Manusia Dan Kebutuhan Pendidikan Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN

MANUSIA DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Sadarela, S.Pd, M.Pd.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan

Disusun oleh

1. Elis Hanavia 21.01.01.0072


2. Badriyah 21.01.01.0077
3. Juariyah 21.01.01.0076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI NIDA EL-ADABI
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta
alam. Maha suci Allah, yang telah mencurahkan segala karunia-Nya pada seluruh umat
manusia. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta para sahabatnya, Beliaulah sosok yang telah memperbaiki
buruknya peradaban manusia di zaman jahiliah. Dan Beliaulah satu- satunya pemimpin
umat islam yang wajib kita tiru dan mengikuti ajarannya. Para sahabatnya, dan para
pengikutnya sampai akhir zaman, Amin.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT. Akhirnya penulisan Tugas


Makalah ini berhasil di selesaikan, penulis menyadari bahwa adanya kekurangan dan
kesalahan yang terjadi, baik dalam penulisan mau pun dari kata- kata yang penulis
uraikan dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran agar kami
dapat menghasilkan suatu Makalah yang lebih baik lagi. Kami bersyukur karena dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tidak lupa ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Ibu dosen mata kuliah Dasar - Dasar Pendidikan, dan semua pihak
yang ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Tangerang, 20 November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

2.1. Hakikat Manusia..................................................................... 3

2.2. Hakikat dan Unsur Pendidikan .............................................. 5

2.3. Hubungan Antara Manusia dan


Pendidikan....................................................................................... 8

2.4 Kaitan Antara Manusia dan Kebutuhan


Pendidikan ...................................................................................... 10

BAB III PENUTUP...................................................................................... 12

3.1. Kesimpulan............................................................................. 12

3.2. Saran....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak dilahirkan, manusia sudah terlibat langsung di dalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran, dirawat, dilatih, dijaga dan dididik oleh orang tua, keluarga dan
masyarakat untuk menuju tingkat kematangan. Karena manusia pendidikan mutlak ada
dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi. Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu
mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha
mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang secara alami oleh orang tua atau masyarakat maupun pendidikan
yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya manusia mempunyai
beberapa potensi yang ada pada dirinya , yaitu potensi intelektual, rasa karsa, karya
dan religi yang akan ditumbuh kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan
terarah. Sudah jelas manusia sangat membutuhkan pendidikan. Karena dengan
pendididkan manusia dapat mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
serta menentukan dirinya sendiri. Dan dengan pendidikan pula perkembangan
kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik dan melalui pendidikan
pula kemampuan tingkah laku manusia dapat dideteksi dan dianalisis secara murni.
Hampir semua orang dikenalkan pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di
sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para
guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang
membutuhkan pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa hakikat manusia ?
2. Apa hakikat pendidikan ?
3. Apa hubungan antara manusia dan pendidikan ?
4. Apa kaitan antara manusia dan kebutuhan pendidikan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat manusia
2 Untuk mengetahui hakikat dan unsur-unsur pendidikan .
3. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan pendidikan.
4. Untuk mengetahui kaitan antara manusia dan kebutuhan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia


Ada berbagai pendapat tentang manusia, tergantung pada sudut pandang
masing-masing orang. Beberapa diantaranya telah memandang manusia sebagai
makhluk yang mampu berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu
berbahasa, dan makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi
kebutuhan dan mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan. Manusia adalah
makhluk bertanya yang selalu ingin tahu tentang berbagai hal.Tidak hanya ingin
mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di luar dirinya, manusia juga berusaha
mencari tahu tentang siapa dirinya sendiri. Hakikat manusia merupakan inti dari
kemanusiaan manusia yang di dalamnya terkandung harkat dan martabat manusia dari
awal penciptaannya di muka bumi sampai perjalanannya kembali ke hadapan Sang
Maha Pencipta. Secara ilmiah manusia adalah homo sapiens; organisme sosiobudaya;
individu yang belajar. Sedangkan secara filosofis manusia adalah makhluk yang berpikir
dan beriman/percaya.
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah dilengkapi
sejak awal penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini pula, ia sanggup
memikul amanah Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping itu, manusia dilengkapi
dengan fitrah yang selalu cenderung kepada kebenaran. Artinya bahwa manusia adalah
makhluk yang senantiasa cenderung untuk mengetahui siapa Tuhannya, di samping
juga terdapat kecenderungan untuk beragama.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia
adalah segala sesutu yang mendasar dari manusia yaitusebagai makhluk ciptaan Allah
yang sangat mulia dan paling sempurna di alam dunia serta memiliki ciri-ciri
karakteristik yang membedakannya dengan makhluk lain di alam dunia. Manusia
adalah makhluk yang mampu berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang
mampu berbahasa, dan makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan untuk
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan.
2. Aspek-Aspek dan Dimensi Manusia
Ada beberapa aspek hakikat manusia antara lain berkenaan dengan asal-
usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur metafisiknya (contoh:
manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta karakteristik dan makna eksistensi
manusia di dunia (contoh: manusia sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial,
sebagai makhluk berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).
1) Manusia sebagai makhluk Tuhan
Manusia adalah subjek kesadaran dan penyadaran diri. Oleh karena itu
manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu
membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada diluar dirinya (objek).
Terdapat dua pandangan filsafat yang berbeda tentang asal-usul alam semesta
dan manusia, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme. Menurut Evolusionisme,
alam semesta dan manusia ada dengan sendirinya tanpa ada yang
menciptakan, alam semesta dan manusia berkembang dari alam itu sendiri
sebagai hasil evolusi. Sebaliknya Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam
semesta dan manusia ini adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia sebagai kesatuan badan-roh
Berkenaan dengan struktur metafisiknya manusia adalah kesatuan
badani-rohani yang tak dapat dibagi, serta memiliki perbedaan dan subjektivitas,
karena itu manusia disebut makhluk individual. Terdapat empat paham atas
permasalahan manusia sebagai kesatuan badan-roh, yaitu materialisme,
idealisme, dualisme, dan paham yang menyatakan bahwa manusia adalah
kesatuan badan-ruh.
3) Manusia sebagai makhluk individu
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan
individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau sebagai pribadi
merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai
individu, setiap manusia menpunyai perbedaan yang unik dan khas karena tidak
ada manusia yang sama persis. Walaupun ada yang mirip, belum tentu sifatnya
sama.
4) Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia adalah makhluk yang harus hidup bermasyarakat untuk
kelangsungan hidupnya, baik yang menyangkut pengembangan pikiran,
perasaan dan tindakannya serta agar dapat mengembangkan sifat-sifat
kemanusiaan dalam lingkungan manusia.
5) Manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan,
hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan hakikatnya meliputi perbuatan
manusia itu sendiri.
6) Manusia sebagai makhluk susila
Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang
memperingatkan perbuatan buruk dan usaha mencegah dari perbuatan itu.
Manusia pada umumnya mengetahui ada baik dan ada buruk. Pengetahuan
bahwa ada baik dan ada buruk itu disebabkan kesadaran kesusilaan.
7) Manusia sebagai makhluk beragama.
Aspek keagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi
manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

2.2 Hakikat Dan Unsur-Unsur Pendidikan


1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia), yaitu suatu
upaya dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai
martabat kemanusiaannya. Pendidikan bersifat personalisasi atau individualisasi, yaitu
bertujuan agar manusia menjadi pribadi atau individu yang mantap (Wahyudin, 2008:
1.29).
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan
dalam arti sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah
segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Dan dalam arti luas
terbatas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara
tepat di masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2012: 3).
Sementara itu Tirtahardja dan La Sulo (2010: 33) mengemukakan bahwa
pendidikan mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya
yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk
mejelaskan arti pendidikan secara lengkap. Adapun batasan-batasan tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, yaitu sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan
misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain, yang kurang
cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawinan, dan yang tidak cocok
diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu dianggap tabu diganti dengan
pendidikan seks melalui pendidikan formal.
b) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, yaitu sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbukanya kepribadian
peserta didik. Sistematis disebabkan karena proses pendidikan berlangsung
melalui tahap-tahap bersinambungan (prosedural) dan sistemik disebabkan
karena berlangsung dalam semua situasi, di semua lingkungan yang saling
mengisi baik lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.
c) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, yaitu sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan bangsa masing-masing. Bagi
bangsa kita hal ini bertujuan agar peserta didik tahu hak dan kewajiban sebagai
warga negara, hal ini sesuai denganUUD 1945 Pasal 27 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak
ada kecualinya.
d) Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yaitu sebagai suatu
kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar berupa
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk siap bekerja.Hal ini
sejalan dengan UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
e) GBHNmemberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai
berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonsia
dan berdasarkan Pancasila serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi,
yaitu memberikan arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Pendidikan formal (pada sistem
persekolahan) pada umumnya memiliki empat jenjang tujuan, yaitu:
1) Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia Pancasila.
2) Tujuan institusional, yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu.
3) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
4) Tujuan instruksional, yaitu tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
dalam mata pelajaran (Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 39).
3. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, mesu dan mikro.
Pengelolaan proses dalam ruang lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah
yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU Pendidikan, Peraturan Pendidikan, SK
Mentri, SK Dirjen,serta dokomem-dokomen pemerintah tentang pendidikan tingkat
nasional yang lain. Pengelolaan dalam ruang lingkup mesu merupakan implikasi
kebijakan-kebijakan nasional kedalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup
budaya dibawah tanggung jawab Kakanwil dan Depdikbud. Penggelolaan dalam ruang
lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung
dalam lingkungan sekolah maupun kelas, sanggar-sanggar belajar dan satuan-satuan
pendidikan lainnya dalam masyarakat (Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 40).
4. Unsur-Unsur Pendidikan
Ada beberapa unsur-unsur pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2) Orang yang membimbing (pendidik)
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4) Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7) Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
(Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 51)
2.3 Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan
Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu
bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam
kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola
pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan
sangat erat karena mempunyai ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan
hidupnya. Manusia disebut juga “Homo Sapiens ” yang artinya sebagai makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia
adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum
diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi
bisa. Dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk
manusia itu sendiri.
Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani.
Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan dan
cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas
memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap
sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kerativitas seperti
pendengaran, pengelihatan serta pola piker manusia tersebut. Berdasarkan undang-
undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud
potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”. Dari kondisi
“potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang
pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan
dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman
terkenal (Tirtahardja dan La Sulo, 2010: 24).
a) Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
Sejak kelahirnannya manusia memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara
otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hakikat
kemanusiaan. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa manusia hidup di dunia dalam
keadaan belum tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya, karena itu hakikat
manusia pada dasarnya merupakan potensi sekaligus adalah sebagai tugas yang harus
diwujudkan oleh setiap manusia. Adapun untuk menjadi manusia yang sesungguhnya
diperlukan pendidikan atau harus dididik. “Man can become man through education
only”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Wahyudin,
2008: 1.21).
b) Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan
Manusia perlu dididik, implikasinya manusia harus melaksanakan pendidikan
dan mendidik diri. M.J. Langeveld (1980) menyatakan bahwa manusia adalah animal
educantum, dan ia memang adalah animal educabile. Ada lima asas antropologis yang
mendasari kesimpulan bahwa manusia dapat dididik, yaitu sebagai berikut.
1) Asas potensialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia
memiliki potensi untuk dapat menjadi manusia.
2) Asas dinamika, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia memiliki
dinamika untuk menjadi manusia yang ideal.
3) Asas individualitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia
memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang lainnya dan memiliki
keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri.
4) Asas sosialitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena ia hidup
bersama dengan sesamanya, ia bergaul dengan orang lain, dan ada pengaruh
timbal balik dari pergaulan tersebut.
5) Asas moralitas, menyatakan bahwa manusia dapat dididik karena manusia
memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dan pada
dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan
tanggung jawabnya (aspek moralitas). (Wahyudin, 2008: 1.23).
2.4. Kaitan Antara Manusia dan Kebutuhan Pendidikan
Manusia seperti yang kita ketahui sangat erat sekali hubungannya dengan
kebudayaan dan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara
kebudayaan, “ Education as Cultural Conservation ”. Disini peran pendidikan sebagai
pelestarian budaya dan pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Pendidikan merupakan salah satu
unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada dasarnya merupakan hakikat dari
kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang beragam, kompleks
dan terintegrasi maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari satu sudut saja.
Tetapi harus menggunakan pandangan yang multi displiner.
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari
hubungan sosial. Kebudayaan mengatur manusia untuk bertindak. Kebudayaan
melahirkan kaidah-kaidah untuk melindungi masyarakat dari kehancuran yang
diakhibatkan oleh kekuatan-kekuatan tersembunyi di masyarakat. Kaidah-kaidah ini
berupa petunjuk cara bertingkah laku di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia
hidup sendiri, maka tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh tindakan
-tindakannya. Akan tetapi setiap manusia, bagaimana hidupnya akan selalu
menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.
Manusia tanpa kebudayaan dan pendidikan bagaikan kesatuan tubuh yang
tanpa arti. Karena kebudayaan manusia dapat mengetahui semua yang ada di
lingkungannya. Peranan kebudayaan dan pendidikan sangat penting bagi kehidupan
manusia. Sekolah adalah salah satu contoh kebudayaan dan pendidikan. Sekolah
merupakan suatu lembaga utama ( selain keluarga ) yang dipergunakan oleh orang
dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak -anaknya ( generasi penerus ).
Oleh karena itu orang dewasa yang ada di sekolah ( guru ) harus memiliki pemahaman
yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara mikro maupun
secara makro yang meliputi tentang nilai, kepercayaan, dan norma.
Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak.
Pendidikan salah satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai
perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat melestarikan
kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya. Pendidikan hanya dapat
dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu
manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya
( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan pendidikan
sejajar dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai
perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer
kebudayaan dan sebagai cermin nilai -nilai kebudayaan (pendidikan bersifat reflektif ).
Pendidikan juga bersifat progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan
perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut
berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal yang
disengaja diadakan atau tidak. Perbedaan kebudayaan menjadi cermin bagi bangsa
lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi
cermin tingkat pendidikan. Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan
formal ( education dan schooling ) pendidikan informal merupakan unsur mutlak
kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian
kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan
keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan
formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsure kebudayaan
bernilai pendidikan baik yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan. Setiap
manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat
mempunyai kemampuan -kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti
itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui
suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat
rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia
Dengan demikian pendidikan merupakan ikhtiar pembudayaan demi peradaban
manusia. Pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan dan seiring bersama itu
berkembanglah sejarah peradaban manusia. Seluruh kebudayaan hanya bias dialihkan
dari satu generasi ke generasi lain melalui pendidikan. Kalau demikian halnya maka
pendidikan tidak hanya merupakan prakarsa bagi terjadinya pengahlian pengetahuan
dan keterampilan tetapi juga melalui pengalihan nila- nilai budaya dan norma-norma
sosial.
Nilai -nilai budaya yang diwariskan merupakan unsur luar yang masuk ke dalam
diri manusia, sementara dalam diri manusia ada unsur yang menonjol keluar seperti
perkembangan potensi yang dimiliki manusia. Tugas utama pendidikan adalah
berusaha mewariskan nilai-nilai budaya tersebut, sesuai dengan potensi dan
lingkungan pada individu dan masyarakat. Hasan Langgulung, menyatakan sulit
dibayangkan bahwa seseorang tanpa lingkungan yang memberi corak kepada watak
dan kepribadian, sebab lingkungan inilah yang berusaha mewariskan nilai-nilai budaya
yang dimilikinya dengan tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut
sepanjang zaman. Sebab budaya dan peradaban juga bisa mati apabila nilai -nilai,
norma -norma dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki berhenti dan tidak berfungsi
lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia merupakan ciptaan Allah SWT.yang paling sempurna di muka Bumi
ini,Manusia diberi kelebihan oleh Allah disbanding mahluk ciptaan yang
lain,sehingga dengan kesempurnaan yang manusia miliki merupakan suatu
konsekwensi fungsi dan tugas mereka sebagai kholifah di muka bumi ini.
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk mengekpresikan dirinya karena
dengan pendidikan manusia mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan hidup
yang positif, serta mampu mengontrol prilaku hidupnya,Untuk itu pendidikan bukan
hanya sebagai ilmu atau wacana, tetapi substansi pendidikan tersebut dijadikan
landasan hidup.Inilah yang membuat suatu peradaban manusia menjadi lebih baik.
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam
rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat dimana mereka
mampu menunjukan kemandirian yang bertanggung jawab,baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya.Dalam kontek ini pendidikan melatih manusia
untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan
lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu
saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (longlife education).Islam memotivasi
pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan .Tua
atau muda,pria atau wanita,kaya atau miskin mendapat porsi yang sama wajib
menuntut ilmu (pendidikan).
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala
sesuatu yang terjadi di alam raya ini, Membaca,menelaah,meneliti hanya bisa
dilakukan oleh manusia ,karena hanya manusia mahluk yang memiliki akal dan
hati,manusia mampu memahami fenomena – fenomena yang ada di sekitarnya. Dan
sebagai implikasi kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk
pengejawantahan tugas manusia sebagai Khalifah fil ardh, Al-Qur’an telah berkali –
kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan.
Al-Qur’an memposisikan manusia yang memiliki ilmu pengetahuan pada derajat
yang tinggi.dalam surat Al-mujadalah di terangkan yang artinya ‘’Hai orang- orang
yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘’Berlapang-lapanglah dalam majlis”,
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu,dan apabila
dikatakan “Berdirilah kamu”,maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang
– orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang di beri ilmu pengetahuan
beberapa derajat,dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam hadis juga dikatakan bahwa,
”menuntut ilmu itu wajib bagi setiap individu muslim”(H.R Ibnu Majah)
Sebagaimana pula diriwayatkan oleh hadist lain yang berbunyi,
“Siapa yang menempuh jalan mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya
menuju Surga” (HR. Muslim).
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Mudah-mudahan makalah ini bisa membantu sebagai bahan referensi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan terjemah
Kumpulan Hadist Pilihan. Sholahuddin Press
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka
Umar Tirta Raharja, Lasulo. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Anomi, Andri. 2015. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
http://andrianomi96.blogspot.co.id/2015/10/hakikat-manusia-dan pendidikan.html
Ariningsih, Reni. 2012. Hubungan Manusia Dan Pendidikan.
http://reni-ariningsih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-hubungan-manusia
danpendidikan.html
Diamanti, Fani. 2012. Manusia Dan Pendidikan.
https://theofani19.wordpress.com/2012/04/10/manusia-dan-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai