Kelompok 13 - Makalah Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928
Kelompok 13 - Makalah Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928
Kelompok 13 - Makalah Kongres Perempuan Indonesia Tahun 1928
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia
Dosen pengampu: Arif Permana Putra, M.Pd.
Oleh :
Bakriyah (22881900
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai Kongres Perempuan
Indonesia Tahun 1928 Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Arif Permana Putra, M. Pd., selaku Dosen Pengampu dan Pembimbing
Mata Kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi vi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 7
3.1. Kesimpulan 18
Daftar Pustaka 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tumbuh gerakan-gerakan, seperti gerakan hidup baru atau gerakan pembangunan.
Tujuannya tidak lagi pada masalah pencapaian kemerdekaan, tetapi masalah mengisi
kemerdekaan itu.
Pergerakan Nasional Indonesia Dalam Sejarah Indonesia. Pergerakan
Nasional, seperti disebutkan di atas bertujuan untuk mencapai kemerdekaan, untuk
seluruh bangsa Indonesia. Jadi bukan hanya untuk wilayah kerajaan, daerah, atau
pulau yang tertentu, tetapi wilayah Indonesia yang didiami oleh bangsa Indonesia
sebagai suatu keseluruhan. Masa ini berlangsung dari tahun 1908 sampai runtuhnya
Belanda di Indonesia pada tahun 1942.
Mula-mula pendukung gerakan itu jumlahnya sedikit. Jumlah ini merupakan
minoritas yang militan. Pengaruhnya kemudian berkembang, yang makin lama makin
banyak diikuti orang. Ide-idenya diterima orang dan makin lama pengikutnya
bertambah banyak.
Peristiwa seperti itu tidak kita jumpai dalam masa sejarah sebelumnya. Abad
XIX dan masa-masa sebelumnya mempunyai corak yang berbeda dengan masa
Pergerakan Nasional tersebut. Ciri khusus pergerakan nasional, ialah adanya
organisasi-organisasi modern seperti partai-partai politik dan gerakan-gerakan sosial
lainnya dengan program aksinya masing-masing.
Pergerakan Nasional dan Perjuangan Nasional. Kata Perjuangan lebih luas
maknanya dari kata Pergerakan. Saat ini, setelah Indonesia merdeka, Perjuangan
Nasional itu masih berlangsung. Tujuannya untuk mengisi kemerdekaan itu sendiri.
Kemerdekaan bangsa itu harus diisi dengan kemakmuran dan kesejahteraan.
Masa Pergerakan Nasional, merupakan Perjuangan Nasional, sebab tujuannya
ialah memperjuangkan nasib bangsa untuk mencapai kemerdekaan. Dengan demikian,
dalam makna ini, Pergerakan Nasional termasuk dalam Perjuangan Nasional.
Malahan sebelum itu pun terdapat pula Perjuangan Nasional, walaupun dalam bentuk
yang sangat samar-samar sekali. Sebab, predikat nasional harus mencakup persoalan
bangsa sebagai suatu keseluruhan. Kalau persoalannya hanya terbatas pada suatu
kerajaan, suatu pulau, suatu daerah, atau sebagian wilayah Indonesia yang tertentu
saja, maka hal itu belum dapat dimasukkan dalam kategori nasional.
Walaupun tuntutan pengertian nasional seperti itu, bila saja persoalannya
sudah menyangkut dan mempengaruhi sebagian besar dari bangsa itu sendiri, maka
persoalan itu sudah merupakan persoalan nasional. Bangsa dapat diumpamakan
sebagai badan manusia. Sebagian saja dari badan itu sakit, mengakibatkan seluruh
2
badan itu merasakannya. Sesuai dengan arti ini, maka kejadian-kejadian pada masa
lampau, seperti adanya perlawanan terhadap VOC, walaupun yang berjuang itu suatu
kerajaan, daerah, atau pulau yang tertentu, maka sudah dapat dimasukkan dalam
pengertian Perjuangan Nasional. Dengan demikian maka pengertian tersebut dapat
menjangkau makna yang luas.
Pengertian Bangsa
Bangsa Indonesia. Indonesia sebagai satu bangsa, tetap ada, walaupun dalam
waktu yang lama peranannya sebagai satu bangsa yang merdeka sudah tidak ada lagi.
