D. Membangun Argumen Tentang Kedudukan Manusia Dalam Lingkungan Alam
D. Membangun Argumen Tentang Kedudukan Manusia Dalam Lingkungan Alam
D. Membangun Argumen Tentang Kedudukan Manusia Dalam Lingkungan Alam
Pernahkah kita memikirkan tentang apa dan bagaimana kedudukan kita sebagai manusia yang
diciptakan Allah didalam lingkungan alam?. Dalam hal ini kita dapat memperhatikan mulai cerita
awal penciptaan alam dan manusia yang tertulis di Alkitab. “ Tuhan Allah membentuk manusia itu
dari debu tanah” (Kej 2:7) seperti Ia juga “membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala
burung di udara” (Kej 2:19). Dalam bahasa Ibrani kata untuk manusia, yaitu adam, mempunyai akar
yang sama dengan kata untuk tanah yaitu adamah. Manusia "mengusahakan tanah" (Kej 3:23) dan
hidup dari tanah,dan manusia kembali menjadi tanah (Kej 3:19). Dari ayat tersebut kita mengetahui
bahwa Alkitab menggambarkan kesatuan manusia dengan alam dan manusia terikat dalam kesatuan
dengan bagian-bagian alam yang lain.
Nilai alam bagi manusia tidak dapat disangkal. Makanan yang dimakan manusia, minuman yang
diminum, udara yang dihirup serta bahan untuk pakaian, perumahan, alat-alat dan tenaga yang
menjalankan mesin-mesinnya semuanya disediakan dari alam. Yang menjadi pertanyaan ialah
apakah alam mempunyai nilai terlepas dari gunanya bagi manusia. Jawaban pertama kepada
pertanyaan ini ialah bahwa nilai alam yang utama dalam rencana Allah ialah nilainya untuk manusia.
Alam bernilai tetapi nilai manusia jauh lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan atau binatang-
binatang karena dijelaskan pada kejadian 2 bahwa semua makhluk diciptakan Allah untuk dinikmati
dan digunakan oleh manusia. Namun alam juga bernilai terlepas dari nilainya bagi manusia. Allah
menganggap ciptaan-Nya baik sebelum manusia dijadikan (Kej 1:10, 12, 18, 21, 25). Salah satu alasan
mengapa Allah menciptakan manusia adalah untuk memelihara kebaikan alam. Sesudah air bah,
Allah membuat perjanjian bukan saja dengan Nuh dan keturunannya tetapi juga dengan "segala
makhluk hidup" (Kej 9:10). Walaupun perjanjian dinyatakan kepada Nuh sebagai wakil makhluk-
makhluk lain, tetapi Allah mempunyai hubungan dengan semua makhluk. Bahkan ia mempunyai
kewajiban kepada makhluk makhluk itu berdasarkan perjanjian-Nya.
Para ahli etika lingkungan menganggap alam memiliki tiga nilai( Drumnond 2001,78) yaitu :
Alkitab menggambarkan manusia sebagai makhluk yang mempunyai tempat bersama dengan
makhluk makhluk yang lain dalam ciptaan. Hal ini sesuai dengan pandangan ekologi yang dimana
manusia dan makhluk-makhluk yang lain terikat bersama dalam hubungan timbal balik. Kalau satu
faktor diganggu, semua faktor ikut terganggu. Karena itu manusia tidak bisa merusak alam tanpa
merugikan dirinya sendiri. Walaupun demikian manusia juga berbeda dengan unsur-unsur alam yang
lain. Ia mempunyai kuasa lebih besar daripada makhluk makhluk yang lain. Sama seperti Allah ialah
Raja di Surga, manusia dinobatkan sebagai raja di dunia. Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat sehingga kedudukannya hanya sedikit lebih rendah daripada penghuni penghuni surga (Mzm
8:6). Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej 1:26-27). Walaupun ia tidak Ilahi, ia mempunyai
sifat-sifat yang mirip dengan Allah sendiri. Yang menjadi wakil Allah di antara makhluk-makhluk yang
lain. Ia hidup di dunia ini sebagai duta dari Allah yang dimana ia diberi tugas untuk mengatur dunia
sesuai dengan kehendak Allah.
Banyak orang merasa bahwa keunggulan manusia terletak dalam kemampuannya untuk berpikir
secara rasional, membentuk konsep-konsep yang abstrak, kemampuan untuk berbahasa, membuat
dan menggunakan alat-alat serta membentuk kebudayaan. Secara teologis perlu dikatakan bahwa
manusia hanya bersungguh-sungguh menjadi manusia jikalau ia menyadari hubungannya dengan
Tuhan dan dapat berdoa. Manusia mempunyai nafas hidup yang dihembuskan ke dalam hidungnya
langsung dari Allah sendiri (Kej 2:7). Manusia memerlukan roti dan nasi, tetapi makanan itu tidak
cukup. Ia juga perlu hidup dari firman Allah (Mat 4:4). Hanya manusia yang bisa berdoa dan
beribadah kepada Allah dan hanya manusia bisa yang menaati dan tidak menaati perintah Allah
serta hanya manusia bisa berbicara dengan Allah dan mengerti kehendak Allah. Singkatnya manusia
mempunyai dua segi. Sebagai ciptaan Allah ia bersatu dengan makhluk-makhluk yang lain. Ia juga
dapat bersatu dengan Allah. Ia terlibat dalam alam tetapi ia berwibawa atas alam. Sebagai gambar
Allah ia mewakili Allah dalam ciptaannya. Sebagai makhluk termulia ia mewakili ciptaan di depan
Allah. Oleh sebab itu manusia perlu mengembangkan kemampuannya untuk mengasihi Allah tanpa
melupakan kekerabatannya dengan makhluk-makhluk yang lain.