Laporan Magang - BPTP - Monika Olvi
Laporan Magang - BPTP - Monika Olvi
Laporan Magang - BPTP - Monika Olvi
MONIKA OLVI
NIM. C1061181040
MONIKA OLVI
NIM. C1061181040
MONIKA OLVI
NIM. C1061181040
LAPORAN MAGANG
MONIKA OLVI
NIM. C1061181040
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk Kelulusan
Mata Kuliah Magang
Tanggal:..........................................
Disahkan
Ketua Jurusan
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan (magang) dengan judul “Efektivitas
Pemanfaatan Bubuk Daun Pepaya Sebagai Pengempuk Daging Sapi” yang
berlangsung di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat.
Pelaksanaan magang maupun penyusunan laporan, memberikan penulis suatu
wawasan terkait dunia kerja dan berbagai pengetahuan diluar teori dalam masa
perkuliahan. Maka penulis mengucapkan terimakasih untuk berbagai pihak yang
berkontribusi membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini, kepada :
1. Bapak Dzul Fadly, S. Gz., M.Si selaku Dosen Pembimbing Magang
2. Bapak Dr. Rustan Massinai, S.T.P., M. Sc, Bapak Sigit Uji Marzuki, S.T., M.
Eng., Bapak Agus Subekti, SP, MP, Bapak Supangat, SE, Ibu Mahdalena, dan
Bapak Hartono, serta seluruh karyawan BPTP Kalimantan Barat.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
4. Bapak Dr. Ir. Fadjar Rianto, M.Sc selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
5. Ibu Dr. Maherawati, STP, MP selaku Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
6. Keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan laporan magang ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan magang ini,
sehingga kritik maupun saran yang diberikan akan sangat membantu penulis dalam
memperbaiki kekurangan agar menjadi lebih baik. Besar harapan penulis semoga
laporan magang ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat ...... 7
Gambar 2. Bubuk Daun Pepaya ............................................................................................. 14
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan magang wajib dilalui oleh mahasiswa di Program Studi Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Kegiatan magang
dilaksanakan minimal selama 1 bulan. Magang yang dilakukan oleh penulis
merupakan syarat dalam menempuh mata kuliah magang, dimana teori yang
didapatkan oleh mahasiswa selama menempuh matakuliah diharapkan dapat
diaplikasikan saat magang. Mahasiswa harus memperoleh pengalaman, kemampuan
dan keterampilan yang luas dalam dunia kerja. Hal itulah yang membuat penulis perlu
melaksanakan magang sebagai bekal ketika turun ke masyarakat dan berkecimpung
didunia kerja kedepannya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat merupakan.
Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan merupakan salah satu unit eselon satu
dibawah Kementerian Pertanian. BPTP Kalimantan Barat membuka kesempatan bagi
penulis untuk belajar bekerja, dan menambah pengalaman khususnya dalam bidang
pengolahan pangan. Pengolahan pangan yang tepat penting untuk diketahui dan
dipahami, agar dapat diperolehnya suatu teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi
manusia. Pengolahan ini tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekonomis dari pangan
lokal tetapi juga meningkatkan penerimaan produknya secara luas. Diharapkan juga,
pengolahan ini dapat diaplikasikan dalam masyarakat sebagai salah satu bentuk
program diversifikasi berbasis pangan lokal. Salah satu komoditi berbasis pangan lokal
dengan jumlah ketersediaan yang berlimpah dan terjangkau masyarakat ialah pepaya.
Pepaya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam famili caricaceae, dan
dipercaya sebagai gabungan dari dua species carica. Tumbuhan ini merupakan
tumbuhan khas di negara-negara tropis. Batang dan daun pada tumbuhan pepaya ini
mengandung banyak getah putih seperti susu (white milky latex) (Warsito, dkk., 2015).
Bagian dari pepaya dapat diaplikasikan pada daging sebagai pengempuk. Daging
sendiri merupakan salah satu komoditi peternakan andalan dan sangat menunjang
untuk memenuhi kebutuhan dasar bahan pangan di Indonesia. Daging sapi memiliki
kandungan gizi tinggi yaitu air sebesar 77.65%, lemak 14.7 % dan protein 18.26%
1
2
(Prasetyo, dkk., 2013). Umumnya, daging sapi diolah sebagai menu makanan, baik
sebagai daging secara murni atau dibuat dalam bentuk berbagai macam olahan, mulai
dari sate, rawon, gulai, sosis dan lain sebagainya. Pengolahan daging yang diinginkan
adalah daging dengan tekstur yang empuk. Umumnya masalah yang dihadapi dalam
proses pemasakan daging sapi yaitu tekstur yang keras.
Keempukan daging merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan
kualitas utama daging di samping citarasa dan warna (Arini, 2012). Tidak jarang
konsumen mendapatkan daging yang berasal dari ternak yang sudah tua, sehingga
setelah dilakukan pemasakan daging masih dalam keadaan alot dan susah dikunyah
(Somanjaya, 2013). Olahan daging yang empuk memerlukan waktu pengolahan yang
relatif lama dan hal itu tentunya dapat merusak nilai gizi di dalamnya. Penambahan
bahan yang dapat mempercepat proses pengempukkan daging diperlukan untuk
mempersingkat waktu pemasakan. Enzim papain pada pernyataan bahwa sebelumnya
bahwa pepaya yang mengandung getah selama ini sudah digunakan msyarakat untuk
pengempukkan daging. Masyarakat pengempuk dari daun pepaya masih secara
tradisional yaitu dengan cara membungkus daging mentah dengan daun pepaya dalam
waktu 1 jam dalam suhu kamar, atau daun pepaya langsung digosok-gosokkan pada
permukaan daging. Penggunaan daun pepaya segar kurang praktis, dimana masyarakat
harus selalu mencari daun pepaya muda setiap kali membutuhkannya (Humairoh,
2018). Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan pengolahan daun pepaya
dalam bentuk bubuk yang lebih praktis melalui proses pengeringan.
B. Tujuan
Adapun secara rinci dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum:
1) Mendapatkan relasi dan pelajaran baru serta pengalaman turun kemasyarakat
2) Mengukur kemampuan dan potensi diri serta melatih kekompakan dalam
kerjasama tim untuk menemukan ide dan mengatasi masalah.
2. Tujuan Khusus:
1) Mengetahui cara pengolahan daun pepaya menjadi produk yang bernilai lebih
berupa bubuk sebagai pengempuk daging
3
2) Mengetahui dosis dan lama marinasi terbaik dengan penambahan bubuk kulit
nanas pada daging sapi dalam pengaruhnya terhadap keempukan daging.
C. Manfaat
1. Memperoleh produk berupa bubuk daun pepaya yang digunakan sebagai
pengempuk daging.
2. Memperol relasi dan pelajaran baru serta pengalaman bekerja langsung di
lapangan sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja
3. Terasahnya kemampuan dan potensi diri baik dalam pencarian ide, pemecahan
masalah, dan praktek langsung baik untuk diri pribdai maupun kerjasama dalam
tim
BAB II. PELAKSANAAN MAGANG
4
5
BPTP Kalimantan Barat dibentuk untuk mempercepat arus informasi agar hasil-
hasil penelitian dapat segera sampai di tangan para pengguna. Institusi ini mempunyai
visi menjadi lembaga pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi yang dapat
meningkatkan profesionalisme petani dalam mewujudkan kawasan pertanian
industrial di Kalimantan Barat. Sedangkan, misinya adalah menghasilkan dan
mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul dan sesuai dengan
kebutuhan pengguna didukung kelembagaan pengkajian yang kuat serta
mengembangkan jejaring kerjasamadi tingkat regional, nasional dan internasional.
2. Sejarah Singkat
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat yang
sebelumnya bernama Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Pontianak
berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor: 798/Kpts/ OT.210/01/1995 tanggal 20
Januari 1995. LPTP Pontianak merupakan restrukturisasi dari Balai Informasi
Pertanian (BIP) Kalimantan Barat, Badan Diklat Pertanian, yang berdiri tahun 1985,
Kebun Percobaan Simpang Monterado, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-
Obatan (Balittro) Bogor yang didirikan tahun 1987 yang berubah menjadi Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Simpang Monterado dan
Kebun Percobaan Selakau, Balai Penelitian Kelapa (Balitka) Manado yang didirikan
pada tahun 1987 yang selanjutnya berubah menjadi IP2TP Selakau. Melalui SK
Menteri Pertanian RI Nomor: 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001,
statusnya berubah dan ditetapkan menjadi BPTP Kalimantan Barat.
Dalam menjalankan tugasnya selama ± 20 tahun, terdapat pergantian pemimpin.
Berikut ini merupakan nama pimpinan BPTP Kalimantan Barat:
• (2020 - sekarang) Dr. Rustan Massinai, S.T.P., M.Sc.
• (2017 - 2019) Dr. Akhmad Musyafak, SP., MP.
• (2011 - 2017) Ir. Djiyanto, MM
• (2008 - 2011) Ir. Arry Supriyanto, MS
• (2003 - 2008) Dr. Tatang M. Ibrahim
Tahun 2021, BPTP Kalimantan Barat memiliki tiga buah Instalasi Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) yaitu:
• IP2TP Sungai Kakap
6
• IP2TP Monterado
• IP2TP Selakau
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
19/Permentan/OT.020/5/2017, BPTP Kalimantan Barat merupakan fungsi unit kerja
Eselon IIIa yang secara struktural adalah salah satu unit kerja di lingkup Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Dalam pelaksanaan
kegiatan, secara struktural Kepala Balai dibantu oleh Subbagian Tata Usaha dan Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP). Secara fungsional Kepala Balai dibantu
oleh Kelompok Jabatan Fungsional.
7
Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari jabatan fungsional peneliti dan jabatan
fungsional penyuluh. Kedua jabatan fungsional tersebut tergabung dalam satu
Kelompok Pengkaji (Kelji).
Sub Bagian Tata Usaha bertugas dalam urusan kekaryawanan, administrasi dan
keuangan serta perlengkapan dan rumah tangga Balai. Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian (KSPP) bertugas dalam Penyiapan dan Pengelolaan Informasi,
Komunikasi, Diseminasi Hasil Penelitian dan Pengkajian (Litkaji), sarana
Laboratorium, dan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP).
Dalam tugasnya Kepala Balai dibantu Tim Program dalam persiapan, penyusunan dan
perumusan program litkaji. Dalam tugasnya, Tim Program bekerjasama dengan
Kelompok Pengkaji (Kelji) yang didukung oleh KSPP dan Sub Bag Tata Usaha.
Kepala IP2TP secara fungsional bertugas membantu pelaksanaan penelitian, dan
pengkajian serta bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Kelompok Pengkaji di
BPTP Kalimantan Barat ada empat kelji, yang masing-masing dipimpin oleh seorang
ketua.Adapun keempat kelji adalah, sebagai berikut.
(1) Kelji Sumberdaya
(2) Kelji Budidaya
(3) Kelji Sosial Ekonomi
(4) Kelji Pasca Panen dan Mekanisasi
Tugas Penelitian dan Pengkajian dari masing-masing kelji berbeda-beda, namun
saling mendukung dan bekerjasama.
C. Batasan Masalah
Sebagaimana yang telah didisebutkan bahwa BPTP Kalimantan Barat memiliki
tugas pokok yaitu melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi. Sebagai mahasiswa prodi Teknologi Pangan, kegiatan magang
selama 1 bulan diisi dengan berbagai pengolahan pasca panen yang dilakukan oleh tim
magang. Karena itu, penulis perlu melakukan pembatasan masalah agar dapat
mempertahankan kedalaman pembahasan yang disesuaikan dengan topik penulis dan
pihak BPTP. Laporan magang ini secara khusus difokuskan untuk membahas tentang
pengolahan daun pepaya dalam bentuk bubuk yang lebih praktis, dan diaplikasikan
sebagai pengempuk daging.
9
D. Metode Kegiatan
1. Praktek Kerja
Praktek kerja selama magang merupakan aktivitas langsung yang dilakukan
penulis, dimana penulis terlibat secara langsung dalam kegiatan yang ada di kantor
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat. Adapun aktivitas tersebut
meliputi pembuatan dan pengujian bubuk daun pepaya yang diaplikasikan pada daging
sapi, pengujian sampel yang masuk dari masyarakat dan praktek turun lapangan.
2. Studi Pustaka
Mencari referensi dari internet berupa jurnal, skripsi, melalui website, Google
Scholar dan youtube yang berhubungan dengan pembuatan dan pengujian bubuk daun
pepaya pada daging sapi.
E. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama ± 1 bulan tercantum pada lampiran 1. Fokus
pembahasan yang diambil penulis adalah pembuatan bubuk daun pepaya sebagai
pengempuk daging. Adapun secara khusus kegiatan yang dilakukan, yaitu:
Alat yang kami gunakan untuk mendukung kegiatan kami adalah, yaitu meliput
pisau, talenan, baskom, tampi, Grinder/blender, Sendok, lastik zip, label, kertas HVS,
imbangan digital, timbangan analitik, panci kukusan, piring plastik kecil, sarung
tangan plastik, cawan porselin, penjepit, Desikator, Oven, Tanur, tabung reaksi dan
rak, mikropipet dan tip, mortar, Erlenmeyer, labu ukur, gelas Beaker, kertas minyak,
tisu gelas, vortex, Spektrofotometer UV-Vis 128.
Bahan yang kami gunakan meliputi 500 g daun pepaya, 450 g daging sapi,
akuades, 0.5 g CuSO4.5H2O, 0.6 g KNa tartarat, 5 g NaOH, BSA (Bovine Serum
Albumin).
2. Cara Kerja
a. Pembuatan Bubuk Daun Pepaya
Adapun proses pembuatan bubuk dari daun pepaya sebagi berikut.
1) Pencucian kulit daun pepaya, kemudian ditepuk-tepuk hingga kering
2) Pemisahan tulang dari daun pepaya yang digunakan
3) Pemotongan menjadi bagian-bagian berukuran kecil
4) Pencucian wadah dan pastikan sudah kering. Masukkan daun pepaya yang
digunakan ke dalam wadah. Beri ruang agar tidak terisi di satu tempat
5) Pengeringan menggunakan oven suhu 50C. Lakukan pengecekan secara berkala
hingga benar-benar kering selama 2-3 hari
6) Penghalusan menggunakan grinder atau blender menjadi bubuk
7) Pengemasan bubuk ke dalam kemasan dan pastikan ditutup dengan rapat
Data yang diperoleh akan dilakukan analisa keragaman (Anova). Perlakuan yang
berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%.
3. Parameter Pengamatan
a. Kadar Air (Modifikasi dari Singh, dkk., 2018)
Kadar air diukur berdasarkan AOAC (2006), dengan cara kerja sebagai berikut:
1) Cawan porselin dikeringkan dalam oven selama 30 menit dan diinginkan dalam
desikator selama 15 menit kemudian timbang
2) Sampel ditimbang sebanyak ± 2 g
3) Sampel tersebut dimasukkan dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya
4) Cawan porselin yang telah berisi sampel dikeringkan dalam oven dengan suhu
105oC selama 3 jam
5) Cawan beserta sampel dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator selama 15
menit dan ditimbang beratnya kemudian timbang hingga beratnya konstan (selisih
penimbangan 0,05 g), apabila tidak ada penurunan berat sampel pada beberapa
kali penimbangan setelah pemanasan
12
6) Kadar air sampel ditentukan dari berat air yang menguap. Persen kadar air dapat
dihitung menggunakan rumus :
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
Persentase kadar air = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛(%)
𝜇𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 ( ⁄𝑚𝑙) × 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 × 𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝑙)
=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝜇𝑔)
Pengujian daging sapi yang dimaserasi dengan bubuk daun pepaya dilakukan oleh
anggota tim magang dengan uji fisik terhadap tekstur dan warna daging sapi
BAB 1II. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kadar air
Rata-rata nilai kadar air (%) daging sapi, disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kadar air daging setelah dimaserasi dengan bubuk daun pepaya
Nilai Mean Uji Kadar Air Sampel
Parameter
W1K1 W1K2 W1K3 W2K1 W2K2 W2K3
14
15
2. Kadar abu
Kadar abu menggambarkan kandungan mineral yang terdapat pada suatu bahan.
Kadar abu daging sapi yang dimaserasi menggunakan bubuk pepaya menunjukkan
bahwa data setiap perlakuan maserasi 1 jam lebih tinggi dari kadar abu maserasi 2 jam.
Tabel 3. Kadar abu daging setelah dimaserasi dengan bubuk daun pepaya
Nilai Mean Uji Kadar Abu Sampel
Parameter
W1K1 W1K2 W1K3 W2K1 W2K2 W2K3
3. Kadar protein
Kadar protein daging sapi yang dimaserasi menggunakan bubuk daun pepaya
secara statistik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kadar protein daing setelah dimaserasi dengan bubuk daun pepaya
B. Pembahasan
1. Kadar air
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar air daging sapi berkisar antara
57,24% hingga 64,76%. Kadar air daging sapi tertinggi yaitu sebesar 64,76% pada
perlakuan W2K1 (5%), sedangkan kadar air terendah yaitu sebesar 57,24% pada
perlakuan W2K3 (10%). Kadar air daging secara keseluruhan menurun seiring dengan
semakin banyaknnya konsentrasi dan lama waktu maserasi terhadap daging. Hal ini
membuktikan bahwa penggunaan dosis bubuk daun pepaya yang semakin tinggi akan
menghasilkan daging dengan kadar air rendah sehingga umur simpan daging dapat
dipertahankan.
2. Kadar abu
5,93%. Sedangkan kadar abu tertinggi terdapat pada bubuk pepaya konsentrasi 10%
dengan waktu maserasi 1 jam (W1K3) yaitu sebesar 10,17%. Nilai kadar abu tertinggi
diduga berkaitkan dengan rendahnya kandungan air dalam bahan khususnya daging
sapi. Hal ini sejalan dengan pernyataan peneliti terdahulu bahwa semakin rendah kadar
air suatu bahan maka semakin tinggi kadar mineral yang terdapat pada suatu bahan
tersebut (Pradana, 2017). Dilaporkan juga bahwa makanan sumber hewani memiliki
kandungan mineral seperti kalsium, besi dan phospat, selain itu, daun pepaya juga
mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, zink dan
mangan (Ayun dan Laily, 2015). Hal ini menunjukkan semakin banyak penambahan
konsentrasi bubuk daun pepaya, maka kadar abu sapi yang dihasilkan akan semakin
meningkat (Humairah, dkk., 2017).
3. Kadar protein
Gambar 4 meunjukkan bahwa kadar protein terendah ditunjukkan pada maserasi
daging selama 2 jam (W2K2) yaitu sebesar 2,35%. Semakin lama waktu maserasi
maka kadar protein daging semakin turun. Selain itu, tingginya konsentrasi serbuk
daun pepaya yang diberikan akan membuat sejumlah protein pada daging
terdenaturasi. Sedangkan kadar protein daging sapi tertinggi terdapat pada daging
dengan perlakuan maserasi menggunakan bubuk pepaya konsentrasi 5% dan lama
waktu maserasi 1 jam (W1K2) yaitu sebesar 5,78%. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan bubuk daun pepaya dosis 5% yang dimaserasi selama 1 jam mampu
meningkatkan kadar protein pada daging. Hal ini erat kaitannya dengan enzim yang
terdapat dalam getah daun pepaya. Getah pepaya neniliki kandungan enzim-enzim
protease yang merupakan pengurai protein, yaitu papain dan kimopapain. Kedua
enzim ini mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein
sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan dipeptida.
Penambahan enzim protease yang terdapat dalam bubuk daun pepaya pada
daging sapi akan memutus ikatan peptida pada protein daging menjadi mikromolekul
yang lebih sederhana sehingga daging akan menjadi lebih lunak atau empuk Enzim
papain juga mempunyai kemampuan untuk membentuk protein baru atau senyawa
yang menyerupai protein yang disebut plastein yang merupakan hasil peruraian protein
daging (Hidayah, 2013).
18
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat dapat disimpulkan bahwa bubuk daun
pepaya yang diaplikasikan kepada daging sapi dapat efektif sebagai pengempuk
daging seiring dengan banyaknya konsentrasi bubuk daun pepaya dan lama marinasi
yang digunakan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu untuk mahasiswa-mahasiswi,
khususnya Program Studi Teknologi Pangan pada tahun-tahun berikutnya dapat
meneruskan praktik magang di BPTP Kalimantan Barat karena mahasiswa magang
diberi kesempatan untuk membuat ide sendiri dalam pengolahan pangan lokal,
sehingga bermanfaat dalam penambahan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
baik tetntang pengolahan pangan maupun tentang kegiatan-kegiatan di Laboratorium
maupun Dinas Lapangan Pertanian. Berdasarkan hasil magang yang telah dilakukan,
penulis juga menyarankan dilakukan lebih lanjut terkait pemanfaatan bagian-bagian
lain dari tanaman pepaya seperti bunga, batang dan daun pepaya muda dengan variasi
konsentrasi dan lama maserasi bubuk daun pepaya untuk mengetahui tingkat
efektivitas tanaman pepaya yang terdapat banyak disekitar kita.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arini, S. M. T. 2012. Pengaruh Perendaman Daging Sapi pada Sari Buah Nanas dan
Sari Buah Pepaya Terhadap Tekstur dan Warna Daging Sapi. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Ayun, Q. dan Laily, A.N. 2015. Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.).
Jurnal FKIP UNS [online]. 1(1), 134-137.
Glider, V., William, Hargrove, S. dan Mark. 2002. Using Bromelain in Pinnapple Juice
to Investigate Enzyme Function. Proceedings. Association for Biology
Laboratory Education (ABLE).
Hidayah, L. 2013. Uji Aktifitas Enzim Bromalin dan Uji Enzim Papain. Jurusan
Peternakan Negri Jember.
Humairah, A., Pambayun, R. dan Malahayati. 2017. Pengaruh Bubuk Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Kering Terhadap Keempukkan Daging Sapi. Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Humairoh, A. 2018. Pengaruh Bubuk Daun Pepaya (Carica papaya L.) Kering
Terhadap Keempukkan Daging Sapi. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Indralaya.
Mangalisu, A. dan Permatasari, A. 2020. Ketengikan Daging Ayam Kampung Unggul
Sinjai (AKUSI) yang Dimarinasi Menggunakan Bubuk Kulit Nanas dan
Waktu Marinasi yang Berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 4(1), 1–6.
Pradana, E. 2017. Evaluasi Mutu Bakso Jantung Pisang Dan Ikan Patin Sebagai
Makanan Kaya Serat. Jom FAPERTA. 4, 1–15.
Prasetyo, H., Ch Padaga, M. dan Sawitri, M.E. 2013. Kajian Kualitas Fisiko Kimia
Daging Sapi Di Pasar Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. 8(2), 1-8.
Singh, T.A., Sarangi, P. dan Singh, N.J. 2018. Tenderisation of Meat by Bromelain
Enzyme Extracted from Pineapple Wastes. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci.
7(9), 3256-3264.
Somanjaya, R. 2013. Pengaruh Enzim Papain Terhadap Keempukan Daging. Jurnal
Ilmu Pertanian Dan Peternakan.
Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 1997. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Warsito, H., Rindiani dan Nurdyansyah. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar.
Yogyakarta: NuhaMedika.
20
LAMPIRAN
21
Lampiran 2. Surat Balasan Magang dari BPTP Kalimantan Barat
22
Lampiran 3. Surat Jalan Magang
23
Lampiran 4. Jadwa Kegiatan Magang
24
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Menggunakan Aplikasi SPSS
25
Lampiran 6. Dokumentasi Prosedur Pembuatan dan Pengujian Bubuk Daun Pepaya
26
27
Maserasi daging dengan bubuk Pencucian daging kembali Pengukusan daging selama
daun pepaya 20 menit
Sampel daging 2 g_uji kadar Tanur_uji kadar abu Sampel daging 0.1 g_uji
air kadar protein
29