Makalah Akad Musyarakah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI SYARI’AH

(Akad Musyarakah)

Disusun Oleh:

RUDIANTO

(C1F018049)

R005

Dosen Pengampu:

Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

PRODI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Akad
Musyarakah.”

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan bagi para
mahasiswa khususnya bagi penyusun. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bermanfaat.

Jambi, 28 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2. Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5

2.1. Pengertian Akad Musyarakah...........................................................................................5

2.2. Jenis-jenis Akad Musyarakah...........................................................................................5

2.3. Dasar Syariah Tentang Akad Musyarakah........................................................................8

2.4. Penetapan Nisbah Dalam Akad Musyarakah....................................................................9

2.5. Perlakuan Akuntansi (PSAK 106) Dalam Akad Musyarakah..........................................9

2.6. Ilustrasi Akuntansi Dalam Akad Musyarakah................................................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu
dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada
seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun
direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor
ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip
yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek keadilan.
Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil
usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat
memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, adalah:

- Untuk mengetahui pengertian akad musyarakah


- Untuk mengetahui jenis-jenis akad musyarakah
- Untuk mengetahui prinsip pembagian nisbah melalui akad musyarakah serta
implementasi nya di kehidupan sehari-hari.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akad Musyarakah


PSAK 106 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi musyarakah, tetapi tidak me tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad musyarakah.

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar


penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus
membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh
syariah.

IAI dalam PSAK 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu dengan keuntungan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset non kas yang
diperkenankan oleh syariah.

2.2. Jenis-jenis Akad Musyarakah


Berdasarkan eksistensinya, Musyarakah dapat dibagi menjadi akad Syarikah Amlak
dan Syarikah Uqud.

a. Syarikah Amlak berarti suatu perkongsian yang tidak perlu adanya suatu kontrak dalam
membentuknya, tetapi terjadi dengan sendirinya.
Bentuk Syarikah Amlak ini terbagi menjadi Amlak Jabr dan Amlak Ikhtiar.
1. Amlak Jabr

5
Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan paksa. Otomatis berarti
tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa tidak ada alternative
untuk menolaknya. Hal ini terjadi dalam proses waris mewaris, manakala dua
saudara atau lebih menerima warisan dari orangtua mereka.
2. Amlak Ikhtiar
Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas. Otomatis
seperti pengertian di atas. Bebas yaitu adanya pilihan untuk menolak. Contoh dari
jenis perkongsian ini ini dapat dilihat apabila dua orang atau lebih mendapat
hadiah atau wasiat bersama dari pihak ketiga.

b. Syarikah Uqud berarti perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak. Syarikah ini
terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Inan (Limited Company)
Merupakan bentuk perkongsian dimana posisi dan komposisi pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal atau
pekerjaan. Tanggungjawab para mitra dapat berbeda dalam pengelolaan usaha.
Adapun karakter Syarikah Inan adalah sebagai berikut:
- Besarnya penyertaan modal dari masing-masing anggota tidak harus identic
- Masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung dalam
pengelolaan usaha
- Pembagian keuntungan dapat didasarkan atas prosentase modal masing-masing,
tetapi dapat pula atas dasar negosiasi. Hal ini dipperkenankan karena adanya
kemungkinan tambahan kerja, atau penanggung resiko dari salah satu pihak.
- Kerugian keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal masing-
masing.
2. Mufawadhah
Merupakan bentuk perkongsian dimana posisi dan komposisi pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama,
keuntungan maupun resiko kerugian.
Adapun syarat mufawadhah sebagai berikut:
- Keidentikkan penyertaan modal dari setiap anggota

6
- Setiap anggota menjadi wakil dan kafil (guarantor) bagi partner lainnya. Untuk itu
keaktifan semua anggota dalam pengelolaan usaha menjadi suatu keharusan.
- Pembagian keuntungan dan kerugian didasarkan atas besarnya modal masing-
masing
3. Wujuh
Merupakan bentuk perkongsian antara dua pihak dimana masing-masing
pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya atas
kepercayaan pihak ketiga.masing-masing mitra menyumbangkan nama baik,
reputasi, credit worthiness, tanpa menyetorkan modal. Dalam Syarikah ini para
anggotanya hanya mengandalkan Wujuh (wibawa dan nama baik) mereka dan
unsur modal atau dana sama sekali absen dari padanya.
Syarikah wujuh dapat diterapkan dalam:
- Suatu kelompok nasabah yang terbentuk dalam satu perkongsian dan mendapat
kepercayaan dari bank untuk suatu proyek tertentu. Dalam kredit ini pihak debitur
tidak menyediakan kolateral apapun kecuali wibawa dan nama baik.
- Suatu perkongsian diantara para pedagang yang membeli secara kredit dan
menjual dengan tunai.
4. Abdan atau A‟mal (Syirkah kerja)
Syarikah ini merupakan Syarikah sekerja dimana dua orang atau lebih
yang sama atau berdekatan bentuk kerjanya menerima pesanan dari pihak ketiga
dan membagi keuntungan melalui negosiasi bersama.
Contoh perkongsian ini antara lain:
- Beberapa penjahit yang membuka toko jahit mengerjakan pesanan secara
bersama-sama
- Perkongsian antara Insinyur Listrik, Tukang Kayu, Penata Taman, Tukang
Bangunan dalam suatu kontrak pembangunan rumah.

7
2.3. Dasar Syariah Tentang Akad Musyarakah
1. Al-Quran
Ayat-ayat al-Quran yang dapat dijadikan rujukan dasar akad musyarakah, adalah:

Artinya:

“Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian


mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini" (Q.S Shaad:24).

2. Hadist
Hadist-hadist Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad musyarakah, adalah:

Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW bersabda,
sesungguhnya Allah SWT berfirman: “aku adalah pihak ketiga antara dua orang yng
bersrikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah satu
pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka”.
(HR. Abu Daud dari Abu Hurairah).

3. Ijma‟
Berdasarkan sumber hukum di atas maka secara „Ijma para ulama sepakat bahwa
hukum musyarakah yaitu boleh. Hanya saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.
Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni telah berkata:
“Muslimin telah berkonsensus akan legitimasi syarikah/musyarakah secara global,
walaupun perbedaan pendapat terdapat dalam beberapa elemen dari padanya.”

8
2.4. Penetapan Nisbah Dalam Akad Musyarakah
Penetapan nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:
1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi di antara mitra secara proporsional
sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para mitra sama atau pun tidak sama. Apabila salah satu pihak
menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba
yang lebih besar. Jika para mitra mengatakan “keuntungan akan dibagi di antara kita”,
berarti keuntungan akan dialokasikan menurut porsi modal masing-masing mitra.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Dengan cara ini, dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya
modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu
kerja yang lebih panjang. Nisbah biasa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau
berbeda 70:30 (misalnya) atau proporsional dengan modal masing-masing mitra.

2.5. Perlakuan Akuntansi (PSAK 106) Dalam Akad Musyarakah


Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain untuk
mengelola atas namanya; sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola
usaha (biasanya adalah lembaga keuangan). Mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab
untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan
akuntansi.

1. Akuntansi untuk mitra aktif


a. Pada saat akad
- Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha
musyarakah.
- Pengukuran investasi musyarakah:
 Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan dan dalam bentuk aset
nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan

9
nilai buku aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas. Selisih penilaian aset musyarakah tersebut
diamortisasi selama masa akad musyarakah.
 Aset nonkas musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan dengan
jumlah penyusutan.
 Jika proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka
penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset nonkas musyarakah
yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang
baru.
 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakat.
 Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, bank syariah) diakui
sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah temporer.

b. Selama akad
- Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif
di akhir akad dinilai sebesar:
 Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada); atau
 Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha
musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
- Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada
mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).

c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan
kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
d. Pengakuan hasil usaha

10
- Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya
sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha, pendapatan usaha untuk mitra
pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
- Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra
dan mengurangi nilai aset musyarakah.
- Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mitra aktif.
- Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dapat diketahui berdasarkan laporan bagi
hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif yang dilakukan
secara terpisah.

2. Akuntansi untuk mitra pasif


a. Pada saat akad
- Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada mitra aktif.
- Pengukuran investasi musyarakah:
 Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
 Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas.
- Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan
akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan,
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada).
- Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.

b. Selama akad
- Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra pasif
di akhir akad dinilai sebesar:
 Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (jika ada)

11
 Nilai wajar aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha
musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada).
- Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas
yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah
pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (jika ada).
c. Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra aktif diakui sebagai piutang.
d. Pengakuan Hasil Usaha
Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif
sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan
porsi dana.

2.6. Ilustrasi Akuntansi Dalam Akad Musyarakah


Berikut kasus untuk menggambarkan pencatatan atas transaksi musyarakah:

a. Pembiayaan Musyarakah Kas (permanen)


Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau
aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berujud. Pembiayaan dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang dibayarkan.
- Transaksi 1 (pembayaran pembiayaan musyarakah)
Disepakati pembiayaan musyarakah antara Bank Muslim Syariah dengan PT
Prayoga, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muslim Syariah sebesar Rp.
100.000.000 untuk pembangunan proyek rumah tipe 120. Dana yang dimiliki oleh PT
Prayoga sebesar Rp. 150.000.000. Proyek dilaksanakan selama 3 bulan, sama dengan
jangka waktu akad musyarakah. Nisbah bagi hasil yang disepakati adalah 40:60
masing-masing untuk Bank Muslim Syariah dan PT Prayoga dengan kesepakatan
profile sharing.
- Transaksi 2 (Keuntungan pembiayaan musyarakah)

12
PT Prayoga melaporkan bahwa rumah tipe 120 dapat terjual dengan
keuntungan Rp. 40.000.000 maka dilakukan pembayaran porsi keuntungan untuk
Bank Muslim Syariah.
Analisis:
Porsi keuntungan yang disepakati untuk Bank Muslim Syariah 40%,
kesepakatan pembagian keuntungannya adalah profit sharing, sehingga perhitungan
bagi hasilnya tidak memperhitungkan biaya-biaya produksi. Dengan demikian
keuntungan yang menjadi bagian Bank Muslim Syariah adalah sebesar Rp.
16.000.000 atau (40% x Rp. 40.000.000).

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Musyarokah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam
suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. Berdasarkan
eksistensinya, Musyarakah dapat dibagi menjadi akad Syarikah Amlak (Amlak Jabr dan
Amlak Ikhtiar) dan Syarikah Uqud (Inan, Mufawadhah, Wujuh, dan A‟mal). Sedangkan
berdasarkan kontribusi dana investasi, jenis akad musyarokah ada dua yaitu musyarokah
permanen dan musyarokah menurun.
Dasar syariah tentang akad musyarokah dijelaskan di dalam QS. An-Nisa: 12, QS.
Ash-Shad: 24, HR. Abu Daud dari Abu Hurairah serta Ijma‟ Ulama‟. Penetapan nisbah
dalam akad musyarokah dapat ditentukan melalui dua cara yaitu: Pembagian keuntungan
proporsional sesuai modal dan Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku yaitu mitra
aktif dan mitra pasif. Ilustrasi akuntansi dalam akad musyarokah dapat digambarkan melalui
beberapa kasus yaitu pembiayaan musyarokah kas (permanen), kerugian musyarokah, dan
pembiayaan musyarokah aktiva non kas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat) dalam https://books.google.co.id/


diakses 03/04/2016

Ghufron, Sofiniyah (Penyunting), Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah: Konsep dan
Implementasi Bank Syariah, (Jakarta: Renaisan Anggota IKAPI, 2005), 44

http://id.wikipedia.org/wiki/Musyarakah

Huda, Qomarul, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Teras, 2011)

Mauludi, Ali, Teknik Memahami Akuntansi Perbankan Syariah, Cet.4, (Jakarta: Alim‟s
Publishing, 2014)

Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, cet. 4, (Yogyakarta: UII Press, 2005)

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONOSIA, 2003)

15

Anda mungkin juga menyukai