Skripsi Velen
Skripsi Velen
Skripsi Velen
Oleh:
VALLEN TAMARA SPRECKHELSEN
1608260115
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Assalamu’alaikum Warohmatullahiwabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINGKAT KECEMASAN
PREOPERATIF PADA PASIEN YANG AKAN MENJALANI TINDAKAN
ANASTESI PADA OPERASI ELEKTIF”
Alhamdulillah, sepenuhnya penulis menyadari bahwa selama penyusunan
dan penelitian skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, arahan
dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini. Ilmu, kesabaran dan ketabahan yang diberikan semoga menjadi amal
kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Adapun tujuan didalam penulisan ini
adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
kedokteran di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Extavianus Dwi dan Ibunda Yuningsih
yang telah memberikan doa, kasih sayang luar biasa dan dukungan material
maupun moral
3. Saudara penulis tercinta Tariza Yuvi Yolanda Spreckhelsen dan Borneo Berly
Spreckhelsen yang telah memberikan doa, kasih sayang luar biasa dan
dukungan moral.
4. Prof. Dr. Gusbakti Rusip, M.Sc,. PKK.,AIFM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. dr. M.Jalaluddin A. Chalil, M.ked (An) Sp. An, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Dibuat di : Medan
Pada tanggl : 13 Agustus 2020
Yang menyatakan
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 25
PENDAHULUAN
Kanada, Arab Saudi, dan Sri Lanka mengenai tingkat kecemasan preoperatif
masing-masing adalah 89%, 55%, dan 76,7%.1 Demikian pula, sebuah penelitian
keseluruhan adalah 45,3% di antara pasien bedah yang dirawat.2 Selain itu, hasil
studi yang dilakukan di rumah sakit tersier di Nigeria dan studi percontohan di
khawatir, takut dan tegang. Hal ini adalah respons fisiologis terhadap rangsangan
kognitif, dan fisik. Masa preoperatif merupakan salah satu peristiwa yang
Hal ini sering memicu respons emosional, kognitif, dan fisiologis. Tujuan utama
hidup yang lebih baik dari pasien sebelum, selama dan setelah operasi.
terutama untuk pengalaman bedah pertama kali oleh pasien.6 Namun, tingkat
penyembuhan luka serta membutuhkan dosis anestesi yang lebih besar dan
situasi tertentu yang dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan diri. Semua
memiliki sejumlah konsekuensi paska operasi pada pasien, dan salah satu
komplikasi tersebut adalah nyeri.9 Nyeri merupakan keluhan umum pasien pasca
operasi yang sebagian besar terjadi karena kecemasan preoperatif yang muncul
preoperatif yang cukup besar dan hal ini dilaporkan mempengaruhi 60-80%
usia, jenis kelamin, pengalaman masa lalu dengan operasi, status pendidikan, jenis
dan luas operasi yang dilakukan, keadaan kesehatan saat ini, dan status sosial
dikurangi. Beberapa pasien, misalnya wanita, pasien yang lebih muda, pasien
yang lain.13 Kecemasan preoperatif dapat dikurangi dengan cara seperti pemberian
kepada pasien dan keluarga, memberikan distraksi atau pengalihan fokus pasien
terhadap operasi kepada hal lain, serta prosedur relaksasi seperti mendengarkan
dan penelitian menemukan bahwa pendekatan yang berfokus pada rasa empati
tetapi obat-obatan tersebut dikaitkan dengan risiko potensi efek samping yang
dapat muncul.16
pasien yang akan menjalani tindakan anastesi pada operasi elektif atau
emergensi.
Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui portal Science
untuk penelusuran jurnal yang akan ditelaah ini adalah “preoperative patient
ataupun emergensi;
topik serupa;
Bahasa Inggris. Jika data yang diinginkan terdapat di lebih dari satu
pertama kali diseleksi oleh peneliti dan penelitian yang tidak relevan tidak
seleksi dari kriteria inklusi yang diterapkan. Hanya satu peneliti yang
referensi dari semua artikel yang disertakan untuk dijadikan sumber pencarian
penelitian yang lebih relevan. Data yang berkaitan dengan angka kejadian tingkat
kecemasan preoperatif pada pasien yang akan menjalani tindakan anastesi pada
operasi elektif ataupun emergensi, baik etiologi, tanda dan gejala, metode
HASIL PENELITIAN
3.1 Definisi
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan
dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau hal-hal yang lain, umumnya hal
ini dirasakan sebagai perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran kacau
dengan disertai banyak penyesalan, hal ini sangat berpengaruh pada kondisi
pengalaman baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.18 Kecemasan timbul sebagai rasa takut atau prihatin,
perasaan tegang, dan rasa gelisah terhadap antisipasi suatu keadaan bahaya yang
bahwa kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada pada sebuah
kondisi tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
dirinya dan disertai perasaan menakutkan dan tidak menyenangkan yang memiliki
cara invasif yaitu membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka atau bekas sayatan.22 Ada
operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi, pada fase
ini ada beberapa persiapan yang harus disiapkan oleh pasien sebelum dilakukan
yang disebut dengan kecemasan preoperatif yang terjadi pada masa ketika
partisipan yang menghadapi suatu penyakit, rawat inap, anestesi dan operasi.24
proses di mana penyakitnya susah sembuh dan diinformasikan oleh tenaga medis
bahwa harus menjalani tindakan pembedahan sebagai tindakan medis dalam usaha
proses penyembuhan.25
3.2 Epidemiologi
preoperatif yang dilaporkan di antara pasien yang menjalani berbagai jenis operasi
preoperasi pada pasien dewasa adalah sebesar 51%.27 Telah dilaporkan bahwa
pada pasien rawat inap sebesar 10% sampai 30% mengalami kecemasan, kejadian
kecemasan ini dapat meningkat hingga 60% sampai 80% pada pasien yang
menunggu untuk operasi dan 5% dari pasien yang cemas sebelum melakukan
yaitu ketakutan akan rasa sakit atau nyeri setelah operasi, cemas akan terjadi
perubahan fisik karena ada organ yang diangkat atau dikeluarkan dari tubuh, tidak
berfungsinya tubuh atau organ tubuh lain seperti sebelum dilakukan operasi,
deskripsi tubuh yang terganggu, takut adanya keganasan penyakit yang diderita
jika diagnosa yang ditegakkan belum benar-benar pasti, cemas akan mengalami
kondisi yang sama dengan pasien lain yang memiliki kesamaan penyakit, cemas
menghadapi ruang. operasi, takut terhadap alat-alat bedah yang akan digunakan
selama operasi, takut mengalami kematian saat dibius atau tidak dapat sadar lagi,
pembedahan, takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak
menghadapi ruang operasi, cemas peralatan bedah dan petugas, takut mati saat
dilakukan anestesi, dan takut operasi akan gagal.32 Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan kecemasan dalam masa preoperatif adalah masa rawat inap untuk
prosedur bedah yang dirasakan sebagai ancaman atau stresor sehingga dapat
menimbulkan kecemasan pada pasien; kecemasan terjadi dalam masa ini pada
diketahui yang berpotensi memberi rasa sakit dan perubahan citra tubuh, serta
sakit pasca operasi, kekhawatiran tentang keluarga, transfusi darah, rasa takut
yang muncul tanpa diketahui, tindakan bahaya dari kesalahan dokter atau perawat,
takut tertusuk jarum suntik dan tiba-tiba sadar selama operasi adalah beberapa
misalnya faktor keluarga terhadap seseorang yang akan menjalani operasi sangat
sahabat dapat meningkatkan rasa cemas pasien karena terjadi transmisi cemas dari
keluarga yang menginginkan pasien lebih tenang terhadap situasi tersebut di mana
kecemasan.34
pasien menjadi kurang tenang dan bersikap kurang kooperatif terhadap rencana
pasien percaya bahwa para tenaga medis yang terlibat dalam perawatannya benar-
ditandai dengan perilaku seperti kesal, marah, menangis serta menarik diri.
