Kelompok 1 - Teori Akuntansi - Konsep Laba

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TEORI AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-6
KONSEP LABA DAN PENGAKUAN PENDAPATAN

Kelompok 1 :

Kelompok 1

Dwi Pratiwi (20181220022)


Gadis Dwitiya P M (20181220147)
Indah Nur Kholidah (20181220148)
Yudha Indra Perkasa (20201220040)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGAKUAN PENDAPATAN

A. Laba Ekonomi dan Laba Akuntansi


Laba adalah sisa lebih yang diperoleh oleh entitas bisnis, karena tujuan bagi entitas
adalah memperoleh laba (profit oriented). Laba bagi entitas akan menjadi suatu ukuran
dan dasar evaluasi atas kinerja terutama dalam hal laba yang dihasilkan atau kerugian
yang diderita selam periode tertentu.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI: 2009)
menyatakan, Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
PSAK 01 adalah dasar dalam penggunaan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain dalam rangka konvergensi dengan IFRS yang merupakan adopsi dari
IAS 1 Presentation of Financial Statements.
Sebelum menjelaskan terkait Laba Ekonomi dan Laba Akuntansi kita perlu
mengehatuhui konsep dasar pada laba dimana menurut Fischer (1912) dan Bedford
(1965) konsep laba pada umumnya menggunakan tiga konsep sebagai berikut:
1. Phsyical income, yang menunjukan konsumsi barang/jasa yang dapat
memenuhi kepuasan dan keinginan individu.
2. Real Income, yang menunjukan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang
ditunjukkan oleh adanya kenaikan cost of living.
3. Money Income, yang menunjukan kenaikan nilai moneter sumber-sumber
ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost of
living).
Dari tiga konsep laba ini akhirnya membentuk perbedaan konsep Laba Ekonomi
(Economic Income) dan Laba Akuntansi. Perbedaan tersebut terjadi karena didsarkan
pada siapa pemakai atau penggunan nilai laba sebagai dasar analisis yang memiliki
manfaat yang sama sebagai bahan pengambil keputusan internal atau manajemen.
Dalam laba juga digunakan sebagai dasar informasi terkait pembagian dividen dan
penentuan kebijakan investasi di masa mendatang. Laba menjadi informasi yang dilihat
orang yang memiliki kepentingan seperti profesi akutansi, pengusaha, analis keuangan,
pemegang saham, fiskus, kreditur dan sebagainya.
1. Laba Ekonomi (Economic Income)
Menurut Hick (1946) secara spesifik laba ekonomi (Economic Income) adalah
jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus
mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periode
Konsep ini adalah akan menjadi laba setelah modal yang dikeluarkan tetap
masih ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang telah tertutupi
(cost recovery) atau pengembalian modal return of capital. Konsep ini dalam tataran
manajemen disebut sebagai residual income diamana dasar pengukurannya
bedasarkan pelaporan akuntansi perusahaan yang terfokus kepada keuntungan bukan
arus kas.
Laba Ekonomi dasar perhitungannya adalah dari total pendapatan dikurangan
biaya ekonomi perusahaan. Biaya ekonomi yang dimaksud adalah biaya eksplisit dan
biaya implisit.

PENJUALAN
- BIAYA
EKSPLISIT - BIAYA
IMPLISIT = LABA
EKONOMI

Biaya eksplisit adalah pengeluaran aktual kepada pihak yang lain sebagai
imbalan atas sumber daya yang digunakan untuk kegiatan perusaan.
Biaya implisit adalah opportunity cost yang muncul karena aset perusahaan
tidak digunakan untuk penggunan terbaiknya. Tidak ada arus kas keluar dari
perusahaan atas biaya implisit.
Pendekatan contoh :
PT. ABC memperoleh proyek yang akan menghasilkan laba bersih (accounting
profit) sebesar Rp. 50 miliar. Proyek tersebut berlangsung selama 1 tahun. Proyek
tersebut menggunakan pabrik yang dapat digunakan kepada pihak ketiga dan
memberikan pendapatan sewa sebesar Rp. 20 miliar.
Biaya implisit dalam contoh diatas adalah pendapatan sewa yang seharusnya diterima
jika perusahaan tidak menggunakan bangunan untuk mengerjkan proyek yang
diterima.
Laba akuntansi = Rp. 50 miliar
Laba ekonomi = Rp. 50 miliar – 20 miliar
Laba ekonomi = Rp. 30 miliar.
Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwan jika perusahaan
menggunakan biaya implisit dalam hal ini biaya sewa maka Laba akuntansi akan
terkoreksi karena karena perusahaan tidak menggunakan bangunan yang seharusnya
digunakan dalam mengerjakan proyek.

Contoh lain:
PT ABC memiliki Weight Avarage Cost of Capital (WACC) sebesar 12% dan
memliliki total aset sebesar $1,000,000. Laba operasi sebelum dan setelah pajak
adalah $180,000 setahun, maka laba ekonomi PT ABC sebagai berikut:
Laba ekonomi = $180,000 – (12% - $1,000,0000)
= $60,000

Manfaat dari Laba Ekonomi


Laba ekonomi bukan terfokus pada laba yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi, melainkan dari analisis dan perhitungan manajemen dalam mengamati nilai
investasi perusahaan secara hati-hati. Laba akuntansi yang besar tidak selalu
menghasilkan laba ekonomu yang positif apabila perusahaan berinvestasi pada aset
yang tidak meningkatkan pernjualan perusaan.
1. Laba ekonomi berfokus bagaimana manajemen mampu mengurangi aset-aset
yang tidak produktif seperti nilai bahan baku yang terlalu tinggi atau aset
tetap yang menganggur.
2. Laba ekonomi dapat digunakan sebagai dasar mengevaluasi opsi stratejik yan
menghasilkan tingkat pengembalian untuk sejumlah periode tertentu.
3. Laba ekonomi memiliki kelebihan dibandingkan dengan analisis nilai
pemegang saham karena laba ekonomi dapat digunakan untuk melihat kinerja
perusahaan relatif terhadap aset yang digunakan setiap tahunnya.

Kesulitan dalam menilai Laba Ekonomi


1. Laporan posisi keuangan tidak mencerminkan modal yang diinvestasikan
perusahaan
a. Laporan posisi keuangan tidak melaporkan aset pada nilai sekarang
dari arus kas yang dihasilkan oleh aset tersebut di masa depan.
b. Aset dalam posisi keuangan dilaporkan pada harga perolehannya
dikurangi dengan penyusutan dan amortisasi.
c. Laporan posisi keuangan menilai aset lebih rendah dibanding dengan
nilai wajarnya sehingga laba ekonominya menjadi lebih tinggi dari
kondisi yang sebenarnya.
2. Adanya tindakan manipulasi
Laporan keuangan berisikan angka-angka yang sudah dimanipulasi untuk
mencapi target keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya (earning
management dan creative accounting).
3. Kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan, biaya dan modal ke unit bisnis,
produk, atau pelanggan.

2. Laba Akuntansi (Accounting Income)


Menurut Harahap (2011) laba akuntansi (accounting income) adalah
perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada
periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan itu.
Menurut Vernon Kam yang dikutip oleh Harahap (2011) dengan
menggunakan istilah business income yang berarti kelebihan dari harga akhir yang
dibayar individu dan lembaga lain atas output perusahaan di atas biaya yang
dikeluarkan.
Menurut PSAK No. 46, laba akuntansi adalah laba bersih selama satu periode
sebelum dikurangi beban pajak.
Dari beberapa pengertian diatas, laba akuntansi dapat dibedakan menjadi
berikut :
1. Laba Kotor
Laba Kotor (gross profit) adalah selisih antara pendapatan dari penjualan
bersi dengan harga pokok penjualan.
2. Laba Operasi
Laba operasi (operatign income) adalah selisih antara laba kotor dengan
beban operasi. Secara umum beban operasi adalah seluruh beban operasi
kecuali beban bunga dan pajak penghasilan. Sehingga laba operasi dapat
juga disebut laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and
taxes/EBIT).
3. Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Laba sebelum pajak penghasilan (earning before taxes/EBT) merupakan
hasil dari laba operasi yang ditambah/dikurangi dengan
pendapatan/beban lain-lain.
4. Laba Bersih
Laba bersih (net income) merupakan hasil pengurangan antara laba
sebelum pajak penghasilan dengan beban pajak penghasilan dan
disesuaikan dengan pos-pos luar biasa. Pos-pos luar biasa adalah
penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang
secara jelas berbeda dari aktifitas normal perusahaan dan karenanya
tidak diharapkan untuk sering kali terjadi secara teratur.
5. Laba Per Saham
Laba per saham (earning per share) adalah keuntungan yang diberikan
kepada pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dipegangnya.
Laba per saham didapat dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham
yang beredar.
6. Laba Fiskal
Laba selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan.

