Bab I Pendahuluan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk
generasi

yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.
Karena itu pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar
mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis (Muhaimin, Konsep pendidikan
islam)

Pendidikan merupakan kenutuhan mamusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan

yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap
individu untuk mengembangkan kualitas, potensi, dan bakat diri. Pendidikan membentuk
manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran, dari
kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani
menjadi paripurna.

Setiap manusia pasti pernah mengalami sebuah proses pendidikan.seringkali manusia


dalam menempuh pendidikan,makna dan hakikat tentang pendidikan yang sebenarnya
terlupakan.Hal ini terjadi karena kewajiban yang harus ditempuh,bukan sebagai kebutuhan
dan pada akhirnya kegiatan pendidikan menjadi rutinitas.

Dalam pendidikan terjadi proses timbal balikantara manusia dengan manusia lain dan
dengan lingkungannya,yang ditandai dengan adanya perkembangan dari semua potensi
manusiawi untuk tujuan hidup diri serta masyarakatnya.

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur


hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan
harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Bagi sebagian orang, pengalaman
kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain,
"Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya.Anggota keluarga
mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang
disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
1.2. Rumusan masalah

1.2.1 Apa konsep dasar dari pendidikan?

1.2.2 Apa pengertian tentang pendidikan?

1.2.3 Apa pengertian pendidikan, ilmu pendidikan dan teori umum pendidikan?

1.2.4 Apa pengertian mendidik, mengajar, dan melatih?

1.2.5 Bagaimana pandangan tentang manusia?

1.2.6 Apa saja hakikat dan martabat manusia?

1.2.7 Bagaimana pemuliaan kemanusiaan melalui pendidikan?

1.2.Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah ilmu pendidikan.

2. Untuk mengetahui konsep dasar dari pendidikan

3. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan

4. Untuk mengetahui pengertian pendidikan, ilmu pendidikan dan teori umum


pendidikan

5. Untuk mengetahui penngertian mendidik, mengajar dan melatih

6. Untuk megetahui pandangan tentang manusia

7. Untuk mengetahui tentang hakikat dan martabat manusia

8. Untuk mengetahui kemuliaan manusia melalui pendidikan?

1.3.Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi bagi pembaca agar lebih mudah dan

mengetahui lebih tentang


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan


Pendidikan adalah suatukonsep atau cara mendidik,sedangkan melaksanakan konsep
tersebut disebut mendidik.Hampir semua orang melakukan pekerjaan mendidik.Pekerjaan
mendidik in sudah lama dilakukan oleh orang,yaki sejak manusia ada. Berbicara masalah
pendidikan meliputi cakupan yang lebih luas, bahkan dalam mendefinisikan pengertian
pendidikan juga bervariasi. Ada yang mengartikan pendidikan sebagai proses yang
didalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya dilingkungan masyarakat dimana ia berada.pendidikan juga dapat diartikan sebagai
proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami
perkembangan secara optimal (Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003).

Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang
yang berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis; dan yang kedua dari
sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian
pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas
bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat
survive dalam menjalani hidupnya.

Mula-mula manusia memperlakukan anak – anaknya secara insting atau naluri (pada
masa mausia purba). Kemudian karena perkembangan pemikiran dan pengalamannya mereka
memperlakukan anak – anaknya dengan cara mendidik. Perlakuan secara insting antara lain
menyelamatkan bayi yang baru lahir, memberikan susu ibu, dan melindungi anak dari
ancaman bahaya. Sementara itu, perlakuan tersebut diatas yang bersifat mendidik adalah
pertolongan melahirkan melalui teori – teori kebidanan, memberi susu/makanan tambahan
selain susu ibu, dan berbagai macam suntikan kekebalan serta cara – cara hidup sehat. Insting
atau naluri adalah sifat bawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari terlebih
dahulu. Insting pada manusia sangat sedikit jumlahnya, sebab manusia dibekali otak untuk
mempertahankan dan meningkatkan kehidupannya. Hal ini sangat berbeda dengan binatang
yang memiliki insting cukup banyak, tetapi isi otaknya sedikit. Itulah sebabnya kehidupan
binatang relatif statis dibandingkan kehidupan manusia.

