Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut (P2TL)
Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut (P2TL)
Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut (P2TL)
4.2k
SHARES
52.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
PERATURAN INTERNASIONAL
BAGIAN UMUM
ATURAN I
PEMBERLAKUAN
(a). Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut lepas dan di semua perairan yang
berhubungan dengan laut yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut.
(b). Tidak ada suatu apapun dalam aturan –aturan ini yang menghalangi berlakunya
peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh penguasa yang berwenang,untuk alur
pelayaran ,pelabuhan,sungai , danau atau perairan pedalaman yang berhubungan dengan
laut dan dapat dilayari oleh kapal laut.
Aturan-aturan khusus demikian itu harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini.
(c). Tidak ada suatu apapun dari aturan ini yang akan menghalangi berlakunya aturan-
aturan khusus yang manapun yang dibuat oleh pemerintah negara manapun berkenaan
dengan tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat, sosok benda atau isyarat suling
untuk kapal –kapal perang dan kapal-kapal yang berlayar dalam beririnng-iringan atau
lampu-lampu isyarat atau sosok-sosok benda untuk kapal-kapal ikan yang sedang
menangkap ikan dalam suatu armada.
Tambahan –tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat ,sosok-sosok benda atau
isyarat –isyarat suling ini harus dibuat sejauh yang dapat dilaksanakan ,supaya tidak
dapat disalah artikan dengan lampu manapun sosok benda atau isyarat yang ditentukan di
lain tempat dalam peraturan ini.
(d). Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk maksud
aturan-aturan ini.
ATURAN 2
TANGGUNG JAWAB
(a). Tidak ada suatu apapun dalam aturan –aturan ini akan membebaskan tiap kapal atau
pemiliknya,nakhoda atau awak kapalnya,atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk
memenuhi aturan-aturan ini atau atas kelalaian terhadap setiap tindakan berjaga-jaga
yang dipandang perlu menurut kebiasaan pelaut atau terhadap keadaan-keadaan khusus
dimana kapal itu berada.
ATURAN 3
DEFINISI-DEFINISI UMUM
(a). Kata “kapal” mencakup setiap jenis kendaraan air ,termasuk kapal tanpa benaman
(displacement) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat diguakan sebagai
sarana angkutan di air.
(b). Istilah” kapal tenaga “ berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin.
(c). Istilah”kapal layar” berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan menggunakan
layar, dengan syarat bahwa mesin penggeraknya bila ada sedang tidak digunakan.
(d). Istilah ”kapal yang sedang menagkap ikan” berarti setiap kapal yang menangkap
ikan dengan jaring, tali, pukat atau jaring penangkap ikan lainnya yang membatasi
kemampuan olah geraknya, tetapi tidak meliputi kapal yang menangkap ikan dengan tali
pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang tidak membatasi kemampuan mengolah
geraknya diair.
(e). Kata ”pesawat terbang laut” mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat untuk
mengolah gerak di air.
(f). Istilah ”Kapal yang tidak terkendalikan ” berarti kapal yang karena sesuatu keadaan
yang istimewa tidak mampu untuk mengolah gerak seperti yang diisyaratkan oleh aturan-
aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpangi kapal lain.
(g). Istilah ”kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas” berarti kapal yang karena
sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah gerak seperti
diisyaratkan oleh aturan-aturan ini menjadi terbatas dan karenanya tidak mampu untuk
menyimpangi kapal lain.
Kapal –kapal berikut harus dianggap sebagai kapal-kapal yang kemampuan olah
geraknya terbatas.
Kapal yang digunakan memasang merawat atau mengangkat merkah navigasi atau pipa
laut.
Kapal yang menunda sedemikian rupa sehingga menjadikan tidak mampu untung
menyimpang dari haluannya.
(h). Istilah “ Kapal yang terkendala oleh saratnya” berati kapal tenaga yang kerena
saratnya terhadap kedalaman air dan lebar perairan yang dapat dilayari mengakibatkan
kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis haluan yang sedang diikuti
menjadi terbatas sekali.
(i). Istilah “sedang berlayar“ Berarti kapal tidak berlabuh jangkar atau diikat pada
daratan atau kandas.
(j). Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu sama lainnya apabila kapal yang satu
dapat dilihat visual oleh kapal lainnya.
(k). Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan dalam mana daya tampaknya
dibatasi oleh kabut, halimun, hujan salju, hujan badai,badai pasir,atau setiap sebab lain
yang serupa dengan itu.
BAGIAN B
SEKSI 1
ATURAN 4
PEMBERLAKUAN
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan.
ATURAN 5
PENGAMATAN
Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,baik dengan penglihatan
dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan
suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan
bahaya tubrukan.
***Hal – hal yang harus dilakukan pada saat mengadakan pengamatan keliling adalah :
Memperhatikan sepenuhnya situasi dan resiko tubrukan, kandas dan bahaya navigasi.
Petugas pengamat harus melaksanakan dengan baik atas tugasnya dan tidak boleh
diberikan tugas lain karena dapat mengganggu pelaksanaan pengamatan.
Tugas pengamat dan pemegang kemudi harus terpisah dan tugas kemudi tidak boleh
merangkap atau dianggap merangkap tugas pengamatan, kecuali di kapal – kapal kecil
dimana pandangan ke segala arah tidak terhalang dari tempat kemudi.
Jika dipandang perlu personel yang melaksanakan tugas jaga ditambah sesuai dengan
kondisi yang ada.
Berlayar di dalam atau di dekat bagan pemisah dan di dalam alur pelayaran sempit.
ATURAN 6
KECEPATAN AMAN
Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan dan dapat
dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada.dalam
menentukan kecepatan aman, faktor-faktor berikut termasuk faktor-faktor yang harus
diperhitungkan :
Kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal lain ;
Kemampuan olah gerak kapal ,khususnya yang berhubungan jarak henti dan kemampuan
berputar ;
Pada malam hari, terdapatnya cahaya latar belakang misalanya lampu lampu dari daratan
atau pantulan lampu-lampu sendiri ;
Keadaan angin,laut dan arus dan bahaya-bahaya navigasi yang ada disekitarnya;
Setiap kendala yang timbul oleh skala jarak radar yang dipakai;
Pengaruh keadaan laut ,cuaca dan sumber sumber gangguan lain pada penggunaan radar;
Berbagai macam penilaian penglihatan yang lebih tepat yang mungkin dapat bila radar
digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau benda lain disekitarnya.
ATURAN 7
BAHAYA TUBRUKAN
(a). Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan
dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan .Jika timbul
keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.
(b). Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat ,jika dipasang dikapal dan
bekerja dengan baik ,termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini
akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pengamatan sistematis
yang sepadan atas benda-benda yang terindra.
(c). Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan oleh keterangan yang sangat kurang
khususnya keterangan radar.
ATURAN 8
(a). Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan ,jika keadaan
mengijinkan harus tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar
memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.
(b). Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika
keadaan mengizinkan harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain
yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan radar ,serangkaian prubahan
kecil dari haluan dan atau kecepatan hendaknya dihindari.
(c). Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan
tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling mendekat terlalu
rapat,dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup
dini ,bersungguh sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat
terlalu rapat.
(d). Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus
sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak aman .Hasil guna
tindakan itu harus dikaji secara seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya
terlewati dan bebas sama sekali.
(e). Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang
lebih banyak untuk menilai keadaan ,kapal harus mengurangi kecepatannya atau
menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankan
mundur sarana penggeraknya.
(f). Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan aman
kapal lainnya,bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil tindakan sedini
mungkin untuk memberikan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi jalan kapal
orang lainnya.
(g). Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman kapal lain
tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya
tubrukan ,dan bilamana akan mengambil tindakan harus memperhatikan tindakan yang
diwajibkan oleh aturan-aturan dalam bagian ini.
(h). Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib sepenuhnya untuk
melaksanakan aturan-aturan dibagian ini bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan
satu dengan lainnya yang mengakibatkkan bahaya tubrukan.
ATURAN 9
(a). Kapal jika berlayar mengikuti arah alur pelayaran atau air pelayaran sempit harus
berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran yang terletak disis lambung
kanannya selama masih aman dan dapat dilaksanakan.
(b). Kapal dengan panjang kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh menghalang-
halangi jalannya kapal lain yang hanya dapat berlayar dengan aman didalam alur
pelayaran atau air pelayaran sempit.
(c). Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh menghalang-halangi jalannya kapal
lain yang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.
(d). Kapal tidak boleh memotong air pelayaran sempit atau alur pelayaran sempit ,jika
pemotongan demikian itu menghalangi jalannya kapal yang hanya dapat belayar dengan
aman didalam alur pelayaran atau air pelayaran demikian itu.
(e). Kapal yang disebut belakangan boleh menggunakan isyarat bunyi yang diatur dalam
aturan 34 d jika ragu –ragu mengenai maksud pada kapl yang memotong haluan itu.
(f). Dialur atau air pelayaran sempit jika penyusulan dapat dilaksanakan ,hanya kapal
yang disusul itu merlakukan tindakan untuk memungkinkan dilewatinya dengan
aman,maka kapal yang bermaksud untuk menyusul harus menunjukkan maksudnya
dengan membunyikan isyarat yang sesuai diisyaratkan dalam aturan 34(c) (i).Kapal yang
disuusl itu jika menyetujui harus mermperdengarkan isyarat sesduai dengan yang
ditentukan dalam aturan 34(c) (ii)dan mengambil langkah untuk memungkinkan dilewati
dengan aman.Jika ragu-ragu boleh membunyikan isyarat –isyarat yang diatur dalam
aturan 13.
13. Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya berdasarkan aturan
13.
(f). Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah pelayaran atau air pelayaran
sempit dimana kapal-kapal lain dapat dikaburkan oleh rintangan yang terletak
diantaranya harus berlayar dengan kewaspadaan dan hati-hati dan harus membunyikan
isyarat yang sesuai yang diisyaratkan dalam aturan 34(e).
Setiap kapal ,jika keadaan mengijinkan harus menghindarkan diri dari berlabuh jangkar
di alur pelayaran sempit.
ATURAN 10
(b). Kapal yang sedang menggunakan tata pemisahan lalu lintas harus :
Berlayar dijalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas umum untuk jalur itu;
Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu lintas.
Jalur lalu lintas pada umumnya dimasuki atau ditinggal kan dari ujung jalur ,tetapi
bilamana tindakan memasuki maupun meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu
sisi ,tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah sudut
yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu lintas umum.
(c).Sedapat mungkin ,kapal harus menghindari memotong jalur lalu lintas tetapi jika
terpaksa melakukannya harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus
terhadap arah lalu lintas umum.
(d). i Kapal yang berada di sekitar tata pemisah lalu lintas tidak boleh menggunakan
zona lalu lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur lalu lintas yang sesuai
dengan aman. Akan tetapi kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter ,kapal layar dan
kapal yang sedang menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai.
ii Lepas dari sub ayat (d)(i) kapal boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai
bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan ,instalasi atau bangunan
lepas pantai ,stasion pandu atau setiap tempat yang berlokasi di dalm zona lalu lintas
dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak.
(e). Kapal kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal-kapal yang sedang
memasuki atau sedang meninggalkan jalur ,pada umumnya tidak boleh memasuki zona
pemisah atau memotong garis pemisah kecuali :
(f). Kapal yang sedang berlayar di daerah dekat ujung tata pemisahan lalu lintas harus
berlayar sangat hati-hati.
(g). Sedapat mungkin ,kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar didalam tata
pemisahan lalu lintas atau di daerah-daerah dekat ujung-ujungnya.
(h). Kapal yang tidak menggunakan tata pemisahan lalu lintas harus menghindarinya
dengan ambang batas selebar-lebarnya.
(i). Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi kapal jalan setiapa kapal
lain yang sedang mengikuti jalur lalu lintas.
(j). Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kaapl layar tidak boleh merintangi
pelayaran aman dari kaapl tenaga yang sedang mengikuti suatu jalur lalu lintas.
(k). Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas apabila sedang tugas untuk
memelihara keselamatan pelayaran/navigasi dalam bagan tata pemisah lalu lintas
dibebaskan mengikuti peraturan ini sejauh yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya.
(l). Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya apabila dalam tugas
memasang ,merawat atau mengangkat kabel laut dalam bagan tata pemisah lalu lintas
dibebaskan mengikuti peraturan ini sejauh yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
SEKSI II
ATURAN 11
PEMBERLAKUAN
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam keadaan saling melihat.
ATURAN 12
KAPAL LAYAR
a). Bilamana dua kapal layar saling mendekati, sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan
,satu diantarnya harus menghindari yang lain sebagai berikut :
Bilamana masing-masing dapat angin pada lambung yang berlainan maka kapal yang
mendapat angin pada lambung kiri harus menghindar kapal lain.
Bilaman keduanya mendapat angin dari lambung yang sama maka kapal yang berada di
atas angin harus mengindari kapal yang di bawah angin.
Jika kapal mendapat angin dari lambung yang kiri melihat kapal berada di atas angin
dan tidak dapat memastikan apakah kapal lain itu mendapat angin dari lambung kiri atau
kanannya ,ia harus menghindari kapal yang lain itu
(b). Untuk mengartikan aturan ini sisi diatas angin ialah sisi yang berlawanan dengan sisi
dimana layar utama berada atau dalam hal kapal dengan layar persegi sisi yang
berlawanan dengan sisi dimana layar muka belakang yang terbesar di pasang.
ATURAN 13
PENYUSULAN
(a). Lepas dari apapun yang tercantum dalam aturan-aturan bagian B seksi I dan II setiap
kapal yang menyusul kapal lain ,harus menyimpangi kapal yang disusul.
(b). Kapal dianggap sedang menyusul ,bilamana mendekat kapal lain dari jurusan lebih
dari 22.5 derajat di belakang arah melintang ,ialah dalam kedudukan sedemikain
sehingga terhadap kapal yang disusul itu pada malah hari ia dapat melihat hanya
penerangan buritan ,tetapi tidak satupun penerangan-penerangan lambungnya.
(c). Bilamana sebuah kapal ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal lain ia harus
menganggap bahwa demikain halnya dan bertindak sesuai dengan hal itu.
(d). Setiap perubahan baringan selanjutnya antara kedua kapal itu tidak akan
mengakibatkan kapal yang sedang menyusul sebagai kapal yang menyilang,dalam
pengertian aturan-aturan ini atau membebaskan dari kewajibannya unutk tetap bebas dari
kapal yang sedang di susul itu sampai akhirnya lewat dan bebas.
ATURAN 14
SITUASI BERHADAPAN
(a). Bilamana dua buah kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan berhadapan atau
hampir berhadapan, sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan ,masing-masing kapal
harus berubah haluannya ke kanan sehingga saling berpapasan pada lambung kirinya.
(b). Situasi demikian itu selalu dianggap ada ,bilamana sebuah kapal melihat kapal lain
tepat atau hampir tepat di depannya pada malam hari ia dapat melihat penerangan tiang
kapal lain segaris atau hampir segaris dan/atau kedua penerangan lambung pada siang
hari dengan memperhatikan penyesuaian sudut pandangan dari kapal lain.
(c).Bilamana sebuah kapal ragu-ragu apakah situasi demikian itu ada ,ia harus
menganggap demikian halnya dan bertindak sesuai dengan keadaan itu.
ATURAN 15
SITUASI BERSILANGAN
Bilamana dua buah kapal tenaga bersilangan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan
bahaya tubrukan ,maka kapal yang disebelah kanannya terdapat kapal lain harus
menyimpang dan jika keadaan mengijinkan menghindari memotong di depan kapal lain
itu.
