemukan ketidak sesuaian

7
Imam Suprayogo dan Tabroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Posda Karya, 2011). Hal. 138
8
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016). Hal. 2
tentang adat maantau yang terjadi di desa tersebut. Oleh karena itu penulis

tertarik meneliti permasalahan tersebut.

3. Subjek dan Objek

a. Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasangan yang baru

menikah didesa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten

Kampar.

b. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tinjauan

hukum Islam tentang pelaksanaan tradisi maantau menurut pandangan

masyarakat Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar

4. Populasi dan Sampel

Adapun populasi penelitian ini adalah pasangan yang baru menikah

yang berada didesa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

Populasi pasangan yang baru menikah yang ada di didesa tersebut tidak dapat

di hitung jumlahnya, namun populasi tersebut mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Dari populasi yang ada penulis akan mengambil 10 pasangan yang

akan dijadikan sebagai sampel. Dalam pengambilan sampel ini, penulis

menggunakan metode purposife sampling yaitu memilih orang-orang tertentu

yang dianggap mewakili populasi.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yaitu :


1. Sumber Data Primer

Sumber data primer penelitian ini adalah observasi dan

waancara secara langsung dengan pasangan yang baru menikah dan

tokoh adat didesa Sungai pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten

Kampar

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang dibuat dan

merupakan pendukung dari sumber utama dan bersifat tidak

langsung. Sumber data sekunder ini diperoleh dari buku-buku yang

berhubungan dengan penelitian.

3. Data Tersier

Data tersier adalah bahan hukum yang memberikan

penjalasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus dan ensiklopedia.

6. Tekhnik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif

yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penganalisaan dan

digambarkan dalam bentuk uraian

7. Tehnik penulisan

Setelah data diperoleh, maka data tersebut akan ditulis dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Deskriptif analitis, yaitu suatu uraian penulisan yang

menggambarkan secara mendetil data yang diperoleh untuk


selanjutnya dianalisis.

b. Yuridis sosiologis, hukum yang menggunakan data primer atau data

yang diambil langsung dari masyarakat melalui penelitian lapangan.

c. Deduktif, yaitu memaparkan secara umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan dengan bagian-bagian yang khusus.

F. Sistematika Permasalahan

Sistematika memperoleh penulisan skripsi ini, penulis menyusun secara sitematis

dalam lima BAB, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang merupakan pengantar pada pembahasan. Bab ini

meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan maslah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulis

BAB II : Membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup

sejarah desa Sungai Pinang, keadaan ekonomi, sisoal budaya,.

Keagamaan, pendidikan dan adat istiadat.

BAB III: Membahas kajian teori penelitian ini adalah pengertian perkawinan,

dasar-dasar hukum perkawinan, syarat perkawinan, rukun perkawinan

dan, pelaksanaan perkawinan

BAB IV : Membahas tentang hasil penelitian, yakni bagaimana pelaksanaan

tradisi maantau didesa Sungai Pinang, Kec. Tambang, Kab. Kampar,

bagaimana dampak positif dan negatif apabila ada pasangan yang tidak

melaksanakan tradisi maantau didesa Sungai Pinang Kec. Tambang,

Kab, Kampar, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap


pelaksanaan tradisi maantau dalam pandangan masyarakat didesa

Sungai Pinang, Kec. Tambang, Kab. Kampar

BAB V : Merupakan hasil kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan

penutup.
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Sungai Pinang

Desa Sungai Pinang Merupakan salah satu desa yang terdapat di daerah

Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Menurut data di kantor kepala Desa

Sungai Pinang memiliki luas 18 Km 2 yang terdiri dari 4 dusun dengan jumlah

penduduk 3180 jiwa dan terdiri dari 819 kepala keluarga (KK).

Pada masa dahulu Sungai Pinang mulanya hanya berupa hutan belukar atau

rimba namun beraangsur-angsur datangla masyarakat dari hulu sungai Kampar

seperti Air Tiris, Rumbio, Kampar, dan Danau bingkuang untuk membuka lahan

perkebunan dan ladang berpindah-pindah setelah hutan ditebang, mereka berladang

kemudian ditanam karet tetapi mereka tidak bermukim ditempat tersebut, melainkan

hanya menginap untuk beberapa hari kedepan lalu mereka pulang. Kemudian

datang lagi untuk menjenguk kebun mereka.

Setelah masa penjajahan jepang berakhir barulah ada masyarakat yang

bermukim di Sungai Pinang belum jelas asal usulnya dan siapa yang memberi nama

Sungai Pinang tersebut, ada sebagian masyarakat yang mengatakan adanya pohon

pinang yang tertanam di dekat sungai, dan ada pula yang memberi makna sendiri

bahwa pohon pinang yang tegak lurus menandakan kelurusan dan kejujuran. Sungai

bermakna sumber kehidupan yang memberi kesejukan dan kesuburan pada

masyarakat namun yang jelas sampai saat ini belum ada yang menemukan asal usul

nama Sungai Pinang secara pasti.


Pada tahun 1960an masyarakat mulai bertambah dan bermukim di Sungai

Pinang yaitu di daerah Rimbo Tampui disitu awal mulai kampung desa Sungai

Pinang. Sungai Pinang terdiri dari 3 rimbo yaitu Rimbo Tampui,Rimbo Cangkuok,

Dan Rimbo Kampung.

Karena desa Sungai Pinang dilintasi jalan raya yang menghubungkan kota

Pekanbaru dan Bangkinang serta Sumatra Barat perkembangan kampung Sungai

Pinang secara berangsur-angsur bertambah pesat dan masyarakat bertambah banyak

yang pindah ke Sungai Pinang sehingga Sungai Pinang berpenduduk beraneka

ragam.

Sungai Pinang adalah bagian dari rukun kampung (RK) hilir dari Danau

Bingkuang. Tahun 1970 menjadi RK sendiri yaitu RK Sungai Pinang ketika itu

mulai dibangun mesjid dengan swadaya masyarakat dengan bergotong royong yang

diberi nama masjid Nurur Rahman dan dibangun pula sekolah dasar yaitu SD 003.

Pada tahun 1985 dibangun SMA Swasta dan dibangun pula kantor kepala

desa Tambang yang kemudian menjadi kantor camat perwakilan dan juga dibangun

balai penyulu pertanian atau BPP pada tahun 1990 RK Sungai Pinang berubah

status kepala dusun pertama ditunjuk masyarakat secara musyawarah dan mufakat

yaitu H. Jaslani Syah.

Setelah 12 tahun sebagai dusun masyarakat Sungai Pinang merasa kurang

adanya perhatian dari desa Tambang sebagai desa induk, sehingga masyarakat

mengusulkan pemekaran dari desa tambang untuk berdiri sendiri sebagai desa pada

tahun 2002, Sungai Pinang menjadi desa persiapan dan pada tahun 2003 resmi
menjadi desa definitive dengan pejabat kepala desa sementara (PJS) yaitu sdr.

Muslim sebagai kota pemekaran desa Sungai Pinang dari desa Tambang. Pada akhir

tahun 2004 diadakan pemilihan kepala desa definitive dan terpilih H. Jaslani Syah

sebagai kepala desa Sungai Pinang yang pertama di pilih secara demokratis dengan

sekretaris desa sdr. Paleman.

Tahun 1996 ibukota Kecamatan Tambang resmi pindah ke Sungai Pinang

maka secara otonomis desa Sungai Pinang adalah sebagai ibukota Kecamatan

Tambang. Maka dengan adanya hal tersebut pembangunan desa Sungai Pinang

menjadi pesat dan penduduk makin bertambah sehingga sampai saat ini terbangunla

sebagai infrastruktur seperti puskesmas, kantor KUA, UPTD dispora, mesjid raya,

stadion mini, bahkan perusahaan swasta berdatangla seperti PT IndoJaya, PT HKI,

PT Siak Jaya Abadi dan ruko-ruko mulai berjejeran sepanjang kiri kanan jalan

Negara. Maka dari itu desa Sungai Pinang menjadi pusat perhatian para penanam

modal maupun masyarakat untuk berdomisili di Sungai Pinang karena letak

wilayahnya yang strategis dan tanahnya yang datar serta subur.

Adapun pejabat kepala desa Sungai Pinang mulai Sungai Pinang berdiri

sampai sekarang sebagai berikut :

1. Tahun 2002-2003 H. Muslim sebagai PJS. Kepala desa dan H. Jaslani

Syah sebagai sekretaris desa.

2. Tahun 2004-2011 H. Jaslani Syah sebagai kepala desa dan Paleman S.Pdi

sebagai sekretaris desa

3. Tahun 2011-2016 Afrizal sebagai kepala desa dan Paleman S.Pdi sebagai
Sekretaris desa yang sudah menjadi PNS.

4. Tahun 2017 Paleman S.Pd 1 sebagai PJ kepala desa Sungai Pinang

5. Tahun 2018-2023 Rusman HMA sebagai kepala desa dan sebagai

sekretaris desa sdr Paleman S.Pdi.