Negara Indonesia atau negara-negara di Indonesia yang berdaulat atas diri sendiri,
telah dimatikan oleh penjajah. Bangsa Indonesia itu sendiri, tetap ada, sebagai suatu
kesatuan dan keseluruhan. Muh. Yamin mempergunakan istilah bangsa budaya ketika
Indonesia dijajah, dan setelah merdeka dinamakan bangsa negara, karena telah
mempunyai negara sebagai perumahannya.
Di atas telah disinggung tentang istilah Bangsa Indonesia. Mengenai masalah
bangsa ada beberapa teori, antara lain sebagai berikut:
1. Cultuur-natie theorie (teori bangsa berdasarkan kebudayaan). Menurut teori ini,
bangsa ialah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan kebudayaan.
2. Staats-natie theorie (teori bangsa berdasarkan negara). Menurut teori ini, bangsa
ialah sekelompok manusia yang hidup di dalam lindungan satu negara.
3. Gevoels-en wils-theorie (teori bangsa berdasarkan perasaan dan kemauan).
Menurut teori ini bangsa ialah sekelompok manusia yang mempunyai persamaan
dan kemauan untuk hidup bersama. Teori ini disokong oleh Ernest Renan,
seorang Guru Besar di Universitas Paris.
Di antara ketiga teori di atas, teori yang ketigalah yang mendekati pengertian
mengenai apa yang disebut bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia, adalah sekelompok
manusia yang mempunyai keinginan untuk hidup bersama karena nasib yang sama,
berdiam di suatu wilayah (Sabang-Merauke). Dengan demikian, batasan mengenai
bangsa atas dasar pendapat yang lain selalu terbuka untuk dikaji secara lebih
mendalam.
3
Erat hubungannya dengan masalah bangsa, ialah masalah ras. Secara umum
masalah ini dijawab oleh Lothrop Stoddard, sebagai berikut, "Bangsa ialah
pengertian politik dan ras ialah pengertian antropologis" (nationality is what people
politically think they are, race is what people anthropologically really are).
Kesadaran Nasional
4
dipahami sebagai suatu pelajaran yang berguna untuk dihindarkan dalam masa-masa
yang akan datang.
Pada akhir abad XIX, pemerasan penjajahan dilakukan secara lebih intensif.
Keuntungan akan hasil tambang dan perkebunan, memerlukan suatu administrasi
yang rapi. Keuntungan dan kerapian administrasi ini terjalin dengan eratnya. Pada
permulaan abad XX, reaksi atas penindasan dan pemerasan itu lebih nyata
mendapatkan bentuknya, sehingga kebangkitan bangsa ini tidak dapat dibendung lagi
oleh siapa pun juga.
5
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan kongres perempuan
Indonesia pertama tahun 1928.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis sejarah dan perkembangan
persatuan wanita republik Indonesia (PERWARI).
6
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan Politik Etis pada awal abad ke-20 Masehi telah menciptakan banyak
pembaharuan-pembaharuan penting yang identik dengan unsur modernitas. Hal tersebut
berhasil memberikan kesadaran terhadap kaum perempuan Indonesia untuk turut
berjuang demi kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa. Tujuan pergerakan organisasi
perempuan di Indonesia adalah untuk memajukan status perempuan pribumi di bidang
sosial, politik dan pendidikan. Dengan begitu, perempuan-perempuan Indonesia mampu
memberikan kontribusi yang besar bagi perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Putri Mardika
(R.R Rukmini)
7
menempuh pendidikan. Selain itu, Putri Mardika juga memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup perempuan Indonesia.
Kartini Fonds
Kartini Fonds atau Dana Kartini merupakan organisasi pergerakan perempuan yang
didirikan pada 27 Juni 1913 di kota Den Haag, Belanda. Dalam buku Kartini: Sebuah
Biografi (1983) karya Soeroto, Kartini Fonds didirikan atas prakarsa dari penganut
kebijakan Politik Etis bernama Ny. C. Th. Van Deventer.
8
Organisasi perempuan Keutamaan Istri dibentuk pada tahun 1904 di kota Bandung,
tokoh pelopornya bernama R. Dewi Sartika. Tujuan didirikannya organisasi ini yaitu
untuk memberi pengetahuan kepada kaum wanita, terutama agar bisa membaca, menulis,
berhitung dan ketrampilan dalam hidup berumah tangga. Langkah yang dilakukan untuk
merealisasikan tujuan tersebut, yakni dengan mendirikan sekolah Keutamaan Istri pada
tahun 1910. Pada perkembangan selanjutnya, tidak hanya siwi-siwi dari Bandung saja
yang berdatangan, tapi dari daerah lain turut ikut berpartisipasi seperti Garut,
Tasikmalaya dan Purwakarta.
(Roehanna Koeddoes)
Organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya didirikan oleh tokoh bernama
Maria Yosephine Catharine Maramis, perempuan kelahiran 1 Desember 1872, Kema,
Sulawaesi Utara. Lebih dikenal dengan nama Maria Walanda Maramis. Organisasi
PIKAT dibentuk pada tanggal 8 Juli 1917 di Kota Menado dengan tujuan memajukan
harkat dan martabat wanita. Organisasi PIKAT kemudian berkembang begitu pesat di
Indonesia, ditandai dengan berdirinya cabang-cabang di kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya, Bogor, Malang, Balikpapan, Magelang dan lain-lain. Selain berhasil
mendirikan PIKAT, Maria Walanda Maramis juga berhasil mendirikan “Hulshoud
9
School PIKAT” (sekolah rumah tangga untuk gadis-gadis), khusus siswi yang telah lulus
sekolah dasar.
Aisyah (1917)
Organisasi Aisyah didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan (H. Siti Walidah) pada
tanggal 19 Mei 1917 (27 Rajab 1335 H) di kota Yogyakarta. Peran penting Aisyah
adalah untuk memajukan pendidikan umum dan agama bagi kamu wanita. Kegiatan
lainnya seperti menanamkan rasa nasionalisme dan kebangsaan serta memelihara anak
yatim. Dibentuknya Aisyah tentu memberikan manfaat bagi kamu wanita agar dapat
berperan aktif dalam pergerakan nasional di Indonesia pada masa itu. Di zaman
sekarang, organisasi Aisyah masih berdiri kokoh memperjuangkan wanita. Wujud nyata
yang bisa kita lihat yaitu didirikannya ribuan TK (taman kanak-kanak), SD (sekolah
dasar), hingga perguruan tinggi (Universitas).
10
wakil-wakil dari Boedi Oetomo, PNI, PSI, Jong Java, Muhammadiyah, dan organisasi
pergerakan lainnya.
Mereka juga disuguhi drama tanpa suara tentang cerita Dewi Sinta membakar
diri, Srikandi, dan Perikatan Istri Indonesia. Dari pukul sembilan hingga sebelas malam,
para tamu saling berkenalan. Tiap utusan diberi kesempatan untuk mengurai problem
perkumpulannya. Begitu yang dicatat Susan Blackburn dalam Kongres Perempuan
Pertama: Tinjauan Ulang (2007).
Esok harinya, acara dimulai sejak pukul delapan pagi. Setelah dibuka dengan
pertunjukan menyanyi dari anak-anak, Siti Soekaptinah menyampai asas kongres
tersebut. Ternyata, pada pertemuan hari kedua kongres ini juga ada bahasan perkawinan
anak yang disampaikan oleh Moega Roemah.
11
“Derajat Perempuan”. Nyi Hajar Dewantara—istri Ki Hadjar Dewantara—
membicarakan soal adab perempuan. Ada juga pembicara yang menyampaikan topik
soal perkawinan dan perceraian.
Selain pidato soal perkawinan anak, ada pidato berjudul “Iboe” yang dibacakan
Djami dari Darmo Laksmi. Di awal pidatonya, ia menceritakan pengalaman masa
kecilnya yang dipandang rendah karena ia anak perempuan. Jika seorang anak hendak
dilahirkan, Djami berkata,
“Tak seorang akan termasyhur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau
perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya,”
katanya.
Jika perempuan sudah bodoh, pendidikan terhadap anak yang dikandung dan
dibesarkannya sebetulnya terancam. Djami melanjutkan: “selama anak ada terkandung
oleh ibunya, itulah waktu yang seberat-beratnya, karena itulah pendidikan Ibu yang
mula-mula sekali kepada anaknya.”
12
Dalam Kongres yang berlangsung hingga 25 Desember 1928 ini, Siti Soendari
yang belakangan menjadi istri dari Muhammad Yamin juga hadir. Siti yang seorang guru
juga memberikan pidatonya. Dia memakai bahasa Indonesia, meski Nyonya
Toemenggoeng berpendapat bahasa Indonesianya tidak pas dan agak berlebihan.
Ketika itu bahasa Indonesia, yang sebetulnya bahasa Melayu pasar, baru saja
disepakati sebagai bahasa persatuan Indonesia dua bulan sebelumnya pada 28 Oktober
1928. Dalam pertemuan tersebut, organisasi-organisasi perempuan berfusi menjadi
Perserikatan Perempuan Indonesia. Setahun kemudian, mereka berganti nama menjadi
Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia.
Menurut Slamet Muljana, penyelenggara kongres ini berasal dari bermacam etnis
dan agama di Indonesia. Organisasi-organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan itu
antara lain: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyah, Wanita Mulyo,
perempuan-perempuan Sarekat Islam, perempuan-perempuan Jong Java, Jong Islamiten
Bond, dan Wanita Taman Siswa.
Gedung tempat acara itu diselenggarakan akan dipergunakan sebagai kantor Balai
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Acara
ini, menurut Susan Blackburn, membuat kesal kaum feminis Eropa di Indonesia, sebab
acara ini hanya diperuntukkan bagi perempuan-perempuan atau ibu-ibu pribumi
Indonesia. Kala itu, banyak perkumpulan Eropa juga membatasi diri hanya untuk orang
Eropa.
13
Setelah kemerdekaan, kongres ini dianggap penting. Sukarno mengenang
semangat perempuan juga ibu-ibu dalam pergerakan nasional demi perbaikan kehidupan
perempuan era kolonial itu. Maka, pada 22 Desember 1959, dalam peringatan kongres
ke-25, melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1959, Presiden Sukarno menetapkan
setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.
Perempuan Indonesia dengan penuh tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa
serta merta menjawab tantangan penjajah yang ingin berkuasa kembali. Untuk
mempersatukan tenaga dan kekuatan yang kokoh dan sigap, dirasakan perlunya membuat
satu wadah yang bersifat nasional.
14
Pada bulan Oktober 1945 Presiden Soekarno memberi surat kuasa kepada Ny.
Suwarni Pringgodigdo untuk memimpin pergerakan perempuan Indonesia. Di Jakarta di
bentuk WANI (Wanita Negara Indonesia) yang mendirikan dapur umum di bawah
pimpinan Nn. Erna Djajadiningrat, yang juga sebagai pusat pertahanan dan perlindungan
pejuang-pejuang kemerdekaan. Kaum perempuan dimana-mana berintegrasi pada aksi
kemerdekaan dan melawan Tentara Sekutu dan Tentara Belanda.
Tugas pertama yang diberikan Ny. Suwarni Pringgodigdo yang dianggap sebagai
anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) adalah menyediakan tenaga-tenaga
pimpinan perempuan yang sanggup bekerja di Jakarta atau tempat lain untuk
menyelenggarakan dapur-dapur umum atau tugas-tugas sosial. Untuk itu, pada bulan
Oktober 1945 di bawah pimpinannya dan Nn. Erna Djajadiningrat (Ny. Sutoto)
dibentuklah Wanita Negara Indonesia (WANI).
Berbeda dengan dapur umum lain, dapur umum WANI menyediakan juga
makanan bagi Pegawai Negeri yang tidak dapat pulang oleh karena suatu pertempuran,
tembak-menembak atau lain-lain. Pada waktu itu, jika ada pertempuran tidak ada orang
yang berjualan, toko-toko tutup dan lalu lintas terhalang, kadang-kadang sampai beberapa
hari. Dalam keadaan demikian, dapur umum WANI yang menyediakan bahan makanan
untuk para pejuang, berperan pula sebagai “Pos Republik”.
Di samping dapur umum, para perempuan di Jakarta mendirikan tempat “Penjahit
Umum” dimana mereka menyumbangkan tenaganya untuk menjahit perlengkapan para
pejuang di pedalaman. Untuk jasa-jasa dalam WANI tersebut Nn. Erna Djajadiningrat
merupakan perempuan pertama yang mendapat penghargaan Bintang Gerilya.
Terkenal pula pejuang perempuan Jakarta dalam memperingati hari ulang tahun
pertama Proklamasi Kemerdekaan dengan mengadakan demonstrasi berupa pawai, yang
sebetulnya dilarang oleh Tentara Inggris (yang berkuasa pada waktu itu). Tugu peringatan
proklamasi yang didirikan di Pegangsaan Timur 56 adalah berkat perjuangan mereka.
Nama-nama seperti Ny. Yos Masdani, Ny. Setiati Surasto, Ny. Maria Ulfah
Santoso SH, Ny. Sukemi dan masih banyak lagi yang tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa tersebut. Mengingat pentingnya semangat persatuan untuk menghadapi aksi-
aksi Tentara Belanda, maka diadakan Kongres Wanita Indonesia yang pertama dalam
suasana kemerdekaan, yaitu pada tanggal 17 Desember 1945 di Klaten, Solo. Kongres ini
dilaksanakan atas inisiatif PERWANI cabang Yogyakarta yang dipimpin oleh Ny. D.D.
Susanto.
15
Dalam suasana perjuangan yang hebat itu diharapkan dapat dibentuk satu
organisasi perempuan yang merupakan fusi dari perkumpulan-perkumpulan wanita yang
ada diantarannya:
Aisyiah
Wanita Taman Siswa
Putri Indonesia
PERWANI
Wanita Katolik
WANI
Muslimat, dan beberapa pimpinan serta tokoh-tokoh perempuan.
Kongres diselenggarakan dalam suasana perjuangan amat genting, terdengar
dentuman meriam dimana-mana. Dalam kongres tersebut Sujatin Kartowijono ditunjuk
untuk memimpin kongres tersebut.
Kongres tidak berhasil menyatukan seluruh organisasi yang hadir dalam satu fusi,
sebagaimana diharapkan, tetapi hanya PERWANI dan WANI yang dapat dilebur dalam
satu organisasi Nasional, bernama Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI),
yang bertujuan menuntut dan mempertahankan keadilan sosial, agar keselamatan peri
kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia terjamin.
Lahirnya PERWARI diusulkan untuk disampaikan secara langsung kepada
Presiden Soekarno, yang pada malam itu berangkat dari Yogjakarta menuju Madiun
dengan kereta ekspres. Para peserta kongres menunggu di Stasiun Klaten, dimana kereta
api ekspres kepresidenan berhenti dan Presiden Ir. Soekarno beserta pejabat-pejabat
tinggi lainnya turun, dan setelah mendengar hasil kongres dengan lahirnya PERWARI,
Presiden Ir. Soekarno memberikan restunya kepada PERWARI.
Sebagai sebuah organisasi PERWARI memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memperjuangkan terwujudnya cita-cita bangsa seperti termaktub
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945
2. Memperjuangkan penyempurnaan hak atau kewajiban dan
pengangkatan harkat dan kedudukan perempuan Indonesia sesuai
ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945.
16
Berdasarkan tujuan diatas PERWARI berfungsi sebagai wadah kesatuan
perempuan tanpa membedakan golongan, suku, agama, dan aliran kepercayaan. Karena
itu, PERWARI menjadi wadah berhimpunnya perempuan Indonesia yang memiliki
persamaan kehendak sesuai dengan kodrat dan tanggung jawab perempuan untuk
mencapai cita-cita bangsa, mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PERWARI melakukan usaha-usaha sebagai
berikut:
1. Memberikan penyuluhan dan pendidikan baik di dalam sekolah maupun di
luar sekolah kepada masyarakat umumnya dan anggota khususnya.
2. Membimbing dan membina anggota PERWARI dalam rangka
mengembangkan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Bekerja sama dengan organisasi atau lembaga lain baik di dalam maupun di
luar negeri sesuai dengan kebijakan pemerintah Republik Indonesia.
17
adalah merah putih yaitu warna bendera kebangsaan yang melambangkan keberanian dan
kesucian. Keseluruhan lambang Trisula terletak di dasar hijau yang melambangkan cita-
cita Republik Indonesia, yaitu menuju kemakmuran nusa dan bangsa. Mata Trisula yang
tengah menembus lingkaran kuning mengartikan bahwa kesucian membawa perjuangan
kita ke ridha Allah Tuhan Yang Maha Esa dan didampingi oleh dua mata tombak Trisula
lainnya yang melambangkan perjuangan yang diridhai Allah harus berdasarkan kejujuran
dan keberanian.