Secara umum laba akuntansi dipengaruhi oleh pengukuran dalam jumlah


moneter sehingga mengakibatkan adanya derajat perbedaan antara komponen dalam
laporan keuangan, diantaraanya:
1. Biaya historis (historcal cost)
Ukuran biaya historis memberikan informasi besaran moneter tentang aset,
liabilitas, dan penghasilan dan beban terkait menggunakan informasi yang
diperoleh, setidaknya sebagian dari harga transaksi atau peristiwa lain yang
memunculkannya.
2. Nilai kini
Pengukuran nilai kini memberikan informasi moneter tentang aset,
liabilitas, dan penghasilan dan beban terkait menggunakan informasi yang
dimutakhirkan untuk mencerminkan kondisi pada tanggal pengukuran.
Ada 3 nilai kini yaitu : nilai wajar, nilai pakai untuk aset dan nilai
pemenuhan untuk liabilitas, dan biaya kini.
3. Nilai terealisasi/penyelesaian
Penilaian berdasarkan kas atau setar kas yang dapat diperoleh artinya
pengakuan atas penghasilan atas realisasi transksi yang berhubungan
dengan komponen laporan keuangan.
4. Nilai sekarang (present value)
Adanya diskonto ke nilai sekarang dari pos yang diekspektasikan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.

Keunggulan Laba Akuntansi


a) Laba akuntansi teruji dalam sejarah di mana pemakai laporan keuangan masih
mempercayai bahwa laba akuntansi masih bermanfaat untuk membantu
pengambilan keputusan ekonomi.
b) Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara objektif dan dapat diuji
kebenarannya (verifiable).
c) Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama
pertanggungjawaban manajemen.
Kelemahan Laba Akuntansi
a) Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aset yang belum direalisasi
dalam satu periode karena prinsip biaya historis dan realisasi.
b) Laba akuntansi yang didasarkan pada prinsip biaya historis mempersulit
perbandingan laporan keuangan karena kemungkinan terjadinya perbedaan
metode perhitungan biaya dan metode alokasi.
c) Laba akuntansi yang didasarkan pad prinsip realisasi, biaya historis, dan
konservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.
(Belkauoi, 1993).
B. Pengakuan Pendapatan
Secara teoritis suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan
kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu selesai.
Dalam hal ini waktu yang dimaksud ada empat alternatif yaitu:
 Selama produksi;
 Pada saat produksi selesai;
 Pada saat penjualan
 Pada saat penagihan kas
Pendapatan diakui dalam laporan laba rugi ketika kenaikan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan aset liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas (misalkan, kenaikan neto aset yang
timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan liabilitas yang timbul dari
pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar).

C. Keterbatasan Pengakuan Laba


Suatu entitas didirikan tentunya dengan harapan akan dirgahayu, artinya mampu
bertahan dan berkembang untuk waktu yang tidak terbatas. Dalam asumsi dasar penyusunan
laporan keuangan berdasarka SAK adalah kelangsungan usaha (going concern) dimana
entitas diasumsikan akan berusaha terus menerus dalam waktu yang tidak terbatas.
Penyusunan laporan keuangan dalam hal ini Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain memiliki keterbatasan yang perlu dipahami oleh pengguna laporan
keuangan. Antara lain dapat disebtukan:
1. Beberapa konsep dasar yang mendasari penyusunan SAK membawa dampak
perhitungan laba rugi tidak atau kurang dapat mencerminkan keadaan.
Penggunaan biaya historis dalam perhitungan HPP dalam keadaan fluktuaasi harga
atau tingkat inflasi yang cukup signifikan, dapat mengakibatkan hasil perhitungan
laba rugi menjadi kurang mencerminkan kenyataan sebenarnya. Hal tersebut
terutama terjadi bila perputaran persediaan barang dagang atau bahan baku agak
lambat.
2. Perhitungan dan pelaporan akuntansi banyak menggunakan asumsi dan estimasi
yang kadang-kadang belum tentu tepat.
Misal perhitungan beban penyusutan aset tetap berdasarlam asumsi umur teknis
atau ekonomis aset bisa 5 tahun atau 10 tahun atau bahkan kurang dari itu
tergantung dari taksiran.
3. Untuk industri tertentu perhitungan dan pelaporan penghasilan dan pendapatan
juga harus dilakukaan berdasarkan asumsi dan taksiran.
Misal asumsi terkait penjualan cicilan, termin pekerjaan konstruksi dll.
4. Beberapa unsur yang tak dapat ditaksir dengan andal kepastiannya sering kali luput
diperhitungkan atau disajikan dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain.
5. Adanya beberap alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan.
6. Laporan keuangan adalah sekedar cerminan masa lalu. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada para pemangku kepentingan, artinya
semakin lama jarak waktu penggunaan dan semakin dinamis perubahan keadaan,
maka akan semakin kurang daya guna untuk perencanaan.

D. Manajemen Laba
Menurut Rahmawati (2006), Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan
tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa
keuntungan privat.
Manajemen laba salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manambah bias laporan keuangan, dan mengganggu pemakai laporan keuangan
yang mempercayai angka hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Bentuk atau jenis utama manajemen laba antara lain:


Namun menurut Scott (2003: 370) ada beberapa bentuk atau jenis manajemen laba
antara lain:
1. Taking a Bath
Taking a bath terjadi pada periode reorganisasi termasuk pengangkatan Chief
Executive Officer (CEO) baru. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang
dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi
sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan
dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Taking a bath mengakui
adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode
berjalan ketika terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa
dihindari pada periode berjalan. Manajemen harus menyusutkan beberapa aset dan
membebankan perkiraan biaya mendatang, sehingga laba yang dilaporkan di
periode mendatang meningkat.
2. Income Minimization
Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara
menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada
laba sesungguhnya. Income minimization biasanya dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat
perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa depresiasi atas
barang modal dan aset tidak berwujud, biaya iklan, dan pengeluaran untuk
Research and Development.
3. Income Maximization
Income maximization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara
menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba
sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
keuntungan dan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka
panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan
pendapatan, menunda biaya, dan memindahkan biaya untuk periode lain. Income
maximization dilakukan pada saat laba menurun. Pola ini dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Income smoothing atau perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen
laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten dari
periode ke periode. Dalam hal ini, pihak manajemen dengan sengaja menurunkan
atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga
perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Perataan laba atau income
smoothing merupakan usaha yang disengaja untuk meratakan laba sehingga
dipandang normal. Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara
meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif
stabil.
Praktek dalam manajemen laba antara lain:
1. Kebijakan akutansi
Keputusan manajemen dalam menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh entitas misal terkait pengakuan lebih awal atau menundanya akan
mempengaruhi nilai komposisi dalam laporan keuangan.
2. Kebijakan dalam estimasi akuntansi
Keputusan ini akan mempengaruhi laba melalui justifikasi terhadap estimasi
akuntansi misal: estimasi umur piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu
depresiasi aktvia tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud dll.
3. Kebijakan dalam memilih metode akuntansi
Perubahan metode penyusutan atau berbedanya metode penyusutan berdasarkan
nilai aktiva tetap baik berwujud dari metode garis lurus, metode saldo menurun
ganda atau metode jumlah angka tahun.
4. Menggeser pengakuan biaya atau pendapatan
Seringkali diistilahkan sebagai rekayasa atau manipulasi keputusan operasional.
Contoh: rekayasa periode pengakuan biaya yang dipercepat atau ditunda sebagaian
atau seluruhnya terkait biaya promosi, rekayasa pengakuan pendapatan atas
dijualnya aset tetap yang masih ada nilai buku.
REFERENSI
Arthur J. , John Martin, William Petty & David F. Scott. (2008). Manajemen Keuangan:
Prinsip dan Penerapan(10th ed.): PT Indeks - Jakarta.
DSAK IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 tentang Pajak Penghasilan”.
Jakarta: IAI.
Hans Kartikahadi., dkk. 2020. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis SAK Berbasis IFRS
Edisi Ketiga Buku 1. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia
IAI : “Modul Chartered Accountant, Manajemen Keuangan Lanjutan”,
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/mkl/index.html#p=19
IAI : “Modul Chartered Accountant, Pelaporan Korporat”,
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/pk_19/index.html#p=263
Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2007. Teori Akuntansi Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

Harahap Sofyan Syafri (2011), Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai