Fimosis Dan Parafimosis
Fimosis Dan Parafimosis
Fimosis Dan Parafimosis
1. Definisi
Fimosis adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan pada ujung prepusium.
Kelainan ini menyebabkan bayi atau anak sulit berkemih, sehingga prepusium
menggelembung seperti balon. Bayi atau anak sering menangis sebelum urin
keluar.
Gambar 1 Fimosis
Gambar 2 Parafimosis
1
2. Etiologi
Penyebab fimosis dibedakan menjadi dua yaitu fimosis fisiologis (kongenital) dan
fimosis patologis. Fimosis fisiologis (kongenital) disebabkan oleh genetik yang
menyebabkan ujung prepusium mengalami penyempitan sejak lahir, sehingga
tidak dapat diretraksi.
Fimosis patologis disebakan oleh infeksi yang terjadi pada gland penisdan
prepusium. Hal ini berkaitan dengan kebersihan alat kelamin yang buruk, adanya
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik)
Parafimosis disebabkan oleh tindakan menarik prepusium secara paksa ke
proksimal. Pada orang dewasa parafimosis juga dapat disebabkan pada saat
bersenggama, masturbasi atau setelah pemasangan kateter.
3. Patofisiologi
Patofisiologi fimosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu fimosis fisiologis dan
patologis. Fimosis fisiologi terjadi karena ujung prepusium sempit sehingga
prepusium tidak dapat diretraksi. Ujung prepusium seharusnya melebar seiring
bertambahnya umur namun pada kasus ini ujung prepusium tidak mengalami
perkembangan sehingga tetap sempit. Fimosis patologis disebabkan karena
adanya infeksi di gland penis. Fimosis ini terjadi karena seringnya infeksi pada
bagian prepusium dan gland penis yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut
sehingga prepusim menyempit.
Pada pasien fimosis memiliki resiko tinggi untuk menjadi parafimosis bila
prepusium dipaksa diretraksi tapi tidak dapat dikembalikan. Parafimosis ini
menyebabkan gland penis terjepit sehingga aliran darah ke gland penis terhambat.
Jika ini dibiarkan terlalu lama dapat menyababkan kematian sel pada gland penis.
4. Manifestasi klinis
Fimosis menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine
mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan
menimbulkan retensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan
2
terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis)
atau infeksi pada glans dan prepusium penis (balanopostitis).
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena ada benjolan
lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma yaitu timbunan smegma
di dalam sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel –sel mukosa prepusium
dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.
5. Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis, dapat ditemukan kulit yang tidak dapat
diretaksi melewati gland penis. Pada fimosis fisiologis, bagian preputial orifice
tidak ada luka dan terlihat sehat, sedangkan pada fimosis patologis terdapat
jaringan fibrus berwana putih yang melingkar.
Parafimosis biasanya muncul dengan rasa sakit, bengkak pada kepala penis
yang ada pada pasien yang belum di sirkumsisi. Parafimosis biasanya sering
muncul pada beberapa populasi, diantaranya anak – anak yang menarik paksa
prepusium nya atau anak yang lupa mengembalikan prepusium ke posisi semula
sehabis mandi, orang dewasa yang terkena parafimosis akibat aktivitas seks yang
3
berlebihan, lelaki dengan balanoposthitis kronis, pasien dengan kateter yang
kulitnya tidak di kebalikan ke posisi semula setelah pemasangan atau
pembersihan.
Pada pemeriksaan fisik pada kasus parafimosis, dapat ditemukan juga kulit
penis yang teretaksi sampai di belakang gland penis dan tidak dapat dikembalikan
ke posisi normal sehingga prepusium mengekang gland penis. Warna gland penis
akan semakin berwarna pucat dan bengkak. Seiring perjalanan waktu keadaan ini
akan mengakibatkan nekrosis sel di gland penis, warnanya akan menjadi biru atau
hitam dan gland penis akan terasa keras saat di palpasi.
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
Fimosis tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang di paksakan karena
dapat menimbulkan luka dan terbentuknya sikatrik pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Fimosis yang di sertai balanitis xerotika obliterans dapat di
diberikan salep dexametason 0,1% yang di oleskan 3 atau 4 kali sehari.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, preposium dapat di retraksi
spontan.
Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya
ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi
postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balinitis
atau postitis harus diberikan antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
4
Parafimosis prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual
dengan teknik memijat gland penis selama 3-5 menit diharapkan edema dapat
berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dapat dikembalikan pada
tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan
sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan
proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani siskumsisi.
8. Prognosis
Prognosis dan outcome dari fimosis dan parafimosis akan semakin baik manakala
kondisi penyakit ini semakin dini dan cepat pula didiagnosis dan ditangani.