LP DAN ASKEP DEA AMELIA MEILANI - Ners A
LP DAN ASKEP DEA AMELIA MEILANI - Ners A
LP DAN ASKEP DEA AMELIA MEILANI - Ners A
Diajukan Untuk Memenuhi Praktik Pembelajaran Lapangan Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan Dasar Profesi
Disusun Oleh
1. Pengertian
atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan
terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk
makanan atau asupan yang masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem pencernaan yang terdiri dari
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1. sistem pencernaan manusia
bahan makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(mengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan bantuan zat cair yang terdapat
mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi utama sistem pencernaan adalah
elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat gizi ini diserap oleh tubuh, makanan harus
: 371)
1. Mulut
dari bibir sampai istimus fausium yaitu perbatasan mulut dengan faring.
Mulut terdiri dari bagian vestibulum oris dan kavum oris propia. Waktu
2. Tenggorokan ( Faring)
panjangnya ±12 cm. Letaknya tegak lurus antara basis kranii setinggi
yang terpenting didalam faring adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjer limfe
3. Kerongkongan (Esofagus)
panjangnya ±25 cm dengan posisi mulai dari tengah leher sampai ujung
Sebuah kantong muskular yang letaknya antara esofagus dan usus halus,
2014 : 242 )
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
yang memberikan permukaan yang lebih luas. Pada ujung dan pangkalnya
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
5. Usus Besar
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
sfingter ani yang terdiri dari ; sfingter ani internus, sfingter levator ani,
Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan fese masuk ke dalam rektum,
peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid akan mendorong feses
9. Pankreas
242 )
10. Hati
dengan berat 1000-1800 gram. Hati terletak disebelah rongga perut bagian
kanan atas dibawah diafragma. Sebagian besar terletak pada region
Kandung empedu (vesika fallea) adalah kantong berbentuk buah pir yang
yang melekat pada hati dan terletak pada permukaan bawah hati di antara
lobus dekstra dan kaudatus hati. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu. ( I Gusti Ayu Triagustina,
2014 : 242 )
3. Etiologi
1. Kelainan esofagus
a) Varises esophagus
tidak mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan berwarna
lambung
b) Karsinoma eshopagus
hanya sesekali penderita muntah darah dan itu pun tidak massif.
Suatu kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lendir, yang
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena dari
Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dgn
makanan. Sifat hematemesis tidak begitu massif dan melena lebih dominan dari
hematemesis
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut dengan keluhan rasaapedih
dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang, badan lemah. Jarang mengalami hematemesis,
4. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Lyndon (2014) tanda dan gejala yang
umum dijumpai pada pasien dengan hematemesis melena diantaranya adalah :
a. Mual dan muntah dengan warna darah yang terang
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis berupa kebutuhan untuk muntah
namun tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah. Muntah terjadi
setelah adanya rangsangan yang diberikan kepada pusat muntah yaitu
vomiting center (VC) di medula oblongata atau pada zona pemicu
kemoreceptor yang disebut chemoreceptor trigger zone (CTZ) yang
berada di daerah medula yang menerima masukan dari darah yang terbawa
obat atau hormon. Sinyal kimia dari aliran darah dan cairan cerebrospinal
(jaringan syaraf otak sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ.
Ujung syaraf dan syaraf-syaraf yang ada di dalam saluran pencernaan
merupakan penstimulir muntah jika terjadi iritasi saluran pencernaan,
kembung dan tertundanya proses pengosongan lambung. Kemudian pusat
muntah (VC) akan distimulasi, dan bereaksi menyebabkan muntah.
Muntahan darah berwarna merah terang menunjukkan perdarahan baru
terjadi, sedangkan yang berwarna merah gelap, coklat atau hitam (warna
dan muntahan seperti ampas kopi) menandakan darah sudah tertahan lama
di lambung dan sudah tercerna sebagian.
b. Anoreksia
Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin dan warna hitam
ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang
muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna
sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
e. Perubahan hemodinamik seperti terjadi hipotensi, dan peningkatan nadi.
Perubahan hemodinamik terjadi akibat berkurangnya volume cairan di
dalam tubuh. Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status
hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin
early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencegah
pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.
f. Perubahan sirkulasi perifer seperti warna kulit pucat, penurunan kapilari
refill, dan akral teraba dingin.
g. Rasa cepat lelah dan lemah
asam klorida.
b. Sekresi lambung
sarafvagal
2) Fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam
d. Sindrom Zollinger-Ellison
e. Ulkus Stres
Hematemesis Melena
Gangguan
Kurang
Intoleransi perfusi
jaringan
pengetahuan
Kurang volume
cairan Resiko syok
1. Pemeriksaan tinja
intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yang mengalami kerusukan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemerikasaan CHE (kolinetrase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila tejadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik
dan pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggiaan kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serelogi pertanda ureus seperti HBSAg,
HbeAg, dll.
3. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites.
b. Esofagus untuk melihat pendarahan esofagus
c. Angiografi untuk mengukur vena portal. Bermanfaat untuk pasien-
pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi dari visual
endoskopik.
( Seo, R. A. 2019 )
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yng teliti dan
1) Tiirah baaring
3) Pemeriksaan Hb, Ht
3) Perawatan definitif
a) Terapi endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilaksanakan sedini mungkin untuk
mengetahui secara tepat sumber perdarahan, baik yang berasal
dari esofagus, lambung, maupun duodenum.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Bararah dan Jauhar (2013)
penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
hematemesis melena antara lain sebagai berikut:
1) Pengaturan Posisi
a) Pasien dipertahankan istirahat sempurna, karena gerakan seperti
batuk akan meningkatkan tekanan intra abdomen sehingga
perdarahan berlanjut.
b) Meninggikan bagian kepala tempat tidur untuk mengurangi aliran
darah ke sistem porta dan mencegah refluk ke dalam esofagus.
2) Pemasangan NGT
Tujuannya adalah untuk aspirasi cairan lambung, bilas lambung
dengan air, serta pemberian obat-obatan seperti antibiotik untuk
menetralisir lambung.
3) Bilas Lambung
NGT harus diirigasi setiap 2 jam untuk memastikan
kepatenannya dan menilai perdarahan serta menjaga agar lambung
tetap kosong. Darah tidak boleh dibiarkan berada dalam lambung
karena akan masuk ke intestine dan bereaksi dengan bakteri
menghasilkan ammonia yang akan diserap ke dalam aliran darah
dan akan menimbulkan kerusakan pada otak.
4) Pengaturan Diit
Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekurang-kurangnya sampai 24
jam setelah perdarahan berhenti. Penderita mendapat nutrisi secara
parenteral total sampai perdarahan berhenti. Setelah 24-48 jam
perdarahan berhenti, dapat diberikan diit makanan cair. Terapi total
parenteral yang dapat digunakan seperti tutofusin 500 ml, triofusin
E 1000, dan aminofusin hepar L 600.
5) Lubang hidung harus segela diperiksa, dibersihkan dan diberi
pelumas untuk mencegah area penekanan yang disebabkan area
penekanan oleh selang.
8. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.
kehilangan darah, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh
darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi.
Akibatnya darah menjadi encer dan persentase sel darah merah berkurang.
c. Koma hepatik
d. Aspirasi pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas.
e. Anemi posthemoragik
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Babakan tarogong rt03, rw11 kel. Baros. Kec.Arjasari. Bandung
Tanggal masuk : 5 oktober 2021
Tanggal pengkajian : 6 oktober 2021
No. Registrasi : 00.264.512
Diagnosa medis : Hematemesis Melena
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Herni
Umur : 45 tahun
Hub. Dengan pasien : Suami
Pekerjaan : swasta
Alamat : Babakan tarogong rt03, rw11 kel. Baros. Kec.Arjasari. Bandung
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Muntah darah dan BAB berdarah.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien datang ke igd dengan keluhan muntah darah 1 jam sebelum masuk kerumah sakit,
sebelumnya juga muntah darah sudah 4 kali pada pukul 5 pagi darah segar disertai
gumapalan . Terdapat juga keluhan BAB hitam agak lengket seperti aspal, pasien
mengatakan badan lemas, kepala pusing, dan nyeri ulu hati.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah didiagnosis cimosis hepatis sejak 1 tahun yang lalu.
2) Pernah dirawat
Pasien pernah dirawat di rumah sakit al ihsan .
3) Alergi
Tidak terdapat alergi terhadap makanan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol/dll)
Tidak ada kebiasaan merokok,kopi, maupun alkohol.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak memiliki penyakit keluarga
d. Diagnosa medis dan therapy
Hematemesis melena.
e. Genogram
3. Pola kebutuhan dasar ( data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
b. Pola nutsi-metabolik
Sebelum sakit : sebelum sakit pasien makan lauk pauk,sayur, dengan porsi habis
sehari 2 kali makan, sebelum sakit pasien biasa minum sehari 8 gelas air mineral.
Saat sakit : pada saat sakit pasien hanya diberikan makanan dari rumah sakit
berupa makanan yang cair seperti susu saja. Pada saat sakit pasien minum hanya 5 gelas
air mineral.
c. Pola eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan warna kuning, bau
khas, dengan konsistensi lembek.
Saat sakit : pada saat sakit pasien BAB 4x/hari dengan warna kehitaman,
konsistensi cair.
2) BAK
Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit pola BAK tidak menentu,tidak
mengalami nyeri, rasa terbakar.
Saat sakit : klien mengatakan pada saat sakit BAK nya hanya 4x kali/hari
dengan berwarna kuning, tidak terdapat kesulitan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
1). Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan
diri
Makan dan ✔️
minum
Mandi ✔️
Toileting ✔️
Berpakaian ✔️
Berpindah ✔️
Mandi ✔️
Gosok gigi ✔️ ️
Mencuci ✔️
rambut
Menggunting ✔️
kuku
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
tergantung total.
2). Latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit biasanya pasien suka
melakukan aktivitas seperti olahraga jalan santai.
Saat sakit : pasien mengatakan saat sakit pasien hanya berbaring ditempat
tidur.
e. Pola persepsi-konsep diri
a. Gambaran diri : pasien menerima kondisi fisiknya.
b. Peran diri : dalam keluarga pasien berperan sebagai orang tua.
c. Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
d. Harga diri : pasien mengatakan selama sakit pasien merasa diperhatikan oleh
suami dan anaknnya.
IV. PERENCANAAN
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah dilakukan tindakan 1. monitor lokasi dan 1. Untuk mengetahui
keperawatan 2x 24 jam diharapkan ketidaknyamanan aktivitas yang
aktivitas klien terpenuhi. Dengan selama dilakukan klien.
kriteria hasil: melakukan 2. Untuk mengetahui
- kemudahan dalam melakukan aktivitas. keadaan klien
aktivitas sehari-hari meningkat. 2. Anjurkan aktivitas masih terdapat
- kekuatan bagian tubuh dan bawah secara bertahap pusing dan lemas
meningkat. yang mampu atau tidak
- perasaan lemah menurun dilakukan.
- tekanan darah membaik dalam batas 3. Monitor tanda-
normal. tanda vital
- sakit kepala membaik.
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi: 1. untuk mengetahui
keperawatan 2x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi status status nutrisi
kebutuhan nutrisi terpenuhi. Dengan nutrisi klien sehingga
kriteria hasil: 2. Monitor asupan dapat
- frekuensi makan membaik makanan menentukan
- nafsu makan membaik 3. identifikasi intervensi yang
- membran mukosa membaik makanan yang diberikan
- bising usus dalam batas normal. disukai 2. supaya dapat
4. anjurkan posisi dilakukan
duduk atau semi intervensi dalam
plower. pemberian
5. monitor mual dan makanan.
muntah 3. untuk mengetahui
6. monitor warna masih terdapat
konjungtiva mual dan
7. identifikasi mukosa muntah.
mulut. 4. untuk mengontrol
asupan nutrisi
klien.
V. IMPLEMENTASI
Dx Intervensi Implementasi Evaluasi Hari/tgl Ttd/
paraf
1 1. monitor lokasi 1. Memonitor lokasi dan S:klien Rabu,
06-10-
dan ketidaknyamanan merasakan
2021
ketidaknyamanan selama melakukan lemas
selama aktivitas. O: klien bisa
melakukan 2. Menganjurkan melakukan
aktivitas. aktivitas secara aktivitasnya
2. Anjurkan bertahap yang mampu dibantu olah
Aktivitas secara dilakukan keluarga
bertahap yang 3. Memonitor tanda- A: masalah
mampu tanda vital belum teratasi.
dilakukan P: intervensi 1-
3. Monitor tanda- 3 dilanjutkan.
tanda vital