Kecemasan ini terjadi karena banyak pertanyaan seputar operasi yang akan
dihadapi belum dijelaskan atau terjawab sepenuhnya. Dalam hal ini tenaga
pasien terhadap tindakan yang akan dialaminya. Pengetahuan yang lengkap dan
jelas mengenai prosedur operasi yang akan dijalani sangat diperlukan untuk
operasi.Perawat bertugas menjelaskan nyeri yang akan dirasakan pasien baik pada
yang realistis terhadap nyeri dan mengetahui cara mengatasinya maka rasa cemas
akan berkurang. Nyeri dan kelelahan adalah masalah dan gejala yang paling
kurangnya kenyamanan diri pasca operasi; dimana masa pasca operasi adalah
waktu pemulihan untuk fungsi fisik, psikologis, sosial sehingga pasien dapat
terjadi kesalahan oleh petugas kesehatan, kematian dan lain-lain. Semakin sering
harapan yang realistis terhadap hasil pembedahan. Dalam masa paska operasi,
faktor pencetus kecemasan pada masa tersebut dari sisi internal, yaitu ancaman
terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri. Ancaman terhadap integritas
fisik meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
atas dapat disimpulkan bahwa dari sekian banyak faktor yang muncul, tentu
bergantung pada pengalaman pasien dalam menjalani operasi yang pasti berbeda-
beda, bahwa ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien
3.4 Patofisiologi
menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan
dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh
sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system – reticular
hipofise untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar
adrenal yang kemudian memicu syaraf otonom melalui mediator hormonal yang
lain.39
waktu ke waktu; dimulai sebelum operasi dan berlanjut hingga akhir periode
pasca operasi. Pasien yang berbeda bereaksi periode perioperatif dengan cara
yang berbeda. Beberapa orang merasa lega karena mereka akan menjalani hidup
bebas penyakit. Penelitian lain menganggapnya sebagai salah satu peristiwa stres
yang kuat akan kegagalan dikombinasikan dengan masalah karir dan keluarga,
keadaan kesehatan fisik pasca operasi dan masalah beradaptasi dengan situasi
mayor (infark miokard akut, gagal jantung, edema paru), angka masuk kembali
yang tinggi (6 bulan pertama dalam 1 tahun), kualitas hidup yang buruk dan
pengaruh buruk selama induksi anestesi dan pemulihan pasien dan penurunan
pola makan yang buruk, kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan, atau gaya
hidup yang tidak aktif) dan pengaruh langsung pada perfusi miokard, regulasi
a. Respon fisiologi
darah tinggi, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
2) Respon pernafasan seperti nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada,
engah.
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare.
berkemih.
rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku seperti: gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat kurang
memberikan penilaian.
visual, takut cidera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan,
VAS ditemukan lebih akurat. Visual analogue scale (VAS) karena merupakan tes
yang sederhana, singkat, cepat dan mudah untuk dijelaskan kepada pasien serta
Anxiety and Depression Scale (HADS), dan Visual Analogue Scale (VAS).
Sampai saat ini, kuesioner Spielberger tetap menjadi standar emas untuk
mengukur kecemasan.43
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), Visual Analogue Scale (VAS),
Adjective Check List (MAACL). APAIS adalah alat penyaringan yang diterima
secara luas yang telah diterjemahkan dan digunakan di banyak negara termasuk
dan analgesia pada pasien cemas berbeda jika dibandingkan dengan pasien non
dan Depresi Rumah Sakit (HADS). Formulir HADS digunakan saat keluarnya
memiliki jawaban tipe Likert dari empat tanggapan, yang dinilai dari 0 sampai 3.
HADS dibagi menjadi dua bagian, satu membahas kecemasan dan satu lagi
membahas depresi.45
Skor maksimum yang mungkin untuk setiap bagian adalah 21. Seorang
pasien dengan skor 11 atau lebih pada salah satu bagian dianggap berisiko
mengalami kecemasan atau depresi. Reliabilitas dan validitas skala Turki dinilai
dan nilai batas baru (10 untuk kecemasan dan tujuh untuk depresi) diusulkan.
Tingkat batas terakhir digunakan untuk menentukan risiko kecemasan dan depresi
pasien. Tingkat kecemasan preoperatif sulit diukur secara akurat. Namun, hal itu
dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur tekanan darah, denyut
nadi, dan penurunan variabilitas denyut jantung dan iritabilitas pasien. Saat ini,
kecemasan preoperatif.46
yang dapat dicapai pada setiap set adalah 20 artinya tidak ada kecemasan,
sedangkan skor maksimal 80 artinya jumlah kecemasan tertinggi. Skor mulai dari
kecemasan berat.47
STAI adalah instrumen yang divalidasi dan digunakan secara luas untuk
pasien saat ini; bentuk STAI-trait (STAI-T) terdiri dari 20 pernyataan yang
berbeda, dan jawaban dari pernyataan ini digunakan untuk menentukan tingkat
di STAI-S dinilai pada skala empat poin untuk persetujuan subjek dengan
pernyataan itu (tidak sama sekali, sedikit, cukup, dan sangat banyak). Formulir ini
dalam STAI-T juga dinilai pada skala empat poin (hampir tidak pernah,
terkadang, sering, dan hampir selalu). Formulir ini digunakan dua kali untuk
setiap peserta: saat memasuki studi dan saat keluar dari studi. Skor keseluruhan
(total) untuk STAI berkisar dari minimal 20 hingga maksimal 80; Skor STAI
yang mengukur skala ansietas yang masih digunakan sampai saat ini. Kuesioner
terdiri atas 14 item. Masing-masing item terdiri atas 0 (tidak terdapat) sampai 4
skor (terdapat). Apabila jumlah skor <17 bermakna ansietas ringan, 18-24
bermakna ansietas sedang, dan 25-30 bermakna ansietas berat. Taylor Manifest
skala ansietas pada individu. T-MAS terdiri atas 38 pernyataan yang terdiri atas
kebiasaan 19 dan emosi yang dialami. Masing-masing item terdiri atas “ya” dan
“tidak”.49
tanda dan gejala depresi, ansietas dan stres. Kuesioner DASS ada dua jenis yaitu
DASS 42 dan DASS 21. DASS 42 terdiri atas 42 pertanyaan sedangkan DASS 21
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) atau kuesioner SAS terdiri atas 20
(sering). Klasifikasi tingkat ansietas berdasarkan skor yang diperoleh yaitu 20-40
(tidak cemas), 41-60 (ansietas ringan), 61-80 (ansietas sedang), dan 81-100
(ansietas berat). Sedangkan Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS) Suatu
berupa skala sepanjang 10cm atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung sebelah kiri
3.8 Tatalaksana
termasuk menjalin hubungan baik antar dokter pasien, edukasi dan wawancara
periode pasca operasi untuk pasien dengan bukti tekanan psikologis menawarkan
dan membantu pasien untuk mengadopsi strategi pertahanan ego yang lebih
digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang
sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut
sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam
dan metabolisme yang lebih baik. Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa
3.9 Pencegahan
kecemasan yang tidak perlu. Berbagai langkah telah dilakukan untuk mengurangi
oleh ahli anestesi, konseling, dan video. Premedikasi sedatif secara rutin diberikan
preoperatif. Klinik konsultasi pranestesi dapat menjadi tempat yang tepat untuk
preoperatif oleh ahli anestesi juga berperan penting untuk meredakan kecemasan.
Ada pula penelitian yang menunjukkan hasil yang bermanfaat setelah menyajikan
operasi.54
merupakan teknik yang lebih efektif daripada brosur atau wawancara pribadi saja
coba menggunakan visual, dua uji coba menggunakan multimedia yang didukung
pendidikan, satu uji coba menggunakan situs web, dua uji coba melibatkan
pendidikan verbal yang disampaikan oleh psikolog atau perawat fasilitator bait
dengan selebaran, dan satu uji coba menggunakan selebaran informasi saja.
kecemasan preoperasi.55
3.10 Komplikasi
terjadi pada individu. Karena sistem saraf otonom terpengaruh oleh kesusahan,
kecemasan dan ketakutan, sistem saraf simpatis dan parasimpatis terpengaruh, dan
bronkus. Bisa terjadi takikardia, takipnea, perubahan suhu tubuh, kulit dingin,
darah, detak jantung, laju pernapasan meningkat. Pergerakan perut dan usus
meningkat. Air liur menurun, mulut kering terjadi dan kadar glukosa darah
meningkat.56
kardiovaskular dan peningkatan volume darah ke organ vital. Reaksi ini bisa
intraoperatif. Jenis anestesi yang diberikan pada pasien selama pembedahan tidak
boleh diabaikan. Jenis dan jumlah anestesi dan obat penenang yang diberikan
dapat mengubah tekanan arteri rata-rata, detak jantung, saturasi oksigen arteri,
kortisol, insulin dan kadar glukosa darah pasien yang mengalami distress bedah.
Perubahan ini dapat mempengaruhi individu secara negatif selama periode pasca
lebih dan dengan demikian menempatkan pasien dalam lingkaran setan. Kondisi
ini meningkatkan risiko infeksi, mual dan muntah, imobilisasi, dan kesulitan
bernapas. Gangguan makan yang disebabkan oleh stres selama periode preoperatif
sakit menjadi lebih lama, kualitas hidup memburuk dan berbagai masalah dialami.
pada periode pasca operasi. Masalah psikologis yang disebabkan oleh tekanan
keluarga.59
PEMBAHASAN
memiliki efek luas. Di antara efek efek ini adalah peningkatan nyeri pasca operasi,
peningkatan resiko infeksi dan waktu penyembuhan yang lebih lama. Banyak
pembedahan, presepsi hilang control, takut nyeri pasca operasi, dan perubahan
citra tubuh. Menurut Wawan Rismawan et al., 2019 tingkat kecemasan pasien pre
orang (50%). Semua pasien pre operasi di RSUD Dr Soekardjo tidak pernah di
Menurut Leslie et al. 2012 pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang
cenderung tinggi pada saat pertemuan pertama pada saat pasien di beritahukan
pendidikan yang tinggi cenderung untuk bertanya ke pada teman, mencari di buku
ke dua. Terlepas dari informasi yang di cari oleh pasien secara indifidu, edukasi
dan konsultasi memiliki peran yang sangat besar terhadap tingkat kecemasan
Menurut Nur Hasanah et al., 2017 berdasarkan hasil analisis yang didapati
Rumah Sakit Mitra Husada dapat di tunjukan dengan perasaan cemas dan takut
akan pikirannya sendiri dan mengatakan bahwa akan mengalami rasa sakit dan
merasakan segala sesuatu akan terjadi jika operasi gagal.62 Menurut Hélen
Francine Rodrigues et al., 2018 selama priode pengumpulan data dari 2013
sampai 2015 hanya 75 pasien yang dapat memenuhu kriteria inklusi dari
penelitian ini. Di amati bahwa pasien yang memiliki banyak gejala kecemasan
memiliki nilai kecemasan sedang berat dari pada pasien yang memiliki sedikit
21% pada pria dan 39,5 % wanita. Kecemasan dapat berlangsung dari beberapa
hari sebelum operasi. dan dapat berlanjut sampai periode kecemasan setelah
operasi. pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi sebelum operasi memiliki
potensi yang sangan besar terhadap kecemasan paska operasi.64 Menurut Sandra
et al., 2017 kecemasan preoperasi lebih banyak berkurang pada saat pasien di
berikan edukasi yang detail tentang prosedur dari pada pasien yang hanya di
berikan edukasi yang tidak detail. Menariknya efek dari edukasi ini sangat
signifikan mengurangi kecemasan pada pasien yang ber umur muda. Hasil ini bias
dimana dapat dijelaskan dengan mereka yang memiliki umur yang muda lebih
cenderung untuk ikut mengambil keputusan dari pada pasien lanjut usia mereka
memiliki keyakinan yang lebih kuat akan kemampuan dokter untuk memilih yang
kecemasan pre operatif. Setiap individu memiliki gejala yang berbeda. Jenis
memiliki dampak yang paling kuat dari subskala APAIS.66 Menurut Mulugeta et
al., 2018 secara keseluruhan 61 % pasien memiliki tingkat kecemasan pre operasi
yang sangat signifikan. Faktor yang sering di temukan atas kecemasan pre operasi
adalah ketakutan akan komplikasi dari prosedur yang dijalani (51%). Sedangkan
faktor yang lainnya yaitu faktor pasien yang tidak memiliki pengetahuan atau
informasi yang cukup akan prosedur operasi yang akan di jalani, dan faktor ini
pada saat pre operasi dan nyeri paska operasi dapat mempengaruhi dari hasil.
Kunjungan pre operasi pasien dapat mengurangi rasa cemas dan dapat menaikkan
intervensi yang baik untuk masa kesembuhan setelah operasi pasien dengan
Menurut Jiwanmall et al., 2019 dari 399 pasien yang direkrut, 58,1% mengalami
kecemasan pre operasi yang signifikan. Ketakutan akan jarum suntik, ketakutan
akan terbangun di tengah operasi berjalan, dan kebutuhan akan informasi anastesi
dan pembedahan operasi, secara signifikan terkait akan kecemasna pre operasi.69
mempengaruhi hasil dari hasil. Dari 140 pasien yang di gunakan , terdapat 58.5%
dari pasien mengalami kecemasan pre operasi. pasien yang memiliki riwayat
dapat menjadi faktor kecemasan. Pada faktor faktor tersebut dapat di golongkan
didapati kecemasan pasien pre operasi yang rata rata cukup tinggi akan
kecemasan pasien pre operasi. Disimpulkan dari jurnal yang telah tervalidasi
72%. Gejala yang di alami yaitu berkeringat , gemetar, pusing, mual, yang di
berhubungan dengan ketakutan akan tempat yang tidak diketahui, tempat yang
Menurut Wawan et al., 2017 perasaan cemas pada pasien pre operasi
sendiri di tunjukan dengan mayoritas pasien merasa cemas dan khawatir dengan
tindakan dan resiko operasi yang dapat menyebabkan pasien merasa cemas dan
khawatir dengan tindakan dan resiko operasi ringan sampai dengan cemas ringan
sampai cemas berat sekali, sehingga sampai ada pasien yang menunda jadwak
operasinya karna peningkatan tekanan darah dan peningkatan tekanan nadi. Pada
proses pembedahan.71
pasien yang di informasikan dan di kenalkan dengan tim bedah medis yang
berkerja akan merasa sedikit tenang. Dari sudut pandang penulis pendekatan
secara individu terhadap pasien pre operatif terkadang juga bias memberikan
membuat pasien semakin cemas dan beberapa pasien juga tidak ingin tahu detail
menenangkan emosi dari pasien tersebut. Dari penelitian di dapatkan pasien yang
rendah.73
Menurut Masood Jawaid et al., 2017 suatu tindakan operasi bagi pasien
professional dan ekonomi, selain akan ada bekas luka. Dari hasil penelitian pasien
yang menunggu jadwal operasi mengalami kecemasan pre operasi yang tinggi. Di
penelitian ini ditemui tingkat kecemasan paling tinggi pada wanita. Pasien yang
al., 2017 faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan setiap orang mungkin
bervariasi di antara negara yang berbeda. Dalam sample populasi di negara Turki
didapati lebih tinggi terutama pada pasien hyang tingkat pendidikannya rendah.
Selain itu kunjungan keluarga sebelum tindakan operasi didapati penting untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Tidak seperti penelitian yang ada di
penelitian ini peneliti mencoba mengukur keefektifitasan dari kualitas tidur pre
operatif pada tingkat kecemasan, dan di dapati kualitas tidur yang kurang dapat
KESIMPULAN
preoperatif yang dilaporkan di antara pasien yang menjalani berbagai jenis operasi
preoperasi pada pasien dewasa adalah sebesar 51%. Telah dilaporkan bahwa pada
pasien rawat inap dengan alasan nonsurgical 10% sampai 30% mengalami
kecemasan, kejadian kecemasan ini dapat meningkat hingga 60% sampai 80%
pada pasien yang menunggu untuk operasi dan 5% dari pasien yang cemas
yaitu ketakutan akan rasa sakit atau nyeri setelah operasi, cemas akan terjadi
perubahan fisik karena ada organ yang diangkat atau dikeluarkan dari tubuh, tidak
berfungsinya tubuh atau organ tubuh lain seperti sebelum dilakukan operasi,
deskripsi tubuh yang terganggu, takut adanya keganasan penyakit yang diderita
jika diagnosa yang ditegakkan belum benar-benar pasti, cemas akan mengalami
kondisi yang sama dengan pasien lain yang memiliki kesamaan penyakit, cemas
menghadapi ruang. operasi, takut terhadap alat-alat bedah yang akan digunakan
selama operasi, takut mengalami kematian saat dibius atau tidak dapat sadar lagi,
khawatir, takut dan tegang. Hal ini adalah respons fisiologis terhadap rangsangan
kognitif, dan fisik. Masa preoperatif merupakan salah satu peristiwa yang
Hal ini sering memicu respons emosional, kognitif, dan fisiologis. Penelitian
(APAIS), Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), dan Visual Analogue
Scale (VAS). Sampai saat ini, kuesioner Spielberger tetap menjadi standar emas
sebelum operasi termasuk menjalin hubungan baik dokter dan pasien, edukasi dan
(SSRI) dan benzodiazepin. Evaluasi rutin dan secara efektif mengatasi tekanan
awal pada periode pasca operasi untuk pasien dengan bukti tekanan psikologis
pasca operasi dan membantu pasien untuk mengadopsi strategi pertahanan ego
DAFTAR PUSTAKA
12. Sigdel S. Perioperative anxiety: a short review. Glob Anaesth Perioper Med.
2015;1. https://doi.org/10.15761/GAPM.1000126.
13. Chutima R, Sookjaroen T, Aurasa C,. preoperative anxiety among patients
who were about to receive uterine dilatation and curettage. J Med Assoc Thai.
2012;95(10):1344–51. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23193751#.
14. Gataa R, Ajmi TN, Bougmiza I, Mtiraoui A. Morbidity patterns in general
practice settings of the province of Sousse, Tunisia. Pan Afr Med J.
2019;3:11.
15. Allen S, Carr E, Barrett R, Brockbank K, Cox C, North N. Prevalence and
patterns of anxiety in patients undergoing gynaecological surgery.
Bournemouth: Institute of health & Community Studies Bournemouth
University; 2012. p. 125.
16. Woldegerima YB, Fitwi GL, Yimer HT, Hailekiros AG. Prevalence and
factors associated with preoperative anxiety among elective surgical patients
at university of Gondar hospital. Gondar, Northwest Ethiopia, 2017. A
crosssectional study. Int J Surg Open. 2018;10(November 2017):21–9.
17. Almalki MS, Ahmed O, Hakami O, Al-Amri AM. Assessment of preoperative
anxiety among patients undergoing elective surgery. Egypt J Hosp Med.
2017;69(4):2329–33.
18. Akinsulore A, Owojuyigbe AM, Faponle AF, Fatoye FO. Assessment of
preoperative and postoperative anxiety among elective major surgery patients
in a tertiary hospital in Nigeria. Middle East J Anesthesiol. 2015; 23(2):235–
40.
19. Nigussie S, Belachew T, Wolancho W. Predictors of preoperative anxiety
among surgical patients in Jimma university specialized teaching hospital,
south western Ethiopia. BMC Surg. 2014;14(1):1–10.
20. Erkilic E, Kesimci E, Soykut C, Doger C, Gumus T, Kanbak O. Factors
associated with preoperative anxiety levels of Turkish surgical patients: from a
single center in Ankara. Patient Prefer Adher. 2017;11:291–6.
31. Fathi M., et al. “Preoperative anxiety in candidates for heart surgery”. Iranian
Journal of Psychiatry and Behavioral Sciences 8.2 (2014): 90-96.
32. Homzová P and Zeleníková R. “Measuring preoperative anxiety in patients
undergoing elective surgery in Czech Republic”. Education 6.4 (2015): 321-
326.
33. Vaughn F., et al. “Does preoperative anxiety level predict postoperative
pain?”. AORN Journal 85.3 (2007): 589-594.
34. Tanaka M., et al. “International consensus guidelines 2012 for the
management of IPMN and MCN of the pancreas”. Pancreatology 12.3 (2012):
183-197.
35. Ryamukuru and David. “Assessment of preoperative anxiety for patients
awaiting surgery at UTHK”. University of Rwanda (2017):199-210
36. Almalki MS, Hakami OAO, Al-Amri AM. Assessment of preoperative
anxietyamong patients undergoing elective surgery. Egypt J Hosp Med
2017;69(4):2329e33.
37. Sigdel S. Perioperative anxiety: a short review. Glob Anaesth Perioper
Med2015;1(10.15761).
38. Stamenkovic DM, Rancic NK, Latas MB, Neskovic V, Rondovic GM, Wu
JD, et al. Preoperative anxiety and implications on postoperative recovery:
what canwe do to change our history. Minerva Anestesiol
2018;84(11):1307e17.
39. Bradt J, Dileo C, Potvin N. Music for stress and anxiety reduction in
coronaryheart disease patients. Cochrane Database Syst Rev 2013;(12).
40. Carneiro AF, Mathias LAST, Júnior AR, de Morais NS, Gozzani JL, de
Miranda AP.Evaluation of preoperative anxiety and depression in patients
undergoinginvasive cardiac procedures. Brazilian Journal of Anesthesiology
2009;59(4):431e8.
41. Ghimire R, Poudel P. Preoperative anxiety and its determinants among pa-
tients scheduled for major surgery: a hospital based study. J
Anesthesiol2018;6(2):57e60.
52. Rasouli MR, Menendez ME, Sayadipour A, Purtill JJ, Parvizi J. Direct cost
andcomplications associated with total joint arthroplasty in patients with pre-
operative anxiety and depression. J Arthroplasty 2016;31(2):533e6.
53. Robleda G, Sillero-Sillero A, Puig T, Gich I, Ba~nos J-E. Influence of
preoperativeemotional state on postoperative pain following orthopedic and
trauma sur-gery. Rev Latino-Am Enferm 2014;22(5):785e91.
54. Ruis C, Wajer IH, Robe P, van Zandvoort M. Anxiety in the preoperative
phaseof awake brain tumor surgery. Clin Neurol Neurosurg 2017;157:7e10
55. Seto M, Sakamoto Y, Takahashi H, Kita R, Kikuta T. Does planned
intravenous sedation affect preoperative anxiety in patients? Int J Oral
Maxillofac Surg 2013;42(4):497e501.
56. Woldegerima Y, Fitwi G, Yimer H, Hailekiros A. Prevalence and factors
associated with preoperative anxiety among elective surgical patients at
University of Gondar Hospital. Gondar, Northwest Ethiopia, 2017. A cross-
sectional study. International Journal of Surgery Open 2018;10:21e9.
57. Maheshwari D, Ismail S. Preoperative anxiety in patients selecting either
general or regional anesthesia for elective cesarean section. J Anaesthesiol
Clin Pharmacol 2015;31(2):196.
58. Duivenvoorden T, Vissers M, Verhaar J, Busschbach J, Gosens T, Bloem R,
et al. Anxiety and depressive symptoms before and after total hip and knee
arthroplasty: a prospective multicentre study. Osteoarthritis Cartilage
2013;21(12):1834e40.
59. Ekinci M, Golboyu BE, Dülgero € glu O, Aksun M, Baysal PK, Çelik EC, et
al. The relationship between preoperative anxiety levels and vasovagal
incidents during the administration of spinal anesthesia. Rev Bras Anestesiol
2017;67(4):388e94.
60. Hellstadius Y, Lagergren J, Zylstra J, Gossage J, Davies A, Hultman C, et al.
Prevalence and predictors of anxiety and depression among esophageal cancer
patients prior to surgery. Dis Esophagus 2016;29(8):1128e34.
61. Prado-Olivares J, Chover-Sierra E. Preparatory anxiety in patients undergoing
cardiac surgery. Diseases 2019;7(2):46.
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal :
2004 - 2010 : SD Negri 22 Banda Aceh
2010 - 2013 : SMP Negri 1 Blang Pidie
2013 - 2016 : SMA Prime One School Medan
ABSTRAK
ABSTRACT
yang sama dengan pasien lain yang pemulihan pasca operasi awal.
memiliki kesamaan penyakit, cemas Intervensi awal pada periode pasca
menghadapi ruang. operasi, takut operasi untuk pasien dengan bukti
terhadap alat-alat bedah yang akan tekanan psikologis menawarkan
digunakan selama operasi, takut pengurangan lama rawat inap,
mengalami kematian saat dibius atau penggunaan analgesik, morbiditas
tidak dapat sadar lagi, dan adanya pasca operasi dan membantu pasien
ketakutan bahwa operasi akan gagal. untuk mengadopsi strategi
Kecemasan sendiri dapat pertahanan ego yang lebih efektif
diartikan sebagai perasaan tidak dalam kehidupan sehari-hari mereka.
nyaman, khawatir, takut, tegang, dan
tidak nyaman. Hal ini adalah respons DAFTAR PUSTAKA
fisiologis terhadap rangsangan 1. Videbeck S, Videbeck S.
eksternal atau internal yang dapat Psychiatric-mental health
menimbulkan gejala perilaku, nursing. 5th edition. Lippincott
emosional, kognitif, dan fisik. Masa Williams & Wilkins; 2013.
preoperatif merupakan salah satu 2. Sigdel S. Perioperative anxiety.
peristiwa yang mengkhawatirkan Clin Trials Patent. 2015;1(1):2.
bagi kebanyakan pasien yang akan 3. Boker A, Brownell L, Donen N.
menjalani prosedur bedah. Hal ini The Amsterdam preoperative
sering memicu respons emosional, anxiety and information scale
kognitif, dan fisiologis. Penelitian provides a simple and reliable
sebelumnya telah menggunakan measure of preoperative anxiety.
berbagai kuesioner untuk mengukur Can J Anesth. 2002;49(8):792–8.
kecemasan. Yang paling umum 4. Stirling L, Raab G, Alder EM,
termasuk State-Trait Anxiety Robertson F. Randomized trial of
Inventory (STAI), Amsterdam essential oils to reduce
Preoperatif Anxiety Information perioperative patient anxiety:
Scale (APAIS), Hospital Anxiety and feasibility study. J Adv Nurs.
Depression Scale (HADS), dan 2017; 60(5):494–501.
Visual Analogue Scale (VAS). 5. Vileikyte L. Stress and wound
Sampai saat ini, kuesioner healing. Clin Dermatol.
Spielberger tetap menjadi standar 2007;25(1):49–55.
emas untuk mengukur kecemasan. 6. Bailey L. Strategies for
Pasien-pasien ini perlu dipantau decreasing patient anxiety in the
sebelum dan sesudah operasi untuk perioperative setting. AORN J.
mengurangi angka morbiditas dan 2010;92(4):445–60.
mortalitas. Penanganan sebelum 7. Jlala HA, French J, Foxall GL,
operasi termasuk menjalin hubungan Hardman JG, Bedforth NM.
baik baik hubungan dokter pasien, Effect of preoperative
edukasi dan wawancara terstruktur, multimedia information on
psikoterapi, penghambat reuptake perioperative anxiety in patients
serotonin selektif (SSRI) dan undergoing procedures under
benzodiazepin. Evaluasi rutin dan regional anaesthesia. Br J
secara efektif mengatasi tekanan Anaesth. 2018; 104(3):369–74.
psikologis preoperatif memfasilitasi