Makalah - Sistem Komunikasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANDIRI: DOSEN PENGAMPU :

Sistem Komunikasi Indonesia Ismandianto, S.I.Kom, M.I.Kom

“KOMUNIKASI POLITIK DAN RUANG LINGKUPNYA”

DISUSUN

OLEH

YAFI ARDHANA
(2101134852)
KELAS A

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS NEGERI RIAU
2021/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya makalah yang berjudul “KOMUNIKASI POLITIK DAN RUANG
LINGKUPNYA” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
sebagai tugas untuk mata kuliah Sosiologi di program studi ___________.

Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Dan tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismandianto, S.I.Kom, M.I.Kom., selaku
dosen pengampu yang telah memberikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Pekanbaru, 28 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Malasah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 Komunikasi Politik........................................................................................................4
2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Politik..............................................................................5
2.3 Tujuan Komunikasi Politik...........................................................................................7
2.4 Dampak Komunikasi Politik.........................................................................................9
2.5 Strategi Komunikasi Politik........................................................................................10
BAB III.................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebuah sistem begitu dibutuhkan untuk melancarkan tata cara proses sub-sub
sistem yang terdapat didalamnya. Sistem begitu mendorong dalam memberikan
kemudahan guna menggapai misi. Di Indonesia muncul beberapa bangunan sistem,
contohnya Sistem Hukum Indonesia, Sistem Politik Indonesia, dan sistem-sistem
nilai lainnya yang bisa dipakai jadi pedoman dalam proses komunikasi antar orang di
Indonesia. Dalam kehidupan komunikasi juga ada yang namanya Sistem Komunikasi
Indonesia. (Priyatama, 2013).

Sistem ini menjadi susunan baru untuk Indonesia wauapun impelemntasinya


secara implisit sudah dijalankan oleh bangsa Indonesia pada hidup kesehariannya
terkhusus lewwat sebuah norma Sistem Pers Indonesia. Akan tetapi, susunan yang
jelas mengenai Sistem Komunikasi Indonesia sampai sekarang belum dibentuk dan
terealisasikan. Dengan menyusun Sistem Komunikasi Indonesia, alhasil Indonesia
punya sebuah bangunan sistem dalam berinteraksi yang sama dan menjadi ciri dan
kepribadian dari bangsa Indonesia. (Oetama, 2001). 

Alhasil dengan banyaknya penduduk yang mencapai 200 juta lebih manusia ini
tak ada yang tidak mungkin bahwa sistem komunikasi yang dibuat di Indonesia lewat
konsep Sistem Komunikasi Indonesia itu akan jadi suatu sistem yang bisa ditiru dan
dijadikan pedoman bagi megara lainnya lain yang memiliki kemiripan dengan negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bangunan dari sistem komunikasi Indonesia itu akan
berlandas pada sebuah pola Komunikasi yang dibuat dan dipakai di Indonesia dengan
elemen nilai dan peraturan yang telah ada sebelumnya. Karena pola komunikasi pada
sebuah negara akan memberikan efek pada bangunan sistem komunikasi yang akan
dijalankan oleh negara ini.

1
Komunikasi dapat masuk ke sektor apapun dan dimanapun, meskipun pada
sektor politik sekalipun. Banyak peneliti sektor komunikasi menjelaskan jika
komunikasi didalamnya juga membahas mengenai politik. Sebaliknya juga begitu,
peneliti atau praktisi politik melihat jika sebenarnya politik terdiri dari sebuah
komunikasi. Hal ini disebabkan banyak pengertian mengenai komunikasi yang sudah
ternoda oleh politik atau memiliki makna politik. Hal ini dapat dimengerti sebab
politik dan komunikasi punya sebuah karakter yang sama yakni serba hadir,
multimakna dan multidefinisi. (Muliamda, 2015). 

Komunikasi politik sering memakai konsep dan pandangan dari ilmu


komunikasi ini dikarenakan ilmu komunikasi emang muncul lebih awal jika
dibandingkan dengan komunikasi politik. Konsep pemikiran contohnya komunikator,
pesan, media, komunikan, dan timbl balik sebetulnya juga dipamai pada konteks
komunikasi politik. Titik ketidaksamaannya terletak pada politik yang lebih
memfokuskan diri pada pengiriman informasi politik. Karena itu, perlu lebih awal
memberi sebuah pemaknaan dari komunikasi politik (Suprapto, 2009). 

Berangkat dari latar belakang itu, maka komunikasi politik menjadi sebuah
kegiatan yang tak jauh dari yang tidak jauh dari hidup manusia di banyak sektor.
Dalam kegiatan politik, komunikasi mempunyai posisi yang sentral. Jika politik
dimaknaai menjadi gejala manusia dalam hal mengelola kehidupan bersama, alhasil
esensi politik sebetulnya juga komunikasi. Alhasil, melihat background realitas
komunikasi di Indonesia yang muncul sekarang ini, penulis tertarik guna mengkaji
lebih dalam lagi dan membahasanya dalam makalah ini mengenai komunikasi politik
serta ruang lingkup yang ada didalamnya.

1.2 Rumusan Malasah

Berdasar pada latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa itu komunikasi politik?

2
2. Bagaimana ruang lingkup komunikasi politik?
3. Apa saja tujuan komunikasi politik?
4. Apa dampak dari komunikasi politik?

1.3 Tujuan

Berdasar pada latar belakang diatas, tujuan dari pembuatan malah ini adalah
sebagai berikut.
1. Menguraikan makna komunikasi politik
2. Menjabarkan ruang lingkup komunikasi politik
3. Mendeskripsikan tujuan komunikasi politik
4. Mendeskripsikan dampak dari komunikasi politik

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Politik

Politik merupakan siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana; pembagian


nilai posisi oleh yang memiliki kewenangan; kekuasaan dan penguasa; pengaruh;
tindakan yang dikerahkan guna menguatkan pertahanan dan atau meluaskan tingkah
laku dan upaya yang lain. Dari semua pandangan yang majemuk itu ada kesesuaian
umum jika politik terdiri dari mencakup sesuatu yang dilaksanakan orang; politik
yakni aktivitas seseorang, (Dan Nimmo, 2005)

Kemudian, komunikasi politik merupakan tata urutan penyebarluasan informasi


tentang politik dari pemerintah pada warganya dan sebaliknya, yakni dari warga
kepada petinggi negara (Surbakti, 1992). Komunikasi politik menjadi sebuah proses
di mana informasi politik yang sehubungan itu dikirim oleh sebuah sektor sistem
politik kepada sektor lainnya baik diatasnya maupun dibawahnya, kemudian antara
sistem sosial dengan sistem politik yang satu sama lain saling keterkaitan. Fenomena
ini menjadi sebuah kajian yang berhubungan antara satu dengan lainnya,
mengikutssertakan pula saling tukar menukarnya informasi antara personal dengan
personal lainnya, dengan golongan ke golongan pada seluruh lapisan masyarakat.

Terlebih lagi, tak cuma membahasa mengenai penampilan luar atau pandangan
serta harapkeinginan dari anggota masyarakat, namun menjadi falilitas dengan mana
pandangan dan latar belakang serta pedoman pejabat yang memiliki kuasa dilanjutkan
ke bawahan atau anggota masyarakat yang kemudian juga mengikutsertakan jawaban
atau reaksi dari kelompok masyarakat pada sebuah pemikiran, pandangan dan janji
oleh para pemilik wewenang tersebut. Maka, komunikasi politik ini punya posisi
sentral di sebuah sistem politik: komunikasi politik ini memberikan pengaruh pada
dimensi dinamis, dan jadi elemen yang memberikan pengaruh dari kejian dan

4
pemberdayan politik, pakeikutsertaan dalam politik, sampai pada perekrutan,
pengkaderan, dan sebagainya (Rush dan Althoff, 2005).

Komunikasi politik menjadi salah bagian dari kajian komunikasi, terus dijaikan
sebuah fenomena yang terus-menerus dengan aktual guna diperbincangkan, terlebih
di tahun-tahun politik yang akan datang. Sekarang ini, politik jadi kajian yang banyak
dibicarakan, tak cuma oleh pegiat politik, mahasiswa maupun peneliti saja namun
saat ini juga sudah merembet ke banyak lapiran warga secara umum yang kurang
paham mengenai dunia politik. Adanya komunikasi politik telah muncul dari manusia
yang melakukan kegiatan politik dan juga melakukan komunikasi.

Namun, dari sisi telaah ilmu tumbuh kembang politik sebagai subdisiplin ilmu
yang bersumber dalam revolusi ilmu sosial sejak lama. Alwi Dahlan menjelaskan jika
komunikasi politik telah tumbuh dan subur dalam wujud awal dalam isi dari ilmu
politik setelah perang Dunia I, walaupun belum menggunakan istilah tersebut. Hal itu
muncul dalam studi tentang pendapat umum, propaganda, dan perang otak, serta
muncul dan suburnya teori media kritis yang jadi elemen dari ilmu politik (Dahlan,
2008). 

Berdasar atas teori dan pendapat yang diuraikan di atas, bisa diambil
kesimpulan pengertian komunikasi politik yakni tata cara penyebarluasan informasi
politik yang berkaitan dari satu elemen sistem politik ke elemen lainnya, dan antara
sistem sosial dengan sistem politik. Dalam konteks ini, komunikasi politik menjadi
tata urutan yang saling berubungan, dan mengikutsertakan juka saling tukar-menukar
informasi di antara personal manusia yang satu dengan yang lain, golongan satu
dengan golongan yang lainnya di seluruh tingkatan atau level dalam masyarakat
secara umum.

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Politik

Komunikasi politik menjadi suatu proses yang berketerkaitan dan


mengikutsertakan saling tukar menukar informasi di antara personal manusia yang

5
satu dengan yang lain, golongan satu dengan golongan yang lainnya di seluruh
tingkatan atau level dalam masyarakat pastinya punya yang namanya ruang lingkup.
Krans dan Davis yang diambil dari Ardial (2010) memberikan uraian mengenai
komunikasi politik menjadi sebuah langkah komunikasi massa dan bagian di
dalamnya yang punya sebuah efek atau dampak kepada tingkah laku politik. Dalam
bahasan ini Davis mengelompokkan komunikasi politik jadi komunikasi massa dan
sosialisasi politik, komunikasi dan informasi politik, pemanfaatan media dan proses
politik, dan implementasi politik dalam warga

Dalam seluruh sisi itu, ada pula di dalamnya persoalan antara kaitannya media
massa dengan pemerintahan. Di sisi lain, Almond dan Powell yang disitir oleh Ardial
(2010) lebih memfokuskan munculnya keterkaitan dari komunikasi politik dengan
sistem politik. Pakar ini memposisikn komunikasi politik menjadi sebuah fungsi
politik didalam sistem politik. Terlebih komunikasi politik menjadi syarat awal yang
dibutuhkan dalam dijalankanya kegunaan dan fungsi lainnya cotohnya artikulasi,
rekturmen, dan lainnya. Itu artinya bahwa komunikasi politik ini begitu berhubungan
dengan erat dengan sistem politik.

Komunikasi politik sebenarnya tak bisa jauh dari fungsi dan posisi peranan
media massa. Media massa bisa membuat sebuah cerminan dari jauh tidaknya semua
proses politik itu ini bisa msuk kedalam membran atau jaringan komunikasi sosial
yang lebih melebar lagi. Lewat media massa contohnya surat kabar, televisi, dan medi
adigital ini pada dasarnya punya sebuah informasi tenatng persoalan politik yang
dibuat dan dikirim pada manusia secara luas atau warganya. Awalau juga tak bisa
dibantah bahwa banyak muncul isu-isu hiburan di media massa menjadi elemen
pokok yang lebih di nomorsatukan.

Berdasar pada beberapa penjelasan di atas, bisa diambil simpulan jika


komunikasi politik menjadi syarakt awal yang dibutuhkan untuk dijalankannya fungsi
dan kedudukan lainnya contohnya artikulasi, agregasi, sampai perekrutan. Oleh sebab
itu, komunikasi politik begitu berhubungan dekat dengan sistem politik.

6
2.3 Tujuan Komunikasi Politik

Tujuan komunikasi politik begitu berubungan dengan pesan politik yang


dikirim oleh komunikastor politik. Senada dengan tujuan komunikasi, alhasil misi
dari komunikasi politik ini ada saatnya hanya sebagai penyebarluasan informasi
politik, penyusunan citra politik, penyusun opini publik dan juga dapat mengelola
masukan atau bahkan fitnah dari lawan politik. Kemudian komunikasi politik
bermaksud mengambil hati banyak orang guna memberikan peningkatan pada
keikutsertaan politik disaat mau dilangsungkannya pemilu atau pilkada (Ardial,
2010). Tujuan komunikasi politi bisa dijabarkan sebagai berikut.

a. Membangun Citra Politik

Salah satu tujuan komunikasi politik yakni membuat dan menyusu citra politik
sedemikian rupa kepada masyarakat. Citra politik dini dipupuk dan tumbuh berdasar
atas kabar atau info yang berhasil menyebar dan dapat diterima, baik langsung
maupun lewat media politik, juga dari media massa yang tugasnya guna
menyebarluaskan pesan politik yang rinci dan aktual (Arifin, 2006).

b. Membentuk dan Membina Pendapat Umum

Membentuk sebuah oemikiran pendata umum pada komunikasi politik, sangat


berikan pengaruh pada keduduakn media politik terutkhusus media massa. Memang
peran pers, dan media lainna, selain menyebarkan sebuah informasi, mengajarkan,
menjembatani dan menghibur, juga bisa menyusun sebuah citra politik dan pendapat
umum yang jadi elemen penting dalam tumbuh kembang sektor politik (Arifin,
2006). Msing-masing sistem politik menyusun sebuah sistem jaringan komunikasi
politiknya sendiri-sendiri, dan sepakat akan perlunya sumber khusus; saluran, media
dan para penyimak, pendengar yang akan bermacam-macam sesuai bentuk media
yang dipakai untuk penyebarannya.

Masyarakat primitif yang dicirikan dengan melek infomasi atau huruf yang

7
minim dan tak punya kecerdasan teknis dan fasilitas guna memupuk dan
memanfaatkan media secara modern, alhasil barang cetakan dan siaran radio menjadi
sebuah fadilitas atau wadah utama, dengan mana informasi politik dikirim di masing-
masing sistem politik. Berbarengan dengan itu, jembatan komunikasi lain menjadi
begitu penting, dan sifatnya yang lebih mengarah pada hal politik atau lebih intim.
Golongan kepentingan dan parpol, walau tak sama dari sistemnya dari masing-masing
golonga, sangat vital sekali didalam proses komunikasi, sebab pembuatan dan
pemanfaatan saluran yang bisa menimbulkan kontak antara para pejabat politik dan
pejabat adminisi, dan juga warga secara umum.

Partisipan organisasi politik dan quasi politik bisa mengikutsertakan seseorang


dalam sebuah komunikasi politik yang hanya saat itu juga atau sementara; namun
para partisipan yang ikutserta dalam komunikasi jadi lebih dekat lagi, di mana
informasi kirim secara naik atau turun dari yang kedudukannya lebih tinggi dalam
sebuah tatanan birakrasi partisipasi, dan dilanjutkan secara horisontal diantara
anggota aktivis pada level yang sejajar, baik menjadi anggota suatu kelompok yang
sama, juga diantara satu kelompok saja. Dijejerkan dengan media massa yang bisa
dinilai menjadi fasilitas umum dari komunikasi politik, alhasil folongan kepentingan
dan parpol itu lebih mementingkan dan kerap ikut serta pada sebuah proses
komunikasi (Rush dan Althoff, 2008).

Pendapat umum menjadi tonggak dari politik tak cuma bisa mendorong sebuah
pemerintahan atau pangkat, manum juga punya fungsi yang kuat guna
menghancurkannya atau melengserkan sebuah pemimpin yang ada. Contohnya yang
didapati oleh presiden pertama kedua dan juga ke-empat dari Indonesia, yang
dilengserkan lewat metrode konstitusional (lewat parlemen), juga lewat aksi dan
tidakan secara massa, atau bahkan gabungan dari keduanya. Oleh karenanya,
pendapat umum harus itu bisa disusun sedemikian rupa, dipelihara, diberdayakan
secara baik oleh seluruh kedudukan politik, lewat komunikasi politik secara komplek
melalui mekanisme yang disesuaikan (Arifin, 2006).

8
c. Mendorong Partisipasi Politik

Partisipasi politik yang jadi tujuan komunikasi politik dibuat supaya personal
orang punya andail didalam aktivitas politik (Arifin, 2006). Alhasil salah satu ewujud
dari partisipasi politik yang nyata yakni saat ada seorang tau segolongan orang mau
memberikan masukan pada politikus juga parpol disaat pemilu. Senada dengan
pendapat tentang tujuan komunikasi politik, bisa diambil simpulan jika misi atau
tujuan komunikasi politik begitu berhubungan dengan pesan politik yang dikirim oleh
komunikator politik. Maksud komunikasi politik secara umum yankni muncul tujuan
yakni, membuat sebuah citra politik, menuusn dan memberdayakan pendapat umum,
dan mmberi dukungan pada partisipasi politik.

2.4 Dampak Komunikasi Politik

Dampak komunikasi politik yakni citra politik dan pendapat umum juga
dampak distribusi partisipasi politik yang bisa dinilai yakni luaran dari pengumpulan
suara didalam pemilu. Strategi komunikasi politik yang diupayakan dipakai adalah
menjaga ketokohannya jadi pahlawan politik, mendongrak partai, menyusun adanya
kebersamaan, serta mmbuat konsensus berdasar atas visi, misi dan program politik
yang nyata. Aktivitas pemilu yang berhubungan dengan komunikasi politik yakni
seperti pemungutan suara dan juga kampanye.

Kampanye pemilu menjadi sebuah upaya guna memberikan pengaruh pada


seluruh warga dengan persuasif lewat cara membentuk kegiatan retorika, hubungan
masyarakat, komunikasi massa, dan sebagainya. Walau agitasi dan propaganda di
negara demokrasi begitu ditentang, akan tetapi saat kampanye pemilu, teknik agitasi
juga propaganda masih banyak dimanfaatkan bagi para kontestan politik selaku orang
yang menjalankan komunikasi politik (Arifin, 2006).

Bertolak pada kajian di atas mengenai dampak komunikasi politik, bisa diambil
simpulan jika dampak komunikasi politik yakni citra politik dan pendapat umum,
serta efek distribusi keikutsertaan politik yang bisa dinilai lewat perolehan

9
pemungutan suara saat pemilu berlangsung.

2.5 Strategi Komunikasi Politik

Hakikat strategi dalam komunikasi politik yakni semua putusan sesuai kondisi
di waktu itu, kondisional pada saat ini mengenai tingkah laku yang akan
diimplementasikan untuk mendapatkan tujuan politik di waktu yang akan datang
(Ardial, 2010). Sebab pada situasi yang nyata, adanya ketua politik begitu dibutuhkn
dalam semua kegiatan dari komunikasi politik. Selanjutnya, langkah yang pas untuk
seorang komunikator politik guna menggapai tujuan dari politik ke masa yang akan
datang yakni melestarikan dan membentuk ketokohan yang sudah menempel di
dalam diri komunikator politik tersebut juga meyakinkan kembali pada lembaga
politiknya.

Menurut Ardial (2010) disaat komunikasi politik dijalankan, justru yang


mempuntai peran tak cuma pesan politik, juga terkhusus bagi politikus dan juga tokoh
aktivis dan yang sudah berpengalaman dan dari lembaga mana yang memberikan
sebuah pesan politik itu. Maksdunya, ketokohan seorang komunikator politik dan
lembaga politik yang ikutserta sangat memberikan pengaruh pada kesuksesan dari
adanya komunikasi politik dalam menggapai sebuah misi dan tujuan

a. Keberadaan Pemimpin Politik

Dikatakan oleh Ardial (2010) bahwa penggolongan kepemimpinan bisa


dijalankan lewat tiga kriteria, yakni (1) proses kepemimpinan dan karakter pemimpin;
(2) hasil kepemimpinan; dan (3) sumber kekuasaan. Pertama, berdasar pada proses
kepemimpinan. Maksudnya kepemimpinan demokratis yang percaya bahwa
kekuasaan dibagi-bagi dengan orang lain dan dijalankan guna memberikan
penghormatan pada harkat dari manusia secara personal. Adanya demokrasi tak cuma
berpengaruh pada tata cara pemilihan pemimpin, namun juga pada munculnya
kepemimpinan yang punya pribadi yang demokratis. Dalam konteks ini, pemimpin
yang mencoba mengembangkan dan menjalankan nilai norma dan lembaga dari

10
demokrasi, juga di dalamnya kecrdasan dalam mengontrol diri dalam menjalankan
kewenangannya. Demokrasi tidak pada pemerintahan oleh hanya segelintir orang elit,
namun pemerintahan yang terdiri dari banyak pemimpin.

b. Ketokohan dan Kelembagaan

Langkah awal yang bisa dipetik didalam strategi komunikasi politik guna
menumbuhkan citra politik, yakni dengan metode mempertahankan dan
menyempurnakan ketokohan dan meningkakan rasa kepercayaan pada lembaga. Hal
ini artinya jika dengan ketokohan pmeran politik dan percayanya lembaga politik
yang dipunyainya, akan memberi sebuah efek disaat proses komunikasi politik. Di
sisi lain, cara ini juga dibutuhkan sebuah kecerdasan dan dorongan dari lembaga
dalam membuat sebuah pesan politik, memilih metode dan menentukan media politik
yang sesuai supaya proses komunikasi politik dapat dijalankan dengan sebaik-
baiknya

Dengan begitu, dikatakan oleh Arifin (2006), ketokohan dalam politik yang
selanjutnya menimbulkan kepahlawanan politik dan citra bisa didapat sebab
kredibilitas, yakni bisa diandalkan sebab kepribadian dan moral yang baik pada
kegiatan yang dijalanakn di samping masyarakat. Adanya rasa percaya itu juga timbul
sebab keahlian atau kecerdasan dan kemampuan yang dimilikinya dalam
mengkomunikasikan substansi pesan yang telah ia miliki. Keahlian didapatkan
dengan periode yang lama lewat sebuah kursus, pengalaman, dan juga pendidikan
secara formal dan juga informal.

c. Menciptakan Kebersamaan

Langkah strategis kedua yang diupayakan dijalankan seorang komunikator


politik guna menggapai misi dari komunikasi politik yakni menyusun kebersamaan
antara tokoh politik dan juga warga. Hal ini dilaksanakan dengan dekat dan lebih
mengenal warga srta membangun pesan politik yang senada dengan keadaan
warganya tersebut. Arifin (2006) menguraikan jika keadaan homofili yang

11
diupayakan dibuat diantara pelaku politik dengan warga yakni kesamaan bahasa,
pakaian atau busana, sama kepentingannya, terkhusus tentang pesan politik, cara dan
media politik. Akan tetapi lebih penting dari pada itu yakni sipa subjek tokoh yang
menjalankan komunikasi pada warga trsebut. Maksudnya, pelaku politik atau aktivis
sudah punya banyak kesamaan dengan warganya.

d. Membangun Konsensus

Tindakan strategis ketiga yang diupayakan dijalankan guna menngapai misi


tujuan dari komunikasi politik yakni membentuk konsensus baik diantara pemeran
politik dengan pemeran politik lain dalam satu parpol juga antara pemeran politik
sama pemeran politik dari lain parpol. Hal ini sering kali muncul didalam rapat dan
persidangan juga dalam lobby, dengan memakai model komunikasi interaktif senada
dengan paradigma interaksional (Arifin, 2006).

1) Seni berkompromi

Dalam menyusunsebuah konsensus, seorang pelaku politik diupayakan


punya kecerdasan dalam mengambil kompromi yang menjadi sebuah seni. Seni
atau kiat kompromi itu pada dasarnya menjadi hadianya dari ia lahir di muka
bumi, dan pasti dipunyai oleh seorang pelaku politik tersebut. Pada dasarnya
pembenahan kerusakan politik dijawab leat sebuah aktivitas komunikasi politik
yang disebut sebagai lobi, yakni komunikasi para peleku politik yang punya
kebutuhan yang tak sama secara informal. Didalam penjalanan proses antara
polaku politik yang beda pendapat diupayakan membua ruang yang lain, karena
yang di cari merupakan solusi politik dari kemunculan permasalahan politik.
Dalam konteks ini dibutuhkan kiat atau seni tersendiri (Arifin, 2006).

2) Bersedia membuka diri

Para polaku politik yang akan menjalankan tindakan lobi untuk guna
mengambil solusi dengan menyusun sebuah konsensus, ini diawali dengan

12
kemauannya membuka diri. Di dalam lobi sendir memang kerap kali muncul
sebuah proses yang diantaranya saling memberi dan menerima. Para pelaku
lobby tersebut diupayakan siap guna membuka diri, yakni dengan menerima
pemikiran baru, senada dengan konsep diri yang ada di tiap-tiap personal yang
pendapatnya beda. Konsep diri menjadi elemen yang begitu memberikan efek
pada sebuah lobi, sebab pada tiap-tiap orang juga pelaku politik akan
menjalankan dirinya senada dengan konsep dirinya (Arifin, 2006).

Alhasil bisa dibilang jika guna menyusun sebuah konsensus, diupayakan


dimulai dengan siap dedianya dalam membuka diri yang kemdian bisa
menumbuhkembangkan seni dalam mengambil kompromi. Inilah salah satu
strategi umum yang harus dimengerti untuk orang yang akan menjadi pelaku
politik yang ingin berhadil dalam menjalankan proses komunikasi politik
(Arifin, 2006). Senada dengan uraian di atas mengenai strategi komunikasi bisa
dibuat sebuah simpulan jika hakikat strategi dalam komunikasi politik yakni
semua putusan kondisional di saat itu juga atas tingkahlaku ayang akan
dijalankan guna mengambil dan meraih politik pada masa yang akan datang.
Strategi komunikasi politik secara umum bisa dinilai dari lima strategi yakni,
keberadaan pemimpin politik, tokoh dan kelembagaan, menyusun kebersamaan,
taktik negoisasi, dan membuat sebuah konsensus.

e. Negosiasi

1) Dasar dan lingkup negosiasi

Komunikasi dapat dijalankan dengan gampang jadi juga sebaliknya dan,


ini bergantung pada orang yang akan menjalanakn proses komunikasi.
Negoisasi dapat jadi elemen yang kerap ada didalam komunikasi politik.
Dikatakan oleh Ardial (2010), bahwa negosiasi dapat dipakai menjadi sebuaah
atau salah satu strategi komunikasi politik. Sebab dalam negosiasi penuh
dengan banyak macam gaya, nmetode dan seni, yang pada akhirnya negosiasi
dapat dilaksanakan dengan mulus. Negosiasi begitu berhubungan dengan

13
komunikasi persuasif atau sring disebut sebagai komunikasi dengan metode
membujuk rayu

2) Pokok persoalan yang dinegosiasikan

Ardial (2010) menguriakan jika seluruh persoalan yang timbul bisa


dimengerti manakala dalam bernegosiasi bebasnya mengelurakan sebuah
pendapat dan integritas dari semua pihak mutlak dijadikan syarat wajib utama.
Pemposisian kedua pihak yang akan mlakukan negosiasi dalam posisi yang
saling menguntungkan jadi berguna dalam negosiasi. Hal ini pasti lebih
diberikan jalan dengan munculnya persamaan keperluan dari semua pihak yang
terlibat.

3) Mempersiapkan negosiasi

Para negoisator yang berhasil pasti punya tujuan umum dan juga khusus
dan sudah membentuk rencana dengan merode untuk menggapai tujuan tersebut
sebelum ada pada meja negosiasi. Dengan begitu, ia jadi lebih produktif dan
menggiring para negosiator ke arah tergapainya tujuan mereka, dan bukan
hanya untuk bereaksi kepada proposal dari pihak yang lain (Ardial, 2010).

Dalam negosiasi pastinya terus berhubungan dengan yang namanya


tawar menawar. Negoisator yang baik akan memiliki kecerdasan dalam hal itu
atau sering disebut dengan bargaining power yang baik guna membicarakan
atau menawarkan hasil negosiasi yang dijalankannya. Diupayakan disaat
pertama kali memahami kekuatan (power) yang akan dipakai saat melakukan
negoisasi. Sebab aspek kekuatan ini begitu memberi pengaruh pada hasil
negosiasi. Hal ini juga menyanmgkut tawaran atau keinginan yang diajukan
diterima. Se-usai menilai kekuatan tawar menawarnya, pastinya juga harus
pertimbangkan ulang dari sasaran yang ingin digapai (Ardial, 2010).

4) Strategi, gaya, dan taktik negosiasi

14
Menurut Ludlow dan Panton sebagaimana disitur oleh Ardial (2010),
strategi yang terbaik untuk digunakan disaat melakukan negosiasi yakni
keefektivan dari bahasan strategi yang sedang dijalankan. Sampai pada
seseroang telah gagal mendapatkan strategi yang paling tepat, sseroang
mungkin akan mendapati kesulitan dalam menraih hasil yang diinginkan

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi politik yakni tata cara penyebarluasan informasi politik yang


berkaitan dari satu elemen sistem politik ke elemen lainnya, dan antara sistem sosial
dengan sistem politik. Dalam konteks ini, komunikasi politik menjadi tata urutan
yang saling berubungan, dan mengikutsertakan juka saling tukar-menukar informasi
di antara personal manusia yang satu dengan yang lain, golongan satu dengan
golongan yang lainnya di seluruh tingkatan atau level dalam masyarakat secara
umum.

Komunikasi politik menjadi syarat awal yang dibutuhkan untuk dijalankannya


fungsi dan kedudukan lainnya contohnya artikulasi, agregasi, sampai perekrutan.
Oleh sebab itu, komunikasi politik begitu berhubungan dekat dengan sistem politik.
Kemudian, dampak komunikasi politik yakni citra politik dan pendapat umum, serta
efek distribusi keikutsertaan politik yang bisa dinilai lewat perolehan pemungutan
suara saat pemilu berlangsung.

3.2 Saran

Dalam sistem komunikasi politik, diupayakan untuk memakai komunikasi


yang baik dan tepat serta dengan program yang berpihak pada masyarakat luas, sebab
citra politik akan dinilai baiuk juga memperoleh simpati dari masyarakat. Partai
politik semestinya bekerja sama dengan semua lembaga yang ada baik di daerah
maupun pusat guna menguimplementasikan program-progam kejanya. Hal ini
dilakukan karena sebuah sistem begitu diperlukan untuk melancarkan tata cara proses
sub-sub sistem yang terdapat didalamnya. Sistem begitu mendorong dalam
memberikan kemudahan guna meraih tujuan

16
DAFTAR PUSTAKA

Ardial, (2010). Komunikasi Politik, Jakarta: Indeks.

Arifin, Anwar (2006). Ilmu Komunikasi: sebuah pengantar ringkas. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada

Dahlan, M. A. (2008). Manusia komunikasi, komunikasi manusia: 75 tahun M. Alwi


Dahlan. Penerbit Buku Kompas.

Muliamda, N. Restu (2015). Komunikasi Politik Joko Widodo Pada Kampanye Pemilihan


Presiden 2014 Melalui Youtube (Analisis WEacana Kritis) (Doctoral dissertation,
UIN Alauddin Makassar).

Nimmo, D. (2005). Komunikasi Politik: Komunikator. Pesan dan Media, Edisi Keenam,


Rosdakarya, Bandung.

Oetama, J. (2001). Pers Indonesia: berkomunikasi dalam masyarakat tidak tulus. Penerbit

Priyatama, A. N. (2013). Manajemen Budaya Kerja Indonesia. Wacana, 5(2).

Rush, Michael & Althoff, Phillip (2005) Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja.


Grafindo Persada.

Suprapto, T. (2009). Pengantar teori & manajemen komunikasi. Media Pressindo.

Surbakti, R. (1992). Memahami ilmu politik. Grasindo.

17

Anda mungkin juga menyukai