Desa Sungai Pinang berdiri pada tanggal 27 Juli 2002 dan Alhamdulillah

desa Sungai Pinang sudah berumur kurang lebih 18 tahun. Adapun batas wilayah

desa Sungai Pinang sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kualu Nenas

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Balam Jaya

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kuapan

4. Sebelah timur berbatasan dengan desa Aur sati

Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh aparat pemerintah Desa Sungai

Pinang mengenai kondisi penduduk, bahwa Desa Sungai Pinang berjumlah 3180

jiwa yang terdiri dari 819 KK9.

Adapun jumlah penduduk Desa Sungai Pinang berdasarkan jenis kelamin

dengan klasifikasi sebagai berikut :

9
Sumber Data Kantor Desa Sungai Pinang, 20 November 2020
Tabel 2.1
Penduduk Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar
Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah


1 Laki-laki 1638
2 Perempuan 1542
Jumlah 3180

Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Bedasarkan tabel dapat diketahui bahwa dari 3180 jiwa penduduk Desa

Sungai Pinang jenis kelamin laki-laki lebih besar dari jenis kelamin perempuan,

yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 1638 jiwa, dan jenis kelamin perempuan

sebanyak 1542 jiwa.

B. Keadaan Ekonomi Dan Sosial budaya

1. Keadaan Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Desa Sungai Pinang

melakukan berbagai macam usaha sebagai mata pencaharian utama yaitu, petani,

pedagang, nelayan, peternak, tukang dan pegawai negeri sipil, guru, bidan atau

perawat, TNI atau Polri, sopir, buruh, jasa persewaan, dan swasta.

Table 2.2
Jumlah Penduduk Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar Menurut Mata Pencarian
No Jenis mata pencarian Jumlah
1 Petani 166
2 Pedagang 112
3 Pensiun 5
4 Swasta 423
5 Tukang 19
6 PNS 74
7 Guru 28
8 Bidan/perawat 14
9 TNI/Polri 4
10 Sopir 85
11 Buruh 85
12 Jasa Persewaan 7
13 Tidak Bekerja 1023
Jumlah 3180
Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Sungai

Pinang pada umumnya adalah swasta dengan jumlah 423 jiwa, sedangkan mata

pencaharian paling sedikit adalah TNI/Polri dengan jumlah 4 jiwa.

2. Sosial Budaya

Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

karena atas kedua unsur inilah makhluk sosial dapat berlangsung. Dan begitu pula

antara manusia satu dengan yang lainnya juga tidak dapat dipisahkan karena

manusia itu membutuhkan pertolongan sehingga dengan demikian timbullah

kehidupan masyarakat, dengan kehidupan bermasyarakat tersebut maka timbul

budaya yang pada umumnya setiap daerah mempunyai kebudayaan yang berbeda.

Dalam hal ini masyarakat Desa Sungai Pinang juga mempunyai jiwa

sosial yang tinggi dan juga mempunyai kebudayaan tersendiri. Misalnya

bergotong-royong dalam acara pesta, sunat Rasul, gubano, berjanzi dan

kebudayaan lainnya. Hal ini mungkin didukung oleh faktor agama Islam yang

kuat, maka sedikit banyak sosial budaya pasti terpengaruh oleh nilai- nilai ajaran

agama Islam, seperti azas kekerabatan dan saling membantu satu sama yang lain

C. Pendidikan, agama dan adat istiadat


1. Pendidikan

Pendidikan memilki peranan yang sangat penting dalam menunjang

kesejahteraan masyarakat. Apalagi masa sekarang ini dibutuhkan tenaga kerja

yang strata pendidikannya tinggi yang mempunyai skill tertentu dibidangnya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa

Sungai Pinang sebagai Berikut:

Tabel 2.3
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sungai Pinang
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

Tingkat
No Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 1000
2 Tidak Tamat SD 900
3 Tamat TK 132
4 Tamat SD 341
5 Tamat SMP 324
6 Tamat SMA 307
7 Perguruan Tinggi 176
Jumlah 3180
Sumber : Kantor Kepala Desa Sungai Pinang

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa jumlah Penduduk Desa Sungai

Pinang menurut tingkat pendidikan masih rendah karena paling banyak adalah

tidak tamat sekolah yaitu berjumlah 900 jiwa penduduk.

Di samping itu Desa Sungai Pinang juga memiliki sarana pendidikan di

antaranya TK, SD, PDTA, MTs, dan SMA yang dapat diketahui melalui tabel

dibawah ini:

Tabel 2.4
Sarana Pendidikan Desa Sungai Pinang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 TK 2
2 SD 2
3 PDTA 2
4 MTs 1
5 SMA 2
Jumlah 9
Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa sarana pendidikan Desa Sungai

Pinang masih hanya memiliki lima sarana saja diantaranya TK, SD, PDTA, MTs,

Dan SMA.

2. Agama

Masyarakat Desa Sungai Pinang hampir keseluruhan memeluk Agama

Islam atau masyarakat Muslim dan ada juga beberapa lainnya yang beragama

nonmuslim, ini dapat dilihat pada Tabel Berikut

Tabel 2.5
Klasifikasi Jumlah Penduduk Desa Sungai Pinang
Berdasarkan Agama Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

No Jenis Agama Jumlah

1 Islam 3173
2 Kristen 7
3 Hindu 0
4 Budha 0
5 Katolik 0
Jumlah 3180
Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sungai Pinang

mayoritas adalah Muslim dengan jumlah 3173 orang, dan ada 7 orang yang

menganut agama Kristen.

Untuk menjalankan perintah agama tentu sangat diperlukan tempat ibadah.


Tempat ibadah ini berfungsi sebagai tempat ibadah, selain itu tempat ibadah

berfungsi sebagai tempat untuk menyampaikan berita maupun kabar kepada

masyarakat. Dan bahkan mesjid juga digunakan untuk tempat musyawarah, serta

anak- anak belajar dan mengaji.

Desa Sungai Pinang keseluruhan penduduknya beragama islam, dan

memiliki beberapa rumah ibadah terdiri dari mesjid dan mushalla.

Desa Sungai Pinang memiliki rumah ibadah, sebagai mana bisa dilihat

dalam Tabel berikut:

Tabel 2.6
Jumlah Rumah Ibadah Desa Sungai Pinang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar

No Jenis Tempat Jumlah

Ibadah
1 Mesjid/ Mushallah 7
2 Gereja 0
3 Pura 0
4 Vihara 0
Jumlah 7
Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa ada 2 tempat ibadah penduduk

Desa Sungai Pinang yaitu Mesjid dan Mushalla yang keduanya merupakan tempat

ibadah umat Islam atau masyarakat Muslim yang berjumlah Mesjid 3 Unit dan

Mushallah 4 Unit.

Disini tidak dijelaskan ada berapa jumlah gereja meski di Desa Sungai

Pinang ada yang beragama Kristen namun di Desa Sungai Pinang tidak ada gereja,

mereka yang beragama Kristen melakukan ibadah di desa yang mana disana
mayoritas Kristen dan memiliki tempat beribadah yaitu gereja.

3. Adat Istiadat

Adat istiadat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan suatu masyarakat

karena adat istiadat merupakan dari kebudayaan yang sering atau yang bisa

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Di Desa Sungai Pinang memiliki adat

tersendiri yang dapat mendukung kebudayaan nasional seperti :

a. Berzanji

b. Marhaban

c. Basiacuong (balas pantun)

d. Makan bajambau yaitu makan bersama-sama dengan bersila dengan

tidak menggunakan kursi dan meja dalam acara pernikahan sunnat Rasul

dan aqiqah.

Masyarakat Desa Sungai Pinang terdiri dari beberapa suku, mayoritas

masyarakat Desa Sungai Pinang adalah suku piliang, suku melayu, suku

patopang, suku domo. Keempat suku ini hidup rukun, damai, menjaga adat

istiadat, dan menghormati adat. Untuk lebih jelas bisa dilihat tabel berikut ini:

Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar Berdasarkan Jenis Suku

No Jenis Suku Jumlah


1 Piliang 350
2 Malayu 400
3 Patopang 300
4 Domo 450
Jumlah 1500
Sumber : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Sungai Pinang

secara umum kebanyakan bersuku Domo dengan jumlah 450 jiwa, Malayu sebanyak

400 jiwa, Piliang sebanyak 350 jiwa, sedangkan suku yang sedikit Patopang

sebanyak 300 jiwa. Sedangkan seluruh masyarakat di Desa Sungai Pinang terdiri

dari 3180 jiwa yang mana 1500 nya memiliki suku dari melayu ocu dan sisa nya

1680 nya bersuku jawa.

Di Desa Sungai Pinang, setiap suku dalam kenegerian dipimpin oleh

beberapa orang ninik mamak, dan setiap ninik mamak menanggung jawabi anak-

kemanakan dari persukuannya.

Untuk lebih jelas dapat diketahui melalui tabel berikut ini:

Tabel 2. 8
Kepala Suku Desa Sungai Pinang Kecmatan Tambang Kabupaten
Kampar

No Nama Suku Ninik Mamak

1 Piliang Bustami Dt Bijo mananti


2 Malayu Jamalus Dt Lintang

3 Patopang Mukhtar Akmal Dt Majo

4 Domo Amat Nur Aman Dt


Sindarokotik
Sumber data : Kantor Desa Sungai Pinang

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Sungai Pinang

memilki 4 suku diantaranya suku piliang kepala sukunya Datuk Bijo Mananti, suku

malayu kepala sukunya Datuk Lintang , suku patopang kepala sukunya Datuk Majo

dan terakhir suku domo kepala sukunya Datuk Sindarokotik.


BAB III
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tradisi

Dalam bahasa arab tradisi ini dipahami dengan kat turath. Kata turath ini berasal

dari huruf wa-ra-tha, yang dalam kamus klasik disamakan dengan kata irth,wirth,dan

mirath. Semuanya merupakan bentuk masdar (verbal noun) yang menunjukkan arti

segala yang diwarisi manusia dari kedua orang tuanya baik berupa harta maupun pangkat,

atau keningratan.10

Penggunaan kata turath tersebut muncul dalam konteks pemikiran Arab sebelum

perkenalan dengan wacana kebangkitan yang melanda sejumlah wilayah Arab sejak abad

ke 19 M. kata turath dalam bahsa Prancis disebut dengan heritage yang menunjukkan

makna warisan kepercayaan dan adat istiadat bangsa tertentu, khususnya warisan

spiritual.

Dalam kata lain tradisi ialah kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah

masyarakat. Ia merupakan keasadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali

meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga sukar disisih-sisihkan dengan pemerincian

yang tetap dan pasti. Sebagai kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif, tradisi

merupakan mekanisme yang bisa membantu memperlancar pertumbuhan pribadi anggota

masyarakat. Sangat penting pula kedudukan tradisi senbagai pembimbing pergaulan

bersama didalam masyarakat. Fitrah hidup itu bertumbuh dan berkembang. Tradisi yang

tidak mampu berkembang adalah tradisi yang menyalahi fitrah hidup.11

Tradisi dipahami sebagai segala sesuatu yang turun temurun dari nenek moyang.

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang bersifat

10
Muhammad Abed Aljabiri, Post-Tradisionalisme Islam, (Yogyakarta : Lkis, 2000), Hal. 2
11
Rendra,Mempertimbangkan Tradisi,(Jakarta: Gramedia, 1984) Hal. 3
magis religious dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya,

norma, hukum, dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu

sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya

dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan

sosial.12

Menurut Hanafi, tradisi lahir dari dan dipengaruhi oleh masyarakat, kemudian

masyarakat muncul, dan dipengaruhi oleh tradisi. Tradisi pada mulanya merupakan

musabab, namun akhirnya menjadi konklusi dan premis, isi dan bentuk, efek dan aksi

pengaruh dan mempengaruhi13. Tradsi juga lebih akrab dikenal dengan sebutan adat,adat

merupakan cerminan budaya yang tumbuh berkembang dari kebutuhan hidup, cara hidup,

pandangan hidup, yang menjadi keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dimana tempat

itu berada14. Menurut masyarakat dalam kawasan Andiko Nan 44 yang sebagian besar

dalam kawasan kabupaten Kampar, adat itu hanyalah hal-hal yang bersifat baik.15

Menurut Hasan Hanafi, tradisi segala warisan masa lampau yang masuk pada kita

dan masuk kedalam kebudyaan yang sekarang berlaku. Dengan demikian, bagi Hanafi

tradisi tidak hanya merpukana persoalan peninggalan sejarah, tetapi sekaligus merupakan

persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya. Didalam tradisi diataur

bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain, bagaimana manusia bertindak

terhadap lingkungannya, dan bagaimana perilaku manusia terhadap alam yang lain. Ia

berkembang menjadi suatu sistem, memiliki pola dan norma yang sekaligus juga

12
Ariono Dan Aminuddin Sinegar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1985), Hal. 4
13
Hasan Hanafi, Pasca Oposisi Tradisi (Yogyakarta: Sarikat, 2003) Hal. 02
14
Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Seni Budaya, Peranan Nilai-Nilai Adat Istiadat Dalam Masyarakat
Kampar, (Kampar: 2005), Hal. 11
15
Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Seni Budaya Kabupaten Kampar, Profil Adat Kabupaten Kampar,
(Bangkinang: Cv.Geometric Tehnik Consultant, 2006), Hal. 11
mengatur penggunaan saksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan penyimpangan.

Tidak hanya itu saja tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh, yang terdiri

dari cara aspek yang pemberian arti laku ujaran, laku ritual, dan berbagai jenis laku

lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang

lain.16

Dalam literature islam, adat/tradisi tersebut atau yang berarti adat atau kebiasaab.

Menurut Abdul Wahab Khalaf yaitu al-urf. Al urf adalah sesuatu yang telah diketahui

oleh orang banyak yang dikerjakan oleh mereka, yang berupa perkataan, perbuatan atau

sesuatu yang di tinggalkan. Hal ini dinamakan pula dengaan Al-adh. Dalam bahasa ahli

syara’ tidak ada perbedaan antara Al-urf dan al-adah. Sedangkan menurut Al-Jurani yang

dikuti oleh Muhlis Usman yaitu Al-adah. Al-adah adalah suatu perbuatan maupun

perkataan yang terus menerus dilakukan oleh manusia, karena dapat diterima oleh akal,

dan manusia mengulang-ulanginya secara terus menerus. 17

Tradisi lahir dengan dua cara. Cara pertama, muncul dari bawah melalui

mekanisme kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat

banyak, karenasuatu alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang menarik

perhatian, kecintaan dan kekaguman yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara

memengaruhi rakyat. Cara kedua, muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu

yang dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh

individu yang berpengaruh atau berkuasa. Tradisi dalam masyarakat tidak bisa

dipisahkan, keduanya saling keterkaitan satu sama lain.18

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya yang dimaksud

16
Moh. Nur Hakim, Tradisional dan reformasi pragmatism, (malang: bayu media publishing, 2003) hal. 29
17
Rahmat syafe’I, ilmu ushul fiqh,(bandung: pustaka setia,) hal. 128
18
Shill, The Sosiologi Of Social Change, (Jakarta: Prenada, 2010) Hal. 74
dengan tradisi atau adat adalah sejumlah nilai-nilai dan norma yang berlaku di

masyarakat dilakukan berulang kali secara turun temurun.

B. Pengertian Maantau

Maantau adalah Tradisi arak-arakan mengantar anak kemenakan laki–laki

kerumah pihak isteri setelah melakukan penundaan serumah.19 Menurut Datuk Majo

Maantau Adalah adat dimana sesorang mempelai laki-laki (anak-kemanakan) di antar

kerumah pihak mempelai istri, setelah sekian lama tidak sasopai (serumah). 20

Menurut datuk Sindarokotik Maantau merupakan tradisi mengantar anak

kemanakan ke rumah pihak istri yang tertunda serumahnya sebelum resepsi.21

Menurut datuk Bijo Mananti Sebagai salah satu pucuk adat kenegerian Tambang,

beliau menjelaskan bahwasannya maantau itu tradisi adab yang dibalut dengan

kemeriahan adat dalam adat perkawinan untuk menunjukkan kebesaran suku sekaligus

pemberitahuan bahwa ada pernikahan.22

Berdasarkan beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para ninik mamak di atas

dapat di ambil kesimpulan bahwasannya yang di maksud dengan maantau adalah tradisi

mengantar anak-kemanakan kerumah istri sebab penundaan serumah, yang diresmikan

dengan resepsi sebagai sarana pemberitahuan kepada masyarakat bahwa kedua mempelai

telah menikah.

C. Maantau Dalam Adat Perkawinan

19
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Lintang, 25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar
20
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Majo,25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
21
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Sindarokotik, 31 Maret 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
22
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Bijomananti,31 Maret 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
Dalam pelaksanaan maantau harus melalui beberapa proses sebagai berikut :23

1. Manyobuik ka Mamak

Anak kemanakan mendatangi mamak (saudara laki-laki ibu) untuk

memberitahukan perihal maantau akan dilaksanakan.

2. Mamanggio

Memanggil pihak perempuan dari kesukuan untuk memasak bersama pihak laki-

laki untuk menghadiri bodua

3. Bodua

Bodua adalah acara makan bersama kemudian dilanjutkan dengan membaca

sholawat juga doa-doa untuk anak-kemanakan.

4. Maantau

Setelah malam bodua, dan telah melangsungkan akad nikah, maka selanjutnya

anak-kemanakan akan di antar dengan di arak pakai gong serta diiringi lantunan

sholawat sampai kerumah pihak istri.

5. Bolek

Bolek merupakan pesta resepsi pernikahan.

D. Tujuan Maantau

Menurut datuok Majo dan datuk Sindarokotik sependapat bahwa tujuan maantau

adalah untuk melestarikan apa yang sudah menjadi kebudayaan dari orang ocu.24

Menurut datuk bijo mananti selain tujuan untuk menjaga adat agar tetap kekal,

maantau ini bertujuan sebagai sarana pemberitahuan ke masyarakat bahwa anak-

23
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Lintang, 25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
24
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Majo Dan Datuk Sindarokotik, 31 Maret 2021, Desa Sungai
Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
kemanakan dari kesukuan tertentu telah menikah, dan tidak timbul fitnah di masyarakat.25

E. Nilai Maantau

1. Kelebihan Maantau

a. Mempererat persaudaraan kesukuan

b. Sebagai sarana pemberitahuan kepada masyarakat

c. Melestarikan adat.26

2. Kekurangan Maantau

a. Penundaan serumah bagi pasangan yang telah menikah

b. Mengeluarkan biaya yang banyak

c. Terlalu banyak campur tangan ninik mamak

d. Pengantin jadi tidak mandiri dalam mengambil keputusan.27

F. Pengertian Nikah

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang nmenurut

bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin

atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan” berasal dari kata nikah ( ‫)نكاح‬

yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan dalam

arti bersetubuh(wathi).

Perkawinan adalah suatu hal yang menjadi idaman dan impian bagi sebagian

orang. Memiliki seseorang yang dapat selalu menemani kita dalam setiap keadaan,

terlebih lagi mempunyai anak dan cucu yang nantinya akan meneruskan garis keturunan

kita.
25
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Bijo Mananti, 31 Maret 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
26
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Lintang, 25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
27
Wawancara Pribadi, Tokoh Agama, Datuk Majo, 25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
Nikah secara bahasa berarti mengumpulkan,atau sebuah pengibaratan akan

sebuah hubungan intim dan akad sekaligus, yang dikenal dalam syariat dengan akad

nikah. Sedangkan secara syariat berarti sebuah akad yang mengandung pembolehan

bersenang-senang dengan perempuan.28

Menurut istilah hukum islam perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang

ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang anatara laki-laki dengan

perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.

Sedangkan menurut Abu Yahya Zakariyah Al-Anshary mendefenisikan bahwa nikah

menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya.29

Dalam kaitannya ini, Muhammad Abu Ishrah memberikan defenisi akad yaitu

akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami

istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan member batas hak

kepemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.30 Jadi perkawinan

mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan perkawinan ialah saling mendapat hak

dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong

menolong. Karena perkawinan termasuk pelaksanaan agama, maka didalamnya

terkandung adanya tujuan mengharap ridho Allah.31

Dalam Al-qur’an dan hadist, perkawinan disebut dengan an-nikh ( ‫ )نكاح‬dan az-

ziwaj/az-zawj atau az-zijah secara harfiah, an-nikh, berarti al-wath’u, adh-dhammu, dan

al-jam’u. al-wath’u berasal dari kata wathi’a-yatha’u-wath’an yang artinya berjalan

28
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam 9, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Hal. 39
29
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat,(Jakarta: Kencana, 2006) Hal, 7-8
30
Wahab kholaf,kaidah-kaidah hukum silam,(bandung : risalah) hal. 132
31
Dzakariyah drajat Dkk, ilmu fiqh,(jakarta: departemen agama RI, 1985)hal. 48
diatas, melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki, menggauli dan bersetubuhatau

bersenggama.32

Perkawinan merupakan sunnatullah, hukum alam dunia. Perkawinan dilakukan

oleh manusia, hewan, bahkan oleh tumbuh-tumbuhan.33 Allah Swt berfirman :

َ‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَا زَ وْ َج ْي ِن لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬

Artinya :

“Dan dari segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu

mengingat akan kebesaran Allah”.(QS. Ads-dzariyat: 49).34

Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.36 Berdasarkan Pasal 2 Kompilasi Hukum

Islam, perkawinan adalah akad yang sangat kuad (mistaqan ghalidan) untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.35

Defenisi lain yang diberikan oleh beberapa mazhab :

Menurut Hanafiah, nikah adalah adak yang member faedah untuk melakukan

mut’ah secara sengaja artinya kehalalan bagi seorang laki-laki untuk beristima’ dengan

seorang wanita selama tidak ada faktor yang menghalangi sahnya perkawinan tersebut

secara syar’i.

Dikalangan ulama Syafi’iyah rumusan yang biasa dipakai adalah “akad atau

perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin dengan lafazd


32
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada,2004) Hal. 43
33
Al Hamdani, Risalah Nikah, (Jakarta: Putaka Amani, 2001) Hal. 1
34
Qs.Adz-Dzariyat Ayat 49
35
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum
Islam ( Bandung: Citra Umbara, 2007) Hal. 2
nakaha atau zawaja” ulama golongan syafi’iyah ini memberikan defenisi sebagaimana

disebutkan di ats melihat kepada hakikat dari akad itu bila dihubungkan dengan

kehidupan suami istri yang berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul sedangkan sebelum

akad tersebut berlangsung di antara keduanya tidak boleh bergaul.36

Ada juga beberapa defenisi nikah yang dikemukakan oleh fuqaha, namun pada

prinsipnya tidak terdapat perbedaan yang berarti karena semuanya mengarah kepada

makna akad kecuali pada penekanan redaksi yang digunakan.

Dalam kompilasi hukum islam, pengertian perkawinan dinyatakan dalam pasal 2

sebagai berikut “perkawinan menurut islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat

kuat atau mitsqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melakasanakannya

merupakan ibadah”37

Jadi perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada mahkluk

tuhan, baik pada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang

dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan

melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang

positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti

makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti naluri dan berhubungan anarki tanpa

aturan.

Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan

hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan

diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling merindu, dengan upacara ijab Kabul

sebagai lambing adanya rasa ridho meridhoi, dan dengan dihadiri dengan para saksi yang

36
Amir syarifuddin, hukum perkawinan islam di Indonesia, (Jakarta: kencana 2007) hal. 37
37
Kompilasi Hukum Islam
menyaksikan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terkait.

Bentuk perkawinan telah memberikan jalan yang aman pada naluri seks,

memelihara keturunan dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana

rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Perhaulan suami istri

menurut ajaran islam diletakkan dibawa naluri keibuan dan kebapaan sebagai lading yang

baik nantinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan menghasilakan buah yang

baik pula. 38

Sedangkan hukum nikah itu ada 5 yaitu :

1. Jaiz

Setiap laki-laki dan perempuan islam boleh menikah atau tidak

menikah. Maksudnya bagi seorang laki-laki dan perempuan kalau memilih

tidak menikah, maka dirinya harus dapat menahan godaan dan sanggup

memlihara kehormatannya.

2. Sunnah

Bagi orang yang berkehendak serta cukup nafaqah, sandang, pangan,

dan lain-lain. Maksudnya bagi seorang laki-laki dan perempuan yang ingin

hidup sebagai suami istri sebaiknya menikah, karena dengan menikah bagi

mereka akan mendapatkan pahala, tetapi tidak berdosa kalau memang ingin

hidup tanpa suatu perkawinan.

3. Wajib

Bagi orang sudah cukup sandang, pangan dan dikhawatirkan

terjerumus ke lembah perzinaan. Maksudnya kalau seorang laki-laki atau

perempuan sudah ada keinginan hidup sebagai suami istri, maka mereka
38
Sayyid sabiq,fiqh sunnah,Beirut: dar-al fikr, 1983) jilid 2 hal. 477
berkewajiban segera melangsungkan perkawinan. Berdosalah kalau tidak

segera dilakukan. Sedangkan bagi orang tuanya yang telah mengetahui

keinginan itu tidak boleh menghalang-halangi apalgi membatalkan, sebab

perbuatannya berdosa.

4. Makruh, (Bagi yang tidak mampu member nafaqah.)

5. Haram

Bagi yang berkehendak menyakiti perempuan yang dinikahi.

Maksdunya kalau seorang laki-laki atau perempuan menjalankan suatu

perkawinan dengan niat jahat seperti menipu atau ingin membalas dendam,

maka perbuatannya itu haram karena tujuan perkawinan bukan untuk

melaksanakan suatu kejahatan.39

G. Rukun Dan Syarat Nikah

1. Rukun Nikah,

Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu. Rukun masuk didalam

substansinya. Adanya sesuatu itu karena adanya rukun dan tidak adanya rukun karena

tidak ada rukun. Berbeda dengan syarat,ia tidak masuk kedalam substansi dan hakikat

sesuatu, sekalipun sesuatu itu tetap ada tanpa syarat, namun eksistensinya tidak

diperhitungkan.40

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu

pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu,seperti

adanyan calon pengantin laki-laki dan perempuan dalam perkawinan. Dalam

perkawinan ada beberapa rukun yang harus dilaksanakan dan dipenuhi sebagai

39
Saifullah al-aziz s, fiqh islam lengkap, (Surabaya: terbit terang: 2005) hal. 475
40
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), Hal.61
berikut.41 :

a. Calon mempelai laki-laki

b. Calon mempelai perempuan

c. Wali nikah

Akad nikah akan di anggap sah apabila ada seorang walinya yang

akan menikahkannya, berdasarkan sabda nabi SAW : “perempuan mana

saja yang menikah tanpa seizing walinya maka pernikahannya batal. (HR.

Bukhori)”

“janganla seroang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan

janganlah seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri”

d. Saksi nikah (Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi

nikah tersebut)

e. Ijab qabul

Namun ada beberapa ulama yang berbebda pendapat tentang rukun nikah

diantaranya:

a. Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam

a) Wali dari pihak perempuan

b) Mahar (maskawin)

c) Calon pengantin laki-laki

d) Calon pengantin perempuan

e) Sighat akad nikah

b. Imam Syafi”i

a) Calon pengantin laki-laki


41
S. Alwi Bin Isa Assegaf, Hukum Pernikahan, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2008) Hal. 15
b) Calon pengantin perempuan

c) Wali

d) Dua orang saksi

e) Sighat akad nikah

c. Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja

(yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon

pengantin laki-laki)

d. Menurut segolongan ulama lain rukun nikah ada empat

a) Sighat (ijab qabul)

b) Calon pengantin perempuan

c) Calon pengantin laki-laki

d) Wali dari pihak calon pengantin perempuan.

Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu empat karena calon

pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung menjadi satu seperti :

a. Dua orang yang melakukan akad perkawinan, yakni mempelai laki-laki dan

mempelai perempuan

b. Adanya wali

c. Adanya dua orang saksi

d. Dilakukan dengan sighat tertentu. 42

2. Syarat Nikah

Syarat yaitu sesuatau yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan

itu, seperti itu menutup aurat untuk shalat atau menurut islam., calon pengantin laki-
42
Abdul rahman ghazali, fiqh munakahat, (Jakarta : kencana 2009) hal. 47
laki/perempuan itu harus beragama islam.43

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan.

Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan

adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Pada dasarnyasyarat sah

perkawinan ada dua yaitu :

a. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin

menjadikannya istri. Jadi, perempuannya itu bukan merupakan orang yang

haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun untuk

selamanya.

b. Akad nikahnya dihadiri para saksi.44

dalam hal ini meliputi masalah-masalah berikut :

1. Hukum mempersaksikan

Menurut jumhur ulama perkawinan yang tidak dihadiri oleh para saksi

adalah tidak sah. Jika ketika ijab qabul tidak ada saksi. sekalipun

diumumkan kepada orang ramai maka pernikahannya tetap sah.

2. Syarat menjadi saksi

Syaratnya ialah berakal sehat, dewasa, dan mendengarkan kedua belah

pihak yang berakad dan memahami bahwa ucapan-ucapan itu

maksudnya adalah sebagai ijab dan qabul pernikahan. Jika yang menjadi

saksi itu anak-anak, orang gila orang bisu, atau orang-orang yang

mabuk, maka pernikahannya tidak sah, sebab mereka dipandang tidak

ada.45syarat perkawinan juga terjadi perbedaan pandangan, seperti

43
Sayyid sabiq, Abdurrahman ghazali,(Beirut: dar-al fikr, 1983) hal. 45
44
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kenccana, 2003) Hal. 49
45
Ibid,sayyid sabiq. Hal. 543
Maktubah Abu Salmah Al-Atsari yang memberikan penjelasan dari

syarat-syarat nikah. Adapun syarat sahnya nikah ada 4 yaitu :

a. Menyebutkan secara jelas (ta’yin) masing-masing kedua

mempelai dan tidak cukup hanya mengatakan :”saya nikahkan

kamu dengan anak saya” apabila mempunyai lebih dari satu

laki-lakinya. Ta’yin bisa dilakukan dengan menunjuk langsung

kepada calon mempelai, atau menyebutkan namanya, atau

sifatnya bisa dibedakan dengan yang lainnya.

b. Karenalah kedua calon mempelai. Maka tidak sah jika salah

satu dari keduanya dipaksa untuk menikah, sebagaimana

hadist:”perempuan janda lebih berhak terhadap dirinya dari

pada walinya, sedangkan anak perawan dikawinkan oleh

bapaknya.46

c. Yang menikahkan mempelai wanita adalah walinya. Apabila

seorang wanita menikahkan dirinya sendiri tanpa wali maka

nikahnya tidak sah. Di antara hikmahnya, karena hal itu

merupakan penyebab terjadinya perzinahan dan wanita

biasanya dangkal dalam berfikir untuk memilih sesuatu yang

paling maslahat bagi dirinya. Sebagaimana firman Allah dalam

Al-qur’an tentang masalah pernikahan, ditujukan kepada para

wali : “dan kawinkanla orang-orang yang sendirian diantara

kamu” (QS. Al-baqarah : 232) dan ayat-ayat lainnya.

d. Wali bagi wanita adalah bapaknya, kemudian yang diserahi


46
Sulaiman rasjid,fiqh islam, (bandung: sinar baru algasindo, 2004) hal. 384
tugas oleh bapaknya, kemudian ayah dari bapak terus keatas,

kemudian anaknya yang laki-laki kemudian cucu laki-laki daei

anak laki-lakinya terus ke bawah, lalu saudara laki-laki

kemudian cucu laki-laki sekandung, kemudian saudara laki-

laki sebapak, kemudian keponakan laki-laki saudara laki-laki

sekandung kemudian sebapak, lalu pamannya yang sekandung

dengan bapakanya, kemudian pamannya yang sebapak dengan

bapaknya, kemudian anaknya paman, lalu kerabat yang dekat

keturunan nasabnya seperti ahli waris, kemudian orang yang

memerdakakannya (jika dulu ia seorang budak) kemudian baru

hakim sebagai walinya. Adanya saksi akad nikah, sebagaimana

hadist Nabi yang diriwayatkan oleh jabir :”tidak sah suatu

pernikahan tanpa seorang wali dan dua orang saksi yang adil

(baik agamanya).47

Maka tidak sah perkawinan kecuali dengan adanya dua orang saksi yang

adil. Imam tarmidzi berkata :”itulah yang dipahami oleh para sahabat Nabi dan

para Tabi’in, dan para ulama setelah mereka. Mereka berkata :”tidak sah menikah

tanpa ada saksi.” dan tidak ada perselisihan dalam masalah ini diantara mereka.

Kecuali dari kalangan ahlu ilmi muta’akhurin(belakangan).

Namun secara umum syarat-syarat perkawinan yaitu :

a. Syarat pengantin laki-laki

1. Islam (apabila kawin dengan perempuan islam)

2. Tidak dipaksa atau terpaksa


47
Sulaiman rasjid, fiqh islam, (bandung: sinar grafika: 2009) hal. 27
3. Tidak dalam ihram atau haji,48

4. Laki-laki

5. Tidak beristri empat(termasuk dalam istri yang dalam iddah raj’i)

6. Bukan mahrom perempuan calon istri

7. Jelas orangnya

8. Tidak mempunyai istri yang haram di madu dengan calon istrinya.49

b. Syarat pengantin perempuan

1. Islam

2. Perempuan

3. Tidak ada halangan hukum yakni tidak bersuami, bukan mahram, tidak

sedang dalam iddah

4. Merdeka atas kemauan sendiri, dalam pasal 16 KHI disebutkan bentuk

persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan

nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga dengan berupa

diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas.

5. Jelas orangnya

6. Tidak sedang berihram.50

c. Syarat wali

Orang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu

akad nikah.51adapun syarat wali yaitu :

1. Beragama islam

48
Moh. Rifa’i, Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra,2014) Hal. 422
49
S Munir, Fiqh Syariah, (Solo: Amanda,2007) Hal. 34
50
Azni, Ilmu Fiqh Dan Hukum Keluarga, (Pekanbaru,Pt Raja Grafindo Persada, 2016)
51
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan,(Yogyakarta,Liberti,1982) Hal.
43
2. Baligh (dewasa)

3. Berakal sehat

4. Merdeka(bukan budak)

5. Berjenis laki-laki

6. Adil

7. Tidak sedang melakukan ihram atau haji.52

d. Syarat saksi

1. Dua orang laki-laki

Golongan syafi’I dan hambali mensyariatkan saksi harusla laki-

laki. Akad nikah dengan saksi seorang laki-laki dan dua orang

perempuan adalah tidak sah. Bagaimana yang rasulllah mengajarkan

tidak boleh seorang perempuan menjadi saksi dalam urusan pidana,

pernikahan dan talak. Akad nikah bukanla satu perjanjian kebendaan dan

bukan pula dimaksud kebendaan dan biasanya yang menhindari hal itu

adalah laki-laki. Jadi tidak sah jika seorang laki-laki dan dua orang

perempuan menjadi saksi dalam perkawinan.

2. Beragama islam

Menurut ahmad syafi’I bin al hasan, perkawinan tidak sah jika

saksi-saksinya tidak orang islam, sedang kesaksian kesaksian orang

nonmuslim terhadap orang islam tidak diterima.

3. Sudah dewasa

4. Berakal

5. Merdeka
52
Abu Ahmad Najih,Fikih Mazhab Syafi’i, (Bandung: Marja, 2018)Hal.615
Abu hanifah dan syafi’I mensyaratkan orang yang menjadi saksi

harus orang-orang yang merdeka, tetapi ahma tidak mensyaratkan ini dia

berpendapat akan akad nikah yang disaksikan oleh dua orang budak,

hukumnya sah sebagaimana sahnya kesaksian mereka dalam masalah-

masalah lain, dank arena dalam alqur’a maupun hadist tidak ada

keterangan yang menolak seorang budak untuk menjadi saksi dan

selama dia jujur serta amanah, kesaksiannya tidak boleh ditolak.

6. Adil

Menurut golonga imam syafi’I berpendapat abhwa untuk

menjadi seorang saksi harus adil sebagaimana disebutkan didalam

hadits: “tidak sah menikah tanpa wali dan dua saksi yang adil”. Menurut

mereka itu disyariatkan jika dalam suatu perkawinan yang belum

diketahui kepastian adil tidaknya.

Disini mengenai saksi yang adil ada dua pendapat : menurut

syafi’I perkawinan yang disaksikan oleh dua orang yang belum dikenal

adil tidaknya, perkawinanya sah. Karena, perkawinan itu terjadi

diberbagai tempat kampong-kampung, daerah-dareah terpencil, dan

kota, dimana ada orang yang belum bisa diketahui adil dan tidaknya, hal

ini akan menyulitkan. Oleh karena itu cukupla dilihat dari segi lahirnya

saja bahwa dia bukan orang yang fasik.

7. Dapat melihat dan mendengar

8. Faham terhadap bahasa yang digunakan dalam aqad nikah

9. Tidak dalam keadaan ihrom atau haji.53


53
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2006) Hal. 83
e. Syarat-syarat ijab qabul

1. Kedua belah pihak yangmelakukan akad perkawinanadalah orang yang

sudah dewasa dan sehat rohani (tamyiz), maka jika salah satunya ada

yang gila atau masih kecil (belum cukup umur), maka perkawinannya

tidak sah.

2. Ijab qabul dilakukan dalam satu tempat.

Dalam mughni disebutkan jika terlambat (tertunda)qabul dari

ijab, maka sah akadnya selagi masih dalam majelis dan keduanya tidak

menyibukkan diri dengan urusan lain Karena hukum majelis adalah saat

akad. Namun jika keduanya terpisah sebelum qabul, maka batal ijabnya

karena tidak ditemukan kesatuan ijab qabul.

Qabul tidak boleh menyelisihi ijab kecuali jika perbedaan qabul

itu kepada sesuatu yang baik bagi yang melakukan ijab, karena hal itu

justru akan lebih sempurna dalam kesepakatan.

3. Kedua belah pihak yang akad saling mendengar antara yang satu dengan

yang lain dengan sesuatu yang dapat dipahami bahwa maksud dari

mereka adalah perkataan yang menunjukkan akad nikah.54

4. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

5. Adanya pernyataan dari calon mempelai laki-laki

6. Memakai kata-kata nikah atau semacamnya

7. Orang yang sterkait dengan ijab tidak sedang melaksanakan haji atau

umrah

54
Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2017), Hal.
413
8. Majelis ijab dan qabul harus dihadiri oleh minimal empat orang. Calon

laki-laki atau yang mewakili, wali dari mempelai wanita atau yang

mewakili dan dua orang saksi.55

H. Landasan Hukum Perkawinan

1. Al-qur’an

Islam megajarkan kepada umatnya untuk menikah dengan berbagai alasan

sebagai bentuk motivasi. Terkadang menyebutkan bahwa nikah adalah termasuk

sunnah para nabi, petunjuk para rasul, yang mana mereka adalah teladan yang wajib

diikuti petunjuknya.

ً‫ك َو َج َع ۡلنَا لَهُمۡ اَ ۡز َواجًا َّو ُذ ِّريَّة‬


َ ِ‫َولَقَ ۡد اَ ۡر َس ۡلنَا ُر ُساًل ِّم ۡن قَ ۡبل‬

Artinya : “dan sungguh kami telaah mengutus beberapa rasul sebelum engkau

(Muhammad) dan kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan56”.(QS. Ar-

ra’du : 38)

Terkadang menyebutkan bahwa pernikahan adalah salah satu ayat-ayat Allah

yang telah Allah jelaskan dalam firmannya :

َ ››ِ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَ››وْ ٍم‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬

َ‫يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

Artinya : dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah dia menciptakan

pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendir, agar kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dia menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh,

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesara Allah) bagi yang

berfikir.57”(QS. Ar-rum : 21)

55
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2006) Hal. 21
56
Qs. Ar-Ra’du Ayat 38
57
Qs. Ar-Rum Ayat 21
2. Undang-Undang

Melalui lobbying-lobbying antara took-tokoh islam dengan pemerintah

akhirnya RUU tersebut diterima oleh kalangan islam dengan mencoret pasal-pasal

yang bertentangan dengan ajaran islam. Bagaimana upaya PPP untuk

mempertahankan eksistensi hukum islam. Agar pembahasannya berjalan lancar maka

dicapai suatu kesepakatan antara fraksi PPP dan fraksi ABRI yang isinya :

a. Hukum agama islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau di ubah

b. Sebagai konsekuensi dari pada poin a , maka alat-ala pelaksanaannya tidak

akan dikurangi atau dirubah, tegasnya UU No 22 Tahun 1946 dan UU No

14 Tahun 1970 dijamin kelangsungannya.

c. Hal-hal yang bertentangan dengan agama islam dan tidak mungkin

disesuaikan dengan undang-undang ini dihilangkan

d. Pasal 2 ayat (1) dan rancangan undang-undang ini disetujui untuk

dirumuskan sebagai berikut : Ayat 1 : perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu dan ayat 2 : tiap-tiap perkawinan wajib dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

e. Mengenai perceraian dan poligami di ushakan perlu ketentuan-ketentuan

guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan.58

f. Dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa

“perkawinan adalah ikrar lahir bathin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

58
Muhammad Abdi Almaktsur, Hukum Keluarga Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru, Suska Press,2014), Hal.
42
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

3. Kompilasi Hukum Islam

a. Pasal 2

Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat

atau mistsaaqon ghaliidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.

b. Pasal 3

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah warohma.

c. Pasal 4

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut islamsesuai dengan pasal 2

ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

d. Pasal 5

Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam setiap perkawinan

harus dicatat.

Pencatatan perkawinan tersebut ada pada ayat (1), dilakukan oleh pegawai

pencatat nikah sebagimana yang di atur dalam UU No. 22 Tahun 1946 dan UU

No. 32 Tahun 1954.59

59
Kompilasi Hukum Islam Indonesia
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Tradisi Maantau Dalam Adat Perkawinan

Maantau adalah tradisi arak-arakan mengantar anak kemenakan laki-laki kerumah

pihak isteri setelah melakukan penundaan serumah. Dalam pernikahan adapun

pelaksanaannya harus melalui beberapa tahapan seperti manyobuik ka mamak,


mamanggio, bodua, barulah maantau dilakukan.

Adapun pelaksanaan maantau dalam adat perkawinan menurut datuk Lintang

diawali dengan mendatangi ninik mamak yang bersangkutan untuk mengatakan niatnya

untuk menikah, setelah diketahui dan direstui ninik mamak maka selanjutnya dilakukan

pemanggilan kepada setiap perempuan dari persukuan ibu yang bersangkutan untuk

masak dalam acara bodua (makan bersama sekaligus doa) untuk anak kemanakan yang

ingin menikah. Kemudian mereka menikah dan kembali kerumah masing-masing dan

setelah beberapa lama mereka disatukan kembali.60

Menurut datuk Majo anak atau kemanakan akan diantar kerumah pihak isteri

setelah melewati malam bodua, setelah itu anak atau kemanakan akan diarak menuju

rumah pihak isterinya diiringi gong serta lantunan sholawat, kemudian sampai disana

ninik mamak kedua pihak basiacuong (berbalas pantu), stelah itu barulah anak atau

kemanakan disandingkan dengan istrinya diresepsi pelaminan.61

B. Dampak Positif Dan Negatif Jika Pasangan Tidak Melaksanakan Tradisi Maantau

Menurut Datuk Lintang dan Datuk Majo Maantau dalam adat perkawinan itu

merupakan suatu bagian yang penting dari proses pernikahan, akan kurang berkenan

rasanya kalau mamanggio dan bodua dilakukan kemudian Maantau tidak kita lakukan,

maka jika dikatakan dampak postif dari pasangan yang tidak melakukan ini hanya akan

mengurangi sedikit biaya dan mempersingkat waktu, namun dampak negatifnya hanya

agar terhindar dari kawin sasuku.62


60
Wawancara Pribadi Toko Adat, Datuk Lintang, 26 Februari 2021, Desa Sungai Pinang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar
61
Wawancara Pribadi, Toko Adat, Datuk Majo, 26 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
62
Wawancara Pribadi, Toko Adat, Datuk Lintang Dan Datuk Majo, 26 Februari 2021, Desa Sungai Pinang,
Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
Menurut Datuk Sindarokotik adat maantau ini tidak memiliki dampak negatif

maupun positif apabila ada pasangan yang tidak melaksanakannya karena zaman

sekarang adat sudah tidak seperti dulu yang mempersulit pasangan jika ingin menikah.63

Namun menurut Datuk Bijo Mananti beliau mengatakan bahwa tradisi Maantau ini

bukan adat namanya tapi lebih dari itu, ini sudah menjadi adab dan adab itu bagian dari

syariat, jadi apabila ada yang melanggar maka dia juga melanggar syariat. Bahkan Datuk

bijo mananti mengatakan tradisi Maantau itu sudah dilakukan dari zaman nenek moyang,

makanya kita melakukan tradisi ini sekarang. Namun jika ada pasangan tidak melakukan

adat ini maka tidak ada dampak positifnya sama sekali.

