Akad Mudharabah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

AKAD MUDHARABAH

Disusun Oleh :

Adhari Fitriani 1701103010054


Aulya Rahmawati 1701103010057
Cut Inas Salsabila 1701103010015
Eka Zahara Fonna 1701103010008
Faiz Yazid 1701103010070
Zakiatur Rahmi 1701103010094

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Syariah yang diasuh oleh
Ibu Ratna Mulyany, BACC., MACC selaku dosen dan pembimbing kami di dalam proses
pembuatan makalah ini. Makalah ini disajikan dengan judul “Akad Mudharabah”.

Kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan mereka mengenai Mudharabah. Kami sangat menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Banda Aceh, 19 Maret 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................5

A. Pengertian Akad Mudharabah.................................................................5


B. Jenis Akad Mudharabah..........................................................................6
C. Sumber Hukum Akad Mudharabah ........................................................7
D. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah .................................7
E. Bekakhirnya akad mudharabah................................................................8
F. Standar Akuntansi Mudharabah dalam PSAK No.59 .............................8
G. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 Par 11)..............................9
H. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah................................10
I. Perlakuan Akuntansi Mudharabah (PSAK 105)......................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah di Indonesia, maka peluang yang


dihadapi oleh para pelaku bisnis syariah dalam mengembangkan sumber daya masyarakat
adalah sosialisasi mengenai mekanisme, transaksi dan operasionalisasi pada dunia bisnis
tersebut. Sehingga bisnis syariah yang telah ada dapat berkembang dengan maksimal. Hal
inilah yang menjadi tantangan pada bisnis syariah di Indonesia. Dimana mayoritas
masyarakat Indonesia adalah muslim, oleh karena itu partisipasi dari masyarakat sangat
diperlukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki kegiatan ekonomi
yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara
penggunaannya. Allah menciptakan manusia makhluk yang berinteraksi sosial dan saling
membutuhkan satu sama lainnya. Ada yang memiliki kelebihan harta namun tidak
memiliki waktu dan keahlian dalam mengelola dan mengembangkannya, disisi lain ada
yang memiliki skill atau kemampuan namun tidak memiliki modal.
Dengan berkumpulnya dua jenis orang ini diharapkan dapat saling melengkapi
dan mempermudah pengembangan harta dan kemampuan tersebut. Untuk itulah Islam
memperbolehkan syarikat dalam usaha diantaranya mudharabah. Mudharabah adalah
kontrak antara dua pihak dimana satu pihak disebut rab al-mal (investor)
mempercayakan uang kepada pihak kedua, yang disebut mudharib , untuk tujuan
menjalankan usaha dagang (Saeed, 2004: 77). Secara istilah, para ulama mengartikan
mudharabah dengan redaksi yang berbeda, Namun substansinya sama, yaitu perjanjian
kemitraan atau kerjasama antara pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola modal
(mudharib ) dengan pembagian keuntungan yang disepakati bersama.
Sedangkan kerugian finansial ditanggung oleh pemilik modal. Pengelola modal tidak
menanggung risiko finansial karena dia telah menanggung kerugian lain yaitu berupa
tenaga danwaktu (non financial), kecuali kalau kerugian tersebut terjadi akibat
kecurangan pengelola (al-Zuhaily, tt.: 836). Prinsip bagi hasil dalam mudharabah
mendasarkan pengelolaan usahanya dengan filosofi utama kemitraan dan kebersamaan
(sharing), dimana di dalamnya terdapat unsur-unsur kepercayaan (amanah), kejujuran
dan kesepakatan.
Penekanan Islam pada kerjasama sebagai suatu konsep utama dalam kehidupan
ekonomi telah menimbulkan keyakinan bahwa pembagian laba dan peran serta adalah
alternatif dasar bagi sistem keuangan syariah dan investasi lainnya dalam kerangka
Islam.Selain itu dalam mudharabah terkandung prinsip kehati-hatian (prudential
principle) yaitu suatu prinsip yang menegaskan bahwa kegiatan usaha yang dijalankan
oleh pihak mudharib , maupun penyerahan modal oleh pihak shahib al-mal harus
dilakukan dengan sangat hati-hati, dan mengikuti segala ketentuan yang mengikat
perjanjian mudharabah tersebut.
Saat ini mudharabah tidak hanya dipraktekkan antar individu yang bekerjasama,
tetapi diimplementasikan juga antara individu dan lembaga, atau antar lembaga, seperti
yang terjadi di lembaga keuangan syari‟ah, misalnya di perbankan syari‟ah, asuransi
syari‟ah dan lain-lain. Di lembaga keuangan syari‟ah, seperti perbankan syari‟ah
misalnya, perjanjian mudharabah telah diperluas menjadi meliputi tiga pihak, yaitu para
nasabah penyimpan dana (depositor) sebagai shahib al-mal, bank sebagai agent /
arrenger yang berfungsi sebagai intermediary, dan pengusaha sebagai mudharib yang
membutuhkan dana. Mudharabah saat ini merupakan wahana utama bagi lembaga
keuangan syari’ah untuk memobilisasi dana masyarakat dan untuk menyediakan berbagai
fasilitas, seperti fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha.
Mudharabah dengan dasar profit and loss sharing principle merupakan salah satu
alternatif yang tepat bagi lembaga keuangan syari’ah yang menghindari sistem bunga
(interest free)yang oleh sebagian ulama dianggap sama dengan riba yang diharamkan
(Qardhawi, 2000: 58). Dari uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka
permasalahan yang akan menjadi pambahasan adalah bagaimana mudharabah dalam
literatur Fiqih dan perbankan syari’ah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Mudharabah


Secara etimologi, mudharabah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi ) ‫ارب‬F‫ض‬
( yang berarti berdagang atau memperdagangkan (Warson, 1984: 875). Mudharabah
disebut juga dengan mu’amalah karena umat Islam di Irak manyebutkan mudharabah
dengan istilah muamalah (Al-Zuhaily, 836). Mudharabah disebut juga dengan qiradh.
Ulama’ Hijaz menyebutkan dengan Qiradh, yaitu berasal dari kata qiradh yang berarti al-
Qath’u atau pemotongan. Hal itu karena pemilik harta memotong dari sebagian hartanya
sebagai modal dan menyerahkan hak pengurusannya kepada orang yang mengelolanya
dan pengelola memotong untuk pemilik bagian dari keuntungan sebagian hasil dari usaha
dan kerjanya (Al-Zuhaily, tt.: 836).
Untuk lebih mengetahui tentang definisi mudharabah, beberapa pengertian
mudharabah secara terminologis disampaikan oleh Fuqaha’ Madzhab empat
yaitu:Madzhab Hanafi mendefinisikan mudharabah adalah akad atas suatu syarikat dalam
keuntungan dengan modal harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak
yang lain. Madzhab Maliki mendefinisikan mudharabah adalah penyerahan uang dimuka
oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan
menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya.
Madzhab Syafi`i mendefinisikan mudharabah adalah suatu akad yang memuat
penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi
antara mereka berdua. Madzhab Hambali mendefinisikan mudharabah adalah penyerahan
suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang
mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya (Al-Jaziri,
1990: 41).
Selain ulama’ empat madzab diatas terdapat juga perbedaan pendapat tentang
definisi mudharabah. Pendapat tersebut antara lain: Sayyid Sabiq mendefinisikan
mudharabah adalah akad antara kedua belah pihak untuk salah seorangnya (salah satu
pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lain untuk diperdagangkan, dan laba
dibagi dua sebagaimana kesepakatan.
Abdurrahman Al-Jaziri mendefinisikan mudharabah adalah akad antara dua orang
yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari mereka akan memberikan modal usaha
produktif, dan keuntungan usaha itu akan diberikan sebagian kepada pemilik modal
dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui bersama (Sabiq,
tt.: 212). Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud mudharabah adalah akad antara
dua pihak, pihak pertama sebagai pemilik modal dan pihak yang lain sebagai pelaksana
modal atau seseorang yang ahli dalam berdagang untuk mengoperasionalkan modal
tersebut dalam usaha-usaha produktif dan keuntungan dari usaha tersebut dibagi dua
sesuai dengan kesepakatan. Dan jika terjadi kerugian, maka kerugian ditanggung oleh
pemberi modal, sedangkan bagi pihak pelaksana modal kerugiannya adalah kehilangan
waktu, pikiran dan jerih payah yang telah dicurahkan serta manejerial

B. Jenis Akad Mudharabah


1) Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara,
maupun objek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang
sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan.
Dalam perbankan syariah kontrak mudharabah muthlaqah digunakan untuk
tabungan maupun pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan
sebagai pemilik dana, sedang bank sebagai pengelola yang mengkontribusikan
keahliannya dalam mengelola dana penabung. Sedangkan pada investasi
mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana
yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan
usahanya.
2) Mudharabah Muqayyadah yaitu mudharabah yang pemilik dananya memberikan
batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi
atau sektor usaha. Dalam PSAK 105 par. 7 tentang mudharabah, batasan tersebut
bisa berupa:
a. Tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana
lainnya;
b. Tidak menginvestasikan dananya pada teransaksi penjualan cicilan tanpa
penjamin atau jaminan;
Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang
diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.
3). Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja
sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan 100% modal dari
pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu
dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola ikut menambahkan modalnya
dalam usaha tersebut. Kemudian akadnya disebut mudharabah musytarakah,
yaitu perpaduan antara akad mudharabah dan musyarakah.
Ketentuan bagi hasil untuk akad ini berdasarkan PSAK 105 dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu:
a. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian
hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib)
tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing.
b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya
bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib)
dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

C. Sumber Hukum Akad Mudharabah


Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari
kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah yang
bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Jenis bisnis ini
sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu
akad ini diperbolehkan secara syariah.
1) Al-Qur’an
“ apabila telah diturunkan shalat maka berterbaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT”(QS. Al Jumu'ah : 10)
2) As- sunah
Dari salih bin suaib r.a bahwa rasullulah saw bersabda , “tiga hal di dalamnya
terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, mudharabah, dan mencapuradukan
dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majah)

D. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah


1. Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah: 
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) 
b. Objek mudharabah (modal dan kerja) 
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) 
d. Nisbah keuntungan 
2. Ketentuan Syariah, adalah sebagai berikut.
a. Pelaku
1. Pelaku harus cakap hokum dan baligh
2. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau nonmuslim.
3. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia
boleh mengawasi
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad
mudharabah
1. Modal
a. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya,
harus jelas jumlah dan jenisnya
b. Modal harus tunai.
c. Pengelola dana tidak diperbolehkan meminjamkan modal atau
memudharabahkan kembali kepada orang lain dan apabila terjadi
maka dianggap pelanggaran kecuali atas seizin pemiilik dana.
d. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal
menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak
dilarang secara syariah.
2. Kerja
a. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan,selling skill, management skill dan lain-lain.
b. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
c. Pengelola dana harus menjakankan usaha sesuai dengan syariah
d. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak

c. Ijab kabul
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
d. Nisbah Keuntungan
1. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yag
bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana
mendapatkan imbalan atas kerjanya, pemilik dana mendapatkan imbalan
atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan
jelas oleh kedua pihak.
2. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua pihak.
3. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

E. Berakhirnya Akad Mudharabah


1. Dalam mudharabah tersebut yang ditentukan waktunya maka waktu mudharabah
berakhir pada waktu yang telah ditentukan
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad, sebai pihak yang
mengemban amanah ia harus beriktikad baik dan hati-hati
5. Modal sudah tidak ada

F. Standar Akuntansi Mudharabah dalam PSAK No. 59 Tentang Akuntansi Bank


Syariah
Dalam PSAK No.59, paragraf 14, poin a dan b, disebutkan bahwa, "pembiayaan
mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non-kas kepada
pengelola dana", (a), dan "pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap
diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan" (b).
Hal senada dijelaskan pula dalam PSAK No.59, paragraf 15 poin a, b dan c, yang
menyebutkan bahwa pembiayaan mudharabah dalam bantuk kas diukur dari sejumlah
uang yang diberikan bank pada saat pembayaran", (a), dan "Pembiayaan mudharabah
dalam bentuk aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas  pada saat
penyerahan, dan selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai
keuntungan atau kerugian bank", (b), dan beban yang terjadi sehubungan dangan
mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan kecuali telah disepakati
bersama" (c).
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan transaksi mudharabah. 
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana
(mudharib). Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. 

G. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 par 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanya keuntungan saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss). Disini
digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang
No. 10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara
pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan
penghasilan usaha mudharabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan Rp.1.000.000
HPP                                                               (Rp. 650.000)
LabaKotor Rp. 350.000

Biaya-biaya                                                 (Rp. 250.000)


Laba (rugi) bersih                                         Rp. 100.000

1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana :


pengelola dana = 30:70
Pemilik dana                   : 30% x Rp. 100.000 = Rp. 30.000
Pengelola dana                : 70% x Rp. 100.000 = Rp. 70.000
dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana :
pengelola dana =10:90
Bank syariah                               : 10% x Rp. 350.000 = Rp. 35.000
Pengelola                                    : 90% x Rp. 350.000 = Rp. 315.000

H. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah


            Bagi hasil akad mudharabah musytarakah dapat dilakukan dengan 2 pendekatan:
1. Hasil inverstasi dibagi antara pengelola dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola
dana tersebut dibagi diantara pengelola dan pemilik sesuai dengan porsi modal
masing-masing.
2. Hasil investasi dibagi diantara pengelola dana dan pemilik dna sesuai dengan
porsi modal masing-masing selanjutnya bagianhasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersenut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati.
Contoh:
Bapak A menginvestasikan uang sebesar Rp. 2.000.000,- untuk usaha siomay yang
dimiliki oleh bapak B dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh bapak A
dan B adalah 1 : 3. Setelah usaha berjalan, ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas
persetujuan bapak A, bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000.
Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad mudharabah musytarakah. Laba yang
diperoleh untuk bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp 1.000.000. 
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara: 
Alternatif 1: 
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah
yang disepakati: 
Bagian A: ¼ X Rp 1.000.000 = Rp 250.00 
Bagian B: ¾ X Rp 1.000.000 = Rp 750.000 
Kemudian bagian investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp.
1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dengan pemilik dana sesuai dengan
porsi modal masing-masing. 
Bagian A: Rp 2.000.000/Rp 2.000.000 X Rp 250.000 = Rp 200.000 
Bagian B: Rp 500.000/Rp 2.500.000 X Rp 250.000 = Rp 50.000 
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000 + Rp 50.000 = Rp
800.000, dan A sebagai pemilik dana memperoleh Rp 200.000. 
Alternatif 2: 
Pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing. 
Bagian A: Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 X Rp 1.000.000 = Rp 800.000 
Bagian B: Rp 500.000/Rp 2.500.000 X Rp 1.000.000 = Rp 200.000 
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000 – Rp 200.000) tersebut dibagi antara
pengelola dana dengan pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati. 
Bagian A: ¼ X Rp 800.000 = Rp 200.000 
Bagian B: ¾ X Rp 800000 = Rp 600.000 
Sehingga B memperoleh Rp 200.000 + Rp 600.000 = Rp 800.000, dan A memperoleh Rp
200.000. 
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik. Misalnya terjadi kerugian sebesar Rp 100.000 maka:
A akan menanggung rugi sebesar: Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 X Rp 100.000 = Rp
80.000. 
B akan menanggung rugi sebesar: Rp 500.000/Rp 2.500.000 X Rp 100.000 = Rp 20.000. 

I. Perlakuan Akuntansi Mudharabah (PSAK 105)[7]


1. Akuntansi untuk Pemilik Dana
a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah saat pembayaran kas atau penyerahan asset kepada pengelola
dana.
b. Pengukuran investasi mudharabah.
1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
2. Investasi mudharabah dalam bentuk nonkas diukur sebesar nilai wajar
asset nonkas pada saat penyerahan

Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui oleh
pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak. Ada 2 alasan tidak digunakannya
dasar historical cost untuk mengukur asset nonkas (Siswantoro, 2003)
1. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
2. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi konseprepresentational
faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. Jurnal
pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah                                          xxx
            Kr. Kas                                                                                    xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
1. Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad
mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan asset nonkas:
Dr. Investasi Mudharabah                                          xxx
            Kr. Keuntungan Tangguhan                                                   xxx
            Kr. Asset Nonkas                                                                    xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Dr. Keuntungan Tangguhan                                       xxx
            Kr. Keuntungan                                                                  xxx
2. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya
diakuisebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan asset nonkas.
Jurnal:
Dr. Investasi Mudharabah                                          xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai                                    xxx
                        Kr. Asset Nonkas                                                                   xxx

c. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas.


