Makalah Kel 2 Etika Profesi Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ETIKA PROFESI

Organisasi Profesi Guru

Oleh:
Ra’uf Azriel Al Kahfi (7101419053)
Nida Kusuma Dewi (7101419133)
Lindu Sukma Melati (7101419147)
Ricky Hermawan W (7101419169)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Organisai Profesi Guru ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Marimin, M.Pd. dan Ibu Saringatun Mudrikah, S. Pd., M. Pd. pada mata
kuliah Profesional Ethics of Economics Teacher. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai organisasi profesi guru bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marimin, M.Pd. dan Ibu
Saringatun Mudrikah, S. Pd., M. Pd., selaku dosen Profesional Ethics of Economics
Teacher yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Tak lupa ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Semarang, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
1.4 Urgensi...........................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Organisasi Profesi Guru...............................................................6
2.2 Sejarah Organisasi Profesi Guru....................................................................8
2.3 Fungsi, Tujuan dan Wewenang......................................................................9
2.4 Struktur dan Kedudukan..............................................................................12
2.5 Jenis Organisasi Profesi Guru......................................................................14
BAB III.......................................................................................................................24
PENUTUP..................................................................................................................24
3.1 Simpulan......................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya jaman hal ini sejalan dengan tantangan
yang dihadapi di dunia pendidikan. Dimana terjadinya pembaharuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berat dan
kompleks disertai dengan perubahan sosial kultural yang menyesuaikan dengan
tututan jaman, hal ini berdampak pada perubahan paradigma tugas dari seorang
guru. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa guru memiliki peran penting dalam
perkembangan di dunia pendidikan.
Seorang guru dituntut untuk selalu bersikap profesional. Guru harus dapat
mengelola situasi dan kondisi selama proses pembelajaran didalam kelas.
Menjadi seorang pendidik tidak hanya harus mampu menjelaskan materi di depan
kelas namun juga bagaimana mempersiapkan peserta didik menjadi mandiri dan
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara nyata. Menjadi seorang
pengajar dan pendidik tidak lah mudah sebab guru harus dapat menjadi tauladan
bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, menjadi seorang guru tidak hanya
menjadi suatu pekerjaan melainkan merupakan sebuah profesi dimana untuk
menjadi guru perlu menepuh pendidikan keguruan dalam bidang tertentu
sehingga memiliki kemampuan atau keahlian dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh masyarakat umum
yang tidak menempuh pendidikan keguruan.
Guru merupakan sebuah profesi yang harus terus dikembangkan. Adanya
pengembangan profesi guru ini merupakan suatu bentuk usaha untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas (Munawir, 2022). Profesi
secara etimologi berasal dari kata profession atau bahasa latin profesus yang
memiliki arti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan”.
Profesi merupakan sesuatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut adanya
kemampuan ataupun keahlian dari pelakunya, di dalam dunia pendidikan profesi
disebut sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (Ramadhan & Ilmi,
2021). Sedangkan (Rahman, 2022) menjelaskan pengertian profesi yaitu
pekerjaan seumur hidup serta terdapat konsekuensi ekonomis atas suatu
pekerjaan pada bidang profesi tersebut, akan tetapi titik fokusnya utamanya

1
terletak pada pengabdian dan tanggung jawab moril sesuai bidang keilmuan
profesi tersebut.
(Susanto, 2020) menjabarkan syarat suatu pekerjaan dapat digolongkan
sebagai profesi yaitu: memiliki spesialisasi ilmu, memiliki kode etik, memiliki
organisasi profesi, diakui masyarakat, sebagai panggilan hidup, dilengkapi
kecakapan diagnostik, dan memiliki klien yang jelas. Pengembangan profesi ini
tentu saja beriorentasi pada proses guru menjadi guru yang profesional. Untuk
mewujudkan sikap guru yang profesional perlu dibentuk adanya suatu organisasi
yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menampung semua masukan yang ada
dari berbagai macam masalah agar nantinya dapat di selesaikan dan mampu
memberikan pembelajaran yang lebih baik.
Dengan adanya organisasi tersebut, seorang guru dapat dilindungi dari
penyalahgunaan yang dapat membahayakan keutuhan dan kewibawaan
profesinya (V. Hidayat & Surya, 2012). Salah satu ciri profesi yaitu adanya
kontrol ketat atas anggota-anggotanya, suatu profesi ada dan diakui masyarakat
karena ada usaha dari para anggotanya untuk menghimpun diri (Najri, 2020).
Organisasi profesi kependidikan mempunyai kekuatan dan kekuasaan dalam
menjalankan tugas keprofesiannya. Oganisasi profesi pendidik juga berupaya
dalam peningkatan dan pengembangan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat, serta kesejahteraan pendidik.
Organisasi profesi terdiri dari dua kata yaitu organisasi dan profesi.
Dikutip dari buku “Profesi Keguruan” karya (Susanto, 2020) terdapat banyak
pendapat yang mengemukakan pendapatnya terkait dengan pengertian organisasi,
diantaranya pendapat dari Stoner dimana organisasi diartikan sebagai suatu pola
hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar
tujuan bersama. Pengertian ini menekankan organisasi sebagai suatu sistem yang
digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi sebagai suatu sistem maka orang yang berada di dalamnya
mempunyai peran atau fungsi yang berbeda dan membentuk satu kesatuan untuk
mencapai tujuan bersama. Selanjutnya, Chester I. Bernard mengartikan
organisasi sebagai suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih. Dalam pengertian ini menitik beratkan pada kerjasama antar
anggota organisasi. Sehingga organisasi merupakan entitas sistemik yang
menjalankan aktivitas yang telah disepakati antar anggota organisasi

2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) profesi merupakan
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian (keterampilan, kejujuran
dan sebagainya). Profesi didasarkan kepada kompetensi, keahlian dan
pengetahuan spesialis sehingga dalam menjadi profesional seorang harus
menjalani pendidikan yang relatif lama. Profesi juga ditandai juga oleh adanya
perijinan untuk mengadakan suatu kegiatan profesional yang biasa diberikan oleh
negara. Berdasarkan dua pengertian diatas maka secara garis besar organisasi
profesi merupakan sekumpulan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus
dalam bidang tertentu guna mencapai tujuan bersama.
Setiap profesi memiliki organisasi profesi untuk wadah pengembangan,
serta melindungi profesinya. Begitupun dengan guru. Dalam hubungannya
dengan organisasi profesi guru harus berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan, guru
juga memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan dunia kependidikan, guru menerima tugas-tugas dari
organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual serta
integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya (Nurhadi, 2017).
Organisasi profesi memiliki peranan penting dalam pembetukan
profesionalisme guru. Sebab organisasi profesi memiliki kewenangan untuk
menentukan kode etik profesi, bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikuasai
oleh suatu profesi, dan perlindungan terhadap profesi (Akhwan, 2003). Suatu
organisasi profesi tidak hanya memiliki tujuan yang dilakukan dalam melakukan
suatu kegiatan untuk para anggota namun organisasi profesi juga memiliki
manfaat yang berguna bagi masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.
Manfaat itu diantaranya yaitu dengan adanya organisasi profesi dapat
membangun kepercayaan dalam diri masyarakat mengenai suatu pandangan
tentang kompetensi pendidikan, dengan adanya organisasi profesi kependidikan
dapat membantu masyarakat dalam memotivasi masyarakat yang tertinggal dari
segi pendidikannya, organisasi profesi merangkul semua kalangan profesi
kependidikan dalam membuat wadah untuk meningkatkan skill dan wawasan
mengenai dunia kependidikan.
Guru dituntut untuk memenuhi serangkaian kegiatan yang menjadi
kebijakan nasional pengembangan profesi seperti Uji Kompetensi Guru (UKG),
Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

3
(PKB). Melihat pengembangan keprofesian berkelanjutan yang memiliki
serangkaian kegiatan yang menjadi kebijakan nasional tentu saja organisasi
profesi ikut berperan andil dalam hal ini. Keberadaan organiasi profesi keguruan
ini dapat menjadi wadah peningkatan kompetensi guru menjadi salah satu mitra
pemerintah dalam mewujudkan serta melaksanakan program-program
peningkatan komptensi dan mutu guru yang diadakan. Organisasi profesi adalah
pendukung, pengawas, dan berupaya agar profesi pendidik dapat terus
berkembang secara berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari organisasi profesi guru?
b. Bagaimana sejarah dari organisasi profesi guru?
c. Apa fungsi, tujuan dan wewenang dari organisasi profesi guru?
d. Bagaimana struktur dan kedudukan organisasi profesi guru?
e. Apa saja jenis-jenis organisasi profesi guru yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian dari organisasi profesi guru.
b. Untuk mengetahui sejarah dari organisasi profesi guru.
c. Untuk mengetahui fungsi, tujuan dan wewenang dari organisasi profesi guru.
d. Untuk mengetahui struktur dan kedudukan organisasi profesi guru.
e. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi profesi guru yang ada di Indonesia.

1.4 Urgensi
Organisasi profesi memiliki peran andil yang cukup penting dalam
meningkatkan keprofesionalisatan guru, menambah wawasan, meningkatkan
kompetensi serta peningkatan mutu kualitas sistem pendidikan. Kompetensi dan
keprofesionalitasan guru harus terus diasah, salah satu caranya yaitu dengan
melakukan kegiatan aktif dan berkelanjutan melalui organisasi profesi
keguruan. Selain itu, keuntungan dari adanya organisasi profesi guru
yaitu dapat mewujudkan guru pembelajar sepanjang hayat, peningkatan

4
harkat dan martabat guru melalui bimbingan profesi yang berkelanjutan,
serta untuk peningkatan kesejahteraan guru.
Maka dari itu, mengingat pentingnya peran organisasi profesi guru ini
sehingga dalam makalah ini akan dijelaskan terkait dengan organisasi profesi
secara lengkap dan diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca terkait dengan organisasi profesi guru.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi Profesi Guru


Dalam UU nomor 14 tahun 2005 pada BAB I Pasal 1 tentang Guru dan
Dosen dijelaskan organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan
profesionalitas guru. Organisasi profesi merupakan sebuah organisasi yang tidak
mencari keuntungan atau non profit yang dibentuk oleh suatu profesi tertentu
dengan tujuan untuk melindungi kepentingan dari para anggota yang tergabung
dalam organisasi profesi tersebut serta masyarakat sebagai pengguna jasanya (Dr.
H. E. Nurzaman AM et al., 2019).
Sedangkan (Susanto, 2020) menyatakan bahwa organisasi profesi
merupakan suatu wadah bagi perkumpulan orang yang memiliki keahlian khusus
yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Bidang keahlian tersebut
tidak dapat diperoleh secara kebetulan dan dikerjakan oleh sembarang orang,
untuk mendapatkannya perlu adanya satu jalur khusus. Dalam buku “Profesi
Kependidikan” yang disusun oleh Tustiyana Windiyani, M.Pd.; Drs. Dadang
Kurnia, M.Pd.; serta Ratih Purnamasari, M.Pd.
PP No. 19 Tahun 2017 mengenai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang mengatakan bahwa organisasi profesi
guru adalah perkumpulan badan hukum yang didirikan dan dikelola oleh guru
untuk mengembangkan profesi guru. Definisi ini mengisyaratkan bahwa
organisasi profesi guru didirikan oleh guru sendiri,dan untuk guru itu sendiri.
Organisasi profesi guru berasal dari tiga kata yaitu organisasi, profesi dan
keguruan (guru). Sebuah organisasi biasanya didefinisikan sebagai sekelompok
orang (group of people) yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
(common goals). Meskipun definisi ini populer karena mudah dipahami, banyak
Para ahli mengatakan definisi tersebut terlalu sederhana. Masih ada beberapa
elemen penting yang seharusnya menjadi bagian dari esensi dasar organisasi,
tetapi belum dimasukkan dalam definisi.
Stephen F. Robbins (2000) (dalam irawan, 2018:196) mendefinisikan
organisasi sebagai unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang
relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan

6
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan
untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa organisasi itu didirikan untuk
kepentingan bersama.
Ada kesamaan antara defisi dari Sthepen dengan David Cherrington
(1989) (dalam Irawan, 2018:196) yang memberikan definisi organisasi sebagai
sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur dan yang didirikan oleh
manusia serta beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka mencapai satu
set tujuan tertentu. Sehingga pokok pentingnya adalah adanya tujuan.
Sementara itu, Richard Daft (1992) (dalam irawan, 2018:196) tidak jauh
berbeda. Ia mendefinisikan organisasi dengan memberi tekanan pada karakter
organisasi, dimana Daft mendefinisikan organisasi sebagai sebuah entitas sosial
yang berorientasi pada tujuan dengan suatu sistem kegiatan yang terstruktur dan
mempunyai batas-batas yang bisa teridentifikasi.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta
dengan hubungan kerja yang rasional. Contohnya yaitu perseroan terbatas,
sekolah, negara, dan lain sebagainya. Organisasi informal adalah kumpulan dari
dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang
tidak disadari. Contohnya adalah arisan ibu-ibu, belajar bersama anak-anak SD.
Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
seseorang dan didapat melalui adanya proses pendidikan. Suatu profesi erat
kaitanya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya
menuntut keahlian, pengetahuan, dan ketrampilan tertentu pula. Dan Guru adalah
pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih dan
mengevaluasi. Jabatan guru dikenal sebagai pekerjaan profesional, artinya
jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus.
Dari kata organisasi profesi dapat diartikan sebagai organisasi yang
anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi
dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak
dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu. Organisasi
profesi merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional tersebut
menggabungkan diri dan mendapatkan perlindungan. Jadi, dapat disimpulkan

7
bahwa organisasi profesi guru adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang
yang memiliki suatu keahlian khusus dalam mendidik (Windiyani et al., 2020).

2.2 Sejarah Organisasi Profesi Guru


Sejak era penjajahan Belanda dan Jepang, para guru di Indonesia sudah
memiliki semangat yang tinggi untuk berserikat dan memperjuangkan pendidikan
di Indonesia. Hal ini terbukti dengan terbentuknya Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) pada 1912. Anggota organisasi tersebut adalah Guru Bantu,
Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah yang berasal dari berbagai
daerah dengan latar belakang yang berbeda. Akibat kesenjangan sosial antara
satu guru dengan guru lainnya, maka mulai tumbuhlah banyak organisasi lain di
luar PGHB seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD),
Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS),
Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru yang bercorak
keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke Onderwijs Vereneging
(COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van Muloleerkrachten
(VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama
tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan
posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu
selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang
Indonesia, perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta
kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi
perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932, dengan penuh kesadaran akan kemerdekaan pendidikan
maka 32 organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham dan golongan
sepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pengubahan nama ini mengejutkan
pemerintah Belanda, karena penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan
semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata
“Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Perjuangan
PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan
cita-cita kemerdekaan. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi

8
dilarang, sekolah ditutup, dan Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi
melakukan aktivitas.
Titik terang mulai terlihat kala Proklamasi terproklamirkan pada 1945.
Akhirnya PGRI bangkit kembali dan segera menyelenggarakan Kongres Guru
Indonesia pertamanya pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Pada hajatan
besar inilah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terdeklarasikan. Melalui
kongres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan
tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku,
sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan
guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru
dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kelahiran PGRI sebagai wadah pemersatu guru yang sedang mengalami
revolusi kemerdekaan merupakan manifestasi rasa tanggung jawab dan kesadaran
kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta
partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka sejak itu, dengan terbentuknya
Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di
dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan
PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan
dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan,
organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan
independen.
Kini PGRI telah terkenal di dunia internasional dengan menjadi anggota
Education International dan berafiliasi dengan ASEAN Council of Teachers
(ACT). Organisasi ini juga di lengkapi dengan lembaga konsultasi dan bantuan
hukum bagi para anggotanya, lembaga kajian kebijakan pendidikan, dan
perangkat lainnya untuk menunjang profesi guru. Organisasi ini juga aktif
memberikan bantuan kepada guru di daerah 3T, memberikan pendidikan
berbagai isu bagi masyarakat.

2.3 Fungsi, Tujuan dan Wewenang


Fungsi Organisasi Keprofesian Guru
9
Organisasi keprofesian guru juga memiliki fungsi tersendiri yang
bermanfaat bagi anggotanya. Fungsi Organisasi Keprofesian Guru dibagi menjadi
2 (Maulana, 2021), yaitu:
a. Fungsi Pemersatu
Berdirinya suatu organisasi tidak terepas dari alasan yang mendasarinya yaitu
dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Organisasi profesi
kependidikan ini digunakan sebagai wadah pemersatu berbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan
masyarakat pengguna jasa kependidikan. Mempersatukan potensi tersebut
nantinya diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan
kekuatan untuk menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu
upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban
profesi kependidikan itu sendiridan kepentingan masyarakat pengguna jasa
profesi ini.

b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional


Fungsi ini tertuang dalam PP No. 38 Tahun 1992 pasal 61 yang berbunyi “tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan” peraturan
pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang secara tersirat
mewajibkan anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan.
Dalam UUSPN Tahun (1989) pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa “tenaga
kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembangunan bangsa”.
Kemampuan yang dimaksud adalah kompetensi. Kompetensi diartikan sebagai
kecakapan atau kemampuan mengerjakan kependidikan. Peningkatan
kemampuan profesional juga terkait dengan Kurikulum 1994 melalui dua
program, yaitu:

10
a) Program Terstruktur merupakan program yang dibuat dan dilaksanakan
serta mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat
diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
b) Program Tidak Terstruktur merupakan program pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan
tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada.
Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah Penataran tingkat
nasional dan wilayah, Supervisi yang dilaksanakan oleh pejabat terkait,
Pembinaan dan pengembangan sejawat, Pembinaan dan pengembangan
individual.

Tujuan Organisasi
Salah satu tujuan organisasi keprofesian guru adalah mempertinggi
kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan
kesejahteraan guru (Wardan, 2019). Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38
tahun (1992) pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan yaitu:
a) Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan
upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang
pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan
diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas.
Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motivator terjadinya
peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi
kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotivasi anggotanya
mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya
b) Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota,
merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang andal.
Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profesi
akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
c) Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional
anggota, merupakan upaya para profesional untuk menempatkan. anggota
suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi
kependidikan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

11
kemampuan kepada anggotanya melalui pendidikan atau latihan
terprogram.
d) Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
kependidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat
yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis
yang disepakati.
e) Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan
lahir batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin
menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi kependidikan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota. Aspirasi anggota melalui organisasi
terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan individu.

Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan


yang profesional. Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI
pasal 40 ayat 1 mempunyai tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan,
dan pengabdian dalam masyarakat. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38
tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu:
meningkatkan dan/atau mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.

Wewenang Organisasi Keprofesian Guru


Organisasi profesi guru juga mempunyai beberapa kewenangan yang
tercantum dalam UU RI No. 14 tahun (2005) pasal 42 tentang guru dan dosen,
yaitu :
a) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
b) Memberikan bantuan hukum kepada guru.
c) Memberikan perlindungn profesi guru.
d) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

12
e) Memajukan pendidikan nasional.

2.4 Struktur dan Kedudukan


Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi keguruan
terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
a) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat lokal (kedaerahan dan
kewilayahan), misalnya Serawak Teachers’ Union di Malaysia.
b) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat nasional seperti Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI).
c) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat internasional seperti UNESCO
(United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization).

Bentuk organisasi para pengemban tugas keprofesian juga cukup


bervariasi dipandang dari segi derajat keeratan dan keterikatan dengan/dan
antaranggotanya. Dalam bidang pendidikan, dapat ditemukan berbagai bentuk
keorganisasian, antara lain:

a) Berbentuk persatuan (union), misalnya: Persatuan Guru Republik Indonesia


(PGRI), Ausrtalian Education Union (AUE), Singapore Teachers’ Union
(STU), Sabah Teachers Union (STU).
b) Berbentuk federasi (federation) misalnya: All India Primary Teachers
Federation (AIPTF), dan Bangladesh Teachers’ Federation (BTF).
c) Berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, seperti National Alliance
of Teachers and Office Workers (NATOW).
d) Berbentuk asosiasi (association) misalnya, All Pakistan Government School
Teachar Association (APGSTA), dan Brunei Malay Teachers’ Association
(BMTA).

Sedangkan ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi ini


dapat dibedakan berdasarkan
a) Jenjang pendidikan bertugas (SD, SMP, dll);
b) Status penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta);
c) Bidang studi keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll);
d) Jender (Pria, Wanita);
e) Latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China education Society di
Malaysia.

13
Dengan demikian keragaman bentuk, struktur, dan kedudukan dari
organisasi pendidikan itu, maka status keanggotaannyajuga dengan sendirinya
akan bervariasi. Organisasi keprofesian yang bersifat asosiasi atau persatuan
biasanya bersifat langsung keanggotaannya dari setiap pribadi ataupengemban
profesi yang bersangkutan sedangkan yang sifatnya federasi atau perserikatan,
lazimnya keanggotaan cukup terbatas dari pucuk organisasi yang berserikat saja.

2.5 Jenis Organisasi Profesi Guru


Organisasi profesi guru yang ada di Indonesia sangat bermacam selain
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang diakui oleh Pemerintah dan
dikenal luas oleh masyarakat. Setelah era reformasi, organisasi guru bermunculan
dengan berbagai jenis seperti bersifat umum, spesifik, berbasis guru kelas,
organisasi keagamaan dan lainnya (Dr. H. E. Nurzaman AM et al., 2019)
Beberapa organisasi profesi tersebut tersebar bagi guru di seluruh Indonesia.
Berikut adalah beberapa organisasi profesi keguruan yang ada di Indonesia yaitu
sebagai berikut:

a) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)


Melalui web resminya yaitu pgri.or.id dijelaskan mengenai sejarah
singkat dari lahirnya organisasi profesi keguruan yang diakui Pemerintah ini.
Cikal bakal dimulai dari berdirinya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) di
tahun 1912 sebagai wadah organisasi perjuangan guru pribumi masa zaman
Belanda. Para anggota bersifat unitaristik yang terdiri dari para Guru Bantu, Guru
desa, Kepala Sekolah dan Pemilik Sekolah. Adanya organisasi tersebut adalah
memperjuangkan kesamaan hak dan posisi dan pejuangan nasional (PB PGRI,
2017).
Nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932. Di zaman penjajajan Jepang dimana
semua organisasi dilarang melakukan aktivitas, para guru memiliki semangat
kemerdekaan dan menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada 24 –
25 November 1945 bertempat di kota Surakarta. Mereka (guru) bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga lahirlah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945 di kongres ini.

14
Tujuan dari kongres tersebut oleh mereka adalah mempertahankan dan
menyempurnakan Republik Indonesia; mempertinggi tingkat Pendidikan dan
pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan; serta membela hak dan nasib
buruh umumnya guru pada khususnya. Semenjak adanya kongres tersebut, semua
guru di Indonesia menyatakan diri sebagai bagian dari Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Pendirian dari PGRI juga selain misi profesi adalah adanya
misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris dan misi kesejahteraan (Siregar,
2020).
Pemerintah Republik Indonesia juga memberikan tanda sebagai
penghormatan kepada guru dengan adanya Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun
1994 berisi penetapan hari lahir PGRI jatuh tanggal 25 November dan
selanjutnya diperingati sebagai Hari Guru Nasional tiap tahunnya (PB PGRI,
2017).
Visi dari PGRI adalah “Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis
yang dicintai anggotanya, disegani mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat”.
Adapun misinya adalah mewujudkan cita-cita proklamasi yaitu berusaha secara
konsisten mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sesuai amanat
Undang-Undang Dasar 1945; menyukseskan pembangunan nasional khususnya
dibidang pendidikan; memajukan pendidikan nasional PGRI dengan berusaha
selalu memberikan masukan-masukan tentang pembangunan pendidikan kepada
Departemen Pendidikan Nasional; meningkatkan profesionalitas guru sehingga
pembangunan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
terlaksana; serta meningkatkan kesejahteraan guru agar mendapatkan imbal jasa
yang baik berupa perlindungan hokum, pembinaan karir yang jelas, sejahtera,
dan terlindungi (Windiyani et al., 2020).
Selain visi dan misi, PGRI juga memiliki tujuan sesuai dengan anggaran
dasar mereka yaitu mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia didasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945; berperan serta aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa
dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya; berperan serta mengembangkan
sistem dan pelaksanaan pendidikan nasional; mempertinggi kesadaran dan sikap
guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan tenaga kependidikan
lainnya; serta menjaga, memelihara, membela serta meningkatkan harkat dan

15
martabat guru dan tenaga kependidikan melalui peningkatan kesejahteraan
serta kesetiakawanan anggota.
Pandangan dari masyarakat saat ini adalah PGRI hanya merangkul guru
sekolah dasar dan menengah saja meski pada kenyataannya terdapat para dosen
dan professor juga di dalamnya. Adanya PGRI memiliki harapan besar dalam
mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan berorientasi kepada semua guru di
berbagai jenjang pendidikan (Murwaningsih, 2004).

b) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)


MGMP ialah suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/ kota yang sama dengan
fungsi sebagai sarana saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran serta
pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau
perilaku perubahan reorientasi pembelajaran (Anwar, 2011). Menurut
Mangkoesapoetra dalam (Windiyani et al., 2020) MGMP merupakan forum atau
wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Didirikannya MGMP juga
merupakan anjuran dari para pejabat Departemen Pendidikan Nasional (Siregar,
2020).
Tujuan umum MGMP menurut Depdiknas adalah mengembangkan
kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru sedangkan
tujuan khususnya adalah memperluas awasan dan pengetahuan guru mata
pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien;
mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan, mencerdaskan siswa;
serta membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Dengan berbagai tujuan didirikannya MGMP tersebut, organisasi profesi
guru satu ini memiliki peranan bagi profesi guru diantaranya mengakomodir
aspirasi dari, oleh dan untuk anggota; mengakomodasi aspirasi masyarakat atau
stokeholder dan siswa; melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif
dalam proses pembelajaran; serta mitra kerja Dinas Pendidikan dalam
menyebarkan informasi kebijakan pendidikan.

16
c) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) adalah salah satu organisasi
profesi pendidikan yang bertujuan untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran
kepada pembangunan Pendidikan nasional secara profesional agar lebih terarah,
berhasil guna dan berdaya guna melalui pengembangan dan penerapan Ilmu
Pendidikan untuk kemajuan serta kepentingan bangsa dan negara. Organisasi ini
berdiri pada sekitar pertengahan tahun 1960an yang awalnya bersifat regional
disebabkan berbagai hal menyangkut komunikasi antar anggota hingga kongres
pertama di Jakarta 17 – 19 Mei 1984 (Windiyani et al., 2020).
Kongres pertama ISPI memunculkan rumusan tujuan ISPI yaitu
menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia; meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah menyukseskan pembangunan bangsa dan negara;
mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; melindungi dan memperjuangkan
kepentingan profesional para anggota; meningkatkan komunikasi antaranggota
dari berbagai spesialisasi pendidikan; serta menyelenggarakan komunikasi
antarorganisasi yang relevan.
Pada laman web resmi ISPI yaitu www.ispi.or.id menjelaskan bahwa
legalitas ISPI dibuktikan dengan adanya Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0073548.AH.01.07. Tahun
2016 tentang Pengesahan Pendidiran Badan Hukum Perkumpulan Sarjana
Pendidikan Indonesia(ISPI, 2020).

d) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) merupakan organisasi profesi
kependidikan yang muncul sejak tanggal 17 Desember 1975 di Malang. Dengan
adanya organisasi yang bersifat keilmuan dan profesional ini, mereka memberi
sumbangan dan ikut serta secara nyata dalam menjalankan tanggung jawab dan
kewajiban sebagai guru pembimbing (Syayidah, 2019). Anggota organisasi ini
merupakan para petugas bimbingan se-Indonesia.
Tujuan didirikan IPBI adalah menghimpun para petugas di bidang
bimbingan dalam wadah organisasi, mengidentifikasi dan menginventarisasi

17
tenaga ahli, keahlian dan keterampilan yang ada di Indonesia bidang bimbingan
serta meningkatkan mutu profesi bimbingan meliputi peningkatan profesi dan
tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin maupun program
layanan bimbingan (Susanto, 2020).
Organisasi ini sangat berperan penting dalam perjuangan untuk
memperoleh payung hukum pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
menjadi jelas arah kegiatan (Dahlani, 2008). Pada masa itu, Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah masih belum dianggap dan dilihat penting sehingga
adanya IPBI membuat langkah para pembimbing lebih leluasa.

e) Ikatan Guru Indonesia (IGI)


Ikatan Guru Indonesia (IGI) merupakan organisasi profesi guru yang
disahkan oleh pemerintah melalui SK Depkumham Nomor AHU-
125.AH.01.06.Tahun 2009, tertanggal 26 November 2009, dan diperbarui dengan
Nomor: AHU-0000332.AH.01.08 Tahun 2021 dilansir dari laman resmi yaitu
www.igi.or.id. Organisasi ini dimulai sejak tahun 2000an dengan nama Klub
Guru Indonesia yang memiliki ketua Ahmad Rizali(IGI, 2021).
Semenjak memiliki pengesahan resmi dari Pemerintah sebagai organisasi
guru, IGI berkonsentrasi sepenuhnya pada peningkatan kompetensi guru.
Menurut mereka, semua persoalan pendidikan di Indonesia bersumber dari
rendahnya kompetensi guru di semua bidang. Visi dari IGI sendiri adalah
“Menjadi Organisasi Profesi Guru yang Mandiri, Profesional, Inklusif,
Berwawasan Global dan Mencerdaskan” dan tagline “Sinergi IGI untuk
Indonesia Bergerak, Menggerakkan, Perubahan #igiuntukindonesia”. Dengan
semangat sharing dan growing together nya, IGI telah mengadakan berbagai
macam pelatihan yang cukup aktif dalam meningkatkan kompetensi guru (IGI,
2021).
Dengan adanya IGI muncul harapan untuk mampu mengembangkan
guru-guru independent yang mampu menguban diri tanpa ketergantungan dengan
pihak lain dan berupaya menjadikan guru sebagai lokomotif penggerak
perubahan menuju pendidikan yang lebih baik(Alpisah, 2022).

f) Ikatan Guru Seluruh Indonesia (PGSI)

18
Berdasarkan web resmi dari Ikatan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) yaitu
pgsi.online dijelaskan bahwa organisasi ini adalah organisasi profesi guru yang
bersifat terbuka, independent dan non partai politik serta prinsip solidaritas bagi
profesi guru baik di Indonesia maupun dunia (PGSI, 2022b). Organisasi ini
dideklarasikan pada 7 Juli 2011 di Jakarta dan telah tercatat secara resmi sebagai
organisasi profesi guru di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor AHU–144.AH.01.07. Tahun 2014.
Tujuan adanya PGSI adalah memperjuangkan hak guru; memberi
advokasi dan perlindungan kepada para anggota; meningkatkan profesionalisme
guru; meningkatkan peran pendidikan serta guru dalam setiap pengambilan
kebijakan pendidikan di tiap tingkat satuan pendidikan; serta mempertahankan
empat pilar kebangsaan. Visi mereka adalah terwujudnya guru profesional yang
demokratis, berkeadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan misi
yaitu meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan guru; mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap inovatif, kreatif dan transformatif; serta
mengupayakan bantuan social kemanusiaan.
Latar belakang lahirnya PGSI adalah adanya diskriminasi perlakuan yang
kurang bahkan tidak adil bagi guru swasta khususnya (PGSI, 2022a). Organisasi
profesi yang ada tidak dapat memperjuangkan ketidakadilan tersebut. Hal
tersebut membuat para guru membentuk paguyuban atau organisasi profesi guru
di berbagai daerah untuk memperjuangkan hak baik kesejahteraan maupun status
bagi guru swasta. Kesamaan tujuan dari paguyuban atau organisasi profesi guru
di berbagai daerah mendorong berkumpulnya perwakilan dari tiap organisasi di
Cirebon pada tanggal 28 Oktober 2009 membentuk Presidium. Presidium
tersebut bernama Presidium Guru Swasta Indonesia (P-GSI) yang merupakan
cikal bakal dari adanya PGSI.

g) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)


Federasi Serikat Guru Indonesia merupakan salah satu organisasi guru di
tingkat nasional yang didirkan pada 23 Januari 2011 bermula dari pertemua para
organisasi guru daerah di Depok (Afdhal & Hidayat, 2019). Organisasi guru
tersebut adalah Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Serikat Guru
Indonesia Medan (SeGI Medan), Serikat Guru Tangerang (SGT), Serikat
Guru Kota Tangerang (SIGAT), Serikat Guru Serang (Sigat), Serikat Guru

19
Serang (SGS), Serikat Guru Lebak (Segel), Forum Diskusi Guru
Pandeglang (FDGP), Serikat Jawa Barat, Serikat Guru Madura, Serikat
Guru Bima, Serikat Guru Sulawesi Selatan dan Aliansi Perjuangan Guru
Purwakarta (APG).
Kata federasi yang digunakan memiliki maksud untuk menunjukkan
bahwa organisasi FSGI tergabung dari beberpa organisasi daerah yang memiliki
hak otonomi sendiri. Keanggotaan dari organisasi ini bersifat serikat yang berarti
bukan secara individu tetapi anggota berasal dari serikat guru di berbagai daerah.
Tiap guru yang ingin bergabung wajib bergabung terlebih dahulu dengan serikat
guru tingkat lokal atau daerah berbadan hukum(Afdhal & Hidayat, 2019).

Federasi Serikat Guru Indonesia dilihat dari laman resminya yaitu


www.fsgi.or.id memiliki visi yaitu mendorong terwujudnya pendidikan yang
berkualitas dan berkeadilan dengan misi yang terdiri dari beberapa hal yaitu
menerapkan dan menegakkan kode etik guru; memberikan bantuan hukum
kepada guru; memberikan perlindungan profesi guru; melakukan pembinaan dan
pengembangan profesi guru; serta memajukan pendidikan nasional (FSGI, 2013).
Sementara itu, tujuan munculnya FGSI adalah membangun organisasi guru yang
independent dan benar-benar diurus oleh guru serta membentuk guru yang
memiliki keberanian, kritis, sadar hukum dan profesional.

h) Federasi Guru Independent Indonesia (FGII)


FGII merupakan organisasi yang terbentuk dari inisiatif para guru setelah
berbagai kritik yang terjadi pada PGRI. Puncak dari hal tersebut adalah tanggal
17 Januari 2002 berdirilah Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) yang
menghimpun 20 organisasi dan forum guru dari seluruh Indonesia yaitu Asosiasi
Guru Nanggroe Aceh Darussalam (Asgu-NAD), Koalisi Guru Bersatu (Kobar-
GB) Aceh, Ikatan Guru Honorer Indonesia (IGHI) Padang-Sumbar, Forum
Martabat Guru Indonesia (FMGI) Lampung, JakartaTeachers Club (JTC),
Forum Aspirasi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Subang, Purwakarta, dan Sumedang. FGII dideklarasikan di halaman Tugu
Proklamasi,Jakarta dengan menyatakan diri untuk bersatu dalam suatu wadah(R.
Hidayat, 2011).

20
Berdasarkan laman resmi FGII yaitu fgii.org dijelaskan bahwa prinsip
dasar adanya federasi ini adalah mendorong demokratisasi pendidikan dengan
membuka ruang seluas-luasnya kepada guru dan masyarakat untuk terlibat dan
berpartisipasi aktif dalam setiap pengambilan kebijakan Pendidikan agar
kebijakan Pendidikan di Indonesia dapat tumbuh kembang dengan partisipatif,
transparan dan akuntabel (FGII, 2021). Saat ini, FGII memiliki 157.000 anggota
yang memiliki status guru swasta, non PNS lainnya dan PNS yang bertugas di 17
provinsi.
Adapun visi dari FGII adalah terwujudnya guru profesional yang mampu
mendorong sistem pendidikan yang demokratis, transparan, dapat
dipertanggungjawabkan, berkeadilan, dan bermartabat dengan memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora dan hak azasi
manusia.
Misi yang dimiliki oleh FGII yaitu meningkatkan prinsip-prinsip
profesionalitas guru; membangun kesejahteraan guru; menerapkan prinsip
demokrasi, transparansi dan keadilan; mengembangkan sikap inovatif, kreatif,
kritis, dan transformatif; mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;
menyediakan bantuan kemanusiaan; mempromosikan kebebasan profesional
guru; mempromosikan persamaan hak, keragaman dan penolakan terhadap segala
bentuk diskriminasi terutama untuk mengintegrasikan kebijakan dan praktek
pendidikan yang mengedepankan keadilan sosial dan kepentingan terbaik anak
berdasarkan deklarasi universal hak asasi manusia; serta memastikan persamaan
hak antara perempuan dan laki-laki dalam kepengurusan dan keanggotaan (FGII,
2021).

i) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu)


Pergunu telah bediri semenjak Mei 1952 berdasarkan web resminya yaitu
pergunu.or.id. Di awal berdirinya, Pergunu merupakan alat partai yaitu NU atau
Nahdlatul Ulama (PP Pergunu, 2022a). Namun, kini Pergunu memiliki pradigma
baru yaitu profesionalitas dan independensi dengan tidak berafiliasi dengan partai
politik apapun. Hal tersebut juga sejalan dengan Khittah 1926 yang
mengembalikan NU sebagai organisasi social keagamaan. Fokus dari Pergunu
saat ini adalah ikut membangun generasi muda NU melalui jalur pendidikan.

21
Visi dari Pergunu adalah mewujudkan keunggulan kompetitif dalam
Khidmah kebangsaan dan kecendekiawanan untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia. Adapun misinya adalah mewujudkan cita-cita
kemerdekaan indonesia melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas,
jujur, adil, serta merata; mewujudkan budaya pendidikan yang unggul kompetitif
dalam iman, taqwa, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, berciri khas
ahlussunnah wal jama’ah annahdliyah; meningkatkan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan untuk khidmah keumatan dan berjiwa kecendikiawanan;
berupaya membentuk budaya lembaga pendidikan unggulan berdasarkan nilai
keislaman ahlussunnah wal jama’ah annahdliyah dan kebangsaan; mewujudkan
budaya lembaga pendidikan yang memiliki kepedulian social; serta mewujudkan
kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatka
profesionalisme dan pengabdian (PP Pergunu, 2022b).

j) Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI)


Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) adalah organisasi
independen guru Taman Kanak-Kanak yang membentuk ikatan untuk
meningkatkan profesionalisme guru Taman Kanak-Kanak (Fauzi, 2018).
Organisasi ini berdiri pada tanggal 22 Mei 1950 bertempat di Jakarta dengan
peserta hadir sebanyak 36 orang guru dan bekas guru Taman Kanak-Kanak
dilansir dari web resmi pp.igtki.or.id (IGTKI, 2019). Tanggal 22 Mei kemudian
diperingati sebagai hari berdirinya PGTKI yang pada tanggal 24 Mei 1994
berganti nama menjadi IGTKI.
IGTKI sendiri masi dibawah pembinaan dari Persatuan Guru Republik
Indonesia. Tujuan awal berdirinya IGTKI adalah mempersatukan semua guru
TK; mengadakan aplikasi khusus; menyeragamkan daftar pelajaran; serta
menyelenggarakan berbagai aktivitas ke arah kemajuan (Fauzi, 2018).
Visi dari IGTKI adalah terwujudnya organisasi profesi yang dinamis,
profesional dan bermartabat dengan angora yang berakhlak mulia dalam
keragaman agama dan budaya. Misi yang dimiliki yaitu meningkatkan
profesionalitas guru tk melalui pelatihan, seminar, workshop, dll; mewujudkan
organisasi yang dinamis dapat mengikuti perkembangan
pendidikan,kreatif,inovatif, dan visioner; mewujudkan organisasi yang
bermartabat mampu menghargai,menganyomi, dan melindungi anggotanya;

22
mewujudkan anggota yang berakhlak mulia, dapat diteladani oleh peserta didik
dan anggota masyarakat lainnya; menghargai keberagaman agama diantara
anggotanya serta melestarikan dan mengembangkan keragaman budaya di
Indonesia.

k) Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia (PGM Indonesia)


Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia atau PGM Indonesia ialah
perubahan nama dari Persatuan Guru Madrasah yang disingkat PGM berdasarkan
hasil Musyawarah Nasional II Persatuan Guru Madrasah adalah organisasi
profesi bagi guru-guru madrasah yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bagian Kesembilan tentang
Organisasi Profesi dan Kode Etik Pasal 41 (PGMINDONESIA & Badrudin,
2013).
PGM berdiri pada tanggal 23 Juli 2008 di Jakarta serta dideklarasikan
pada tanggal 24 Juli 2008 di Aula Pandansari, Cibubur Jakarta dengan dihadiri
oleh 1.260 guru madrasah yang berasal dari 12 Provinsi dan 26 Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta atas prakarsa PGM Jawa Barat
meliputi PGM Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, PGMPAI Kota Bogor, PGMRI
Kota Depok, PGM Kabupaten Bogor pada saat kondisi guru madrasah tidak
sebaik guru-guru yang ada di sekolah pada umumnya.
Visi dari PGM Indonesia adalah mewujudkan guru madrasah yang
berkualitas, sejahtera, dan bermartabat. Adpun misi dari organisasi ini adalah
meningkatkan budaya kerja guru madrasah yang kreatif, inovatif, produktif, dan
bertanggungjawab; meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah;
mengoptimalkan pembelajaran secara kompetitif dalam berbagai kegiatan;
membangun kerjasama yang baik dengan pihak terkait baik langsung maupun
tidak langsung; serta menempatkan diri guru madrasah sebagai uswatun hasanah
(PGMINDONESIA & Badrudin, 2013).

l) Kelompok Kerja Guru (KKG)


Kelompok Kerja Guru atau KKG merupakan sebuah kelompok kerja
seluruh guru di dalam satu gugus. Di tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke
dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil lagi berdasarkan jenjang kelas dan
mata pelajaran (Windiyani et al., 2020). Dengan adanya KKG dapat membantu

23
guru dalam meningkatkan kompetensinya yang mendukung kegiatan belajar
mengajar. KKG sebagai salah satu wadah profesional bagi guru di tingkatan
suatu wilayah Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ sanggar/ gugus sekolah bersifat
nonstruktural dan mandiri berasaskan kekeluargaan dan tidak mempunyai
hubungan hierarkis dengan lembaga lain (Al Rasyid, 2015). Fokus utamanya
adalah mengelola kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas.
Tujuan dari adanya KKG adalah memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di
pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru;
memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran;
meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap
profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing): serta
meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan atau PAKEM.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sebagai sebuah profesi, guru perlu mengembangkan diri menjadi seorang
guru yang profesional. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, perlu dibentuk
adanya suatu organisasi yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk menangani
hal tersebut yang disebut dengan organisasi profesi guru.
Organisasi profesi guru dapat diartikan sebagai perkumpulan dengan
berbadan hukum yang didirikan, dikelola dan diurus oleh guru. Fungsinya adalah
sebagai pemersatu dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuan
adanya organisasi secara umum adalah meningkatkan kemampuan guru sehingga
kesejahteraannya akan meningkat. Organisasi profesi guru juga memiliki
berbagai jenis dan macam berdasar struktur dan kedudukan seperti bersifat lokal,
nasional, dan internasional. Berdasar bentuk seperti persatuan, federasi, aliansi
dan asosiasi. Selain itu, ada juga berdasar keanggotannya.
Dengan berbagai jenis dan macam tersebut, di Indonesia sendiri terdapat
berbagai jenis organisasi profesi guru diantaranya adalah Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Ikatan Guru Seluruh Indonesia (PGSI),
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Federasi Guru Independent Indonesia
(FGII), Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Ikatan Guru Taman Kanak-
Kanak Indonesia (IGTKI), Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia (PGM
Indonesia), Kelompok Kerja Guru (KKG), dan masih banyak lainnya.
3.2 Saran
Saran bagi organisasi profesi guru terutama di Indonesia adalah berupaya
meningkatkan dan mengoptimalkan berbagai organisasi profesi yang telah ada.
Para guru juga diharapkan dapat mengikuti organisasi profesi guru dalam
meningkatkan profesionalitas mereka dengan berperan aktif. Ikut andil dan peran
aktif organisasi profesi guru dapat membantu peningkatan pendidikan di
Indonesia.
Saran bagi penulisan makalah selanjutnya adalah mencari referensi lebih
luas dan pembahasan jenis organisasi profesi yang lebih banyak lagi. Selain itu,
perlu adanya perluasan pembahasan mengenai organisasi profesi guru sehingga
lebih menambah wawasan bagi pembaca.
25
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, & Hidayat, R. (2019). Perlawanan Gerakan Guru Pasca Orde Baru di
Indonesia: Studi Pada Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Indonesian
Journal of Sociology, Education Dan Development, 1(1), 1–16.

Akhwan, M. (2003). Profesionalisme Gum; Antara Idealita dan Realita. JPI FIAI, IX,
59–68.

Al Rasyid, H. (2015). FUNGSI KELOMPOK KERJA GURU (KKG) BAGI


PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN GURU SEKOLAH DASAR.
Sekolah Dasar, 24(2), 143–150.

Alpisah. (2022). Pentingnya Peran Profesi Guru.

Dahlani, I. (2008). Sejarah Bimbingan dan Konseling dan Lahirnya BK 17 Plus. 1–


13.

Dr. H. E. Nurzaman AM, M. M., M.Si Drs. H. Alinurdin, M. P., & Drs. Palogo
Balianto, M. P. (2019). Profesi Keguruan (A. Muhidin (ed.); Issue 1). Unpam
Press.

Fauzi, I. (2018). Etika Profesi Keguruan (K. Umam (ed.); II). IAIN Jember Press.

FGII. (2021). Profil. https://fgii.org/profil/

FSGI. (2013). Visi, Misi dan Tujuan. http://www.fsgi.or.id/p/visi-dan-misi.html

Hidayat, R. (2011). Dinamika Sosial Gerakan Guru di Indonesia Pasca Orde Baru.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(3), 355–362.

Hidayat, V., & Surya, P. (2012). pengembangan diri melalui diklat fungsional dan
kegiatan kolektif guru pada organisasi profesi guru bahasa Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional "Profesionalisme Guru Dan Pengembangan Keilmuan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, November.

IGI. (2021). Tentang Ikatan Guru Indonesia. https://www.igi.or.id/tentang-ikatan-


guru-indonesia#

IGTKI. (2019). Sejarah Berdirinya Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak.


https://pp.igtki.or.id/pages/about-us#

26
ISPI. (2020, April 18). Legalitas ISPI. http://www.ispi.or.id/legalitas-ispi/

Maulana, M. (2021). Konsep Profesi Guru. Seri Publikasi P, 1(2).

Munawir. (2022). Pengembangan Profesi dan Karir Guru. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7, 1–9.

Murwaningsih, T. (2004). PERANAN PERSATUAN GURU REPUBLIK


INDONESIA (PGRI)DALAM UPAYA PENINGKATAN
PROFESIONALISME GURU. Jurnal Ilmiah Guru “COPE,” 01(8), 9–17.

Najri, P. (2020). MGMP DALAM MENINGKATKAN KEPROFESIONALAN


GURU MATA PELAJARAN. AKTUALITA Jurnal Penelitian Sosial Dan
Keagamaan, 10(Juni), 130–144. www.ejournal.annadwahkualatungkal.ac.id

Nurhadi, A. (2017). Profesi Keguruan :Menuju Pembentukan Guru Profesional (K.


Selasih (ed.); 2nd ed., Vol. 6, Issue 2). Goresan Pena.
https://jurnal.alhamidiyah.ac.id/index.php/JPP/article/view/120

PB PGRI. (2017, May 8). SEJARAH PGRI. http://pgri.or.id/sejarah-pgri/

Peraturan Pemerintah Republik Indoneia. (1992). PERATURAN PEMERINTAH


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG TENAGA
PENDIDIKAN. https://doi.org/10.20595/jjbf.19.0_3

PGMINDONESIA, & Badrudin. (2013). Selayang Pandang Perkumpulan Guru


Madrasah Indonesia.
https://pgmindonesia.wordpress.com/2013/02/23/selayang-pandang-
perkumpulan-guru-madrasah-indonesia/

PGSI. (2022a). Sejarah Berdirinya Organisasi PGSI. http://pgsi.online/page/sejarah-


berdirinya-pgsi

PGSI. (2022b). Tentang Organisasi PGSI. http://pgsi.online/page/tentang-organisasi-


pgsi

PP Pergunu. (2022a). Sejarah Pergunu. https://pergunu.or.id/sejarah-pergunu/

PP Pergunu. (2022b). Visi dan Misi. https://pergunu.or.id/visi-dan-misi/

Rahman, M. (2022). Kode Etik , Organisasi Serta Peran , Hak Dan Kewajiban. Seri
Publikasi Pembelajaran, 2(1), 24–34.

27
Ramadhan, I. F., & Ilmi, B. N. (2021). Organisasi Profesi Kependidikan Indonesia
Dan Dunia.

Siregar, N. (2020). Profesi Kependidikan Pendidikan Profesi Guru.

Susanto, H. (2020). Buku Profesi Keguruan (B. Subiyakto (ed.); 1st ed.). Program
Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat.

Syayidah, N. A. A. (2019). ORGANISASI PROFESI TENAGA PENDIDIK.

Undang-Undang Republik Indonesia. (1989). UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang-Nomor-14-Tahun-


2005 Tentang Guru Dan Dosen.

Wardan, K. (2019). Guru Sebagai Profesi (1st ed.). Deepbulish Publisher.

Windiyani, T., Kurnia, D., & Purnamasari, R. (2020). Profesi Kependidikan:


Kanjian Konsep, Aturan, dan Fakta Keguruan. 229.

28

Anda mungkin juga menyukai