Selain itu, orang zaman dahulu kalau sudah menikah, tidak banyak orang tahu,

sehingga apabila terlihat berdua-duan dianggap melakukan khalwat dengan bukan

muhrim oleh masyarakat. Diaggap melakukan sesuatu diluar norma agama. Maka dari itu

dibuatlah peraturan adat bahwa pengantin setelah menikah tidak serta merta boleh

langsung serumah, dilakukan penundaan dan dibuatkan acara resepsi sebagai

pemberitahuan bahwa pengantin tadi telah menikah.64

Berdasarkan penjelasan ninik mamak tersebut dapat diketahui bahwa dampak

positif jika pasangan tidak melakukan adat maantau dapat mengurangi biaya dan tidak

terlalu banyak campur tangan ninik mamak, namun dampak negatifnya tidak dapat

melestarikan adat istiadat yang telah ada dari zaman nenek moyang dan sudah menjadi

adab dan adab itu adalah bagian dari syariat.

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Tradisi Maantau Dalam Pandangan

Masyarakat
63
Wawancara Pribadi, Toko Adat, Datuk Sindarokotik, 25 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar
64
Wawancara pribadi, datuk bijo mananti, 26 februari 2021, desa sungai pinang, kecamatan Tambang,
kabupaten kampar
Menurut bapak Jamalus beliau mengatakan selaku masyarakat tentu sudah

semestinya melestarikan budaya, namun apabila budaya itu malah lebih utama dari

syariat tentu ini menjadi masalah. Adat Maantau ini bukanlah sebuah keharusan. Melihat

dari segi mashlahat Maantau ini lebih baik tidak dilaksanakan karena lebih ke

mempersulit bagi yang ingin menikah apalagi sampai terjadi pernikahan sesuku

sedangkan mereka tidak satu nasab namun dilarang untuk menikah.65

Menurut ibuk Nurina beliau mengatakan pelaksanaan adat ini sangatla bagus

dikarenakan bisa memperbanyak keluarga sedangkan menurut agama kita, perkawinan itu

bisa dilakukan dengan saudara seibu maka keluarga kita tidak akan berkembang, jika

dilihat dari segi postifnya adat maantau ini lebih baik dilakukan demi kepentingan

bersama dan bisa menjalin tali silaturahmi.66

Kemudian ada beberapa pendapat dari pasangan yang melakukan adat maanatau.

Beni Irawan ini adalah salah satu dari sekian pengantin yang melakukan

maanatau, Beni Irawan yang menikah ketika berumur 27 tahun dengan istrinya Sefmi

Iska yang berumur 25 tahun pada tanggal 14 april 2015 dan baru serumah pada tanggal

20 april 2015. Yang mana mereka setelah akad nikah pulang kerumah masing-masing,

Beni Irawan pulang ke Sungai Pinang sedangkan istrinya Sefmi Iska pulang ke Ausati.

Beni irawan yang bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu PT yang ada didesa

Sungai Pinang dan istrinya yang tidak bekerja Setelah ditanya lebih lanjut kepada

pasangan apa alasan mereka melakukan nikah gantung atau menunda untuk tinggal

serumah ialah karena mengikuti adat, selain itu juga mereka bahwasannya mereka

percaya dan ikut saja dengan keputusan orang tua dalam mufakat penentuan tanggal
65
Wawancara pridadi, masyarakat 26 februari 2021, desa sungai pinang, kecamatan tambang, kabupaten
kampar
Wawancara Pribadi, Masyarakat, Ibuk Nurina, 26 Februari 2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan
66

Tambang, Kabupaten Kampar


resepsi serta untuk tinggal serumah. Namun ketika ditanya tentang keinginan langsung

serumah, Beni Irawan menjawab tentulah ingin rasanya segera bersama sang istri, dan

menurutya semoga adat ini dapat dirubah.67

Embun Budianto yang menikah ketika berumur 25 tahun dengan istrinya Ilza

Wahyuni berumur 20 tahun menikah pada tanggal 10 january 2020 dan serumah pada

tanggal 15 januari 2020, mereka melakukan hal yang sama juga ketika setelah akad nikah

Embun Budianto memilih pulang ke Pekanbaru dan istrinya tetap di Sungai Pinang yang

mana mereka melakukan akad nikah di KUA yang ada di Sungai Pinang, Embun

budianto yang bekerja sebagai tukang bangunan pada saat ditanya kenapa melakukan

maantau, mereka sedikit bingung dan tidak mengetahui hal itu dan setelah penulis

jelaskan barulah mereka mengerti dan mengatakan karena hal itu sudah menjadi hal biasa

yang masyarakat lakukan dan Embun Budianto serta istrunya juga mengatakan kalau

boleh mereka langsung serumah saja karena menurut mereka kenapa harus menunda

untuk serumah sedangkan mereka sudah halal untuk serumah.68

Junaidi ketika menikah berumur 27 tahun dengan istrinya Rafida Azis yang

berumur 24 tahun mereka menikah pada tanggal 9 oktober 2014 dan serumah pada

tanggal 10 november 2014, istrinya Rafida Azis yang bekerja sebagai perawat disalah

satu rumah sakit di Pekanbaru ketika ditanya kenapa melakukan penundaan serumah

Rafida Azis tidak langsung menjawab bahwa dia tidak tahu dan hanya mengikut saja.

Ditanya apakah tradisi maantau sebaiknya dipertahankan atau tidak Rafida Azis bingung

dan memilih tidak menjawab. Namun dia mau ketika setelah akad nikah langsung tinggal

67
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau,Beni Irawan Dan Sefmi Iska, 27 Februari 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
68
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Mantau,Embun Budianto Dan Ilza Wahyuni, 26 February
2021, Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
serumah dengan suaminya.69

Zulhendri dan istrinya Nelmawati menikah pada tanggal 8 agustus 2017 dan

serumah pada tanggal 30 november 2017, Zulhendri yang beralamat di Balam Jaya juga

memilih kembali kerumahnya setelah melakukan akad nikah, ketika ditanya kenapa

mereka melakukan nikah gantung dan nelmawati menjawab bahwa kakak iparnya sedang

sakit keras hingga dioperasi lalu beliau mengatakan tidak enak melakukan acara jika ada

keluarga yang sedang sakit. Zulhendri yang bekerja di salah satu PT HKI yang berada di

Sungai Pinang Ketika ditanya apa maantau ini lebih baik dipertahankan atau tidak dia

langsung menjawab ya sebagai masyarakat beradat kita seharusnya mengikuti adat, dan

kalau bisa adat tersebut tidak melarang untuk tinggal serumah setelah menikah.70

Sukri dan istrinya Evi Oktaviani menikah pada tanggal 29 desember 2016 dan

tinggal serumah pada tanggal 31 desember 2016. Ketika ditanya kenapa melakukan

maantau mereka hanya menjawab karena adatnya memang bagitu. Sukri yang berprofesi

sebagai pekerja pasang tenda pernikahan ini yang penghasilannya sebulan dari 1juta

hingga 1,5juta. Ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama. Evi Oktaviani menjawab

kalau dipertahankan atau tidaknya tradisi itu merupakan wewenang ninik mamak, namun

ia juga ingin langsung serumah dengan suaminya.71

Lesfikon (26 tahun), dan Sri Yunita (25 tahun), menikah pada tanggal 17

November 2015 dan melakukan resepsi pada tanggal 27 November 2015, ketika ditanya

mengapa melakukan nikah gantung ini, mereka bingung, kemudian ketika penulis

bertanya kenapa melakukan penundaan serumah menjelang hari resepsi mereka


69
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau, Junaidi Dan Rafida Azis, 27 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
70
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau,Zulhendri Dan Nelmawati, 27 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
71
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau, Sukri Dan Evi Oktaviani, 28 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
menjawab bahwa ini adalah adat dan tradisi masyarakat kita. Mereka mengatakan bahwa

mereka setelah menikah ingin serumah, terlepas dari patut atau tidaknya tradisi ini

dipertahankan mereka menjawab itu lebih baik ditanyakan kepada ninik mamak.72

Khairul Fadhli dan Khairunnisa , setelah menikah Khairul Fadhli dan isterinya

kembali ke rumah masing-masing. Mereka menikah pada tanggal 10 Agustus 2012 dan

melaksanakan resepsi 12 Agustus. Mereka mengaku mengetahui melakukannya karena

adat. Dan keinginan mereka juga sama menginginkan untuk tinggal serumah setelah

menikah. Khairul Fadhli mengatakan menurut dirinya seharusnya tradisi ini tidak usah

dilakukan.73

Hairul Anam dan Siti Aisyah menikah pada tanggal 28 April 2103 dan

melangsungkan resepsi dan tinggal serumah pada tanggal 07 Mei 2013, pasangan ini

sama sama bertempat tinggal di desa Sungai Pinang, mereka mengatakan mengapa

melakukan penundaan serumah ini karena untuk menunggu resepsi dan barulah boleh

serumah kalau tidak rasanya kurang afdhal jika tinggal serumah langsung, merasa tidak

enak dengan orang kampung.ketika menikah Hairul Anam berusia 27 tahun sedangkan

Siti Aisyah 25 tahun, hairul anam berprofesi sebagai petani sawit dan karet yang sebulan

bisa mendapatkan 2 juta dari hasil sawit dan karetnya. Ketika ditanya apakah tradisi ini

tetap dipertahankan atau tidak, mereka menjawab ya sebagai orang beradat kita

seharusnya mengikuti adat, dan kalau bisa adat tersebut tidak melarang untuk tinggal

serumah ketika setelah menikah.74

Muhammad Azka dan Sabaria melangsungkan akad nikah pada tanggal 05 April
72
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau,Lesfikon Dan Sri Yunita, 28 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamtan Tambang, Kabupaten Kampar
73
Wawancara Pribadi, Pengantin Melakukan Maantau, Khairul Fadhli Dan Khairunnisa, 28 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
74
Wawancara Pribadi, Pengantin Melakukan Maantau, Hairul Anam Dan Siti Aisyah, 29 February 2021,
Desa Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
2019 dan baru tinggal serumah pada tanggal 23 April 2019. Muhammad azka merupakan

kakak dari siti aisyah, azka panggilan akrabnya menikah dengan sabaria, mereka tidak

langsung serumah melainkan kembali ke rumah masing masing pada tanggal yang di

sebutkan di atas, dan ini tanpa melakukan resepsi. Muhammad azka menikahi isterinya

yang lebih tua darinya dua tahun yakni 26 tahun umur sabaria dan 24 tahun umur

Muhammad azka. Pekerjaan Muhammad azka adalah Petani kadang dari hasil panen

sawit atau karet dia mendapatkan gaji berkisar dari 1 juta sampai 1,5 juta Perbulannya.

Ditanya kenapa melakukan penundaan serumah sabaria menjawab bahwa dia tidak tahu

dan hanya mengikut saja. Ditanya apakah tradisi Maantau ini sebaiknya dipertahankan

atau tidak sabaria tidak menjawab dan bingung. Namun dia mau ketika setelah menikah,

juga tinggal serumah dengan suaminya.75

romadi dan isterinya qomariyah menikah pada tanggal 30 November 2013 dan

tinggal serumah pada tanggal 11 Desember 2013, pada saat pernikahan umur romadi

sudah dikatakan sangat matang untuk menikah yaitu 26 tahun sedangkan isterinya

qomariyah 18 tahun yang juga sudah di kategorikan dewasa, ketika ditanya kenapa

melakukan Maantau, mereka sedikit bingung dan tidak mengetahui hal itu dan setelah

penulis jelaskan barulah mereka paham dan mengemukakan alasan mereka yang

mengatakan karena hal itu sudah menjadi hal biasa yang masyarakat lakukan dan

jefrinaldi serta isterinya juga mengatakan kalau boleh mereka langsung serumah saja.76

Dari pendapat masayarakat desa Sungai pinang dapat diketahui bahwa , tokoh

agama serta pengantin yang melakukan Maantau, mereka pada umumnya menginginkan

untuk penundaan serumah bagi pasangan suami isteri ditiadakan. Kecuali ninik mamak
75
Wawancara Pribadi, Pengantin Yang Melakukan Maantau, Muhammad Azka Dan Sabaria, 29 February
2021, Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
76
Wawancara Pribadi, Pengantin Melakukan Maantau, Romadi Dan Qomariyah, 29 February 2021, Desa
Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar
yang menurut mereka tradisi ini seharusnya dijaga dan dilestarikan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Maantau merupakan tradisi mengantar anak – kemanakan ke tempat isteri yang
diresmikan dengan resepsi setelah sekian lama tertunda tinggal serumah. Maantau
juga merupakan simbol Kebanggaan dan kebesaran sebuah suku dalam masyarakat.
Maantau dilaksanakan melalui beberapa proses seperti Manyobuik ka mamak,
mamanggio, bodua, Maantau dan bolek.
2. Menurut toko adat desa Sungai Pinang dampak positif jika ada pasangan yang tidak
melakukan adat maantau ini yaitu untuk mengurangi biaya dan tidak terlalu banyak
campur tangan ninik mamak, sedangkan dampak negative dari pasangan yang tidak
melakukan Maantau yaitu tidak melestarikan adat istiadat yang telah dilakukan dari
zaman nenek moyang yang mana adat ini seperti adab dan adab itu bagian dari
syariat.
3. Pandangan masyarakat desa Sungai Pinang terhadap tradisi Maantau dalam
pernikahan orang Ocu ada dua pendapat, pendapat pertama adalah ninik mamak yang
mengatakan kalau tradisi Maantau ini sifat dan tujuannya baik dan harus
dipertahankan. Pendapat kedua adalah para pengantin dan tokoh agama yang
menginginkan apabila pengantin sudah menikah maka langsung saja untuk tinggal
serumah tanpa dilakukan penundaan dan tradisi ini sebaiknya tidak dilakukan atau
dihapuskan.
B. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai tinjauan hukum islam terhadap

pandangan masyarakat dalam pelaksanaan tradisi maantau di desa Sungai Pinang, penulis

ingin menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Ulama dan ninik mamak serta pemerintah yang dalam hal ini bermusyawarah dan

bermufakat untuk mencari solusi dari permasalahan ini. Ulama menjelaskan kepada

ninik mamak mengenai adat sperti ini seharusnya tidak dilakukan lagi, karena tidak

ada keuntungan bagi ninik mamak sendiri, dan bagi keuntungan adat apabila ini

harus dilakukan.

2. Solusinya dalah melakukan beberapa modifikasi untuk adat itu sendiri, seperti

melakukan perkawinan dan resepsi dihari yang sama, sehingga tujuan syariat yaitu

melakukan pernikahan terlaksana dan tujuan adat melakukan resepsi pun tercapai

tanpa perlu melakukan penundaan. Dari segi adat berjalan hikmat dan syariat

mendapat berkat.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman Ghazaly. (2006). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Abdul Rahman Ghazali. (2003). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Abdul Rahman Ghazali. (2009). Fiqh Munakahat. Jakarta : Kencana.

Abu Ahmad Najih. (2018). Fikih Mazhab Syafi’i. Bandung: Marja.

Al Hamdani. (2001). Risalah Nikah. Jakarta: Putaka Amani.

Amir Syarifuddin. (2006). Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Amir Syarifuddin. (2007). Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Amir Syarifuddin. (2011). Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana

Ariono Dan Aminuddin Sinegar. (1985). Kamus Antropologi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Azni. (2016). Ilmu Fiqh Dan Hukum Keluarga. Pekanbaru. Pt Raja Grafindo Persada.

Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Seni Budaya. (2005). Peranan Nilai-Nilai Adat Istiadat

Dalam Masyarakat Kampar. Kampar.


Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Seni Budaya Kabupaten Kampar. (2006). Profil Adat

Kabupaten Kampar,Bangkinang: Cv.Geometric Tehnik Consultant.

Dzakariyah Drajat Dkk. (1985). Ilmu Fiqh. Jakarta: Departemen Agama Ri.

Hasan Hanafi. (2003). Pasca Oposisi Tradisi. Yogyakarta: Sarikat.

Hasbullah Bakry. (1978). Kumpulan Lengkap Undang-Undang Dan Pertaruran Perkawinan Di

Indonesia. Jakarta: Pt Penerbit Djabatan.

Imam Suprayogo Dan Tabroni. (2011). Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: Posda

Karya.

Kompilasi Hukum Islam.

Kompilasi Islam Indonesia Impres Tahun 1991

Moh. Nur Hakim. (2003). Tradisional Dan Reformasi Pragmatism. Malang: Bayu Media

Publishing.

Moh. Rifa’i. (2014). Fiqh Islam Lengkap. Semarang: Pt. Karya Toha Putra.

Muhammad Abdi Almaktsur. (2014) Hukum Keluarga Islam Asia Tenggara. Pekanbaru, Suska

Press.

Muhammad Abed Aljabiri. (2000). Post-Tradisionalisme Islam. Yogyakarta : Lkis.

Muhammad Amin Suma. (2004), Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: Pt Raja

Grafindo Persada.

Peter Salim. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.

Rahmat Syafe’i. (1998). Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia

Rendra, (2007). Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia.

S Munir. (2007). Fiqh Syariah. Solo: Amanda.

S. Alwi Bin Isa Assegaf. (2008). Hukum Pernikahan. Jakarta: Cahaya Ilmu.
Saifullah Al-Aziz S. (2005). Fiqh Islam Lengkap. Surabaya: Terbit Terang.

Sayyid Sabiq. (1983). Abdurrahman Ghazali. Beirut: Dar-Al Fikr.

Sayyid Sabiq. (1983). Fiqh Sunnah.Beirut: Dar-Al Fikr. Jilid 2.

Shill. (2010). The Sosiologi Of Social Change. Jakarta: Prenada.

Soemiyati. (1982) Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan. Yogyakarta.

Liberti.

Sugiono. ( 2016). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi. (2017). Fikih Sunnah Sayyid Sabiq. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

Sulaiman Rasjid. (2004). Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algasindo.

Sulaiman Rasjid. (2009). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Grafika.

Tolib Setiadi. (2008). Intisari Hukum Adat Indonesia.Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi

Hukum Islam. (2007). Bandung: Citra Umbara.

Wahab Kholaf. (). Kaidah-Kaidah Hukum Silam. Bandung : Risalah.

Wahbah Zuhaili. (2011). Fiqih Islam 9. Jakarta: Gema Insani.

Zainuddin Ali. (2006). Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai