Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk
generasi
yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan.
Karena itu pendidikan berperan menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar
mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis (Muhaimin, Konsep pendidikan
islam)
yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap
individu untuk mengembangkan kualitas, potensi, dan bakat diri. Pendidikan membentuk
manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran, dari
kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani
menjadi paripurna.
Dalam pendidikan terjadi proses timbal balikantara manusia dengan manusia lain dan
dengan lingkungannya,yang ditandai dengan adanya perkembangan dari semua potensi
manusiawi untuk tujuan hidup diri serta masyarakatnya.
1.2.3 Apa pengertian pendidikan, ilmu pendidikan dan teori umum pendidikan?
1.2.Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah ilmu pendidikan.
1.3.Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi bagi pembaca agar lebih mudah dan
Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang
yang berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis; dan yang kedua dari
sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian
pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas
bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat
survive dalam menjalani hidupnya.
Mula-mula manusia memperlakukan anak – anaknya secara insting atau naluri (pada
masa mausia purba). Kemudian karena perkembangan pemikiran dan pengalamannya mereka
memperlakukan anak – anaknya dengan cara mendidik. Perlakuan secara insting antara lain
menyelamatkan bayi yang baru lahir, memberikan susu ibu, dan melindungi anak dari
ancaman bahaya. Sementara itu, perlakuan tersebut diatas yang bersifat mendidik adalah
pertolongan melahirkan melalui teori – teori kebidanan, memberi susu/makanan tambahan
selain susu ibu, dan berbagai macam suntikan kekebalan serta cara – cara hidup sehat. Insting
atau naluri adalah sifat bawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari terlebih
dahulu. Insting pada manusia sangat sedikit jumlahnya, sebab manusia dibekali otak untuk
mempertahankan dan meningkatkan kehidupannya. Hal ini sangat berbeda dengan binatang
yang memiliki insting cukup banyak, tetapi isi otaknya sedikit. Itulah sebabnya kehidupan
binatang relatif statis dibandingkan kehidupan manusia.
Karena isi otaknya sedikit ini pula yang membuat binatang tidak bisa dididik, sebab
pendidikan membutuhkan pengertian dan pemahaman. Binatang hanya bisa dilatih. Binatang
sirkus adalah hasil latihan atau pembiasaan, bukan hasil pendidikan. Pekerjaan mendidik
hanya dilakukan kepada manusia, mulai dari dalam kandungan sampai dengan menjelang
meninggal. Dari prinsip inilah kemudian muncul konsep pendidikan seumur hidup, yang
sekarang dianut oleh hampir seluruh negara didunia. Dengan demikian, mudah difahami
bahwa pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yakni segala sesuatu bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan kemauan, sosial, sampai perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik.
Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia
meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Karena itu mendidik
bahkan bukan hanya sekedar memanusiakan manusia, tetapi juga memuliakan manusia.
Selain itu, diketahui juga bahwa mendidik adalah membudayakan manusia.
Dikatakan mendidik adalah memanusiakan manusia, sebab anak manusia tidak akan
menjadi manusia bila tidak didik, sebab dengan insting saja manusia tidak akan memilki
kemanusiaan. Ada beberapa kasus tentang anak manusia yang dipelihara oleh binatang yang
ternyata berperilaku seperti binatang yang memelihara. Binatang ini memperlakukan anak
tersebut secara insting binatangnya, maka ia tidak bisa berkembang seperti anak manusia.
Anak ini hanya fisiknya saja menyerupai manusia, tetapi perlakuannya seperti binatang. Jadi
anak ini belum manusia karena tidak memiliki kemanusiaan. Untuk dapat memiliki
kemanusiaan maka ia perlu didik oleh manusia. Sementara itu, mendidik tidak sekedar
memanusiakan manusia, tetapi juga memuliakan kemanusiaan manusia. Hal ini berkaitan
dengan harkat dan martabat manusia yang memiliki derajat yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya, serta memiliki hakikat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna.
1. Long-life Education
Pendidikan seumur hidup bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan itu
sendiri. Pendidikan adalah hidup. Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang
memengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu. Kurun waktu kehidupan yang
panjang dan saling berkaitan dengan perubahan – perubahan cara berpikir masyarakat juga
turut menjadi pembentuk seorang individu. Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang
diupayakan oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab negara). Sebagai sebuah upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan
lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah, tetap pendidikan dalam masyarakat
sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia. Tidak heran jika R.S. Peters
dalam bukunya The Philosophy Of Education menandaskan bahwa pada hakikatnya
pendidikan tidak mengenang akhir karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat.
2. Pendidikan alam
Suatu pandangan bahwa alam kehidupan dengan ruang dan lingkungannya yang berisi
berbagai macam benda – benda dan melahirkan pengalaman – pengalaman merupakan
tempat pendidikan bagi tiap manusia. Pengalaman akan ruang dan waktu adalah pendidikan
yang baik bagi semua orang. Bentuk kegiatan adalah apapun yang terentang mulai dari
bentuk – bentuk yang misterius atau tidak disengaja hingga kegiatan – kegiatan yang
terprogram. Jadi, pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga.
Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan dimanapun dalam hidup. Tujuan pendidikan
terkandung dalam setiap pengalaman belajar dari alam dan lingkungan. Tujuan pendidikan
adalah pertumbuhan diri bersama – sama dengan tujuan hidup manusia.
Ivan Illich, misalnya, adalah tokoh radikal humanis yang berada pada kelompok ini.
Konsep sekaligus karyanya, Deschooling Society (masyarakat tanpa sekolah) bisa dipandang
sebagai penolakan komprehensif terhadap sekolah formal yang memasung kebebasan dan
perkembangan manusia. Sekolah dianggapnya sama sekali tidak memadai bagi
perkembangan anak – anak dan kaum muda. Illich sangat yakin tujuan penolakan sekolah
dalam masyarakat akan menjadikan siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar tanpa
harus memperjuangkan untuk memperolehnya dari masyarakat. Setiap orang harus dijamin
kepribadiannya. Illich mengolok – olok kaum yang mengatakan bahwa hanya dari sekolah
pengetahuan dan keterampilan didapat. Pada kenyataannya sekolah bukanlah satu – satunya
lembaga modern dengan tujuan utama membentuk pandangan manusia mengenai realita.
Kurikulum terselubung (hidden curricullum) dalam kehidupan keluarga, wajib militer,
pelayanan kesehatan dan apa yang disebut profesionalisme ataupun media, memainkan
peranan penting dalam manipulasi instusional dunia manusia, visi, bahasa – bahasa , dan
kebutuhannya.
Lebih jauh, Ivan Illich berpendapat bahwa suatu sistem pendidikan yang baik harus
mempunyai tiga tujuan, yaitu:
a) Memberikan kesempatan pada semua orang agar bebas dan mudah memperoleh
sumber belajar pada setiap saat.
b) Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada
orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula bagi yang ingin
mendapatkannya
c) Terjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan.
2.2.2 Pengertian Sempit
Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah, yakni lembaga pendidikan
sebagai salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia. Dalam pengertian sempit ini,
pendidikan tidaklah berlangsung seumur hidup, melainkan dalam jangka waktu terbatas.
Keterbatasan ini juga tidak hanya menyangkut keterbatasan wkatu, tetapi juga tempat bentuk
kegiatan dan tujuan. Sebagai contoh pendidikan SD berlangsung selama 6 tahun, SMP selama
3 tahun, SMA/SMK selama 3 tahun, S1 kurang lebih 4 tahun, S2 kurang lebih 3 tahun dan S3
kurang lebih 3 tahun.
Cara pandang sempit ini membatasi proses pendidikan berdasarkan waktu atau masa
pendidikan, lingkungan pendidikan, maupun bentuk kegiatan. Pendidikan berlangsung dalam
waktu yang terbatas,yaitu masa anak dan remaja. Anak – anak yang tidak masuk sekolah
dianggap menakutkan. Bahkan, orangtua takut terlambat menyekolahkan anaknya.
Lingkungan pendidikan pun diciptakan secara khusus dengan standar dan syarat – syarat bagi
penyelenggaraan pendidikan. Ada ruang kelas, ruang administrasi, ruang guru, tempat latihan
olahraga dan seni, ada laboratoriumuntuk melakukan tes dan penelitian. Cara pandang sempit
terhadap pendidikan ini, menurut penulis, membawa dampak buruk sebagai berikut:
Menurut Ki Hadjar Dewantoro dijelaakan bahwa pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-
anak. Maksud dari pernyataan tersebut adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan
hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan
masyarakatnya (suwarno,1982:3).
Menurut M.J. Langeveld dan Prof. Iddrak Jassin mendidik adalah memberi pertolongan
secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhan
menuju kearah kedewasaan dalam artian dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila
atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri (suwarno, 1982:4).
Menurut Prof. Richey dalam bukunya yang berjudul Planing for Teaching an Introduction to
Education menyatakan bahwa: pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari pada
proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang
esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks. Dalam masyarakat modern, fungsi
pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal,
tetapi masih berhubungan dengan proses pendidikan informal diluar sekolah (Syam,
1988a:4).
Prof. Lodge dalam bukunya yang berjudul Philosophy of education menyatakan bahwa: kata
“pendidikan” kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian
sempit.dalam pengertian luas,semua pengalaman dapat dikatakan sebagai pendidikan
(syam,1988a:5).dalam pengertian yang sempit,”pendidikan” dibatasi penyerahan adat istiadat
(tradisi) dengan latar belakang sosialnya,pandangan hidup masyarakat itu kepada warga
generasi berikutnya,dengan demikian seterusnya (syam,1988a:6).
Ilmu pendidikan adalah konsep – konsep pendidikan yang diciptakan secara ilmiah
melauli penelitian – penelitian ilmiah. Ruang lingkup ilmu pendidikan antara lain, pendidikan
teoritis, sejarah pendidikan, pengembangan kurikulum, Dedaktik-Metodik, media dan alat
belajar, dan lain sebagainya. Ilmu pendidikan disebut juga Pedagogik. Pedagogik berasal dari
akar kata bahasa Yunani yaitu pais yang artinya anak dan again yang artinya membimbing.
Pedagogik dapat diartikan dalam dua hal, praktek yaitu cara seseorang mengajar, dan ilmu
pengetahuan mengenai prinsip – prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi
pelajaran (pendidikan). Ilmu pengetahuan cara – cara mendidik atau mengajar disebut
dedaktik-metodik. Dedaktik adalah bidang studi yang membahas tentang cara – cara
mendidik dan mengajar secara umum. Metodik adalah bidang studi yang membahas tentang
cara – cara mendidik dan mengajar untuk setiap mata pelajaran atau bidang studi.
Pengertian mengajar adalah memberi pelajaran kepada peserta didik. Mengajar adalah
upaya mentransformasi pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni. Pendidik memberi sesuatu
kepada peserta didik. Pengajaran hanya menitik beratkan pada usaha mengembangkan
intelektualitas manusia saja. Setiap kali proses mengajar atau pembelajaran terjadi, selalu ada
unsur mendidik, bahkan unsur mendidik itu lebih besar dari dibandingkan dengan unsur
mengajar.
1. Homo Religius
Pandangan tentang sosok manusia d
2. Homo Sapiens
3. Homo Faber
4. Homo Homini Socius
5. Makhluk Etis dan Estetis
1. Homo Religius
2. Homo Sapiens
3.Homo Faber