Prak Kosmetika Modul 6
Prak Kosmetika Modul 6
Prak Kosmetika Modul 6
BODY WASH
Disusun Oleh:
KELOMPOK B-2
Dosen Pembimbing:
Achmad Marsam D.,M.Farm
PENDAHULUAN
1. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
2. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah (air yang mengandung
garam). Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam Mg atau Ca dalam
air mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid. Sabun
(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar
maupun non polar. Sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Saat dipakai mencuci
sabun berperan sebagai emulsifier sehingga sabun dikatakan dapat membersihkan lemak
dan kotoran. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik.
Sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam
air.
ISI
2.1.1 SLES
Struktur kimia
pH 5.0 ~ 7.0
Struktur kimia
Fungsi Ini adalah cairan kental dan digunakan sebagai agen pembusa
dalam produk mandi seperti sampo dan sabun tangan, dan dalam
kosmetik sebagai agen pengemulsi.
2.1.4 Glycerine
Struktur kimia
Fungsi Pengawet antimikroba; yg melunakkan; humektan; pemlastis;
pelarut; agen pemanis; agen tonisitas.
2.1.5 Triclosan
Pemerian Massa hamper tembus cahaya, tidak berwarna atau putih, struktur
seperti hablur, tidak berbau dan tidak berasa atau praktis tidak
berbau dan praktis tidak berasa, rasa agak seperti lemak.
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak menguap dan dalam Sebagian besar
minyak lemak; sukar larut dalam etanol mutlak.
Khasiat Sebagai agen antibakteri dan anti jamur yang ada di beberapa
produk konsumen, termasuk pasta gigi, sabun, deterjen, mainan
dan perawatan pembersihan badan.
2.1.6 Phenoxyethanol
Phenoxytolarosol
Dowanol EP / EPH
Protectol PE
Emery 6705
Rose ether
Rumus kimia C8H10O2
Berat molekul 138,16
Struktur kimia
Fungsi Pengawet
Titik lebur 2 °C (28 °F; 271 K)
Pemerian Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak enak
Rasa : Terbakar
Penampilan : Sedikit kental
Kelarutan Kloroform , Alkali , dietil eter : larut
Inkomaptibilitas Surfaktan non ionic, turunan selulosa (HPMC, Na CMC)
Struktur kimia
Kelarutan Larut 1 dalam 1,5 bagian etanol (95%) dan 1 dalam kurang dari
1 bagian air; larut dalam eter.
Stabilitas dan kondisi Asam sitrat monohidrat kehilangan air kristalisasi di udara
penyimpanan kering atau saat dipanaskan hingga sekitar 40˚C. Ini sedikit
deliquescent udara yang lembab. Larutan encer asam sitrat dapat
berfermentasi kedudukan. Bahan monohidrat atau anhidrat curah
seharusnya disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang
sejuk dan kering.
Inkompatibilitas Asam sitrat tidak sesuai dengan kalium tartrat, alkali dan
karbonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat, dan sulfida.
Inkompatibilitas juga termasuk zat pengoksidasi, basa, agen
pereduksi, dan nitrat. Ini berpotensi meledak kombinasi dengan
nitrat logam. Pada penyimpanan, sukrosa mungkin mengkristal
dari sirup dengan adanya asam sitrat.
2.1.8 Na-EDTA
Struktur kimia
Rumus Molekul C10H12N2Na4O8
Fungsi Chellating agent dan juga sebagai pengawet anti mikroba. Pada
sediaan topical, chellating agent dengan kadar 0,01-0,1%.
pH 11,3
2.1.9 NaCl
Kelarutan Sangat mudah larut dalam ethanol, mudah larut dalam air, larut
dalam glycerine.
Stabilitas dan kondisi Larutan natrium klorida encer stabil tetapi dapat menyebabkan
penyimpanan pemisahan partikel kaca dari jenis kaca tertentu wadah. Larutan
berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. Bahan
padat stabil dan harus disimpan wadah yang tertutup rapat, di
tempat yang sejuk dan kering. Telah ditunjukkan bahwa
karakteristik pemadatan dan sifat mekanik tablet dipengaruhi
oleh kelembaban relatif dari kondisi penyimpanan di mana
natrium klorida disimpan.
2.1.11 Aquadest
Struktur kimia
Rumus molekul H2O
Sinonim Aqua; Aqua purificata; hidrogen oksida
Berat molekul 18,02 g/mol
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan Larut dengan sebagian besar pelarut polar
pH larutan 5,0 – 7,0.
Titik lebur 00 C
Konstanta Dielektrik D25 = 78,54
Buat sediaan formulasi terkait sebanyak 200 gram dengan formula sebagai berikut :
Masukkan
premix parfum + cocamido DEA + Premix
+ ekstrak NaCl + premix as. Sitrat ad Dinginkan premix campuran
propolis ad homogen ± 5 menit. sampai suhu 20˚C dan
homogen Evaluasi sediaan.
3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan kosmetika yaitu sediaan sabun
cair atau body wash. Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat
modern adalah untuk meningkatkan daya tarik melalui make-up, kebersihan pribadi,
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari
kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan
secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Sabun didefinisikan sebagai garam dari logam alkali, biasanya Natrium dan Kalium,
dari asam lemak rantai panjang. Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai
karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki
gugus hidrofilik (polar), sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik
(nonpolar). Oleh sebab itu, dalam fungsinya, gugus hidrofobik akan mengikat molekul
lemak dan kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di
dalam air. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam
basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi.
Formulasi sediaan body wash yang digunakan adalah SLES, Cocamido Propyl
Betaine, Cocamide DEA, Glycerine, Triclosan, Phenoxyetanol, Parfum, Asam sitrat, NaCl,
Larutan pewarna 1%, Euporlan PK, EDTA 4Na, Ekstrak Propolis, dan Aquadest. Langkah
awal pembuatan bosy wash pada praktikum kali ini adalah penimbangan semua bahan.
Kemudian siapkan premix utama dibeker glass 500 mL (aqua dest + glyserin + SLES +
EDTA) lalu dipanaskan sampai suhu 70–80˚C sambil diaduk hingga larut sempurna dengan
batang pengaduk. Lalu siapkan beberapa premix pada beker glass 100 mL. Pertama Premix
Parfume (masukan parfume + triclosan+ phenoxyethanol lalu aduk sampai dengan larut
sempurna) , kedua Premix NaCl (masukan NaCl + aqua dest lalu aduk sampai dengan larut
sempurna), ketiga Premix asam sitrat (masukan asam sitrat + aqua dest lalu aduk sampai
larut sempurna).
Setelah premix utama larut dengan sempurna, tambahkan dengan perlahan bahan
Euperland PK di aduk selama 2 menit sampai dengan homogen, lalu tambahkan cocomido
propyl betaine diaduk selama 2 menit samapi dengan homogen. Setelah 40˚C kemudian
masukan secara perlahan premix premix parfume + ekstrak propolis lalu aduk selama 2
menit samapai dengan homogen. Setelah homogen masukan cocomide DEA + premix
NaCl + premix asam sitrat masukan secara perlahan dan aduk samapi dengan homogen
selama 5 menit. Dinginkan premix campuran sampai dengan suhu 20˚C lalu lakukan
pengecekkan sesuai dengan parameter evaluasi.
Setelah dilakukan pengamatan pada uji oragnoleptis telihat bahwa sediaan body wash
yang dibuat homogen artinya tidak tampak partikel-partikel pada gelas objek atau sediaan
sabun cair tersebut tersebar merata, dan dapat membersihkan kotoran pada tubuh dengan
sempurna, warna produk yang dihasilkan orange dengan bau parfum yang sesuai dengan
bahan yang dimasukan pada saat pembuatan. pH sediaan yaitu 6,72. Uji bobot jenis pada
sediaan diperoleh hasil bobot jenis hand soap yaitu 1,103 g/ml. Sediaan body wash
memiliki uji nilai tinggi busa selama 1 menit, 5 menit, dan 10 menit secara berturut-turut
yaitu 6,3 cm, 6,1 cm, dan 5,2 cm. Setelah dilakukan evaluasi selama ± 6 hari sediaan
body wash yang disimpan pada suhu kamar tidak menunjukan adanya perubahan dari
segi bentuk, warna maupun bau hal ini bisa dikatan bahwa sediaan termasuk stabil pada
penyimpanan suhu kamar..
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Formulasi Sediaan
SLES = 30 gram
Cocamido Propyl Betaine = 14 gram
Cocamide DEA = 4 gram
Glycerine = 10 gram
Triclosan = 0,6 gram
Phenoxyetanol = 2 gram
Parfum = 2 gram
Asam sitrat = 1,4 gram
NaCl = 1,6 gram
Larutan pewarna 1% = 4 gram
Euporlan PK = 6 gram
EDTA 4Na = 1 gram
Ekstrak Propolis = 0.4 gram
Aquadest = 123 gram
b. Sediaan body wash yang dibuat homogen dan dapat membersihkan kotoran pada tubuh
dengan sempurna, warna produk yang dihasilkan orange dengan bau parfum yang
sesuai dengan bahan yang dimasukan pada saat pembuatan.
c. pH sediaan yaitu 6,72.
d. Bobot jenis pada sediaan body wash1,103 g/ml.
e. Nilai tinggi busa selama 1 menit, 5 menit, dan 10 menit secara berturut-turut yaitu 6,3
cm, 6,1 cm, dan 5,2 cm.
f. Setelah dilakukan evaluasi selama ± 6 hari sediaan body wash yang disimpan pada
suhu kamar tidak menunjukan adanya perubahan dari segi bentuk, warna maupun bau
hal ini bisa dikatan bahwa sediaan termasuk stabil pada penyimpanan suhu kamar.
DAFTAR PUSTAKA
Paramita, V. & Artati., 2003. "Pemanfaatan Abu Sabut Kelapa sebagai Substitusi basa dalam
Proses Saponifikasi", Laporan Penelitian Jurusan Teknik, Universitas Diponegoro.
I. Uraian Tugas Kelompok
Nama Tugas
Alisa Adistia D Membantu membuat laporan
Desi Kristina P Membantu membuat laporan
M Ali Zainal Abidin Membantu membuat laporan
Evi Tri Rahmayanti Membantu membuat laporan
Erna Kurniawati Membantu membuat laporan
Siti Fauziah Membantu membuat laporan
Wiwin Murtofiah Membantu membuat laporan
M Fian kurnia Membantu membuat laporan
Elka Ayu Prawesti Membantu membuat laporan
Sri Oktapiani Membantu membuat laporan
Kemasan Produk
III. Lampiran kerja
Uji Stabilitas
Hasil:
Uji stabilitas body wash dilakukan dengan cara mengkondisikan penyimpanan sediaan di
keadaan suhu kamar (24°C) selama 6 hari pada kemasan bening. Hasil penyimpanan
sediaan di suhu kamar selama ± 6 hari menunjukkan Stabil, formula sediaan body wash
tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan aroma.
Uji nilai tinggi busa
Uji bobot jenis(bj)
Penimbangan bahan
Penyiapan premix
Sediaan akhir
IV. Lampiran Jurnal Praktikum Kelompok