ATURAN 16
Setiap kapal yang oleh aturan-aturan ini di wajibkan menyimpangi kapal lain,sepanjang
keadaan memungkinkan ,harus mengambil tindakan dengan segera dan nyata untuk dapat
bebas dengan baik.
ATURAN 17
(a). i. Apabila salah satu dari kedua kapal diharuskan menyimpang ,maka kapal
yang lain harus mempertahankan haluan dan kecepatannya.
1. Bagaimanapun juga ,kapal yang di sebut terakhir ini boleh bertindak untuk menghindari
tubrukan dengan olah geraknya sendiri,segera setelah jelas baginya ,bahwa kapal yang
diwajibkan menyimpang itu tidak mengambil tindakan yang sesuai dalam memenuhi
aturan-aturan ini.
(b).Bilamana oleh sebab apapun, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan
kecepatannya mengetahui dirinya berada terlalu dekat, sehingga tubrukan tidak terhindari
lagi dengan tindakan oleh kapal yang menyimpang itu saja, ia harus mengambil tindakan
sedemikain rupa,sehingga merupakan bantuan yang sebaik-baiknya untuk menghindari
tubrukan.
(c). Kapal tenaga yang bertindak dalam situasi bersilangan sesuai dengan sub
paragraph(a) (ii) aturan ini untuk menghindari tubrukan dengan kapal tenaga yang lain,
jika keadaan mengijinkan, tidak boleh merubah haluannya ke kiri untuk kapal yang
berada di lambung kirinya.
(d). Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyimpang dari kewajibannya untuk
menghindari jalannya kapal lain.
ATURAN-18
Kapal layar.
(c). Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin , harus menghindari :
(d). i. Setiap kapal, selain dari pada kapal yang tidak terkendalikan atau kapal yang
kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengijinkan, harus menghindarkan
dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya yang sedang
memperlihatkan isyarat-isyarat dalam aturan 28 ;
ii.Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan kewaspadaan khusus
dengan benar – benar memperhatikan keadaannya yang khusus itu.
(e). Pesawat terbang laut di air, pada umumnya harus tetap benar-benar bebas dari semua
kapal dan menghindarkan dirinya merintangi navigasi kapal-kapal itu.
Sekalipun demikian jika ada bahaya tubrukan, pesawat terbang laut itu harus memenuhi
aturan – aturan bagian ini.
SEKSI III
ATURAN 19
(a). Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat bilamana sedang
berlayar disuatu daerah yang berpenglihatan terbatas atau didekatnya.
(b). Setiap kapal harus berjalan dengan kecepatan aman yang disesuaikan dengan
keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada.
Kapal tenaga harus menyiapkan mesin-mesinnya untuk segera dapat berolah gerak.
(c). Setiap kapal harus benar-benar memperhatikan keadaan dan suasana penglihatan
terbatas yang ada bilamana sedang memenuhi aturan-aturan Seksi I bagian ini.
(d). Kapal yang mengindera kapal lain hanya dengan radar harus menentukan apakah
sedang berkembang situasi saling mendekat terlalu rapat dan / atau apakah ada bahaya
tubrukan. Jika demikian kapal itu harus melakukan tindakan dalam waktu yang cukup
lapang, dengan ketentuan bahwa bilamana tindakan demikian terdiri dari perubahan
haluan, maka sejauh mungkin harus dihindari hal-hal berikut :
1. Perubahan haluan kekiri terhadap kapal yang ada didepan arah melintang, selain dari pada
kapal yang sedang disusul ;
2. Perubahan haluan kearah kapal yang ada diarah melintang atau dibelakang arah melintang.
(e). Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan, setiap kapal yang
mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbangannya berada didepan arah
melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat
hingga kapal yang ada didepan arah melintangnya harus mengurangi kecepatannya
serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan
haluannya.
Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali dan
bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan telah
berlalu.
BAGIAN C
ATURAN 20
PEMBERLAKUAN
(a). Aturan-aturan didalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca.
(c). Penerangan-penerangan yang ditentukan oleh aturan-aturan ini, jika dipasang harus
juga diperlihatkan sejak saat matahari terbit sampai saat matahari terbenam dalam
keadaan penglihatan terbatas dan boleh diperlihatkan dalam semua keadaan bilamana
dianggap perlu
(d). Aturan-aturan tentang sosok-sosok benda harus dipenuhi pada siang hari.
ATURAN 21
DEFINISI
(a). “ Penerangan tiang “ berarti penerangan putih yang ditempatkan disumbu membujur
kapal, memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 225º
dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus kedepan
sampai 22,5º dibelakang arah melintang dikedua sisi kapal.
(b). “ Penerangan lambung “ berarti penerangan hijau dilambung kanan dan penerangan
merah dilambung kiri, masing-masing memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang
meliputi busur cakrawala 112,5º dan ditempatkan sedemikian rupa hingga
memperlihatkan cahaya dari arah lurus kedepan sampai 22,5º dibelakang arah melintang
dimasing-masing sisinya.
(c). “ Penerangan buritan “ berarti penerangan putih yang ditempatkan sedekat mungkin
dengan buritan, memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur
cakrawala 135º dan dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya 67,5º dari
arah lurus kebelakang dimasing-masing sisi kapal.
(d). “ Penerangan tunda “ berarti penerangan kuning yang mempunyai sifat-sifat khusus
yang sama dengan “ Penerangan buritan “ yang didefinisikan didalam paragrap (c).
(e). “ Penerangan kedip “ berarti penerangan yang berkedip-kedip dengan selang waktu
teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau lebih setiap menit.
ATURAN 22
(b). Di kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter :
– Penerangan tiang 5 mil, kecuali apabila panjang kapal itu kurang dari 20 meter 3
mil ;
(d). Di kapal-kapal yang terbenam sebagian atau benda-banda yang sedang ditunda yang
tidak kelihatan dengan jelas :
ATURAN 23
Penerangan-penerangan lambung ;
Penerangan buritan.
(b).Kapal bantalan udara bilamana sedang beroperasi dalam bentuk tanpa berat benaman
disamping penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam paragrap (a) aturan ini,
harus memperlihatkan penerangan keliling kuning kedip.
(c). i. Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter, sebagai ganti
penerangan-penerangan yang ditentukan didalam paragrap (a) aturan ini, boleh
memperlihatkan penerangan keliling putih dan penerangan-penerangan lambung.
1. Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 7 meter yang kecepatan meximumnya tidak
lebih dari 7 mil setiap jam, sebagai ganti penerangan-penerangan yang ditentukan didalam
paragrap (a) aturan ini, memperlihatkan penerangan keliling putih dan jika mungkin, harus
juga memperlihatkan penerangan-penerangan lambung.
Penerangan tiang atau penerangan keliling putih dikapal tenaga yang panjangnya kurang
dari 12 meter boleh dipindahkan dari sumbu membujur kapal jika pemasangan disumbu
membujur tidak dapat dilakukan,dengan ketentuan bahwa penerangan-penerangan
lambung digabungkan dalam satu lentera yang harus diperlihatkan disumbu membujur
kapal atau ditempatkan sedekat mungkin disumbu membujur yang sama dengan
penerangan tiang atau penerangan keliling putih.
ATURAN 24
Bilamana panjang tundaan diukur dari buritan kapal yang sedang menunda sampai
keujung belakang tundaan lebih dari 200 meter, tiga penerangan yang demikian itu,
bersusun tegak lurus ;
Penerangan-penerangan lambung ;
Penerangan buritan ;
Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah ketupat disuatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(b).Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju diikat
erat-erat dalam suatu unit berangkai, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal
tenaga dan memperlihatkan penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan 23.
(c).Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang menggandeng kecuali
didalam hal suatu unit berangkai harus memperlihatkan :
1. Sebagai pengganti penerangan yang ditentukan didalam aturan 23 (a) (i) atau (a) (ii) dua
penerangan tiang yang bersusun tegak lurus ;
2. Penerangan-penerangan lambung ;
iii. Penerangan buritan.
(d).Kapal tenaga yang dikenai paragrap (a) atau (c) aturan ini, harus juga memenuhi
aturan 23 (a) (ii) .
(e).Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain dari pada yang dinyatakan didalam
paragrap (g) aturan ini harus memperlihatkan :
1. Penerangan-penerangan lambung ;
2. Penerangan buritan ;
iii.Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah ketupat disuatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
(f).Dengan ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang digandeng atau
didorong dalam suatu kelompok, harus diberi penerangan sebagai satu kapal :
1. Kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan bagian dari suatu unit berantai,
harus memperlihatkan penerangan-penerangan lambung di ujung depan ;
2. Kapal yang sedang digandeng harus memperlihatkan penerangan buritan dan ujung depan,
penerangan-penerangan lambung.
(g) Kapal atau benda yang terbenam sebagian, atau gabungan dari kapal-kapal atau
benda-benda demikian yang sedang ditunda yang tidak kelihatan dengan jelas, harus
memperlihatkan :
Jika lebarnya kurang dari 25 meter, satu penerangan keliling putih diujung depan atau
didekatnya dan satu diujung belakang atau didekatnya kecuali apabila naga umbang itu
tidak perlu memperlihatkan penerangan diujung depan atau didekatnya ;
Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua penerangan keliling putih tambahan diujung-ujung
paling luar dari lebarnya atau didekatnya ;
Jika panjangnya lebih dari 100 meter, penerangan-penerangan keliling putih tambahan
diantara penerangan-penerangan yang ditentukan didalam sub paragrap (i) dan (ii)
sedemikian rupa hingga jarak antara penerangan-penerangan itu tidak boleh lebih dari
100 meter ;
Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari kapal atau benda paling
belakang yang sedang ditunda dan jika panjang tundaan itu lebih dari 200 meter, sosok
belah ketupat tambahan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya serta
ditempatkan sejauh mungkin di depan.
(h). Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan
kapal atau benda yang sedang ditunda memperlihatkan penerangan-penerangan atau
sosok benda yang ditentukan didalam paragrap (e) atau (g) aturan ini, semua upaya yang
mungkin harus ditempuh untuk menerangi kapal atau benda yang ditunda itu atau
setidak-tidaknya menunjukan adanya kapal atau benda demikian itu.
(i). Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak memungkinkan
kapal yang tidak melakukan operasi-operasi penundaan untuk memperlihatkan
penerangan-penerangan yang ditentukan didalam paragrap (a) atau (c) aturan ini, maka
kapal demikian itu tidak diisyaratkan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan itu
bilamana sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang
membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang mungkin harus ditempuh untuk
menunjukan sifat hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang
ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan oleh aturan 36 terutama untuk
mrnerangi tali tunda.
ATURAN 25
(a). Kapal layar yang sedang berlayar yang sedang berlayar harus memperlihatkan :
Penerangan-penerangan lambung ;
Penerangan buritan.
(b). Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan-penerangan yang
ditentukan didalam paragrap (a) aturan ini, boleh digabungkan didalam satu lentera yang
dipasang dipuncak tiang atau didekatnya disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejelas-jelasnya.
(d). i. Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus
memperlihatkan penerangan-penerangan yang ditentukan didalam paragrap (a) atau (b)
aturan ini, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal layar itu harus selalu siap dengan
sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang
harus ditunjukan dalam waktu yang cukup untuk mencegah tubrukan.
ATURAN 26
KAPAL IKAN
(a). Kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh jangkar
hanya boleh memperlihatkan penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda yang
ditentukan oleh aturan ini.
(b). Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat tarik atau perkakas
lain di dalam air digunakan sebagai alat menangkap ikan, harus memperlihatkan :
Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang di atas hijau dan yang di bawah
putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit
bersusun tegak lurus, kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai pengganti
sosok benda ini boleh memperlihatkan keranjang ;
Penerangan tiang lebih kebelakang dan lebih tinggi dari pada penerangan hijau keliling,
kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkan penerangan
demikian itu, tetapi boleh memperlihatkannya ;
Bilaman mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas penerangan- penerangan yang
ditentukan dalam paragrap ini, penerangan- penerangan lambung dan penerangan buritan.
(c). Kapal yang sedang menangkap ikan, kecuali yang sedang mendogol harus
memperlihatkan :
Dua penerangan keliling bersusun tegaklurus, yang di atas merah dan di bawah putih,
atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit
bersusun tegaklurus. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sebagai pengganti
sosok benda ini, boleh memperlihatkan keranjang ;
Bilamana mana ada alat penangkap ikan yang terjulur mendatar dari kapal lebih dari 150
meter, penerangan putih keliling atau kerucut yang titik puncaknya ke atas diarah alat
penangkap ;
(d). Kapal yang sedang menangkap ikan dekat sekali dengan kapal-kapal lain yang
menangkap ikan, boleh memperlihatkan isyarat-isyarat tambahan yang diuraikan dengan
jelas didalam Lampiran II Peraturan ini.
(e). Bilamana sedang tidak menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan penerangan-
penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan didalam Aturan ini tetapi hanya
penerangan- penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang
panjangnya sama dengan panjang kapal itu.
ATURAN 27
KAPAL YANG TIDAK TERKENDALIKAN ATAU
Dua penerangan merah keliling bersusun tegak lurus disuatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sejelas-jelasnya ;
Dua bola atau sosok benda yang serupa, bersusun tegak lurus disuatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya ;
(b).Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang
melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :
Tiga penerangan keliling bersusun tegak lurus disuatu tempat yang dapat kelihatan
dengan sejelas-jelasnya. Penerangan yang tertinggi dan yang terendah harus merah,
sedangkan penerangan yang tengah harus putih ;
Tiga sosok benda bersusun tegak lurus disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejelas-jelasnya. Sosok benda yang tertinggi dan yang terendah harus bola, sedangkan
yang di tengah sosok belah ketupat ;
(d). Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air, bilamana
kemampuan olah geraknya terbatas, harus memperlihatkan penerangan-penerangan dan
sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam su paragrap (b) (i), (ii) dan (iii) Aturan ini
dan sebagai tambahan bilamana ada rintangan ,harus memperlihatkan :
Dua penerangan merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk menunjukkan
sisi tempat rintangan itu berada ;
Dua penerangan hijau keliling atau dua sosok belah ketupat bersusun tegak lurus untuk
menunjukan sisi yang boleh dilewati kapal lain ;
Bilaman berlabuh jangkar, penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam
paragrap ini sebagai ganti penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan di
dalam Aturan 30.
Tiga penerangan keliling bersusun tegak lurus dis suatu tempat yang diperlihatkan
sejelas-jelasnya. Penerangan yang tertinggi dan yang terendah harus merah, sedangkan
penerangan yang di tengah harus putih ;
Tiruan bendera kaku “A” dari Kode Internasional yang tingginya tidak kurang dari 1
meter. Langkah-langkah harus dilakukan untuk menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan
keliling.
(f). Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, sebagai tambahan
atas penerangan-penerangan yang ditentukan bagi kapal tenaga di dalam Aturan 23 atau
atas penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang sedang
berlabuh jangkar di dalam Aturan 30,mana yang sesuai harus memperlihatkan tiga
penerangan hijau keliling atau tiga bola. Salah atu dari penerangan-penerangan atau
sosok-sosok benda ini harus diperlihatkan di puncak tiang depan atau di dekatnya dan
satu dimasing-masing ujung andang-andang depan. Penerangan-penerangan atau sosok
benda ini menunjukan bahwa berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1000
meter dari pembersih ranjau itu.
(g). Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, kecuali kapal-kapal yang sedang
menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib memperlihatkan penerangan-penerangan
dan sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam Aturan ini.
(h). Isyarat-isyarat yang yang ditentukan di dalam Aturan ini bukan isyarat-isyarat dari
kapal-kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan. Isyarat-isyarat demikian
tercantum di dalam Lampiran IV Peraturan ini.
ATURAN 28
Kapal yang terkendala oleh saratnya, sebagai tambahan atas penerangan-penerangan yang
ditentukan bagi kapal-kapal tenaga didalam Aturan 23, boleh memperlihatkan tiga
penerangan merah keliling bersusun tegak lurus, atau sebuah silinder di tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
ATURAN 29
KAPAL PANDU
(b). Kapal pandu bilaman tidak sedang bertugas memandu harus memperlihatkan
penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang serupa
sesuai dengan panjangnya.
ATURAN 30
(a). Kapal yang berlabuh jangkar harus memperlihatkan disuatu tempat yang dapat
kelihatan dengan sejelas-jelasnya :
Di buritan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih rendah dari pada
penerangan yang ditentukan didalam sub paragrap (i), sebuah penerangan putih keliling.
(c). Kapal yang berlabuh jangkar boleh juga menggunakan penerangan-penerangan kerja
atau penerangan-penerangan yang sepadan yang ada di kapal untuk menerangi geladak-
geladaknya, sedangkan kapal yang panjangnya 100 meter ke atas harus memperlihatkan
penerangan-penerangan demikian itu.
(e). Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter bilamana berlabuh jangkar, tidak
didalam atau didekat alur pelayaran sempit, air pelayaran atau tempat berlabuh jangkar,
atau tempat yang biasa dilayari oleh kapal-kapal lain, tidak disyaratkan memperlihatkan
penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan didalam paragrap (a) dan (b)
Aturan ini.
(f). Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas, tidak disyaratkan
memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok-sosok benda yang ditentukan
didalam su paragrap (d) (i) dan (ii) Aturan ini.
ATURAN 31
BAGIAN D
ATURAN 32
DEFINISI
(a). Kata “ suling “ berarti alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan tiupan-tiupan yang
ditentukan dan yang memenuhi perincian-perincian didalam Lampiran III Peraturan-
peraturan ini.
(b). Istilah “ tiup pendek “ berarti tiupan yang lamanya kira-kira satu detik ;
(c). Istilah “ tiup panjang “ berarti tiupan yang lamanya 4 sampai 6 detik.
ATURAN 33
(a). Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan suling dan genta
serta kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan, harus dilengkapi
dengan gong yang nada dan bunyinya tidak dapat terkacaukan dengan nada dan bunyi
genta. Suling, genta dan gong itu harus memenuhi, perincian-perincian didalam Lampiran
III Peraturan ini.
Genta atau gong atau kedua-duanya boleh diganti dengan perlengkapan lain yang
mempunyai sifat-sifat khas yang sama dengan bunyi masing-masing, dengan ketentuan
bahwa alat-alat isyatar yang ditentukan itu harus selalu mungkin dibunyikan dengan
tangan.
(b). Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memasang alat-alat isyarat
bunyi yang ditentukan didalam paragrap (a) Aturan ini, tetapi jika tidak memasangnya,
kapal itu harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain yang menghasilkan isyarat bunyi
yang efisien.
ATURAN 34
(a). Bilamana kapal-kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga yang sedang
berlayar, bilamana sedang berolah gerak sesuai dengan yang diharuskan atau dibolehkan
atau disyaratkan oleh Aturan-aturan ini, harus menunjukan olah gerak tersebut dengan
isyarat-isyarat berikut dengan menggunakan sulingnya :
– Satu tiup pendek untuk menyatakan “ Saya sedang merubah haluan saya kekanan “ ;
– Dua tiup pendek untuk menyatakan “ Saya sedang merubah haluan saya kekiri “ ;
– Tiga tiup pendek untuk menyatakan “ Saya sedang menjalankan mundur mesin
penggerak “.
(b). Setiap kapal boleh menambah isyarat-isyarat suling yang ditentukan didalam
paragrap (a) Aturan ini dengan isyarat-isyarat cahaya, diulang-ulang seperlunya
sementara olah gerak sedang dilakukan :
Satu kedip untuk menyatakan “ Saya sedang mengubah haluan saya kekanan “ ;
Dua kedip untuk menyatakan “ Saya sedang mengubah haluan saya kekiri “ ;
Tiga kedip untuk menyatakan “ Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak “ ;
Lamanya masing-masing kedip harus kira-kira satu detik, selang waktu antara kedip-
kedip itu harus kira-kira satu detik, serta selang waktu antara isyarat-isyarat beruntun
tidak boleh kurang dari 20 detik ;
Penerangan yang digunakan untuk isyarat ini jika dipasang, harus penerangan putih
keliling, dapat kelihatan dari jarak minimum 5 mil dan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan Lampiran I Peraturan ini.
(c). Bilamana dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran atau air pelayaran
sempit :
Kapal yang sedang bermaksud menyusul kapal lain, sesuai dengan Aturan 9 (e) (i) harus
menyatakan maksudnya itu dengan isyarat berikut dengan sulingnya :
– Dua tiup panjang diikuti satu tiup pendak untuk menyatakan “ Saya bermaksud
menyusul anda di sisi kanan anda “ ;
– Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendak untuk menyatakan “ Saya bermaksud
menyusul anda di sisi kiri anda “.
Kapal yang sedang siap untuk disusul itu bilamana sedang melakukan tindakan sesuai
dengan Aturan 9 (e) (i), harus menyatakan persetujuannya dengan isyarat-isyarat dengan
sulingnya :
-Satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup pendek dengan tata
urutan tersebut.
(d). Bilamana kapal-kapal yang dalam keadaan saling melihat sedang saling mendekat
dan karena suatu sebab, apakah salah satu dari kapal-kapal itu atau kedua-duanya tidak
berhasil memahami maksud-maksud atau tindakan-tindakan kapal yang lain atau dalam
keadaan ragu-ragu apakah kapal yang lain sedang melakukan tindakan yang memadai
untuk menghindari tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera
menyatakan keragu-raguan demikian dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5
tiup pendek dan cepat dengan suling. Isyarat demikian boleh ditambah dengan isyarat
cahaya yang sekurang-kurangnya terdiri dari 5 kedip, pendek dan cepat.
(e). Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran atau air pelayaran
yang ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus memperdengarkan
satu tiup panjang.
Isyarat demikian itu harus disambut dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang sedang
mendekat yang sekiranya ada didalam jarak dengar disekitar tikungan atau dibalik
alingan itu.
(f). Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari 100 meter,
hanya satu suling saja yang harus digunakan untuk memberikan isyarat olah gerak dan
isyarat peringatan.
ATURAN 35
Didalam atau didekat daerah yang berpenglihatan terbatas baik pada siang hari atau pada
malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan didalam Aturan ini harus digunakan sebagai
berikut :
(a). Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup panjang
dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(b). Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju di air
harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tidak lebih dari
2 menit dan selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik.
(c). Kapal yang tidak terkendalikan, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,
kapal yang terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan dan
kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain sebagai pengganti isyarat-isyarat
yang ditentukan didalam paragrap (a) atau (b) Aturan ini harus memperdengarkan tiga
tiup beruntun, yakni satu tiup panjang diikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu
tidak lebih dari 2 menit.
(d). Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal yang
kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya dalam
keadaan berlabuh jangkar, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan didalam
paragrap (g) Aturan ini, harus memperdengarkan isyarat yang ditentukan dadalam
paragrap (c) Aturan ini.
(e). Kapal yang ditunda atau jika yang kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal yang
paling belakang dari tundaanitu jika diawaki, harus memperdengarkan 4 tiup beruntun,
yakni 1 tiup panjang diikuti 3 tiup pendek, dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
Bilamana mungkin, isyarat ini harus diperdengarkan oleh kapal yang menunda.
(f). Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju diikat
erat-erat dalam kesatuan gabungan, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal
tenaga dan harus memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragrap (a)
atau (b) Aturan ini.
(g). Kapal yang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan cepat selama kira-
kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit.
Di kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan dibagian
depan kapal dan segera setelah pembunyian genta, gong harus dibunyikan cepat-cepat
selama kira-kira 5 detik dibagian belakang kapal.
Kapal yang berlabuh jangkar, sebagai tambahan boleh memperdengarkan tiga tiup
beruntun, yakni satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup pendek untuk
mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai kedudukannya dan adanya
kemungkinan tubrukan.
(h). Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika dipersyaratkan,
isyarat gong yang ditentukan didalam paragrap (g) Aturan ini, dan sebagai tambahan
harus memperdengarkan tiga ketukan terpisah dan jelas dengan genta sesaat sebelum dan
segera setelah pembunyian genta yang cepat itu. Kapal yang kandas, sebagai tambahan
boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai.
(i). Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan isyarat-
isyarat tersebut diatas, tetapi jika tidak memperdengarkannya, kapal itu harus
memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2
menit.
(j). Kapal pandu bilamana sedang bertugas memandu, sebagai tambahan atas isyarat-
isyarat yang ditentukan didalam paragraph (a), (b) atau (g) Aturan ini boleh
memperdengarkannya isyarat pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek.
ATURAN 36
Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat
cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan dengan setiap isyarat yang
diharuskan atau dibenarkan dimanapun didalam Aturan ini, atau boleh mengarahkan
berkas cahaya lampu kejurusan manapun. Sembarang cahaya yang digunakan untuk
menarik perhatian kapal lain harus sedemikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan
dengan alat bantu navigasi manapun. Untuk memenuhi maksud Aturan ini penggunaan
penerangan berselang-selang atau penerangan berputar dengan intensitas tinggi, misalnya
penerangan-penerangan stroba, harus dihindarkan.
ATURAN 37
ISYARAT BAHAYA
Bilaman kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, kapal itu harus
menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam Lampiran IV
Peraturan ini.
BAGIAN E
PEMBEBASAN – PEMBEBASAN
ATURAN 38
PEMBEBASAN
Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu memenuhi
syarat-syarat Peraturan internasional tentang pencegahan tubrukan di laut 1960 yang
lunasnya diletakkan sebelum peraturan ini berlaku atau yang pada tanggal itu dalam
tahapan pembangunan yang sesuai, dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi
Peraturan ini sebagai berikut :
(g). Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan didalam Lampiran
III Peraturan ini, sampai 9 tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.
LAMPIRAN I
Definisi
Istilah ” tiang di atas badan ” berarti ketinggian diatas geladak jalan terus yang teratas.
Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan tegak lurus dibawah tempat penerangan.
Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan tiang harus
di tempatkan sebagai berikut :
Penerangan tiang depan atau jika hanya dipasang satu penerangan tiang saja, maka
penerangan tersebut pada ketinggian diatas badan tidak kurang dari 6 meter dan jika lebar
kapal lebih dari 6 meter maka tidak pada ketinggian tidak kurang dari lebar tersebut,
tetapi sekalipun demikian penerangan itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian diatas
badan lebih dari 12 meter.
Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20
meter harus ditempatkan pada ketinggian diatas tutup tajuk tidak kurang dari 2,5 meter.
Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter boleh memasang penerangan yang
teratas pada ketinggian yang kurang dari 2,5 meter diatas tutup. Tetapi bilamana
penerangan tiang dipasang sebagai tambahan penerangan-penerangan lambung dan
penerangan buritan,maka penerangan tiang demikian itu harus dipasang sekurang-
kurangnya 1 meter lebih tinggi dari pada penerangan-penerangan lambung.
Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan bagi kapal tenaga yang
sedang menunda atau mendorong kapal lain harus ditempatkan ditempat yang sama
dengan penerangan tiang didepan atau penerangan tiang belakang, dengan ketentuan
bahwa apabila dipasang ditiang belakang, penerangan tiang belakang yang paling bawah
harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi dari pada penerangan
Tiang depan.
1. Penerangan atau penerangan-penerangan tiang yang ditentukan didalam Aturan 23 (a) harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada diatas dan bebas dari semua
penerangan dan rintangan lain, kecuali sebagaimana yang termaksud didalam su paragrap
(ii) ;
Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga penerangan dipasang bersusun tegak
lurus, penerangan-penerangan demikian itu harus berjarak sebagai berikut :
1. Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan demikian itu harus
diberi berjarak tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang terendah dari penerangan-
penerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda harus ditempatkan
pada ketinggian yang tidak kurang dari 4 meter diatas badan.
2. Di kapal yang panjangnya 20 meter, penerangan-penerangan demikian itu harus diberi
berjarak tidak kurang dari 1 meter, dan penerangan yang terendah dari penerangan ini,
kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian
yang tidak kurang dari 2 meter diatas badan.
iii. Bilamana diperlihatkan tiga penerangan, penerangan-penerangan itu harus
dipisahkan dengan jarak antara yang sama.
Penerangan yang terendah dari kedua penerangan keliling yang ditentukan bagi kapal
bilamana sedang menangkap ikan harus berada pada ketinggian diatas penerangan-
penerangan lambung tidak kurang dari dua kali jarak antara kedua penerangan tegak
lurus.
Penerangan labuh depan yang ditentukan didalam Aturan 30 (a) (i) bilamana dipasang
dua penerangan labuh belakang.
Di kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, penerangan labuh depan ini harus
ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 6 meter diatas badan.
Bilaman penerangan-penerangan yang ditentukan didalam Aturan 27 (b) (i) atau Aturan
28 itu ditempatkan tegak lurus diantara penerangan tiang depan dan penerangan
belakang, penerangan-penerangan keliling ini harus ditempatkan disuatu tempat yang
jarak mendatarnya dalam arah melintang kapal tidak kurang dari 2 meter diukur dari
sumbu membujur kapal.
Perincian tentang Letak Penerangan Penunjuk arah bagi kapal ikan, kapal keruk dan
kapal yang sedang menjalankan pekerjaan didalam air.
Penerangan yang menunjukan arah alat penangkap ikan yang menjulur dari kapal yang
sedang menangkap ikan sebagaimana yang ditentukan didalam Aturan 26 (c) (ii), harus
ditempatkan dengan jarak mendatar yang tidak kurang dari 2 meter diukur dari dua
penerangan merah dan putih keliling yang ditentukan didalam Aturan 26 (c) (i) dan tidak
lebih rendah dari pada penerangan-penerangan lambung.
Sosok-sosok Benda
Sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-ukuran berikut :
Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter ;
Kerucut harus dengan bidang alas yang garis tengahnya tidak kurang dari 0,6 meter dan
tingginya sama dengan garis tengahnya ;
Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama
dengan dua kali garis tengahnya ;
Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut sebagaimana yang diuraikan dengan
jelas didalam sub paragrap (ii) diatas yang mempunyai bidang alas persekutuan.
Jarak tegak lurus antara sosok-sosok benda harus sekurang-kurangnya 1,5 meter
Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter boleh digunakan sosok-sosok benda
dengan ukuran-ukuran yang lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapal dan jarak
antaranya boleh dikurangi sesuai dengan itu.
Perincian Warna Penerangan
Kromatisitas semua penerangan bavigasi, harus sesai dengan standar berikut yang
terletak didalam batas-batas daerah diagram yang untuk masing-masing warna telah
ditentukan secara terperinci oleh komisi Internasional tentang penerangan ( CIE ). Batas-
batas daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan menunjukan koordinat titik-
titik sudut, sebagai berikut :
Putih
Hijau
Merah
Kuning
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus dihitung dengan
menggunakan rumus :
Dengan ketentuan :
Untuk penerangan-penerangan yang ditentukan nilai K itu harus = 0,8 sesuai dengan
jarak pandang meteorologi kira-kira 13 mil laut.
Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan didalam tabel berikut :
D I
1 0,9
2 4,3
3 12
4 27
5 52
6 94
Hal ini tidak boleh dicapai dengan pengatur intensitas cahaya yang dapat diatur.
Sektor-sektor mendatar
1. Kearah depan penerangan-penerangan lambung jika dipasang di kapal harus
memperlihatkan intensitas cahaya minimum yang disyaratkan. Intensitas cahaya harus
berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3 derajat diluar sektor-sektor yang
ditetapkan.
2. Bagi penerangan-penerangan buritan dan penerangan tiang serta pada 22,5° dibelakang arah
melintang bagi penerangan-penerangan lambung, intensitas cahaya minimum yang
ditetapkan itu harus dipertahankan meliputi busur cakrawala sampai dengan 5 derajat
didalam batas-batas dari sektor-sektor yang ditentukan dadalam Aturan 21. Dari 5 derajat
didalam sektor-sektor yang ditentukan, kuat cahaya harus berkurang secara berangsur-
angsur sampai praktis lenyap diarah yang tidak lebih dari 5° diluar sektor yang ditentukan.
Semua penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak akan
terhalang oleh tiang-tiang, puncak-puncak tiang atau bangunan-bangunan meliputi busur
tang lebih besar dari 6°, kecuali penerangan-penerangan labuh yang ditentukan didalam
Aturan 30 yang tidak perlu disuatu ketinggian diatas badan yang tidak memungkinkan.
Di kapal yang hanya dipasangi satu penerangan tiang, penerangan olah gerak itu, jika
dipasang harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya,
terpisah tegak lurus dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari dua meter.
Persetujuan
Konstruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta pemasangan
penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh persetujuan dari negara yang
benderanya dikibarkan oleh kapal secara sah.
LAMPIRAN II
ISYARAT – ISYARAT TAMBAHAN BAGI KAPAL – KAPAL NELAYAN
Umum
Penerangan-penerangan itu harus dapat kelihatan keliling cakrawala dari jarak sekurang-
kurangnya 1 mil tetapi dari jarak yang lebih dekat dari pada penerangan-penerangan yang
ditentukan oleh Aturan-aturan ini bagi kapal-kapal ikan.
Kapal-kapal bilamana sedang menangkap ikan dengan dogol, entah menggunakan pukat
dasar entah pukat laut dalam, boleh memperlihatkan :
1. Bilamana sedang menarik pukat-pukatnya : satu penerangan putih diatas satu penerangan
merah bersusun tegak lurus ;
iii. Bilamana pukat tersangkut disuatu rintangan : dua penerangan merah
bersusun tegak lurus.
Masing-masing kapal yang sedang menangkap ikan dengan dogol secara berpasangan
boleh memperlihatkan :
Pada malam hari : lampu sorot diarahkan kedepan dan kearah kapal lain dari pasangan
itu ;
1. Bilamana sedang memasang atau menarik pukat-pukatnya atau bilamana pukat-pukatnya
tersangkut disuatu rintangan, penerangan-penerangan yang ditentukan didalam Aturan 2 (a)
diatas.
Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat penangkap ikan jaring lingkar
boleh memperlihatkan dua penerangan kuning bersusun tegak lurus.
Penerangan-penerangan ini harus berkedip secara berganti-ganti setiap detik dan dengan
waktu nyala dan waktu padam yang sama. Penerangan-penerangan ini hanya boleh
diperlihatkan bilamana olah gerak kapal terganggu oleh alat penangkap ikannya.
LAMPIRAN III
Suling
Jarak dengar isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi itu yang dapat
meliputi frekuensi dasar dan atau satu atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi, yang
terletak dalam batas 180 – 700 Hz ( ± 1 persen ) dan yang menghasilkan tingkat-tingkat
tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci didalam paragrap 1 (c) dibawah ini.
1. 70 – 200 Hz bagi kapal yang panjangnya 200 meter atau lebih ;
2. 130 – 350 Hz bagi kapal yang panjangnya 75 meter, tetapi kurang dari 200 meter ;
iii. 250 – 700 Hz bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75 meter.
Suling yang dipasang di kapal didalam arah kekuatan maksimum dari suling itu dan
disuatu tempat yang jaraknya 1 meter dan suling itu harus menghasilkan suatu tingkat
tekanan bunyi didalam sekurang-kurangnya 1 bidang ⅓ oktaf didalam batas-batas
frekuensi-frekuensi 180 – 700 Hz ( ± 1 persen ) yang tidak lebih kecil dari pada angka
yang sesuai dengan yang tercantum didalam tabel dibawah ini :
Panjang Kapal Tingkat lebar bidang Jarak dengar
⅓ oktaf di 1 meter dB
Dalam meter Dalam mil laut
Dengan acuan 2 x 10 N/m
-5 2
200 atau lebih 143 2
Kurang dari 75
Jarak dengar didalam tabel diatas itu digunakan sebagai informasi dan merupakan
perkiraan jarak yang pada jarak itu bunyi suling dapat terdengar disumbu depannya
dengan 90% kemungkinan dalam keadaan cuaca tenang disebuah kapal dengan tingkat
kebisingan latar belakang rata-rata di pos-pos pendengaran ( diambil sebesar 68 dB
didalam bidang oktaf yang dipusatkan di 500 Hz ).
Didalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat berubah-ubah dan tergantung
sekali pada keadaan cuaca, nilai-nilai yang diberikan itu dapat dianggap sebagai nilai-
nilai khas, tetapi dalam kondisi angin kencang atau keadaan tingkat kebisingan sekitar
yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar itu dapat banyak berkurang.
Sifat-sifat Arah
Tingkat tekanan bunyi sebuah suling yang berarah disumbu disetiap arah dibidang
mendatar didalam ± 45° dari sumbu tidak boleh lebih dari 4 dB dibawah tingkat tekanan
bunyi diarah lain manapun dibidang mendatar itu tidak boleh lebih dari 10 dB dibawah
tekanan bunyi yang ditentukan disumbu itu sehingga jarak dengan disetiap arah akan
sekurang-kurangnya sama dengan setengah jarak dengar disumbu depan.
Tingkat tekanan bunyi itu harus diukur didalam bidang ⅓ oktaf yang menentukan jarak
dengar tersebut.
Penempatan Suling-suling
Bilamana sebuah suling berarah akan digunakan sebagai satu-satunya suling di kapal,
suling itu harus dipasang dengan kekuatan maksimumnya diarahkan lurus kedepan.
Suling harus ditempatkan setinggi mungkin di kapal untuk mengurangi tertahannya
bunyi yang dihasilkan itu oleh rintangan-rintangan, demikian juga untuk membatasi
bahaya rusaknya indera pendengaran petugas hingga serendah mungkin. Tingkat tekanan
bunyi isyarat sendiri dari kapal di pos-pos pendengar tidak boleh lebih dari 110 dB ( A)
dan sedapat mungkin tidak lebih dari 100 dB (A).
Jika suling-suling dipasang dengan jarak lebih dari 100 meter, maka harus ditata
sedemikian rupa hingga suling-suling itu tidak dibunyikan secara serentak.
Jika oleh adanya rintangan-rintangan sehingga isyarat bunyi dari suling tunggal atau
salah satu dari suling-suling yang diacukan didalam paragrap 1 (f) diatas itu sekiranya
mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat kurang dianjurkan agar memasang suatu
sistem suling gabungan dengan maksud untuk mengatasi pengurangan ini.
Untuk memenuhi maksud-maksud dari Aturan-aturan ini sistem suling gabungan harus
dianggap sebagai suling tunggal.
Suling-suling dari sistem suling gabungan harus ditempatkan secara terpisah dengan jarak
yang tidak lebih dari 100 meter dan ditata untuk dibunyikan secara serentak, frekuensi
salah satu suling yang manapun harus berbeda dengan frekuensi suling-suling yang lain
dengan nilai sekurang-kurangnya 10 Hz.
Intensitas Isyarat
Genta atau gong atau alat bunyi lain yang mempunyai ciri-ciri bunyi yang serupa harus
menghasilkan tingkat tekanan bunyi yang tidak lebih dari 110 dB pada jarak 1 meter dari
genta atau gong itu.
Konstruksi
Genta-genta dan gong-gong harus dibuat dari bahan tahan karat dan dirancang untuk
menghasilkan nada yang bening.
Garis tengah mulut gentatidak boleh kurang dari 300 mm bagi kapal-kapal yang
panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter.
Persetujuan
Konstuksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan pemasangannya di kapal harus
dengan persetujuan pengusaha yang berwenang dari negara yang benderanya dikibarkan
oleh kapal secara sah.
LAMPIRAN IV
Isyarat-isyarat berikut ini digunakan atau diperlihatkan secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan :
Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan dengan selang waktu
kira-kira 1 menit ;
Isyarat yang dipancarkan dengan telephon radio yang terdiri dari kata yang dituturkan ”
MEDE ” ;
Isyarat yang terdiri dari sehelai bendera segi empat yang dibawah atau diatasnya
disambung dengan bola atau sesuatu yang menyamai bola ;
Nyala api di kapal ( misalnya dari tong ter, tong minyak yang sedang terbakar, dan
sebagainya ) ;
Cerawat payung roket atau obor tangan yang memperlihatkan cahaya merah ;
Penggunaan atau penunjukan setiap isyarat yang manapun dari isyarat-isyarat tersebut
diatas itu kecuali dengan maksud untuk menunjukan bahaya dan membutuhkan
pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain yang dapat menimbulkan kekeliruan
terhadap isyarat manapun dari isyarat-isyarat tersebut diatas dilarang.
Buku petunjuk pencarian dan pemberian pertolongan kapal niaga serta isyarat-isyarat
berikut :
Sehelai kain terpal berwarna jingga dengan segi empat dan lingkaran hitam atau lambung
lain yang sesuai ( untuk pengenalan dari udara ) ;
LAMPIRAN TAMBAHAN
PASAL I
PASAL II
Konvensi ini akan tetap terbuka untuk penandatanganan sampai 1 Juni 1973 dan setelah
tanggal itu akan tetap terbuka untuk penyertaan.
Pengertian.
PASAL III
PENERAPAN WILAYAH
Konvensi yang sekarang ini pada tanggal penerimaan pemberitahuan atau semenjak
tanggal lain yang demikian yang dapat disebutkan didalam pemberitahuan akan diperluas
kewilayah yang disebut didalamnya.
Setiap pemberitahuan yang dilakukan sesuai dengan ayat 1 pasal ini dapat ditarik kembali
berkenaan dengan setiap wilayah yang disebutkan didalam pemberitahuan tersebut dan
perluasan konvensi ini kewilayah tersebut akan tidak berlaku lagi setelah satu tahun atau
suatu kurun waktu yang lebih lama yang dapat disebut pada saat penarikan kembali.
PASAL IV
MULAI BERLAKUNYA
1. Konvensi ini mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal yang pada waktu itu
sekurang-kurangnya 15 Negara yang jumlah armada niaga seluruhnya merupakan
sekurang-kurangnya 65% jumlah armada dunia atau tonase armada kapal dunia yang isi
kotornya 100 ton keatas telah menjadi peserta Konvensi, mana saja yang dicapai lebih
dahulu.
2. Lepas dari pada ketentuan-ketentuan didalam sub ayat (a) ayat ini, konvensi ini tidak akan
mulai berlaku sebelum tanggal 1 Januari 1976.
Mulai berlakunya bagi Negara-negara yang mengesahkan, menerima atau menyetujui
atau menyertai Konvensi ini sesuai dengan Pasal II setelah syarat-syarat yang ditetapkan
didalam subayat 1 (a) dipenuhi dan sebelum Konvensi mulai berlaku, adalah pada tanggal
mulai berlakunya Konvensi.
Mulai berlakunya bagi Negara-negara yang mengesahkan, menerima, menyetujui atau
menyertai setelah Konvensi inimulai berlaku, adalah pada tanggal penyampaian dokumen
sesuai dengan Pasal II.
Setelah tanggal mulai berlakunya suatu perubahan Konvensi ini sesuai dengan ayat 3
Pasal VI, maka setiap pengesahan, penerimaan, penyetujuan atau penyertaan akan
berlaku terhadap Konvensi yang telah diubah.
PASAL V
KONPERENSI PERBAIKAN
Suatu Konperensi dengan maksud untuk meninjau kembali Konvensi atau Peraturan-
peraturan ini atau kedua-duanya dapat diselenggarakan oleh Organisasi.
PASAL VI
Setiap Peserta penandatangan yang bukan Anggota Organisasi akan diberi hak untuk
berperan serta bilamana perubahan itu dipertimbangkan oleh Majelis.
Apabila diterima oleh duapertiga mayoritas dari para Peserta Penandatangan yang hadir
dan memberikan suara didalam majelis, maka Sekretaris Jenderal akan memberitahukan
perubahan itu kepada semua peserta penandatangan atas penerimaan mereka.
Perubahan demikian akan mulai berlaku pada suatu tanggal yang akan ditentukan oleh
Majelis pada waktu yang sama, lebih dari sepertiga dari para Peserta Penandatangan
memberitahu Organisasi tentang keberatan-keberatan mereka terhadap perubahan itu.
Penentuan oleh Majelis sehubungan dengan tanggal-tanggal yang teracu didalam ayat ini
harus dilakukan oleh dua pertiga mayoritas dari mereka yang hadir dan memberikan
suara.
Dengan mulai berlakunya maka setiap ketentuan terdahulu yang teracu oleh perubahan,
bagi semua Peserta Penandatangan yang tidak berkeberatan terhadap perubahan tersebut.
PASAL VII
PEMUTUSAN
Konvensi ini dapat diputuskan oleh Peserta Penandatangan pada setiap waktu setelah
berakhirnya lima tahun terhitung sejak tanggal mulai berlakunya Konvensi bagi peserta
tersebut.
Suatu pemutusan akan berlaku satu tahun, atau kurun waktu yang lebih lama yang dapat
disebutkan didalam dokumen setelah penyampaiannya.
PASAL VIII
Konvensi dan Peraturan-peraturan ini akan disimpan oleh Organisasi dan Sekretaris
Jenderal akan mengirimkan salinan-salinanya sesuai dengan aslinya yang disahkan
kepada semua Pemerintah dari Negara-negara yang telah menandatangani Konvensi ini
atau menyertainya.
Bilamana Konvensi ini mulai berlaku, naskahnya akan dikirimkan oleh Sekretaris
Jenderal ke Sekretariat Perserikatan Bangsa-bangsa untuk didaftar dan diumumkan sesuai
dengan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa.
PASAL IX
BAHASA
Konvensi ini dibuat bersama-sama dengan Peraturan-peraturannya, dalam naskah
rangkap tunggal dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis, kedua naskah itu sama
Otentiknya.
Alih bahasa – alih bahasa dalam bahasa Rusia dan bahasa Spanyol akan disiapkan dan
disimpan bersama dengan naskah asli yang ditanda tangani.
Selaku saksi untuk hal-hal tersebut di atas, yang bertanda tangan di bawah ini diberi
wewenang dengan sepatutnya oleh Pemerintah mereka untuk maksud itu, telah
menandatangani Konvensi yang sekarang ini.
Dilakukan di London, pada tanggal dua puluh Oktober seribu sembilan ratus tujuh puluh
dua.