Makalah Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

DI SUSUN OLEH :

SEFIOLA VAGENZA

2063201022

SEMESTER 3(A)

ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu


menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi,
kesetaraan dan tanggung jawab. di Indonesia landasan hukum pelaksanaan partisipasi
masyarakat adalah Undang-Undang no. 6 Tahun 2014 tentang eratupran pemerintah dalam
negeri republik Indonesia nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman Pembangunan desa, PP
no.47 tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang no. 6 tahun 2014 tentang
desa, perubahan atas PP no 43 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa. Peraturan
kemendesa no.1 tahun 2015 tentang pedoman kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala desa yang berbunyi: desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan
Republik Indonesia. Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi
kewenangan dibidang penyelengggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Pemerintah desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Republik Indonesia.
Penyertaan masyarakat sebagai subyek pembangunan adalah suatu upaya
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ini berarti masyarakat diberi peluang untuk
berperan aktif mulai dari identifikasi masalah, prioritasi, perencanaan, pelaksanaan sampai
evaluasi setiap tahap pembangunan yang diprogramkan. Terlebih apabila desa akan
melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalisasi.
Masyarakat lokal dengan pengetahuan dan pengalamannya menjadi modal yang
sangat besar dalam melaksanakan pembangunan, karena masyarakat lokal yang mengetahui
apa permasalahan yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Masyarakat
memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan orientasi dan arah kebijakan
pembangunan yang dikehendaki, Nilai-nilai kedaulatan selayaknya dibangun sebagai
kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari kepentingan individu atau golongan. Perlunya
keterlibatan masyarakat ini dianggap sangat penting, karena pelaksanaan pembangunan yang
mengutamakan masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan, berarti
memberikan peluang seluas-luasnta kepada masyarakat untuk mengarahkan sumber daya,
potensi, merencanakan serta membuat keputusan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
pembanguan yang akan mensejahterakan mereka sehingga mereka berdaya.
Proses perencanaan pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan
pembangunan yang mendasari pada ketentuan masyarakat setempat serta didukung peran
serta aktif masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah sehingga tersusunnya dokumen
perencanaan pembangunan. Suatu perencanaan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdaya guna
dan berhasil guna apabila perencanaan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan
masyarakat, serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan.
Proses perencanaan pembangunan menekankan pada rencana kerja atau working plan sebagai
proses dari: (1) input yang berupa keuangan, tenaga kerja, fasilitas, dan lain-lain; (2)
Kegiatan (proses); (3) Out put outcomes. Proses perencanaan dimulai dengan informasi
tentang ketersediaan sumber daya dan arah pembangunan nasional atau dapat dikatakan
sesuai dengan kebutuhan, dinamika reformasi dan pemerintah yang lebih demokratis dan
terbuka, sehingga masyarakatlah yang paling tahu apa yang dibutuhkannya. Partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan sangat penting karena dapat
menumbuhkan sikap memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap perencanaan
pembangunan.
Sementara masalah partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan belum
maksimal. Untuk itu peran serta maupun partisipasi masyarakat dalam membangun
daerahnya sangat diperlukan. Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh tingkat
partisipasi masyarakat, baik dalam menyumbang input maupun dalam hasilnya, dan perlu
diingat bahwa sekitar 80% masyarakat Indonesia hidup di pedesaan yang jauh dari pusat
administrasi pembangunan. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa masa lampau, bahkan
sampai sekarang, masih banyak rakyat yang belum tersentuh oleh kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan, termasuk menikmati hasil pembangunan, margono Slamet (2003).
Untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan,
masyarakat baik formal maupun non formal sangat penting terutama dalam mempengaruhi
dan menggerakkan keterlibatan seluruh warga masyarakat di lingkungannya guna
mendukung keberhasilan program pemerintah dalam pembangunan. Pengaruh para tokoh
masyarakat di Desa masih sangat kuat dan kental bahkan masih seringkali menjadi panutan
dalam segala hal kegiatan sehari-hari warga masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya.
Usaha untuk mengubah kebiasaan merupakan pekerjaan yang susah, hal tersebut telah
dirasakan pengurus RT akan memulai melibatkan masyarakat yang terbiasa dengan hanya
menunggu perintah, namun kurang disertai sikap kritis yang kurang tahu kearah mana
aspirasi mereka akan dibawa dan hal ini berlangsung dari dahulu sampai sekarang, bahwa
banyak sekali program dalam rangka mencapai tujuan membangun manusia, namun karena
kebutuhan manusia begitu banyak aspeknya, sering kali menjadi tumpang tindih dan belum
bisa berhasil secara maksimal bahkan terkadang kurang tepat sasaran karena keterbatasan
waktu yang sudah ditentukan, maka dibutuhkan waktu yang panjang untuk melakukan proses
yang terus menerus, dan tentu saja dalam kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Untuk itu dalam mengoptimalkan perencanaan pembangunan fungsi pengurus RT, PKK,
Dasa wisma, kelompok pengajian sebagai petugas pembangunan dalam perencanaan
pembangunan sangat diharapkan.
Masih kuatnya dominasi tokoh masyarakat di tingkat Desa dalam melakukan
perencanaan pembangunan membuat partisipasi masyarakat dalam pembangunan kurang
maksimal. Hal ini dapat menyebabkan perencanaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Proses perencanaan pembangunan masyarakat ditingkat Desa, dalam proses
pengambilan keputusan yang sangat mempengaruhi tingkat perekonomian dan kehidupan
masyarakat desa akan tetapi hanya perwakilan tokoh masyarakat saja yang dilibatkan yang
terkadang tidak mengakomodir aspirasi masyarakat bawah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka permasalahan yang diatas
menjadi perhatia penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa?
2. Apa faktor-faktor penghambat partisipatif dalam penyelenggaraan Musrembang di Desa?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif mengenai peraturan partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan Desa.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan di Desa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Strategi pembangunan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat
mensyaratkan adanya keterlibatan langsung rakyat atau partisipasi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti sebagai usaha menoptimalkan potensi dan sumber daya
yang dimiliki masyarakat, mengandung maksud partisipasi masyarakat pada setiap tahap
pembangunan desa itu sendiri. Baik partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi/kontrol pembangunan.
Dengan mengutip pengkategorian oleh Deshler dan Sock, sebutkan bahwa secara
garis besar terdapat tiga tipe utama partisipasi, yaitu: partisipasi teknis (technical
partisipation), partisipasi semu ( pseudo participation), dan partisipasi politis atau partisipasi
asli (genuine paricipation). Partisipasi teknis dan partisipasi politis kelihatannya sepadan
dengan dua tipe partisipasi yang ditemukan dalam refernsi lain, yaitu partisipasi yang
digunakan dalam pengengmbangan program, dan partisi alsi yang diperluas untuk partisipasi
yang merambah ke dalam isu demokratisasi. Partisipasi teknis adalah keterlibatan masyarakat
dalam pengidentifikasian masalah, pengumpulan data, analisi data, dan pelaksanaan kegiatan.
Pegembangan partisipasi dalam hal ini adalah seebuah taktik untuk melibatkan masyarakat
dlam kegiatan-kegiatan praktis dalam konteks pengembangan masyarakat. Partisipasi asli,
adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perubahan dengan melakukan refleksi kritis dan
aksi yang meliputi dimensi politis, ekonomis, ilmiah, dan ideologis, secara bersamaan.
Pengembangan partisipasi dalam ini adalah pengembangan kekuasaan dan kontrol lebih besar
terhadap suatu situasi melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan pilihan
kegiatan dan berotonomi, sedang partisipasi semu yaitu partisipasi politis yang digunakan
orang luar atau kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingannya sendiri,
sedangkan masyarakat hanya sekedar obyek.
Usaha untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa ini sejalan
dengan kesadaran negara bahwa masyarakat memiliki potensi dan memegang peranan
penting dalam pembangunan di desa. Eksistensinya tidak hanya sebatas obyek melainkan
juga subyek utama pembangunan. Sebab partisipasi masyarakat ini akan memberikan nilai
positif setidaknya untuk tiga hal. Petama, keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
pembangunan atau perumusan agenda pembangunan akan mendekatkan rencana hasil
pembangunan kepada aspirasi dan kebutuhan masyarakat desa. Sebab dalam perencanaan
pembangunan partisipatif rencana yang dimaksudkan akan menggambarkan kehendak dan
kebutuhan masyarakat secara rill. Kedua, keterlibatan pembangunan atau dengan kata lain
biaya pembangunan akan jauh lebih efisien dibanding program-program pembangunan yang
dikontraktualkan dengan pihak ketiga. Ketiga, partisipasi masyarakat dapat mendorong
terciptanya proses pembangunan yang lebih tranparan dan akuntable.
Dorongan munculnya partisipasi msyarakat mendapatkan ruang dalam setiap aspek
kewenangan yang diberikan kepada desa. Dalam pasal 68 ayat 1 point c yang terkai dengan
hak masyarakat diebutkan bahwa masyarakat berhak untuk menyampaikan aspirasi saran, dan
pendapat lisan atau tertulis scara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dalam perspektif ini partisipasi masyarakat justru lebih luas
karena tidak sebatas pada perencanaan pembangunan saja melainkan pada aspek lain yang
trkait dengan kewenangan desa.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://eprints.uns.ac.id/31741/1/S630306003_pendahuluan.pdf
2. https://bangda.kemendagri.go.id/berita/baca_kontent/1520/
partisipasi_masyarakat_dalam_penyelenggaraan_pemerintahan_daerah_
3. Undang-undang Nomor 6, Taahun 2014, Tentang Desa
4. Peratuan Pemerintah Nomor 43, Tahun 2014, Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114, Tahun 2014, Tentang Pedoman
PembangunanDesa.
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor;
5, Tahun 2015, Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015
7. Impact Assment For Development Agencier, Crhrist Roche, OXPAM-NOVIB, 1999

Anda mungkin juga menyukai