Peranan Influencer Dalam Mengkomunikasikan Pesan D

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah DOI: dx.doi.org/10.19166/pji.v16i2.

1929
Vol 16, No 2 July 2020 page: 203 - 229 P-ISSN: 1907-6134 E-ISSN: 2549-1466

PERANAN INFLUENCER DALAM


MENGKOMUNIKASIKAN PESAN DI MEDIA
SOSIAL INSTAGRAM [THE ROLE OF SOCIAL
MEDIA INFLUENCERS IN COMMUNICATING
MESSAGES USING INSTAGRAM ]

Sari Anjani1, Irwansyah2

1)
Universitas Pelita Harapan, Tangerang, BANTEN
2)
Universitas Indonesia, Depok, JAWA BARAT

Correspondence email: [email protected]

ABSTRACT
Instagram as a social media network has produced influencers
who are influential in disseminating information and messages
digitally. Influencers are considered capable of impacting their
followers through photo uploads and electronic word of mouth
(EWoM) which they post on their social media feeds. This study
was conducted qualitatively with a literature review approach
and indirect interviews with influencers and their followers. The
results show that the role of influencers has an impact on
followers based on what they upload and what they write about
on Instagram.

Keywords: influencer, electronic word of mouth,


communication, influencer, social media influencer, Instagram

ABSTRAK
Media sosial Instagram telah melahirkan para influencer yang
berpengaruh dalam penyebaran informasi dan pesan secara
digital. Influencer dinilai mampu memberikan dampak bagi para
pengikutnya melalui unggahan foto dan electronic word of
mouth (EWom) yang mereka sampaikan di media sosial mereka.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan
literature review dan wawancara tidak langsung kepada para

Received: 18/10/2019 Revised: 10/03/2020 Published: 07/05/2020 Page 203


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

influencer dan juga pengikutnya. Hasilnya menunjukan bahwa


peranan influencer memberikan dampak bagi pengikutnya
berdasarkan pada pada apa yang mereka unggah dan apa yang
mereka tulis di sosial media Instagram.

Kata Kunci: komunikasi, pesan, media sosial, Instagram

Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya teknologi, memiliki dampak yang
cukup signifikan bagi pola komunikasi di masyarakat. Kehadiran Internet
membawa warna baru bagi fenomena perkembangan dunia digital.
McLuhan (1975) dalam bukunya Understanding Media: The Extension of
Man mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi membawa perubahan
dalam masyarakat dan budaya. Menurutnya perkembangan teknologi
komunikasi dalam menyediakan pesan dan membentuk perilaku
masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi berdampak pada
perubahan kebudayaan masyarakat. Contoh sederhananya adalah
penggunaan smartphone dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Pacey (2005) dalam bukunya The Culture of Technology
menuturkan bahwa pengertian teknologi secara umum dipengaruhi oleh
berbagai macam aspek. Karena dalam prakteknya teknologi memiliki
unsur-unsur tersendiri di berbagai aspeknya. 3 aspek besar tersebut
adalah Aspek Kebudayaan, Aspek Organisasi, dan Aspek Teknis dimana
satu sama lainnya saling berkaitan. Dalam Aspek Kebudayaan, teknologi
meliputi tujuan, nilai dan kode etik, kepercayaan, kesadaran dan
kreativitas. Dalam hal ini teknologi dapat dipakai untuk mengembangkan
kebudayaan. Aspek kedua adalah aspek organisasi, aspek ini sendiri
meliputi aktivitas ekonomi dan industri, aktivitas professional, konsumen
dan serikat buruh. Aspek ini sangat dipengaruhi oleh sisi kerjasama politik
dan kehidupan sosial masyarakat. Dan yang paling mendasar dari itu
semua aspek itu adalah aspek teknis yang meliputi pengetahuan,
kemampuan dan teknik; alat, mesin, bahan kimia, sumber, produk dan
juga limbah. Karena banyaknya unsur-unsur yang yang terkait
didalamnya maka pengertian teknologi itu sendiri dibatasi oleh aspek
organisasi dan aspek teknis, sedangkan aspek budaya biasanya dianggap
sebagai aspek eksternal.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 204


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Perkembangan teknologi walau secara tidak langsung


membentuk masyarakat dan peran masyarakat pulalah yang membantu
perkembangan teknologi. Masyarakat membentuk teknologi sesuai
dengan kebutuhan, nilai dan minat akan menggunakan teknologi
tersebut. Kehadiran teknologi merupakan suatu keharusan walaupun
kondisi tidak selalu memadai dan mendukung untuk munculnya bentuk
baru organisasi sosial berdasarkan jejaring di masyarakat. Contohnya
kehadiran internet membawa dampak yang cukup besar bagi
penggunaannya di masyarakat. Bagaimana internet berkembang secara
masif dan cepat karena kebutuhan masyarakat akan internet (Castells,
2013). Khususnya teknologi audio-visual dalam dunia pendidikan dapat
membantu para murid dalam pembelajaran melalui bantuan guru yang
sangat diperlukan dalam membimbing para siswa untuk mengenal
teknologi dan memanfaatkan teknologi dengan baik bersama orang tua
dalam memberikan nilai yang baik untuk mengindari siswa dengan
menyalah gunakan teknologi (Kembuan & Irwansyah, 2019). Seiring
dengan perkembangan teknologi, istilah masyarakat virtual pun menjadi
sesuatu yang baru terbentuk dengan sendirinya. Istilah masyarakat
virtual mengacu kepada semua komponen yang menjadi bagian
masyarakat namun dalam hal ini masyarakat lebih mengacu berdasarkan
fungsinya daripada fisik (Igbaria, 1999)
Lahirnya media sosial (Twitter, Facebook, dan Instagram) juga
melahirkan trend baru bagi dunia marketing digital melalui para
influencer. Para influencer ini dipercaya mampu membantu teknik
pemasaran suatu produk melalui sosial media mereka. Cara para
Influencer ini mempromosikan suatu barang melalui foto yang mereka
unggah di social media mereka ini dapat mempengaruhi masyarakat
untuk membeli produk tersebut. Media yang biasanya digunakan oleh
para influencer adalah melalui foto yang disertai dengan caption atau
keterangan yang menarik. Foto dijadikan sebagai alat untuk komunikasi
yang digunakan untuk menyampaikan pesan tentang produk tersebut.
Media sosial Instagram merupakan media yang paling sering
digunakan oleh para influencer, karena dalam sosial media Instagram
para influencer dapat langsung berinteraksi dengan pengikutnya melalui
likes ataupun kolom komentar, atau yang biasa dikenal dengan mass-self
communication (Castells, 2013). Instagram lahir di tahun 2010, yang
merupakan sebuah aplikasi mobile yang dapat diakses melalui mobile
ataupun web. Aplikasi Instagram memungkinkan penggunanya untuk

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 205


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

mengunggah foto yang bisa diedit dengan berbagai filter. Instagram terus
melakukan terobosan dalam jejaring sosial berbasis foto dan video. Di
tahun 2019 menurut data terbaru Facebook Indonesia merupakan negara
terbesar pengguna Instagram di Asia Pasific dan juga Indonesia juga jadi
1 dari 5 negara dengan profil instagram bisnis terbanyak (QNBC.com,
2019). Hal itu membuktikan bahwa Instagram menjadi salah satu aplikasi
paling populer saat ini.
Media sosial telah semakin banyak digunakan oleh perusahaan
untuk melakukan aktivitas. (Lin, Li, & Wu, 2015) Berdasarkan sebuah
laporan oleh Stelzner, mayoritas (93%) dari perusahaan menggunakan
media sosial sebagai alat pemasaran, dan separuh pemasar
memiliki pengalaman menerapkan media sosial dalam pemasaran
selama minimal satu tahun. Selain itu, setidaknya 73% dari pemasar ini
berencana untuk meningkatkan penggunaan media sosial, seperti
YouTube, Facebook, dan Twitter. Sementara itu, setengah dari
perusahaan melakukan kegiatan pemasaran dan periklanan
menggunakan Internet dan sosial media (mis., pemasaran email,
optimisasi mesin pencari, sosial pemasaran).

Dengan tren yang meningkat ini, menentukan bagaimana


menerapkan media sosial menciptakan nilai dalam bisnis menjadi
masalah yang signifikan bagi perusahaan. Iklan adalah salah satu iklan
yang paling umum kegiatan diimplementasikan menggunakan media
sosial. Dengan media sosial, itu pengiklan dapat memanfaatkan kekuatan
pengaruh sosial untuk ditayangkan mengiklankan pesan melalui mulut ke
mulut.

Banyak perusahaan termotivasi untuk menghabiskan lebih


banyak anggaran pemasarannya secara online karena konsumen semakin
banyak menggunakan media online untuk mencari informasi (Kireyev,
Pauwels, & Gupta, 2016) Dilaporkan bahwa pengeluaran iklan digital di
seluruh dunia pada tahun 2012 adalah $ 103 miliar, atau sekitar 20% dari
total uang yang dihabiskan untuk iklan, dan diharapkan meningkat
menjadi $ 163 miliar, atau 25% dari total pengeluaran iklan, pada akhir
2016. Pada 2012, hampir setengahnya dari semua dolar iklan digital di
seluruh dunia dihabiskan untuk pencarian berbayar dan 38% digunakan
untuk iklan bergambar.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 206


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Pengenalan onlinemetrics seperti rasio klik-tayang (RKT) dan


biaya per akuisisi (BPA) oleh Google dan pengiklan online lainnya telah
memudahkan manajer pemasaran untuk melakukan pengeluaran iklan
online mereka dibandingkan dengan anggaran yang digunakan untuk
televisi dan media lainnya. Namun, metrik ini memiliki kelemahan pada
masalah mendasar atribusi, karena mereka memberikan kredit pada klik
terakhir dan mengabaikan dampak format iklan lain yang mungkin
berkontribusi terhadap penjualan. (Kireyev et al., 2016)

Secara global, 77% konsumen akan mengambil tindakan setelah


mendapat dukungan atau rekomendasi dari keluarga, teman, atau ulasan
pengguna online — peningkatan dibandingkan dengan iklan televisi dan
majalah tradisional pada tahun 2000-an (Nielsen, 2013). Hal ini
merupakan peluang bagi perusahaan yang mengantisipasi pengeluaran
sebanyak mungkin dari anggaran mereka untuk pemasaran media sosial
pada tahun 2019 (Sloat, 2014), dan peran influencer sangat diperlukan
dalam hal ini untuk membantu memasarkan produk tersebut. Karena
ulasan dari influencer mengenai sebuah produk akan langsung
menghasilkan perubahan sikap para pengikutnya untuk membeli produk
yang mereka dukung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atas peranan
influencer dalam menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan
kepada para pengikutnya di media sosial melalui foto khusunya media
sosial Instagram.

Influencer dan Peranannya di Media Sosial

Cara komunikasi media sosial saat ini telah mengubah pandangan


dan memberi setiap orang kesempatan untuk memberikan suara,
pendapat, dan konten yang mereka buat, sehingga hal itu membuat para
influencer pemasaran menjadi unik dan berbeda. Media sosial Influencer
adalah sebuah istilah yang mengacu pada kemampuan seseorang dalam
menyebarkan informasi kepada pengikut mereka di media sosial (Elli,
2017). Influencer ini bisa berasal dari kalangan mana saja, bisa seorang
selebritas, atlet ataupun professional.

"Influencer" adalah individu dengan pengikut signifikan di media


sosial yang dibayar oleh suatu brand atau produk untuk mempromosikan
produk mereka kepada pengikutnya, melalui produk dan perjalanan

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 207


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

gratis dan / atau pembayaran tunai per promosi. Tujuannya adalah untuk
membujuk para pengikut untuk membeli produk semacam itu. Media
sosial populer pilihan untuk para influencer adalah Instagram, Facebook,
Snapchat dan YouTube. Influencer memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi pembelian keputusan orang lain karena otoritas,
pengetahuan, posisi atau hubungan mereka dengan audiens mereka.
Sebuah catatan penting, bahwa orang-orang ini bukanlah alat pemasaran
yang sederhana, tetapi lebih merupakan aset hubungan sosial dimana
mereka dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan pemasaran
(Kadekova & Holiencinova, 2018).

Influencer dapat dikatakan pula adalah seorang aktivis, yang


terhubung dengan baik, berdampak, aktif pikiran, dan merupakan
trendsetter bagi para pengikutnya. Influencer media sosial didefinisikan
sebagai individu yang dianggap sebagai Pemimpin Opini di platform
media sosial dalam topik minat tertentu; Kecantikan, Makanan, Gaya
Hidup, Fashion (Bruns, 2018)

Influencer adalah sebuah fenomena modern yang telah terjadi


peningkatan besar dalam kolaborasi mereka dengan agen pemasaran
selama setahun terakhir. Mayoritas influencer masuk ke dalam kategori
berikut: selebritas, pakar industri dan pemimpin pemikiran, blogger atau
pembuat konten dan pemengaruh mikro. Sebagian besar pemasaran
influencer sosial terjadi di media sosial, terutama dengan mikro-
influencer. Pakar industri dan pemimpin pemikiran (seperti jurnalis) juga
dapat dianggap sebagai influencer dan memegang posisi penting untuk
brand pemberitaan. Lalu ada selebritas, mereka adalah influencer asli,
dan mereka masih memiliki peran untuk dimainkan, meskipun
kepentingan mereka sebagai influencer telah berkurang. Influencer yang
aktif di media sosial (terutama mikro-blogger) memiliki hubungan paling
otentik dan aktif dengannya penggemar mereka. (Kadekova &
Holiencinova, 2018).

Influencer di media sosial membuka saluran baru bagi merek


untuk terhubung dengan konsumen lebih langsung, organik, dan dalam
skala untuk kehidupan sehari-hari mereka (Adweek). Influencer media
sosial mempromosikan merek melalui kehidupan pribadi mereka,
membuat mereka berhubungan dengan konsumen rata-rata. Menurut
Ledbetter, Influencer adalah pihak yang mencoba untuk mempengaruhi

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 208


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

orang lain untuk mengambil tindakan tertentu, suatu dinamika terjadi


kemudian yang dapat mengubah kursus dan isi hubungan mereka.
Influencer benar-benar berfungsi sebagai koneksi pamungkas antara
brand dan konsumen. Melalui keterbukaan dan keterbukaan mereka
dengan konsumen, influencer memiliki pengaruh sosial yang tinggi dan
kredibilitas hal inilah yang membuat fenomena influencer ini begitu
sukses. Dimana pemasaran tradisional ditargetkan sebagian besar
khalayak massa, influencer memiliki kemampuan unik untuk
menargetkan pemirsa yang sampai sekarang belum terjangkau
(Ledbetter, 2017).

Kehadiran eWOM (Electronic Word of Mouth) dan media sosial


telah mengarah pada terciptanya istilah influencer media sosial (De
Veirman, Cauberghe, & Hudders, 2017). Brand atau perusahaan telah
menemukan bahwa bekerja dengan influencer media sosial dan
pemasaran influencer dapat memberikan manfaat seperti dampak jangka
panjang dan potensi pertumbuhan viral (De Veirman et al., 2017). Selain
itu, pemasaran influencer dalam beberapa hal dapat dianggap lebih
efektif daripada pemasaran tradisional karena memungkinkan
perusahaan untuk fokus pada target pasar tertentu (Weiss, 2014).

Influencer media sosial yang mempromosikan brand gaya hidup


adalah yang paling berhasil berinteraksi dengan konsumen karena
mereka otentik, percaya diri, dan interaktif dalam konten yang mereka
buat Penggunaan influencer media sosial mendekatkan antara
konsumen, merek, dan pengikut melalui konten media sosial. Sebelum
masa media sosial, konsumen hanya dapat melihat produk melalui iklan
cetak, papan iklan, iklan radio, dan iklan televisi. Saat ini, seorang
konsumen sekarang dapat berinteraksi dengan suatu produk melalui
media sosial. Seorang Influencer yang menggunakan sebuah produk
memungkinkan konsumen untuk merasa seolah-olah mereka membuat
keputusan yang lebih tepat ketika membuat keputusan untuk membeli
setelah melihat ulasan dari influencer. Peranan influencer media sosial,
pada kenyataannya, telah mengubah cara sebuah brand berinteraksi
dengan konsumen secara positif. (Glicksman, 2017)

Karena influencer sering dianggap sebagai panutan, penggunaan


influencer berkontribusi pada proses pembangunan sebuah brand karena
influencer merupakan sosok individu yang memiliki pengaruh langsung

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 209


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

kepada masyarakat. Influencer membuat eWOM dalam diri mereka untuk


disebarkan kepada pengikutnya sehingga membuat proses pertukaran
informasi tentang sebuah produk menjadi lebih cepat dan lebih baik (Liu
et al., 2015). Influencer menjadi bagian dari kampanye merek dan
berkontribusi pada peningkatan jangkauan, kesadaran atau keterlibatan
dan keterampilan yang sangat penting untuk dapat menempatkan
influencer yang cocok dengan merek dalam gaya pribadi mereka sehingga
mereka mampu membuat pesan yang ingin mereka sampaikan tersebut
menjadi kredibel (Kulmala, Mesiranta, & Tuominen, 2012).

Influencer diidentifikasi sesuai dengan jumlah pengikutnya di sosial


media. Seorang selebriti influencer menggambarkan seseorang yang
telah mendapatkan pengaruh karena ketenarannya. Karena
popularitasnya, tipe Influencer ini biasanya memiliki kisaran harga tinggi
untuk digunakan pengaruhnya terhadap orang lain (Senft, 2008)
Selanjutnya, Influencer dibagi menjadi tiga kategori yang berbeda, yaitu
kategori mengenai jumlah pengikut dan status sosial mereka di media
social, yaitu;

1. Mega Influencer atau Selebriti Influencer


Mega Influencer biasanya terdiri dari para selebriti, aktris, aktor, atlet
atau public figure. Selebriti membawa citra suatu brand atau
pendukungnya melalui media. Agen pemasaran influencer memiliki
jangkauan yang sangat besar (memiliki hingga satu juta pengikut),
mereka sangat bersemangat keterlibatan rendah (2% -5%). Mereka
memberikan relevansi topikal yang tinggi tetapi relevansi merek yang
rendah. Mereka juga memiliki kemampuan terendah untuk mengarahkan
tindakan yang diinginkan dari pemirsa atas nama merek, meskipun
mereka terbaik untuk kesan dan kesadaran (Mavrck, 2016).

2. Macro Influencer atau Opinion Leader


Macro Influencer ini terdiri dari para blogger atau jurnalis yang sudah
memiliki kedekatan dengan para pengikutnya. Mereka memiliki
resonansi serta kemampuan untuk menyampaikan suatu tindakan yang
memberikan pengaruh kepada para pengikut mereka di media sosial dan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan kepada perilaku pembelian
terhadap barang yang mereka promosikan di social media (Mavrck,
2016). Ketika pelanggan ingin membeli sesuatu yang baru dan untuk
pertama kalinya, rekomendasi dari pemimpin opini membantu mereka

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 210


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

mengurangi risiko membeli sesuatu barang yang baru yang tidak dikenal
sebelumnya (Hsu, Lin, & Chiang 2015)
3. Micro Influencer
Berbeda dengan selebriti tradisional, mikro-influencer punya audiens
kecil yang mereka jaga secara strategis melalui komunikasi yang
konsisten (Pedroni, 2016). Mikro-influencer adalah orang-orang yang
digambarkan sebagai orang yang sukses, berbakat, dan menarik dengan
kekaguman, pergaulan, dan aspirasi.
Mereka sangat mampu memicu keinginan konsumen dan dapat memiliki
dampak positif pada sikap dan loyalitas brand karena mereka dapat
meneruskannya rekomendasi untuk skala besar pengikut mereka.
Mereka sendiri adalah konsumen sehari-hari, dengan kemampuan
mengarahkan ke keterlibatan tinggi (26% -60%) para pengikutnya
(Mavrck, 2016).
Seorang Influencer yang terpercaya dapat mengarahkan
konsumen untuk menerima saran dan melakukan pembelian terhadap
barang yang mereka promosikan melalui media sosial. Ada 3 faktor yang
harus dimiliki oleh seorang influencer media sosial yaitu
R each - Kemampuan untuk mengirimkan konten ke audiens target.
R elevance - Kekuatan koneksi ke merek atau topik.
R esonance - Kemampuan untuk mengarahkan perilaku yang diinginkan
dari audiens. (Elli, 2017)

Influencer mendorong selektivitas yang lebih besar dalam


penargetan segmen, meningkatkan pemahaman masing-masing sektor,
menuntut lebih banyak pemikiran ketika memutuskan bagaimana dan
apa yang harus dikomunikasikan (Brown & Hayes, 2008).

Influencer menjadi semakin populer setiap tahun, dan banyak para


pebisnis melihatnya sebagai peluang untuk menarik konsumen. Minat
pelanggan meningkat seiring dengan pertumbuhan penjualan yang
dicapai perusahaan dengan menggunakan influencer di kampanye
mereka. Influencer telah membangun kredibilitas dan otoritas mereka
atas sekelompok besar penggemar. Influencer dapat membantu
mengelola dan terhubung dengan audiens target. Sebuah penelitian
mengkonfirmasi bahwa 92% konsumen mengatakan bahwa mereka
mempercayai rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) kenalan,

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 211


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

kerabat, teman atau influencer mereka lebih dari jenis iklan lainnya; 70%
remaja Pelanggan YouTube lebih percaya pada pendapat influencer
daripada selebriti tradisional. Dan 81% pemasar yang sudah
menggunakan influencer sebagai bentuk kegiatan marketing menilai
bahwa hal tersebut memang efektif. Influencer adalah saluran yang
paling cepat berkembang dalam pemasaran online dan alat yang paling
cepat berkembang untuk mendapatkan pelanggan.

Keuntungan dari influencer di media sosialnya membantu


membangun citra sebuah brand hubungan langsung dengan konsumen
dan dorongan utamanya loyalitas merek. Sementara sebuah merek tidak
memiliki kontrol penuh atas percakapan online-nya, suara langsung dari
seorang influencer dan kepercayaan yang dimiliki konsumen untuk
individu ini ditanamkan dalam merek melalui dua arah percakapan yang
dibuat untuk produk melalui outlet media sosial. Media sosial menjadi
sebuah alat berharga dan salah satu elemen inti dari komunikasi strategi
dalam kehidupan di digital era ini.

Word of Mouth, Electronic Word of Mouth dan Komunikasi di Media


Sosial

Word of Mouth didefinisikan sebagai komunikasi informal


mengenai suatu barang dan evaluasinya ( Anderson, 1998) Word of
Mouth terjadi dalam konteks situasi tertentu, word of mouth dipercaya
oleh konsumen yang belum mengalami suatu produk atau layanan
karena word of mouth yang berasal dari para influencer terlihat kredibel
dan dapat dipercaya karena dianggap telah memiliki pengalaman dengan
barang atau service tersebut (Ring, Tkaczynski, & Dolnicar, 2016).

Word of Mouth mengacu pada komunikasi antar pribadi antara


komunikator dan penerima yang mempersepsikan pesan sebagai
informasi non komersil, meskipun subjek dari pesan yang ingin
disampaikan adalah merek (brand), produk atau layanan. Informasi yang
berasal dari sumber non komersial dapat lebih efektif dalam
menghasilkan rujukan untuk produk yang tidak diatur dan keterlibatan
rendah, yang mengambil peran yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan untuk membeli atau memakai jasa. Word of Mouth atau
rekomendasi berdasarkan pengalaman individu adalah sumber informasi
terpenting untuk Internet pilihan produk makanan asli. Pelajaran

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 212


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

sebelumnya juga menyarankan bahwa WOM tidak hanya mempengaruhi


pilihan dan keputusan pembelian tetapi juga membentuk pra-
penggunaan sikap dan terhadap brand dan situs web (Luarn, et al, 2016)

Motivasi seseorang dalam memposting sesuatu dipengaruhi oleh


beberapa hal, yaitu jenis situs web tempat dimana ulasan online
diposting, jumlah aspek yang ditangani, review, dan apakah perlu
menggunakan gambar atau tidak, dan juga konten yang akan
ditampilkan, karena hal tersebut, akhirnya munculah istilah electronic
word of Mouth (eWOM) (Bronner & de Hoog, 2011). Sedangkan aktivitas
electronic word of mouth secara tunggal (Berbagi foto secara online) dan
berbeda diidentifikasi berdasarkan jenis media yang digunakan (Lo et al,
2011)

Electronic word of mouth didefinisikan sebagai semua komunikasi


informal diarahkan pada konsumen melalui teknologi berbasis Internet
terkait dengan penggunaan atau karakteristik barang dan jasa tertentu
dengan menggunakan sumber daya elektronik seperti email, Internet,
ponsel, pesan instan, dan blog telah membuat berbagi informasi dan
pendapat menjadi lebih mudah dari sebelumnya (Ring et al., 2016).

Electronic Word of Mouth (eWOM) dapat membantu yang lebih


baik untuk memahami strategi yang membuat influencer media sosial
begitu sukses. eWOM mengacu pada hal positif atau pernyataan negatif
yang dibuat oleh pelanggan potensial, aktual, dan tentang suatu produk
atau perusahaan melalui Internet. eWOM mendorong konsumen untuk
berbagi pendapat dengan konsumen lain. Word of mouth dikenal sebagai
salah satu sumber pemasaran yang paling kredibel dan terpercaya.
Influencer media sosial adalah hal vital di eWOM. Influencer media sosial
mengambil peran membentuk opini konsumen tentang produk dan
layanan. Yang mengatakan, itu adalah kepentingan perusahaan serta
influencer untuk menjaga percakapan online tetap positif dan membujuk
konsumen lain untuk mencoba produk dengan cara yang membuatnya
terasa seperti keputusan untuk membuat pembelian adalah untuk
kepentingan konsumen sebagai lawan dari persuasi influencer.
(Glucksman,2017)

Word of Mouth (WOM) didefinisikan oleh tindakan bertukar


informasi pemasaran antara konsumen, dan memainkan peran penting

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 213


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

dalam mengubah sikap dan perilaku konsumen terhadap produk dan


layanan (Chu & Kim, 2011). Jenis komunikasi ini memungkinkan proses
berbagi pendapat dan informasi yang secara langsung mengarahkan
pembeli menuju atau menjauh dari produk tertentu, layanan dan merek
(Hawkins, Best, & Coney, 2004). Karena signifikansi yang dimiliki WOM
pada mempengaruhi keputusan konsumen dan penjualan produk, WOM
semakin penting untuk pemasar.

Dengan adanya electronic word of mouth, membuat perbedaan


yang cukup berarti karena pertukaran informasi menjadi lebih mudah
dan cepat karena beberapa hal berikut:
(1) jalur komunikasi diperluas ke satu-ke-banyak, satu-ke-satu, atau
banyak-ke-banyak
(2) meningkatkan audiens keduanya positif dan elektronik dari mulut ke
mulut negatif karena menjadi dapat diakses secara global
(3) memungkinkan berbagi antara orang asing sementara tradisi- sekutu
dari mulut ke mulut mengacu pada pendapat dari teman dan keluarga.
(4) Elektronik dari mulut ke mulut dapat tersebar di berbagai saluran,
beberapa di antaranya memungkinkan anonimitas online
(5) telah mengatasi kefanaan kata-kata tradisional dari-mulut karena
dapat dikumpulkan dan diawetkan. (Ring et al., 2016)

Keuntungan-keuntungan elektronik dari word of mouth ini telah


menunjukan peningkatan pentingnya dari electronic word of mouth
(eWOM) dibandingkan dengan word-of-mouth secara tradisional, karena
telah menunjukkan pengaruh yang signifikan dan secara langsung dari
electronic word of mouth pada keputusan pembelian. (Ring et al., 2016).
Penggunaan electronic word of mouth (eWom) oleh para influencer di
media sosial merupakan suatu bentuk komunikasi kepada para
pengikutnya, namun media yang digunakan adalah melalui foto di media
sosial. Dalam foto yang diunggah oleh para influencer ada pesan-pesan
yang ingin disampaikan secara tidak langsung tentang produk tersebut.

Komunikasi adalah berbagi makna dalam pertukaran informasi.


Dalam proses pertukaran informasi tersebut ada beberapa hal yang
berpengaruh yang didasari oleh teknologi komunikasi, karakteristik
pemberi dan penerima informasi, cara mereka menerima informasi
berdasarkan adat dan lingkungan juga cakupan dari proses komunikasi
itu sendiri. Dalam komunikasi sendiri ada hal yang sangat penting agar

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 214


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

proses komunikasi berjalan dengan baik yaitu adanya pemberi informasi


dan penerima informasi yang menjadi subjek dalam komunikasi (Castells,
2013). Dalam hal ini, influencer sebagai komunikator yang ingin
menyampaikan suatu pesan melalui foto yang mereka unggah, lalu
disertai elektronik word of mouth yang menarik (caption) sebagai media
kepada para pengikutnya di media sosial (komunikan).

Kegiatan yang dilakukan oleh para influencer di media sosial ini


bisa juga disebut sebagai salah satu bentuk komunikasi massa dan mass
self-communication. Menurut Castells (2013) komunikasi massa pada
hakikatnya adalah pertukaran informasi yang dilakukan oleh seseorang
kepada khalayak dan bersifat satu arah, medianya pun beragam bisa
melalui buku, radio, iklan televisi. Komunikasi massa adalah komunikasi
yang ditujukan untuk khalayak ramai dan bisa menyebarkan informasi
dengan mudah. Bentuk komunikasi ini lebih rumit dari komunikasi
interpersonal. Jika komunikasi interpersonal interaksi antar 2 individu
maka komunikasi massa adalah interaksi yang ditujukan untuk banyak
orang. Dalam berkomunikasi massa pesan-pesan yang disampaikan harus
jelas dan tegas agar tidak terjadi multitafsir terhadap penerima pesan.
Penggunaan kata, kalimat, ucapan, intonasi, bahkan mimik wajah sangat
mempengaruhi apakah pesan yang akan disampaikan dapat diterima
audiens atau tidak.

Komunikasi massa dapat memanfaatkan saluran media baik


media cetak, media elektronik maupun media online. Selanjutnya dengan
teknologi yang semakin canggih dan maju, membuat komunikasi massa
tidak lagi bersifat satu arah. Melainkan bisa memberikan respon dan
gambaran terhadap informasi yang diberikan dan jangkauan untuk
penerima informasi tersebut juga lebih luas. Dalam hal ini proses
komunikasinya disebut mass self-communication. Mass Self
Communication berkembang dengan sangat cepat seiring dengan
majunya teknologi. Mass self- communication ini dapat ditemui melalui
gawai dan media social dengan berbagai perangkat mobile media yang
ada seperti Youtube, Instagram, Facebook, dll. Penyebaran informasi
menjadi lebih cepat dan real time. Setiap individu dapat membuat dan
mengirimkan pesan serta menentukan sendiri pihak penerima dari pesan
tersebut (Castells, 2013)

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 215


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Media Sosial: Instagram


Instagram adalah aplikasi fotografi seluler, diluncurkan pada 2010
oleh Systrom dan Krieger yang diakuisisi oleh Facebook seharga satu
miliar dolar pada 2012. Di 2013, Instagram tumbuh dengan cepat sebagai
media dengan pertumbuhan tercepat di antara pengguna yang paham
seluler. Pada 2016, ia menghasilkan pendapatan iklan seluler 1,53 miliar
dolar, yaitu 8,4% dari pendapatan iklan seluler global Facebook. (Bruns,
2018). Instagram menawarkan kebijakan komunikasi terbaik bila
dibandingkan dengan platform sosial lainnya seperti Facebook dan
Twitter. Instagram dengan cepat menjadi salah satu yang paling populer
dan terkenal di platform Media Sosial (Abidin, 2016) Penggunaan
Instagram tidak hanya terbatas untuk pribadi namun juga semakin
banyak digunakan oleh perusahaan untuk berbisnis dan memasarkan
produk mereka. Karena terus berkembangnyajumlah pengguna,
perusahaan sangat tertarik dengan tingginya keterbukaan pengguna
Instagram. Fakta menarik lainnya adalah Instagram digunakan oleh
sekitar 70% untuk kegiatan bisnis. (Influencer Marketing Hub, 2017)
Instagram berfungsi sebagai saluran bagi pengguna, baik
konsumen dan brand, berkomunikasi dengan orang lain melalui gambar
daripada teks. Gambar dan konten visual memungkinkan konsumen
untuk memahami informasi lebih baik dan ini adalah cara bagi brand
untuk memberikan semua informasi kepada konsumen yang konstan
yang setiap harinya terpapar di Internet. Seperti yang dinyatakan
sebelumnya, Instagram telah banyak digunakan sebagai saluran media
sosial. Karena itu, penting bagi pemasar untuk mengerti motif spesifik
yang dimiliki konsumen mengenai penggunaan Instagram mereka, dan
bagaimana sebuah brand dapat memuaskan kebutuhan konsumen dan
dengan demikian memperkuat hubungan konsumen-brand (Lee, Lee,
Moon, & Sung, 2015).
Media sosial instagram, perlahan berubah memiliki fungsi
Instagram telah menjadi salah satu platform pemasaran paling populer di
media sosial, baik karena banyaknya pengguna dan keunggulan visual
melalui konten yang dibuat oleh penggunanya atau yang biasa dikenal
dengan istilah user generated content (Duffy, 2015). Konten visual efektif
dalam membangun kesadaran brand dan meningkatkan percakapan, dan
juga penyebaran informasi (Bjurling & Ekstam, 2018). Instagram memiliki
kemungkinan untuk meningkatkan penceritaan visual brand, bukan
hanya menyajikan informasi tekstual tentang produk atau brand namun

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 216


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

juga memiliki kekuatan untuk memberi makna pada suatu brand


sekaligus meningkatkannya hubungan emosional konsumen. Akhirnya,
penting bagi pemasar untuk memasukkan Instagram di media sosial
mereka sebagai strategi pemasaran, setidaknya jika ingin meningkatkan
keterlibatan brand agar dikenal oleh khalayak luas sebuah brand juga
harus mengetahui apa yang mereka inginkan untuk dilihat di media sosial.
Salah satu cara untuk secara aktif terlibat dalam umpan konsumen di
media sosial adalah melalui jasa para influencer di media sosial. (Bjurling
& Ekstam, 2018))
Menurut situs web Instagram sendiri 75% dari Instagrammers
mengambil tindakan setelah terinspirasi oleh sebuah postingan dan 60%
dari Instagrammers mengatakan mereka menemukan produk baru di
Instagram (instagram.com). Ketika mereka mengunjungi laman
instagram influencer, Instagram dianggap sebagai saluran berperforma
terbaik untuk aksi sosial pada tahun 2015, dan memberikan tingkat
tindakan sosial 3,21% dibandingkan dengan 1,5% di semua jaringan
sosial, menurut Laporan Benchmarks Pemasaran Influencer RhythmOne
tahun 2015. Tingkat tindakan sosial dapat dihitung dengan membagi
keterlibatan media sosial dengan paparan media sosial (RhythmOne,
2015). Pengaruh influencer terhadap konsumen dan tip produk pada
umumnya dianggap berguna. Instagram beresonansi dengan kelompok
usia yang lebih muda, dan mereka juga lebih mungkin untuk membeli
produk atau layanan berdasarkan rekomendasi Instagram influencer.
Di tahun 2019 menurut data terbaru Facebook Indonesia
merupakan negara terbesar pengguna Instagram di Asia Pasific dan juga
Indonesia juga jadi 1 dari 5 negara dengan profil instagram bisnis
terbanyak (CNBC,2019). Indonesia juga menjadi 1 dari 5 negara profil
instagram bisnis terbanyak, jika dulu orang-orang berbagi foto untuk
kesenangan pribadi kini beralih untuk kepentingan bisnis. Dikutip dari
studi IPSOS menemukan bahwa 90 persen pengguna Instagram yang
disurvei menggunakan Instagram untuk berkomunikasi dengan bisnis.
81% pengguna Instagram tertarik dengan sebuah bisnis dan akan
mempelajari bisnis tersebut lebih lanjut dan lebih dari 1 miliar orang di
seluruh dunia menggunakan Instagram dan bisnis merupakan salah satu
bagian terpenting mereka. Sedangkan menurut data internal Instagram,
50 persen bisnis yang ada di Instagram tidak memiliki website. Dari data
tersebut juga menemukan bahwa 76 persen pengguna Instagram
membeli dari sebuah brand setelah mengetahui lewat Instagram.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 217


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Namun, 50% bisnis yang ada di Instagram tidak memiliki website dan ini
menunjukkan bahwa profil bisnis merupakan medium utama
menunjukkan kehadiran mereka secara online, dan saat ini ada lebih dari
7 juta pengiklan di seluruh aplikasi keluarga besar Facebook Inc dan 2 juta
diantaranya aktif menggunakan Insta Stories. (cnbc.com)

Gambar 1: Penggunaan Instagram di Indonesia


Sumber: websindo.com Indonesia Digital: 2019 media sosial

Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif.
pendekatan kualitatif adalah pendekatan di mana penanya sering
membuat klaim pengetahuan berdasarkan pada konstruktivis perspektif
(yaitu, beragam makna dari pengalaman individu makna dibangun secara
sosial dan historis, dengan maksud mengembangkan teori atau pola) atau
advokasi / partisipatif perspektif (mis., politik, berorientasi pada masalah,
kolaboratif, atau perubahan berorientasi) atau keduanya. Ini juga
menggugat strategi penyelidikan seperti narasi, fenomenologi, etnografi,
teori beralas studi, atau studi kasus. Peneliti mengumpulkan terbuka,
muncul data dengan tujuan utama mengembangkan tema dari data
(Cresswell, 2009).
Pendekatan yang akan diambil untuk penelitian ini adalah dengan
pendekatan tinjauan literatur/literature review dan deskriptif study.
Tinjauan literatur berfokus pada kumpulan teori yang telah terakumulasi

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 218


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

sehubungan dengan masalah, konsep, teori, fenomena. Tinjauan literatur


memainkan peran penting dalam menetapkan teori apa yang sudah ada,
hubungan di antara mereka, sampai sejauh mana teori-teori yang ada
telah diselidiki, dan untuk mengembangkan hipotesis baru yang akan diuji
(Dudovskiy, 2018)
Selain menggunakan literature review, penelitian ini juga
menggunakan metode wawancara secara tidak langsung kepada para
influencer di media sosial instagram sebagai instrumen penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan dengan mengambil sampling dari
para influencer, yang mewakili kategorinya masing-masing. Mereka
terdiri dari 2 celebrity influencer, 1 macro influencer dan 2 micro
influencer. Selain wawancara tidak langsung kepada para influencer,
dilakukan pula wawancara tidak langsung kepada para pengikut mereka
di media sosial. Disini, akan terlihat seberapa besar pengaruh para
influencer terhadap para pengikutnya di sosial media. Penelitian ini ingin
mengetahui apakah segala sesuatu produk baik itu yang berbentuk
barang atau jasa yang di posting berupa foto atau video akan
memberikan pengaruh kepada para followers mereka.
Wawancara dilakukan pada periode 12-15 Oktober 2019.
Pertanyaan yang diajukan terkait penggunaan aplikasi media sosial
Instagram, hal-hal apa saja yang dipersiapkan sebelum memposting di
Instagram, pemilihan electronic word of mouth sebelum membuat
caption di Instagram, dan hal-hal apa saja yang diperhatikan yang akan
memberikan dampak bagi para pengikutnya di media sosial Instagram.
Pengumpulan data dilakukan dengan dengan mengambil sampling
dari para influencer, yang mewakili kategorinya masing-masing. Mereka
terdiri dari 1 celebrity influencer yaitu Furry Citra yang merupakan
influencer K-Pop memiliki 302K Followers, dengan 1501 posts di
Instagram , 2 macro influencer yaitu Ayunda Rachmi yang merupakan
influencer traveling memiliki 49.6K followers, dengan 2758 posts di
Instagram dan yaitu Vijhai yang memiliki 98.6K followers dan 1 micro
Influencer yaitu Gezta Pattiasina yang memiliki 8.078 followers yang
merupakan influencer Gaya Hidup dan Influencer Makanan. Selain
wawancara tidak langsung kepada para influencer, dilakukan pula
wawancara tidak langsung kepada para pengikut mereka di media sosial.
Disini, akan terlihat seberapa besar pengaruh para influencer terhadap
para pengikutnya di sosial media.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 219


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Interview tidak langsung 1.1

Interview tidak langsung 1.2

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 220


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Interview tidak langsung 1.3

Response para influencer terhadap pertanyaan yang diajukan

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 221


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Interview tidak langsung melalui direct message Instagram

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 222


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap literature review, dan
interview secara tidak langsung bahwa para influencer ini secara tidak
langsung memberikan pengaruh terhadap para pengikutnya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Para Influencer ini mereka tidak
menargetkan jumlah postingan yang harus mereka buat perhari,
terkecuali jika ada brand yang mengontrak mereka untuk
mempromosikan suatu barang ataupun produk. Jika mereka menerima
permintaan untuk mempromosikan suatu barang biasa baru akan
menentukan konten untuk postingan mereka tersebut. Untuk
memposting pesan yang ingin mereka sampaikan, mereka akan
menentukan waktu yang tepat untuk membuat postingan agar dapat
menarik para pengikutnya. Biasanya mereka akan memperhatikan sesuai
info statistik audience, biasanya sekitar jam jam 12 siang atau 6 sore.
Karena waktu tersebut dianggap sangat berpengaruh, karena merupakan
waktu yang tepat untuk membuka media sosial. Hal-hal yang
diperhatikan lainnya adalah pemilihan electronic word of mouth atau
caption yang tepat untuk pesan yang ingin mereka sampaikan melalui
foto yang mereka posting. Para Influencer ini akan menghindari kata-kata
negatif atau membuat postingan yang tidak sesuai dengan foto agar
menarik perhatian para pengikutnya. Tetapi biasanya juga mereka akan
membagikan photo yang menarik dengan kualitas yang baik, untuk
caption membagikan pengalaman pribadi yang positif, yang bisa
bermanfaat dan inspiratif bagi orang lain. Atau membagikan tentang
suatu hal atau bertanya pendapat kepada para pengikut (followers).

Di lain pihak, para pengikut dari Influencer tersebut menyatakan


bahwa, ada kalanya mereka terinspirasi dengan hal-hal yang para
influencer itu katakan dan lakukan. Contohnya, untuk pembelian suatu
barang baru biasa mereka baru akan melakukan pembelian jika mereka
pernah melihat ulasan dari barang tersebut dari para influencer. Namun,
ada pula yang tidak ingin mengikuti apa yang sang influencer bagikan,
karena baginya dia hanya ingin menikmati konten foto dan pesan yang
disampaikan oleh influencer tersebut dan mengambil informasi penting
yang dibagikan. Peranan influencer dalam mengkomunikasikan pesan
melalui Instagram ini, bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk
komunikasi massa dan mass-self communication yang, karena apa yang
mereka sampaikan dapat mempengaruhi para pengikutnya dan
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengikutnya.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 223


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Hasil penelitian lainnya yang juga membahas tentang pengaruh


influencer adalah penelitian dari Shiya Azi Sugiarto dalam dalam Jurnal
Ilmu Politik dan Komunikasi (JIPSi) Desember 2018 dari Universitas
Telkom. Dalam penelitiannya yang membahas Pengaruh Kredibilitas
Influencer terhadap Sikap pada Merek Maybelline dihasilkan bahwa
kredibilitas Influencer memberikan pengaruh yang cukup signifikan
dalam memberikan sikap dan pengaruh kepada merek. Penelitian
selanjutnya ada dari Roma Rohmatun Nisa, mahasiswi Universitas Negeri
Surabaya. Ia meneliti tentang Pengaruh Sosial Media Influencer dan
Trustworthiness terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Make Over
yang diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan Tata Niaga, tahun 2019. Hasilnya
adalah, ditemukan bahwa sosial media influencer dan Trustworthiness
terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Di penelitian
ketiga ada “Pengaruh Influencer Marketing sebagai Strategi Pemasaran
Digital Era Modern” oleh Novi Tri Haryanti dan Alexander Wirapraja dari
Institut Informatika Indonesia Surabaya yang diterbitkan oleh Jurnal
Eksekutif, Juni 2018. Dari penelitian mereka dihasilkan bahwa penerapan
Influencer Marketing sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan citra
merek (Brand Image) secara efektif dan meningkatkan Brand Awareness
konsumen terhadap merek tersebut.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini digambarkan bahwa kehadiran influencer
di media sosial memberikan dampak yang berarti bagi para pengikutnya.
Perkembangan teknologi digital dan internet membawa kemudahan bagi
para penggunanya. Hal ini yang kemudian memberikan dampak pada
perkembangan pola komunikasi di masyarakat karena dukungan
teknologi. Media sosial Instagram menjadi wadah baru bagi masyarakat
untuk bertukar pesan dan pengalaman melalui foto dan juga caption
(word of mouth) yang diciptakan untuk menarik perhatian orang lain.
Akhirnya, Instagram melahirkan para influencer, seseorang yang
dianggap mampu memberikan pengaruh kepada para pengikutnya.
Influencer dapat dikatakan pula adalah seorang aktivis, yang terhubung
dengan baik, berdampak, aktif pikiran, dan merupakan trendsetter bagi
para pengikutnya. Influencer Media Sosial didefinisikan sebagai individu
yang dianggap sebagai Pemimpin Opini di platform Media Sosial dalam
topik minat tertentu; Kecantikan, Makanan, Gaya Hidup, Fashion.

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 224


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Para Influencer membuat konten yang ingin mereka ciptakan


sendiri, atau biasa dikenal User Generated Content. Pemilihan foto dan
kata-kata yang dalam hal ini merupakan hal yang vital karena disinilah
pesan yang sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh influencer
tersebut. Influencer sebagai komunikator ingin menyampaikan pesan
yang berupa foto dan caption menarik agar pesan tersebut dapat
diterima oleh para pengikutnya dalam hal ini menjadi komunikan.
Influencer memiliki peran yang besar terhadap pemasaran suatu produk
karena dianggap kredibel dalam menyampaikan pesan terhadap suatu
produk tersebut. Bentuk komunikasi yang terjadi antara influencer dan
pengikutnya ini disebut juga sebagai mass self communication. Karena
dalam hal ini, terjadi interaksi langsung yang dibuat oleh influencer
dengan para pengikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, C. (2016). “Aren’t these just young, rich women doing vain things
online?”: Influencer selfies as subversive frivolity. Social Media +
Society, 2(2), 1–17. https://doi.org/10.1177/2056305116641342

Anderson, E. W. (1998). Customer satisfaction and word of


mouth. Journal of Service Research, 1(1), 5-
17. https://doi.org/10.1177/109467059800100102

Bjurling, L., & Ekstam, V. (2018). Influencer marketing’s effect on brand


perceptions: A consumer involvement perspective. [Master's thesis,
Lund University]. Retrieved
from http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&reco
rdOId=8949706&fileOId=8949707

Bronner, F., & de Hoog, R. (2011). Vacationers and eWOM: Who posts,
and why, where, and what?. Journal of Travel Research, 50(1), 15-
26. https://doi.org/10.1177/0047287509355324

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 225


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Brown, D., & Hayes, N. (2008). The future of influencer


marketing. Influencer Marketing, 224-
232. https://doi.org/10.1016/b978-0-7506-8600-6.50025-2

Bruns, I. (2018). ‘Trust’ and ‘perceived authenticity’ in social media driven


influencer marketing and their influence on intentions-to-buy of 18-
24-years-olds in Ireland. [Master's thesis, Dublin Business School].
Retrieved from https://esource.dbs.ie/handle/10788/3536

Castells, M. (2013). Communication power. Oxford: Oxford University


Press.

Chu, S. C., & Kim, Y. (2011) Determinants of consumer engagement in


electronic word-of-mouth (eWOM) in social networking
sites. International Journal of Advertising, 30(1), 47-
75. https://doi.org/10.2501/ija-30-1-047-075

Cresswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and


mixed methods approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.

De Veirman, M., Cauberghe, V. & Hudders, L. (2017). Marketing through


Instagram influencers: The impact of number of followers and
product divergence on brand attitude. International Journal of
Advertising, 36(5), 798-
828. https://doi.org/10.1080/02650487.2017.1348035

Dudovskiy, J. (2018). The ultimate guide to writing a dissertation in


business studies: A step by step assistance [eBook]. Published by
research-methodology.net

Duffy, A. (2015). The road more travelled: How user-generated content


can lead to homogenized travel journalism. Continuum, 29(6), 821–
832. https://doi.org/10.1080/10304312.2015.1073686

Elli, D. M. (2017). The phenomenon and rise of influencer marketing and


how it affect customer opinion and helps or damages
brands [Doctoral dissertation, International Hellenic University].
Retrieved
from https://repository.ihu.edu.gr/xmlui/handle/11544/29197

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 226


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Glucksman, M. (2017). The rise of social media influencer marketing on


lifestyle branding: A case study of Lucie Fink. Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications, 8(2), 77-87. Retrieved
from https://www.elon.edu/u/academics/communications/journa
l/wp-
content/uploads/sites/153/2017/12/08_Lifestyle_Branding_Gluck
sman.pdf

Hawkins, D. I., Best, R., & Coney, K. A. (2004). Consumer behavior:


Building marketing strategy. Boston, MA: McGraw-Hill.

Hsu, C. L., Lin, J. C. C., & Chiang, H. S. (2013). The effects of blogger
recommendations on customers’ online shopping
intentions. Internet Research, 23(1), 69-
88. https://doi.org/10.1108/10662241311295782

Igbaria, M. (1999). The driving forces in the virtual


society. Communications of the ACM, 42(12), 64–
70. https://doi.org/10.1145/322796.322812

Kembuan, E. M., & Irwansyah. (2019). Peran teknologi audio – visual


dalam pengembangan pembelajaran anak di sekolah dasar Karya
Anak Bangsa di Manado. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 15(1), 73-
92. https://doi.org/10.19166/pji.v15i1.1311

Kireyev, P., Pauwels, K., & Gupta, S. (2016). Do display ads influence
search? Attribution and dynamics in online
advertising. International Journal of Research in Marketing, 33(3),
475–490. https://doi.org/10.1016/j.ijresmar.2015.09.007

Kulmala, M., Mesiranta, N. & Tuominen, P. (2012). Organic and amplified


eWOM in consumer fashion blogs. Journal of Fashion Marketing
and Management: An International Journal, 17(1), 20-
37. https://doi.org/10.1108/13612021311305119

Ledbetter, E. (2017). The change in influencer marketing from PR


strategy to media strategy. Retrieved 3 November 2019
from https://carusele.com/author/erin-ledbetter/page/2/

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 227


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Lee, E., Lee, J. A., Moon, J. H., & Sung, Y. (2015). Pictures speak louder
than words: Motivations for using Instagram. Cyberpsychology,
Behavior and Social Networking, 18(9), 552-
556. https://doi.org/10.1089/cyber.2015.0157

Lin, L. F., Li, Y. M., & Wu, W. H. (2015). A social endorsing mechanism for
target advertisement diffusion. Information & Management, 52(8),
982–997. https://doi.org/10.1016/j.im.2015.07.004

Liu, S., Jiang, C., Lin, Z., Ding, Y., Duan, R., & Xu, Z. (2015). Identifying
effective influencers based on trust for electronic word-of-mouth
marketing: A domain-aware approach. Information Sciences,
306(2), 34-52. https://doi.org/10.1016/j.ins.2015.01.034

Lo, I. S., McKercher, B., Lo, A., Cheung, C., & Law, R. (2011). Tourism and
online photography. Tourism Management, 32(4), 725-
731. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2010.06.001

Luarn, P., Huang, P., Chiu, Y. P., & Chen, I. J. (2016). Motivations to engage
in word-of-mouth behavior on social network sites. Information
Development, 32(4), 1253–
1265. https://doi.org/10.1177/0266666915596804

Mavrck. (2016). What is a micro-influencer? Retrieved


from https://www.mavrck.co/what-is-a-micro-influencer/

McLuhan, M. (1975). Understanding media: The extension of man.


London: Routledge & Kegan Paul.

Kadekova, Z., & Hoilencinova, M. (2018). Influencer marketing as a


modern phenomenon creating a new frontier of virtual
opportunities. Communication Today, 9(2), 90-104. Retrieved
from https://www.communicationtoday.sk/influencer-marketing-
as-a-modern-phenomenon-creating-a-new-frontier-of-virtual-
opportunities/

Nielsen. (2013). Global trust in advertising and brand messages.


Retrieved
from https://www.nielsen.com/us/en/insights/report/2013/global
-trust-in-advertising-and-brand-messages/

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 228


Peranan Influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram
Sari Anjani, Irwansyah

Nisa, R. R. (2019). Pengaruh sosial media influencer dan


trushworthiness terhadap keputusan pembelian kosmetik make
over (di Royal Plaza). Jurnal Pendidikan Tinggi Tataniaga (JPTN),
7(2), 479-482. Retrieved
from https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jptn/article/
view/30171/27649

Pacey, A. (2005). The culture of technology. New York, NY: ACLS History
E-Book Project.

Pedroni, M. (2016). Meso-celebrities, fashion and the media: How digital


influencers struggle for visibility. Film, Fashion & Consumption,
5(1), 103-121. https://doi.org/10.1386/ffc.5.1.103_1

RhythmOne. (2015). Influencer marketing benchmarks report of 2015.


Retrieved from https://www.rhythmone.com/news/rhythmone-
releases-influencer-marketing-benchmarks-report-for-1h-2015/

Ring, A., Tkaczynski, A., & Dolnicar, S. (2016). Word-of-mouth


segments. Journal of Travel Research, 55(4), 481–
492. https://doi.org/10.1177/0047287514563165

Senft, T. M. (2008). Cam girls: Celebrity & community in the age of social
networks. New York, NY: Peter Lang.

Sloat, M. (2014). The retweet that never sleeps. Retrieved


from https://tedrubin.com/the-retweet-that-never-sleeps-repost-
from-ama-blog/

POLYGLOT: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 2 July 2020 Page 229

Anda mungkin juga menyukai