Karena isi otaknya sedikit ini pula yang membuat binatang tidak bisa dididik, sebab
pendidikan membutuhkan pengertian dan pemahaman. Binatang hanya bisa dilatih. Binatang
sirkus adalah hasil latihan atau pembiasaan, bukan hasil pendidikan. Pekerjaan mendidik
hanya dilakukan kepada manusia, mulai dari dalam kandungan sampai dengan menjelang
meninggal. Dari prinsip inilah kemudian muncul konsep pendidikan seumur hidup, yang
sekarang dianut oleh hampir seluruh negara didunia. Dengan demikian, mudah difahami
bahwa pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yakni segala sesuatu bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan kemauan, sosial, sampai perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik.
Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia
meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Karena itu mendidik
bahkan bukan hanya sekedar memanusiakan manusia, tetapi juga memuliakan manusia.
Selain itu, diketahui juga bahwa mendidik adalah membudayakan manusia.

Dikatakan mendidik adalah memanusiakan manusia, sebab anak manusia tidak akan
menjadi manusia bila tidak didik, sebab dengan insting saja manusia tidak akan memilki
kemanusiaan. Ada beberapa kasus tentang anak manusia yang dipelihara oleh binatang yang
ternyata berperilaku seperti binatang yang memelihara. Binatang ini memperlakukan anak
tersebut secara insting binatangnya, maka ia tidak bisa berkembang seperti anak manusia.
Anak ini hanya fisiknya saja menyerupai manusia, tetapi perlakuannya seperti binatang. Jadi
anak ini belum manusia karena tidak memiliki kemanusiaan. Untuk dapat memiliki
kemanusiaan maka ia perlu didik oleh manusia. Sementara itu, mendidik tidak sekedar
memanusiakan manusia, tetapi juga memuliakan kemanusiaan manusia. Hal ini berkaitan
dengan harkat dan martabat manusia yang memiliki derajat yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya, serta memiliki hakikat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna.

2.2 Pengertian pendidikan

2.2.1 Pengertian Maha Luas


Dalam pengertian maha luas, pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan
adalah segala situasi dalam hidup yang memengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan
adalah pengalaman belajar, sehingga pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan
pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Sebagai proses kehidupan, banyak
filsuf dan pemikir mempertahankan pendidikan dalam maknanya yang luas dan menolak
reduksi pendidikan kedalam arti sempit, seperti pelembagaan pendidikan melalui sekolah dan
kelompok belajar yang terlalu menekankan pada metode dan pengadministrasian yang kaku.
Mereka berusaha mengenang kembali pendidikan sebagai proses yang alamiah sekaligus
bagian dari kehidupan yang tidak membutuhkan rekayasa.

Konsep – konsep yang dilahirkan misalnya:

1. Long-life Education

Pendidikan seumur hidup bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu
sendiri. Pendidikan adalah hidup. Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang
memengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu. Kurun waktu kehidupan yang
panjang dan saling berkaitan dengan perubahan – perubahan cara berpikir masyarakat juga
turut menjadi pembentuk seorang individu. Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang
diupayakan oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab negara). Sebagai sebuah upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan
lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah, tetap pendidikan dalam masyarakat
sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia. Tidak heran jika R.S. Peters
dalam bukunya The Philosophy Of Education menandaskan bahwa pada hakikatnya
pendidikan tidak mengenang akhir karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat.

2. Pendidikan alam

Suatu pandangan bahwa alam kehidupan dengan ruang dan lingkungannya yang berisi
berbagai macam benda – benda dan melahirkan pengalaman – pengalaman merupakan
tempat pendidikan bagi tiap manusia. Pengalaman akan ruang dan waktu adalah pendidikan
yang baik bagi semua orang. Bentuk kegiatan adalah apapun yang terentang mulai dari
bentuk – bentuk yang misterius atau tidak disengaja hingga kegiatan – kegiatan yang
terprogram. Jadi, pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga.
Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan dimanapun dalam hidup. Tujuan pendidikan
terkandung dalam setiap pengalaman belajar dari alam dan lingkungan. Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan diri bersama – sama dengan tujuan hidup manusia.

Ivan Illich, misalnya, adalah tokoh radikal humanis yang berada pada kelompok ini.
Konsep sekaligus karyanya, Deschooling Society (masyarakat tanpa sekolah) bisa dipandang
sebagai penolakan komprehensif terhadap sekolah formal yang memasung kebebasan dan
perkembangan manusia. Sekolah dianggapnya sama sekali tidak memadai bagi
perkembangan anak – anak dan kaum muda. Illich sangat yakin tujuan penolakan sekolah
dalam masyarakat akan menjadikan siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar tanpa
harus memperjuangkan untuk memperolehnya dari masyarakat. Setiap orang harus dijamin
kepribadiannya. Illich mengolok – olok kaum yang mengatakan bahwa hanya dari sekolah
pengetahuan dan keterampilan didapat. Pada kenyataannya sekolah bukanlah satu – satunya
lembaga modern dengan tujuan utama membentuk pandangan manusia mengenai realita.
Kurikulum terselubung (hidden curricullum) dalam kehidupan keluarga, wajib militer,
pelayanan kesehatan dan apa yang disebut profesionalisme ataupun media, memainkan
peranan penting dalam manipulasi instusional dunia manusia, visi, bahasa – bahasa , dan
kebutuhannya.

Lebih jauh, Ivan Illich berpendapat bahwa suatu sistem pendidikan yang baik harus
mempunyai tiga tujuan, yaitu:

a) Memberikan kesempatan pada semua orang agar bebas dan mudah memperoleh
sumber belajar pada setiap saat.
b) Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada
orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula bagi yang ingin
mendapatkannya
c) Terjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan.
2.2.2 Pengertian Sempit
Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah, yakni lembaga pendidikan
sebagai salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia. Dalam pengertian sempit ini,
pendidikan tidaklah berlangsung seumur hidup, melainkan dalam jangka waktu terbatas.
Keterbatasan ini juga tidak hanya menyangkut keterbatasan wkatu, tetapi juga tempat bentuk
kegiatan dan tujuan. Sebagai contoh pendidikan SD berlangsung selama 6 tahun, SMP selama
3 tahun, SMA/SMK selama 3 tahun, S1 kurang lebih 4 tahun, S2 kurang lebih 3 tahun dan S3
kurang lebih 3 tahun.

Cara pandang sempit ini membatasi proses pendidikan berdasarkan waktu atau masa
pendidikan, lingkungan pendidikan, maupun bentuk kegiatan. Pendidikan berlangsung dalam
waktu yang terbatas,yaitu masa anak dan remaja. Anak – anak yang tidak masuk sekolah
dianggap menakutkan. Bahkan, orangtua takut terlambat menyekolahkan anaknya.
Lingkungan pendidikan pun diciptakan secara khusus dengan standar dan syarat – syarat bagi
penyelenggaraan pendidikan. Ada ruang kelas, ruang administrasi, ruang guru, tempat latihan
olahraga dan seni, ada laboratoriumuntuk melakukan tes dan penelitian. Cara pandang sempit
terhadap pendidikan ini, menurut penulis, membawa dampak buruk sebagai berikut:

a) Karena hampir semua orang menganggap pendidikan dipahami melalui lembaga


sekolah, maka cara berpikir formalistik merasuk dalam pemikiran orang. Pada
akhirnya para orangtua melihat pendidikan anaknya hanya dapat diandalkan dari
sekolah.
b) Sekolah dijadika satu – satunya lembaga yang sah bagi masyarakat sebagai dalam
meningkatkan mobilitas sosial vertikalnya seakan sudah baku bahwa jika ingin
mendapatkan pekerjaan harus masuk pengurus sekolah terlebih dahulu.
c) Hal yang dominan kemudian adalah semaraknya komersialisasi sekolah atau jual beli
pendidikan yang formal, simbolik, dan yang kosmetik biasanya merupakan hal yang
mudah dijadikan alat untuk memanipulasi dan selebihnya adalah pertukaran (yang
dalam iklim ekonomi kapitalis) akan menjadi hubungan komersial
d) Luar sekolah atau alam dunia yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk proses
pendidikan, malah dianggap sebagai tempat non-pendidikan. Di sebabkan bukan
sebagai tempat pendidikan, akibatnya anak-anak yang tidak dapat masuk sekolah
merasa frustasi.
e) Inilah yang terjadi pada era sekarang ini. Logika formal ‘nyambung’ dengan logika
kapitalistik yang berbasis ekonomi busaya liberal-individualistik.seharusnya siapapun
bisa belajar, meskipun mereka tidak dapat masuk sekolah.
f) Artinya, jika tidak bersekolah, kecil kemungkinan bagi anak muda agar dapat
menikmati dunia remaja, yang di sekolah sebenarnya lebih banyak mendapatkan
pelajaan akademik yang menekan dan terstandardidasi, dan pada saat yang sama juga
bisa saling berinteraksi untuk menonjolkan eksistensi dirinya yeng telah didesain oleh
budaya konsumen kapitalistik.