1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai.
Jika nilai investasi turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau
faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah                           xxx
                        Kr. Investasi Mudharabah                                                     xxx
2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai.
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagis
bagi hasil.
Jurnal pada saat terjadi kerugian:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah                           xxx
                        Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah                                   xxx
Jurnal pada saat bagi hasil:
Dr. Kas                                                                        xxx
Dr. Penyisihan Investasi                                             xxx
                        Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah                           xxx

d. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu priode dalam akad mudharabah berakhir.
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabahberakhir
diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah                                 xxx
                        Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah                    xxx

e. Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
Jurnal:
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil                                  xxx
                        Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah                                xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil   
Jurnal:
Dr. Kas                                                                       xxx
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil                                    xxx

f. Akad Mudharabah Berakhir


Selisih  saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabahsetelah
dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan pengambilan investasi mdharabah, diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Asset Nonkas                                        xxx
Dr. Penyisishan Kerugian Investasi                                xxx
            Kr. Investasi Mudharabah                                                     xxx
             Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah                                 xxx
                              ATAU
Dr. Kas/Piutang/Asset Nonkas                                       xxx
Dr. Penyisishan Kerugian Investasi                               xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah                              xxx
      Kr. Investasi Mudharabah                                                   xxx

g. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasinmudharabah dalam laporan keuangan sebesarnilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).

h. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah,
tetapi tidak terbatas pada:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasilusaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.
4. Pengugkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.

2. Akuntansi untuk Pengelola Dana


a. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima.
b. Pengukuran dana syirkah temporer
Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas
yang diterima.
Jurnal:
Dr. Kas/Asset Nonkas                                                         xxx
          Kr. Dana Syirkah Temporer                                                    xxx
c. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi mudharabah). Sama seperti
akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto
sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran
kembali dana syirkah temporer:
Dr. Kas/Piutang                                                                   xxx
            Kr. Pendapatan yang belum dibagikan                                   xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yangsudahdiperhitungkan
tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar
bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Dr. beban bagi hasil mudharabah                                          xxx
Kr. Kas                                                                                   xxx
d. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah
berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan
akuntansi konvensional yaitu:
Saat mencatat pendapatan:
Dr. kas/piutang                                                                      xxx
             Kr. Pendapatan                                                                     xxx
Saat mencatan beban:
Dr. beban                                                                              xxx
             Kr. Kas/utang                                                                         xxx
Jurnal penutup yang dibuat akhie periode (apabila diperoleh keuntungan):
Dr. pendapatan                                                                       xxx
             Kr. Beban                                                                               xxx
            Kr. Pendapatan yang belum dibagikan                                   xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilk dana:
Dr. beban bagi hasil mudharabah                                            xxx
          Kr. Utang bagis hasil mudharabah                                         xxx
Jurnal pada saat pengelola membayarkan bagi hasil:
Dr. utang bagi hasil mudharabah                                            xxx
            Kr. Kas                                                                                   xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. pendapatan                                                                       xxx
Dr. penyisihan kerugian                                                          xxx
            Kr. Beban                                                                              xxx

e. Kerugian diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana.
Jurnal:
Dr. beban                                                                              xxx
            Kr. Utang lain-lain/kas                                                          xxx
f. Di akhir akad
Jurnal:
Dr.  dana syirkah temporer                                                   xxx
            Kr. Kas/asset nonkas                                                            xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya.
Jurnal:
Dr. dana syirkah temporer                                                      xxx
            Kr. Kas/asset non kas                                                            xxx
            Kr. Penyisihan kerugian                                                        xxx

g. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
1. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya
untuksetiap jenis mudharabah, yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi
dengan penyisihan kerugian (jika ada).
2. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belumdiserahkan kepada pemilk dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum
dibagikan sebagai kewajiban.

h. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapakan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian
hasilusaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.
3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah. Pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.
Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas diatas menggunakan
akad mudharabah muqayyadah, dimana dana dari pemilik dana langsung disalurkan pada
pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya sebagai perantara yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana lain (kedua), maka dana
untuk jenis seperti ini akan dilaporka Off Balance Sheet. Atas kegiatan tersebutpengelola
dana pertama akan menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan
antara pemilik dana danpengelola dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi hasil.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara pemilik dan pengelola,
untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu
transaksi pembiayaan/invesasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayan merupakan
unsure terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada
pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Ciri dari akad ini adalah akad yang memiliki
resiko tinggi bagi pemilik dana dikarenakan modal finansial seluruhnya berasal dari
pemilik dana sementara bila terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh pengelola dana
akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik dana.
Terdapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh akad mudharabah tersebut
harus memenuhi rukun dan ketentuan syariah yang mengacu pada Al Quran dan As
Sunah. Akuntansi untuk pengelola dana dan pemilik dana dilakukan sesuai dengan PSAK
No 105. Pelaksanaan akuntansi yang dilakukan adalah sesuai dengan prinsip syariah yang
ada
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/download/215/pdf

Anda mungkin juga menyukai