LP Ketoasidosis Keperawatan Kritis
LP Ketoasidosis Keperawatan Kritis
LP Ketoasidosis Keperawatan Kritis
KETOASIDOSIS (KAD)
OLEH :
WIDIYANINGSIH
012042025
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINAWAN
TAHUN
2021
Konsep Dasar Ketoasidosis
1. Pengertian
2. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahu: menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahu DM sebelumnya. 80%. dapat di kenali adanya faktor percetus
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasadosis
berulang KAD berulang memalik: beberapa faktor pencetus seperti ketidakpatuhan dalam
penggunaan insulin infeksi, penyakit metabolisme lian dan beberapa faktor lainnya (Kitabchi,
et al., 2012) Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata dapat
disebabkan oleh
a. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
b. Keadaan sakit atau infeksi
c. pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah
a. Infeksi pneumonia, infeksi traktus urinarus, dan sepsis diketahu bahwa jumlah sel darah
putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi
b. Ketidakpatuhan karena ketidakpatuhan dalam dosis
Menurut (Smeltzer, 2015) Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori
klinis yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
1) Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah
terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu
yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya. (Smeltzer, 2015) Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya
sebuah respon autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing (Smeltzer, 2015)
b. Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer, 2015) Diabetes melitus tidak tergantung
insulin (DM TIPE II) Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
3. Manifestasi klinik
Tanda ketoasidosis terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karna di pakainya jaringan
lemak untuk memenuhi kebutuhan energy maka akan membentuk keton. Bila hal ini di
biarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam dan tubuh akan menjadi rusak dan bisa
menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencananan makan,
menghentikan sendiri suntukan insulin, tidak tau bahwa dirinya sakit diabetes miletus,
mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, struke dan
sebagainya.
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai
nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Menurut PERKENI
gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
A. Gejala akut penyakit DM Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan
mungkin tidak menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi:
1. Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi) Pada diabetes,karena insulin
bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi
yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu,
tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar
sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan
2. Sering merasa haus (polidipsi) Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan
kekurangan air atau dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus
sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
akan sangat merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri) Jika kadar gula melebihi nilai
normal , maka gula darah akan keluar bersama urin,untu menjaga agar urin
yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan
kencing pun sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015)
B. Gejala kronik penyekit DM Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM
(PERKENI, 2015)adalah:
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
3. Rasa tebal dikulit
4. Kram
5. Mudah mengantuk
6. Mata kabur
7. Biasanya sering ganti kaca mata
8. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemampuan seksual menurun
11. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi dua tipe utama:
Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM). (Ullah, Shafi, Khan, & Shahzad,
2015)
6. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(Price, S.A., & Wilson, 2013)
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic
yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria) dan timbul rasa haus
(polydipsia)
3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4) Lelah dan mengantuk
5) Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
b. Kriteria diagnosis DM:
1) Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu
3) Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126mg/dL (7,0mmol/L)
4) Glukosa plasma 2jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75gram
glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air. (Nurarif, Kusuma, & Hardhi., 2015)
7. Komplikasi
Menurut (Laurentia Mihardja, 2014) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus
adalah :
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati. Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak
saraf dan pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi
kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu
menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu
mual, muntah, diare, atau konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina. Retinopati muncul saat terjadi
masalah pada pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi
pada penderita diabetes.
d. Gangren Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
gangrene pada penderita DM diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula
darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya hiperglisolia
(keadaan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa akibat hiperglikemia kronik),
hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis biokimiawi sel yang kemudian
berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi DM. Gangren
adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang terkena gangren biasanya
bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Gangren kaki diabetik luka pada kaki yang
merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh
darah sedang atau besar ditungkai, luka gangren merupakan salah satu komplikasi
kronik DM.
8. Penatalaksanaan
Menurut (Eva, 2007)penatalaksanaan pada kasus KAD
1. Airway dan Breathing
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama Jika pasien dengan kesadaran koma
(GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tsb sementara
saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang
oksigen melalu masker hudson atau non-rebreather masker jaka ditunjukkan
Masukkan tabung nasogastrik dan buatkan drainase jika pasien muntah atau jika
pasien telah muntah berulang Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran harus
dimotutor di semua treatment KAD
2. Circulation
Penggantian cairan Surkulasi adalah prioritas kedua KAD pada pasien yang
menderita dehidarası berat bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu,
cairan pengganti harus dimulai segera Cairan resusitası bertujuan untuk mengurangi
hiperglikemia, hyperosmolality, dan counterregulatory hormon, terutama dalam
beberapa jam pertama sehingga mengurangi resistensi terhadap insulin Terapi insulin
paling efektif jika didahulu dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisat
cairan tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari 6 liter carian mungkin harus
diganti. Resusitas cairan segera bertujuan untuk mengembalikan volume intravaskular
dan memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi kristaloid. koloid dan bisa digunakan
jika pasien dalam syok hipovolemik Normal saline (NaCl 0,9%) yang paling sesuai
Idealnya 50%. dari total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50%.
lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati pemantauan status hemodinamik secara teliti
(pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal status mental dan
keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan
3. Insulin
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan rehidrasi yang
memadai Pemberian insulin akan menurunkan hormone glucagon sehingga dapat
menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan
lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot, dan meningkatkan utilisasi glukosa
oleh jangan Tujuan pemberian insulin bukan hanya untuk mencapai kadar glukosa
normal tetapi untuk mengatası keadaan ketonemia Oleh karena itu bila kadar glukosa
kurang dan 200 mg% insulin diteruskan dan untuk mencegah hipoglikemia diberikan
cairan yang mengandung glukosa sampa: asupan kalori oral puluh kembal:
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Sudoyo, 2010)pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes melitus antara
lain:
1. Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum
2. Analisis gas darah BUN dan kreatının
3. Darah lengkap pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosas). HbAlc urialisis
(dan kultur urine bila ada indikası)
4. Foto polos dada
5. Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
6. Aseton plasma (keton positif secara mencolok
7. Osmolalitas seruan meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/1
8. Pemeriksaan Oumolalitas = 2[Na-K) - (GDR 18) - (UREUM /6)
9. Hemogloban glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama + bulan terakhir
10. Gas darah arten biasanya menunjukkan pH <7,3 dan penurunan pada HCO3 250
mg/dl
11. Kadar glukosa darah > 300 mg di tetapi tidak > 800 mg di
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ketoasidosis
1. Pengkajian
Pengkajian menurut (Doenges., 2014)
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak berjalan, Kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas,
Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
2. Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi Tanda : Ansietas
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria
anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen
keras, adanya asites. bising usus lemah dan menurun. hiperaktif (diare)
4. Nutrisi Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari
minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis manis, bau buah (napas aseton)
5. Neurosensori
Gejala : Pusing pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi. gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi. stupor koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma),
aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
6. Nyeri kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang nyeri (sedang berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
7. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat
8. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis(keringat dingin),
kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum rentang gerak, parestesia
paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam).
9. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
10. Penyuluhan pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah
1. B1 (Breath) :
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan
meningkat. Napas berbau aseton atau buah, pernapasan pernapasan menunjukkan
menunjukkan pernapasan cepat (kusmaul)/hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
a. Tachicardi
b. Disritmia
3. B3 (Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
4. B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesia. parestesia. Gangguan Gangguan penglihatan. penglihatan. Kesadaran
Kesadaran CM / Letargi / Koma.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
5. B5 (Bowel)
a. Distensi abdomen
b. Bising usus menurun
6. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot Penurunan kekuatan otot, Kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada Diagnosa keperawatan yang dapat muncul
pada pasien dengan KAD antara lain (PPNI, 2017) :
1) Pola Napas T Pola Napas Tidak Efektif idak Efektif berhubungan berhubungan dengan
penurun dengan penurunan kemampuan bernapas (D.0005)
2) Nausea berhubungan deng Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (D.0 an
gangguan biokimiawi (D.0076)
3) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat diuresis osmotik akibat
hiperglikemia (D.0023)
4) Nyeri akut berhubungan d Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisio engan
agen pencedera fisiologis (D.0077) logis (D.0077)
5) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional Ansietas berhubungan dengan krisis
situasional (D.0080)
3. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. a. Kriteria Hasil :
1) Dispnea (5) : menurun
2) Penggunaan otot bantu napas (5) : menurun
3) Frekuensi napas (5) : membaik
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan :
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Ciptakan suasana terapetik untuk menumbuhjan kepercayaan
3) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
4) Gunakan pendekatan yang menenangkan dan meyakinkan
5) Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang mungkin dialami
6) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
7) Latih teknik relaksasi
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam, 2009). Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan adalah :
a. Secara mandiri (independent) Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat
untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena
adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent) Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja
sama tim keperawatan dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-
lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent) Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke
arah kemajuan sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan
5. Evaluasi kepeawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, Menurut Nursalam (2008), kualitas
asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat melihat hasilnya proses keperawatan
( (sumatif).
a. Evaluasi Proses
Fokus pada evaluasi proses ( formatif ) formatif ) dan dengan adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keparawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Evaluasi
proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
b. Evaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil ( sumatif ) ad alah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna.
Daftar Pustaka