2.2.3 Pengertian luas terbatas


Dalam pengertian luas terbatas, pendidikan merupakan berbagai macam
pengalaman belajar dalam keseluruhan lingkup kehidupan, baik di sekolah, maupun di
luar sekolah, yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendidikan
dalam pengertian ini bukan sekedar pendidikan formal, melainkan juga pendidikan
nonformal maupun pendidikan informal.

2.2.4. Pengertian Menurut Para Ahli


Pendapat Ki Hadjar Dewantoro

Menurut Ki Hadjar Dewantoro dijelaakan bahwa pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-
anak. Maksud dari pernyataan tersebut adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan
masyarakatnya (suwarno,1982:3).

Pendapat M.J. Langeveld dan Prof. Iddrak Jassin

Menurut M.J. Langeveld dan Prof. Iddrak Jassin mendidik adalah memberi pertolongan
secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhan
menuju kearah kedewasaan dalam artian dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila
atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri (suwarno, 1982:4).

Pendapat Prof. Richey

Menurut Prof. Richey dalam bukunya yang berjudul Planing for Teaching an Introduction to
Education menyatakan bahwa: pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada
proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang
esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks. Dalam masyarakat modern, fungsi
pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal,
tetapi masih berhubungan dengan proses pendidikan informal diluar sekolah (Syam,
1988a:4).

Pendapat Prof. Lodge

Prof. Lodge dalam bukunya yang berjudul Philosophy of education menyatakan bahwa: kata
“pendidikan” kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian
sempit.dalam pengertian luas,semua pengalaman dapat dikatakan sebagai pendidikan
(syam,1988a:5).dalam pengertian yang sempit,”pendidikan” dibatasi penyerahan adat istiadat
(tradisi) dengan latar belakang sosialnya,pandangan hidup masyarakat itu kepada warga
generasi berikutnya,dengan demikian seterusnya (syam,1988a:6).

2.3 Pendidikan, Ilmu Pendidikan dan Teori Umum Pendidikan


Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan pendidikan yaitu: pendidikan, ilmu
pendidikan dan pendidikan sebagai teori umum. Pendidikan adalah konsep mendidik yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau cara mendidik yang dilakukan oleh manusia pada
umumnya. Pendidikan yang dilaksanakan oleh masyarakat pada umumnya dalam mengasuh
anak – anak mereka. Orang tua, tokoh masyarakat dll mendidik anak – anak dan para
pengikut mereka. Semua orang bisa mendidik. Namun pendidikan pada masyarakat umum
tidak mesti berhasil dengan baik. Karena itu manusia menciptkan ilmu tentang cara – cara
mendidik yang benar berdasarkan hasil pengamatan atau melalui penelitian ilmiah.

Ilmu pendidikan adalah konsep – konsep pendidikan yang diciptakan secara ilmiah
melauli penelitian – penelitian ilmiah. Ruang lingkup ilmu pendidikan antara lain, pendidikan
teoritis, sejarah pendidikan, pengembangan kurikulum, Dedaktik-Metodik, media dan alat
belajar, dan lain sebagainya. Ilmu pendidikan disebut juga Pedagogik. Pedagogik berasal dari
akar kata bahasa Yunani yaitu pais yang artinya anak dan again yang artinya membimbing.
Pedagogik dapat diartikan dalam dua hal, praktek yaitu cara seseorang mengajar, dan ilmu
pengetahuan mengenai prinsip – prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi
pelajaran (pendidikan). Ilmu pengetahuan cara – cara mendidik atau mengajar disebut
dedaktik-metodik. Dedaktik adalah bidang studi yang membahas tentang cara – cara
mendidik dan mengajar secara umum. Metodik adalah bidang studi yang membahas tentang
cara – cara mendidik dan mengajar untuk setiap mata pelajaran atau bidang studi.

Sementara itu, pengertian Teori Umum Pendidikan adalah konsep-konsep pendidikan


yang dipandang sebagai konsep umum, bukan spesifik seperti halnya dengan konsep- konsep
ilmu yang lain. Teori umum pendidikan adalah aliran yang memandang pendidikan karena
ruang lingkupya sangat luas, hanya dapat dikatakan sebagai teori umum saja (bukan ilmu).

2.4 Pengertian Mendidik, Mengajar, dan Melatih


Pengertian mendidik adalah mengembangkan potensi peserta didik. Mendidik adalah
upaya menciptakan situasi belajar yang kondusif sedemikian rupa sehingga peserta didik mau
dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan semua potensinya.
Pendidik berusaha mengembanngkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia,
baik pengetahuan, sikap, maupun keterampikan.

Pengertian mengajar adalah memberi pelajaran kepada peserta didik. Mengajar adalah
upaya mentransformasi pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni. Pendidik memberi sesuatu
kepada peserta didik. Pengajaran hanya menitik beratkan pada usaha mengembangkan
intelektualitas manusia saja. Setiap kali proses mengajar atau pembelajaran terjadi, selalu ada
unsur mendidik, bahkan unsur mendidik itu lebih besar dari dibandingkan dengan unsur
mengajar.

Pengertian melatih adalah mengembangkan keterampilan peserta didik dengan


melibatkan sebagian besar aspek jasmani. Melatih adalah upaya yang dilakukan pendidik
didik terampil cepat, dan tepat dalam menyelesaikan tugas tugas tertentu. Melatih dapat
diakukan pada saat mendidik maaupun mengajar. Namun proporsi kegiatan latihan (melatih)
ini sangat ditentukan dengan karakteristik mata pelajaran yang di ajarkan, bisa proporsi
kegiatan melatih lebih besar dari pada mengajar, misalnya dalam kagiatan olahraga, tata
boga, dan lain sebagainya. Demikian juga sebaliknya. Karena kegiatan melatih lebih
menekankan pada penguasaan keterampilan tertentu, dalam kagiatan melatih bisa juga tidak
berisi keguatan mendidik, misalnya dalam kegiatan les privat khusus atu dalam latihan
mengerjakan soal soal untuk latihan tertentu.

2.5 Pandangan Tentang Manusia


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti paling kongkrit
yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu
berfikir, berbuat dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan
sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk
Tuhan lainnya. Dengan kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan
berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun
bersifat rohani. Telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dimuka bumi ini akan mengantarkan kita terhadap beberapa pemahaman tentang manusia,
yakni sebagai berikut:

1. Homo Religius
Pandangan tentang sosok manusia d
2. Homo Sapiens
3. Homo Faber
4. Homo Homini Socius
5. Makhluk Etis dan Estetis

Din Wahyudin dan kawan-kawan (2009:1.3) menyampaikan bahwa ragam pemahaman


tentang ciri hakikat manusia dapat dikaji dalam Uraian dibawah ini:

1. Homo Religius

2. Homo Sapiens

3.Homo Faber

4.Homo Homini Socius

5.Manusia sebagai makhluk etis dan estetika

6. Manusia sebagai Makhluk yang Monodualis

Manusia sebagai makhluk yang monnodualis memberikan makna bahwa sosok


manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan,yaitu jiwa dan raga atau
segiindividualis dan segi sosial.

7. Manusia sebagai makhluk yang monopluralis

Manusia sebagai makhluk monopluralis dimaknai sebagai manusia dengan


segala berbagai segi dan ragam dimensi,tetapi merupakan satu kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai