Essay Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Ilmu Tasawuf"
Essay Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Ilmu Tasawuf"
Essay Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Ilmu Tasawuf"
Essay
“ilmu tasawuf”
Dosen Pengampuh
IRFAN, S. Pd., I. M. Ag
A.
Oleh:
Kelompok 3:
Sujilawati : 20.26.0101.1338
JURUSAN TARBIYAH
2022 M / 1443 H
WARA’
untuk memelihara diri dari suatu hal yang haram pada waktu menuntut
menghindari diri dari sesuatu yang haram atau lebih bersikap hati-hati
para sufi, jika ada seseorang mendekati segala sesuatu yang bersifat
subhat maka dari itu ia terjerumus dalam suatu hal yang haram dan
dosa. Wara’ dalam arti lain adalah menghindari sesuatu hal yang
1
Syaikh Ibrahim Ibnu Ismail, Ta’limul…, h. 79.
Ulama membagi wara’ kepada tiga tingkatan:
manusia.
sesuatu yang bersifat penting saja. Ini dilakukan oleh para Nabi,
shaleh.
menjadi tentram.
yang wara’.
2
Amat Zuhri, “MBAH MUNAWAR, TASAWUF DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN”,
dalam Jurnal Penelitian, Vol. 7 No. 2, 2010, h. 7.
2. Pengertian menuntut ilmu
usaha yang dilakukan oleh sesorang untuk merubah tingkah laku dan
kewajiban menuntut ilmu tidak hanya untuk laki-laki namun juga untuk
itu disertai dengan amal. Menuntut ilmu dapat disebut pula dengan
sebagainya.
dunia dan di akhirat kelak. dikenal tiga istilah dalam bahasa arab
sekolah saja.
Tetapi sebaliknya, peserta didik adalah seorang manusia dewasa
memperoleh ilmu, perlu memperhatikan kode etik. Sifat dan kode etik
sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu: Belajar dengan niat
ukhrawi.
aliran.
1) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi
(abstrak) atau dari ilmu yang fardlu ‘ain menuju ilmu yang
fardhu kifayah.
dipelajari.
duniawi.
akhirat.
namun tidak disukai oleh Allah karena tidak memiliki manfaat dan
dapat memiliki dampak terhadap belajarnya. Ketika menuntut ilmu
B. Sikap Wara’ Menuntut Ilmu Menurut Syaikh Az- Zarnuji dalam kitab
Ta’limul Muta’alim.
7
Teungku M.Hasbi Ash Shieddieqy, Al-Islam, (Semarang: Pustaka Rizq Putra, 2001),Cet. II,
8
Yusuf Al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah,
(Bandung: Rosda, 1989), h. 187. 9 Djamaluddin Darwis, Dinamika…, h.611
Ayat diatas menjelaskan tentang larangan makan dan minum secara
makan dan minum secara berlebihan yang dimaksud ialah makan dan minum
yang melampaui batas, hal itu merupakan suatu tuntunan yang harus
kondisi seseorang yaitu sesuatu yang dinilai cukup untuk seseorang sehingga
tidak hidup berlebihan dalam segala hal salah satunya dalam hal makan dan
minum, karena sifat berlebihan adalah bukan sikap orang mukmin melainkan
salah satu sikap orang kafir. maksudnya orang mukmin dalam hal makan
tidak berlebihan dalam artian cukup bagi dirinya dan tidak mengakibatkan
beriman.
mengakibatkan kebodohan.
Ta‟ala.
yang disukai nya maupun yang tidak disukainya. Banyak bicara juga
lisan dengan berkata yang baik, jika dapat melakukan hal seperti itu,
adalah salah satu ibadah. Maka dari itu,bahaya lidah sangatlah besar
baiknya jika tidak terlalu perlu kita diam karena pembicaraan terdapat
salahsatunya adalah berbicara sesuatu yang tidak penting, maka dari itu
sudah jelas baginya dan itu pula mendasari adab terhadap guru yang
daripada ilmu.
Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan diatas salah satu bahaya
lidah adalah candaan atau gurauan, orang yang banyak bicaranya pasti
ia suka bercanda dan candaan itu mendatangkan tawa, jika tawa itu
berlebihan maka akan mematikan hati dan jika hati mati maka akan
sulit memahami suatu ilmu serta tidak akan memperoleh manfaat dari
lapar jika hati mati otomatis hati itu akan kasar dan tidak akan
pasar karena makanan pasar lebih mendekati najis dan kotor. Karena,
biasanya pasar identik dengan sembarang dan bau dalam artian tidak
bersih, jika ada seseorang yang melihat makanan itu dan ia tidak
dari itu jika seorang penuntut ilmu memakan makanan yang tidak
dan jika hati rusak maka tidak akan menikmati kenikmatan ilmu yang
seperti orang yang pandai dan cerdas namun ia gila akan kehormatan.
najis).
karena jika hati mati maka tidak akan dapat menikmati kenikmatan