BAB III
18
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
tokoh yang menjadi anggota organisasi keagamaan tidak dapat dipilih menjadi
ketua. kemerdekaan, kongres ini dianggap penting. Sukarno mengenang semangat
perempuan juga ibu-ibu dalam pergerakan nasional demi perbaikan kehidupan
perempuan era kolonial itu. Maka, pada 22 Desember 1959, dalam peringatan
kongres ke-25, melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1959, Presiden Sukarno
menetapkan setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.
3. Beberapa jam setelah proklamasi dibacakan, fujinkai Pimpinan Ny. Siti
Sukaptinah Soenaryo Mengunpuspito dibubarkan. Dalam amanat pembubaran
dianjurkan supaya di kota-kota dan kabupaten didirikan lagi organisasi perempuan
dengan nama Persatuan Wanita Indonesia (PERWANI). Mengingat pentingnya
semangat persatuan untuk menghadapi aksi-aksi Tentara Belanda, maka diadakan
Kongres Wanita Indonesia yang pertama dalam suasana kemerdekaan, yaitu pada
tanggal 17 Desember 1945 di Klaten, Solo. Kongres ini dilaksanakan atas inisiatif
PERWANI cabang Yogyakarta yang dipimpin oleh Ny. D.D. Susanto. Dalam
suasana perjuangan yang hebat itu diharapkan dapat dibentuk satu organisasi
perempuan yang merupakan fusi dari perkumpulan-perkumpulan wanita yang ada.
Kongres tidak berhasil menyatukan seluruh organisasi yang hadir dalam satu fusi,
sebagaimana diharapkan, tetapi hanya PERWANI dan WANI yang dapat dilebur
dalam satu organisasi Nasional, bernama Persatuan Wanita Republik Indonesia
(PERWARI), yang bertujuan menuntut dan mempertahankan keadilan sosial, agar
keselamatan peri kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia terjamin. Lahirnya
PERWARI diusulkan untuk disampaikan secara langsung kepada Presiden
Soekarno, yang pada malam itu berangkat dari Yogjakarta menuju Madiun dengan
kereta ekspres. Para peserta kongres menunggu di Stasiun Klaten, dimana kereta
api ekspres kepresidenan berhenti dan Presiden Ir. Soekarno beserta pejabat-
pejabat tinggi lainnya turun, dan setelah mendengar hasil kongres dengan lahirnya
PERWARI, Presiden Ir. Soekarno memberikan restunya kepada PERWARI.
20
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Suratmin, dkk, “Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia (Sebuah
Tinjauan Awal)”, Yogyakarta : Eja Publisher. Gischa, Serafica. 2021. “Kongres Perempuan
Indonesia”. Kompas.com [Online] https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2021/02/08/144518669/kongres-
perempuan-indonesia?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#aoh=16371122399600&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread
%2F2021%2F02%2F08%2F144518669%2Fkongres-perempuan-indonesia Diakses Pada
Tanggal 17 November 2021.
Danang, Martinus. 2020. “Akar Sejarah Hari Ibu dalam Kongres Perempuan Indonesia”.
Kompaspedia.kompas.id [Online]
https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/akar-sejarah-hari-ibu-dalam-
kongres-perempuan-indonesia Diakses Pada Tanggal 17 November 2021.
Matanasi, Petrik. 2020. “Kongres Perempuan Indonesia Menginspirasi Lahirnya Hari Ibu”.
Titro.id. [Online] Diakses Pada Tanggal 17 November 2021. Dpad Jogja. “Kongres
Perempuan Pertama 1928 di Yogyakarta”. [Online]
http://dpad.jogjaprov.go.id/article/library/download/kongres-perempuan-pertama-1928-di-
yogyakarta-245 Diakses Pada Tanggal 17 November 2021.
21
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fkumparan.com%2Fberita-update%2Fhasil-kongres-perempuan-indonesia-ii-dan-waktu-
penyelenggaraannya-1wUok3uiOI1 Diakses Pada Tanggal 17 November 202
22
23