Epidemiologi Hipertensi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan
peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai
penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian
nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti
kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia
lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas yang sangat erat
kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, disiplidemia dan diabetes
mellitus ( Dr. Anie Kurniawan, MSc. 2002 ).
Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya
hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Di satu
pihak masalah kurang gizi yaitu: gizi buruk, anemia, Gangguan Akibat
Kurang Yodium (GAKY) dan Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan
kendala yang harus ditanggulangi, namun masalah gizi lebih cenderung
meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil survey Indeks Massa Tubuh
(IMT) tahun 1995 – 1997 di 27 ibukota propinsi menunjukkan bahwa
prevalensi gizi lebih mencapai 6,8% pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada
perempuan dewasa. Sedangkan Monica (1994) menunjukkan bahwa hipertensi
didapati pada 19,9% usia lanjut (usila) yang gemuk dan 29,8% pada usila
dengan obesitas ( Dr. Anie Kurniawan, MSc. 2002 ).
Di suatu negara seperti Indonesia dengan 200 juta penduduk dan
lebih dari 17.000 pulau yang terbentang di kawasan ± 9.000.000 km2 serta
banyak sekali suku bangsa, susah sekali untuk mendapatkan angka prevalensi
hipertensi secara pasti. Sebetulnya, hal ini berlaku juga untuk negara-negara
yang tak sedemikian besar, karena justru sifat heterogenitas prevalensi ini
merupakan salah satu bukti bahwa penyebab hipertensi memang bersifat
mozaik ( Boedhi-Darmojo, 2000 ).
Selain itu, penyebabnya juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
baik endogen maupun eksogen. Laporan komite expert WHO (1978)
menyatakan bahwa prevalensi dan insidensi penyakit jantung koroner serta
hipertensi menunjukkan angka-angka nasional yang sangat berbeda, dan
mempunyai variasi geografik yang beraneka ragam ( Boedhi-Darmojo, 2000 ).
Namun, untuk mengetahui problem hipertensi yang kita hadapi,
kiranya kita perlu mengadakan studi prevalensi di berbagai daerah di
Indonesia dengan sejauh mungkin menggunakan metode-metode yang
bersamaan. Sejak 1974, penulis dan kawan-kawan telah mulai banyak
melakukan studi prevalensi di Jawa Tengah (Harmadji dkk, 1975; Sugiri dkk,
1975; Boedhi Darmojo dkk, 1976). Kemudian, angka prevalensi dari daerah-
daerah lain di Indonesia, baik di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
dan sebagainya menyusul.
Survei-survei ini pada umumnya menggunakan kriteria yang telah
direkomendasikan oleh WHO (1962; 1978). Survei ini meliputi baik daerah
kota maupun pedesaan, daerah pegunungan maupun daerah pesisir, dengan
beraneka ragam keadaan sosio-ekonomik dan sosio-budaya.

B. Tujuan
1) Mengetahui distribusi penyakit Hipertensi meliputi variable orang,
tempat, dan waktu.
2) Menggolongkan bentuk terjadinya penyakit ke dalam Model
Kausalitas.
3) Mengetahui penyebab terjadinya penyakit dan perjalanannya.
4) Mengetahui pencegahan penyakit berdasarkan tahapan dalam
tingkat pencegahan penyakit ( primordial, primer, sekunder, dan tersier)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolic) ( http:/www.Medicastore.com ).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 20/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai
140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih,
atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik ( http:/www.Medicastore.com ).
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan
darah. Hipertensi ada 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan
oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak
ginjal, dll ( Laboratorium Klinik Prodia, 2004 ).

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa :


 Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik
masih dalam kisaran normal. hipertensi ini sering ditemukan pada usia
lanjut. sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
 Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak
diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.

Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :


1. Hipertensi esensial atau primer : Penyebab pasti dari hipertensi esensial
sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita
hipertensi tergolong hipertensi esensial
2. Hipertensi sekunder :10% nya tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi
sekunder adalah hpertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena
golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,
maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori
“Sistolik” “Diastolik”

normal dibawah 130 mmhg dibawah 85 mmhg

normal tinggi 130-139 mmhg 85-89 mmhg

stadium 1
(hipertensi 140-159 mmhg 90-99 mmhg
ringan)

stadium 2
(hipertensi 160-179 mmhg 100-109 mmhg
sedang)

stadium 3
180-209 mmhg 110-119 mmhg
(hipertensi berat)

stadium 4 210 mmhg atau lebih 120 mmhg atau lebih


(hipertensi
maligna)
Bahaya Hipertensi :
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat menimbulkan
komplikasi pada organ tubuh penderita. Organ yang paling sering menjadi
target kerusakan akibat Hipertensi, antara lain :

Otak : menyebabkan stroke


Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.
Jantung :
menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (termasuk Infark jantung),
Gagal Jantung.
Ginjal :
menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik, Gagal Ginjal Terminal

B. DATA HIPERTENSI DALAM MASYARAKAT INDONESIA


Selain data yang dapat kami kumpulkan sendiri di Semarang dan Jawa
Tengah, data dari daerah-daerah lain telah berhasil kami himpun (Boedhi-
Darmojo; 1976, 1978). Kartari dkk. (1976) telah mengadakan studi
perbandingan prevalensi hipertensi pada 4 kelompok suku bangsa, yaitu Jawa,
Sunda, Batak, dan Dayak, yang dilengkapinya dengan suatu survei di kota
metropolitan Jakarta. Berbagai survei di atas pada umumnya melibatkan
beberapa ribu orang yang diperksa, telah dikerjakan dengan cara random
samples ataupun dengan menggunakan seluruh penduduk dengan coverage
70--80%.
Dari daerah-daerah perkotaan (Semarang, Padang, Jakarta), bagian
kota kelurahan yang dianggap representatif untuk penduduk kotanya telah
dipilih untuk disurvei. Ungaran, Sumberpucung, dan Bungus adalah contoh
desa pertanian. Kandang serang adalah desa setengah terisolasi di Pegunungan
Slamet. Sedangkan Karimunjawa dan Bungus adalah contoh desa nelayan.
Silungkang (Sumatera Barat) adalah suatu desa industri kecil, sedangkan
Randublatung adalah suatu desa kehutanan.
Prevalensi hipertensi dengan menggunakan borderline-hypertension
(yaitu tekanan darah antara 140/90 dan 159/94 mmHg), yang kami dapatkan
ialah 4,8--18,3%. Angka-angka yang kira-kira sebanding telah dilaporkan oleh
Cheng dkk. di Taipei (6,2%) dan Freis (10--15%) di Amerika Serikat.
Data yang kami kumpulkan juga sesuai dengan laporan WHO (1978)
menunjukkan bahwa kira-kira 50% penderita hipertensi tidak mengetahui dan
tak sadar bahwa tekanan darah mereka meninggi. Selain disebabkan oleh
tiadanya gejala/keluhan pada orang tersebut, seperti juga terjadi di negara-
negara maju, hal ini disebabkan oleh sikap acuh tak acuh dari penderita-
penderita tersebut (ignorance).
Dari beberapa data survei kami sendiri di Semarang dan daerah Jateng
lainnya, keluhan yang secara signifikan banyak terdapat pada penderita
hipertensi ialah nyeri belakang kepala, namun di daerah pedesaan tak ada satu
keluhan pun yang signifikan (Boedhi-Darmojo, 1976).
Mengenai korelasi antara hipertensi dan keluhan-keluhan ini memang
pendapat para ahli masih banyak pertentangan. Malahan, ada yang
beranggapan bahwa keluhan-keluhan hipertensi tidak ada yang spesifik
(Waters dan Weiss, dikutip oleh Boedhi-Darmojo, 1976, 1978, 1980). WHO
menyatakan (1874) menyatakan bahwa dari 50% orang yang diketahui
hipertensi, hanya 25% yang mendapatkan pengobatan, dan hanya 12,5% yang
diobati secara baik (adequately treated cases).
Gambaran semacam ini juga kami temukan dalam data kami, tetapi
hanya mengenai angka-angka di kota. Sedangkan untuk daerah pedesaan,
angka-angka penderita yang diobati dan diobati dengan baik praktis nol. Hal
ini menunjukkan bahwa jangkauan pelayanan kesehatan di negara kita ini
belum dapat mencapai daerah-daerah pedesaan secara efektif ( Boedhi-
Darmojo, 2000 ).

C. DISTRIBUSI
1. Variabel Orang
a. Umur
Report from develoved cruties such as the U. S. A.
Indicate that 15 to 25 % of adults have hypertension ( Medika,
1986 ).
Di Amerika Serikat lebih dari 1/3 penduduk berusia > 60
tahun mengidap Hipertensi, di Indonesia prevalensi pada golongan
umur > 60 tahu adalah 25 %, di negara maju batasan ini adalah 65
tahun ke atas (Medika. 1986).
Di Amerika terdapat 40 % pada orang kulit putih usia 65
– 74 tahun, 50 % poada orang kulit hitam berusia 65 - 74 tahun, di
Indonesia prevalensi usia lanjut kurang lebih 19 – 33 % (Medika,
1986).
Of the G3 cases of hypertension emergencies, with age
between 28-883 years old (Medika, 1986).
Boedhi-Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan
dari berbagai penelitian melaporkan bhwa 1,8 – 28,6 % penduduk
yang diatas 20 tahun adalah pasien Hipertensi.
Dari 203 pelajar SMP di Yogya diteliti, berusia 12 – 17
tahun diadapatkan 10 pelajar dengan darah sistol diatas 140
mmHg. Adari 3612 pelajar SMA di Jakarta berusia 15 – 21 tahun
didapatkan 3,3 % menderita hipertensi (Ilmu Penyakit Dalam jilid
II, 2001).
Laporan Joint National committe on detection,
evalvationand treatment of haigh blood presure (1993)
memberikan klasifikasi TD pada individu berumut > 18 tahun
(Brunner & Suddart, 2001).

b. Jenis kelamin
Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada
pria, keculi di AS keturunan Afrika (Brunner & Suddart, 2001).
Ternyata wanita lebih banyak menderiata hipertens, dari
laporan sugini di Jawa Tengah pada pria sekitar 6 % mengalami
hipertensi dan pada wanita sekitar 11,6 % terkena hipertensi.Di
Semarang 7,5% pada pria, dan pad wanita sekitar 10.9 %

c. Penghasilan : biasany terjadi dikalangan berpenghasilan tinggi dan


rendah. Karena pada penghasilan tinggi biasanya terlalu
mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan kolesterol tinggi
dan obesitas, sedangkan pada penghasilan rendah kurangnya asupan
nutrisi dalam tubuh.

d. Golongan etnik
Di AS 15 % golongan kulit putih dewasa, 23 – 35 %
adalah pasien hipertensi.
Boedhi-Darmojo dalam tulisannya melaporkan bahwa 1,8
- 28,6 % prevalensi terendah dari desa Kalirejo Jawa Tengah yaitu
sebesar 1,8 %, sedankan di daerah Aran, Aceh Sumatra Utara
sebesar 5,3%, data lainny dikemukakan Gunawan S. Menyelidiki
msyrkat terisolasi di lembah Baliem Irian Jaya mendapatkan
prevalensi hipertensi sebesar 0,65 % terjadi hipertensi.
Di AS insidensi hipertensi meningakat sesuai proses
penuwaan dan insidensi pada orang Amerika Afrika jauh melebihi
kulit putih (Brunner & Suddart, 20091).

e. Keturunan/ Status perkawinan


Semua penelitian sudah sependapat bahwa hipertensi
esensial dapat diturunkan dengan gen dominan, walaupun tidak
langsung. Kejadian hipertensi yang lebih beasar di temukan pada
kemabar monozigot dari pada kembar heterozigot. Faktor yang
mempunyai kemungkinan diturunkan secara genetika anatara lain
defek transfer natrium pada membaran sel ( Medika, 1993 )

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan


riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial
lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

2. Variabel Tempat
Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas)
dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Daerah dengan asupan garam yang tinggi.


Sosial bubaya :
 Asupan garam > 1 gram/hari
 Kebiasaan merokok
 Pengonsumsi alcohol
 Pil KB
 Diabetes

3. Variabel Waktu
Hipertensi dapat berubah secara periodik tergantung dari keadan pada
penderita yang menjaga asupan nutrisnya, banyak beraktifitas dan menjaga
asupan garm yang terlalu tinggi.

D. MODEL KAUSALITAS PENYAKIT


1. Segitiga Epidemiologi Hipertensi
HOST

AGENT ENVIRONMENT

Keterangan :
 Agent, yaitu :
a) jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
b) arteri besar kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
c) bertambahnya cairan dalam sirkulasi
bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
 Host, yaitu kebiasaan merokok, alkoholis, obesitas,
kurangnya asupan nutrisi dalam tubuh dan kurangnya berolahraga
(beraktifitas).
 Envirinment, yaitu stress, kegemukan (obesitas) dan
kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Daerah dengan asupan garam yang tinggi.

2. Perjalanan Penyakit Hipertensi


a. Tahap Prepatogenesis
Pada masayarakat / individu yang berada di wilayah daerah asapan
garam tinggi berasal dari silsilah yang menderita hipertensi akn
beresiko mengalami hipertensi karena adanya interaksi penjamu
dengan faktor resiko, walaupun saat ini masih sehat/ normal.
b. Tahap Inkubasi
Segala faktor resiko sudah ada pada individu tersebut, seperti
asupan garam yang tinggi, keturunan hipertensi, perokok, alkoholis,
obesitas, dll, tapi gejalanya belum tampak. Individu tidak merasakan
adanya gejala – gejala.
Menurut penelitian individu diatas 18 tahun ytang beresio
hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah. Namun, terkadang
individu tidak menampakkan geajala sampai bertahun – tahun dan
penderita tidak sadar akan kondisinya.
c. Tahap Dini
Biasanya penderita dimulai dengan peningkatan tekanan darah,
kemudian ada gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan
migran dapat ditemukan pada survei di Indonesia. Ditemukan juga
gejala cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, mudah
lelahrasa berat ditengkung, mata berkunang – kunang.
d. Tahap Penyakit Lanjut
Pada hipertensi yang menampakkan gejala, biasanya
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang
khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
berasangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
tyang paling menyertai hipertensi. Hipertensi ventrikel kiri terjadi
sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat diapaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningakat.
Apabiala jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri, perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN)
dan kreatinin), keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) dan gangguan tajam
penglihatan, pada penderita stroke dan pada penderita hipertensi
disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80 %.
e. Tahap Penyakit Akhir
Bila pasien berpartisipasi secara aktif dalam program, termasuk
pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diet, maka komplikasi
tidak akan terjadi. Hipertensi tidak bisa disembuhkan, tapi bisa
dikontrol. Pasien tidak terkontrol atau mereka yang tiba menghentikan
pengobatan. Adanya gagal ventrikel kiri atau fungsi otak.

E. PENCEGAHAN PENYAKIT
Tujuan penanganan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah (TD)
mendekati nilai normal, tanpa menimbulkan efek samping. Ada beberapa
penceagahan pada hipertensi, meliputi :
 Primordial
Seseorang harus selalu melakukan pembatasan natrium dan lemak dalam
diet, pengaturan berat badan, perubahan gaya hidup dan program latihan
(berolah raga).
 Primer
Tindak lanjut secara teratur resiko dilakukan, sehingga proses penyakit
dapat terpantau dalam hal pengontrolan dan perkembangannya, harus
berhati – hati dengan masalah seperti pusing, atau sakit kepala terasa
ringan ketika berdiri.
 Sekunder
Pemahaman yang menyeluruh mengenai penyakit ini, begitu pula
dengan bagaimana obat bekerja dan kebiasaan hidup dapat mengontrol
hipertensi sangat penting. Konsultasi dengan ahli diet sangat berguna
untuk mencari cara memodifikasi asupan garam dan lemak. Pemberian
daftar makanan dan minuman rendah garam dan menentuklan pengganti
garam yang murah akan sangat membantu.
Pasien harus dianjurkan untuk menghindari minuman yang
mengandung kafein dan alkohol dan berian penjelasan bahwa alkohol
mempunyai efek sinergis dengan otak. Kelompok pendukung untuk
mengontrol berat badan, merokok, dan stress sangat berguna untuk
sebagian pasien, seadangkan untuk lainnya memperoleh dukungan dar I
keluarga dan sahabat.
 Tersier
 Pasien harus diajarkan untuk mengukur tekanan darah
di rumah.
 Penderita dan keluarga harus diingatkan bahwa terapi
obat anti hipertensi dapat menimbulkan hipotensi.
 Gejal berkembangnya penyakit dan keterlibatan system
tubuh harus dideteksi dini, sehingga aturan terapi dapat ditambah
sesuai kebutuhan.
 Memeriksa mata untuk mengetahui adanya kerusakan
vascular.
 Ingatkan penderita agar tidak menghentikan pengobatan
dengan tiba – tiba untuk mencegah gagal ventrikel kiri dan disfungsi
otak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 20/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai
140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih,
atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolik.
Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu
1) Hipertensi esensial atau primer
2) Hipertensi sekunder

Bahaya Hipertensi :
Otak : menyebabkan stroke
Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.
Jantung :
menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (termasuk Infark jantung),
Gagal Jantung.
Ginjal :
menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik, Gagal Ginjal Terminal

B. Saran
Sebaiknya dalam menjaga kondisio tubuh agar tetap sehat dengan cara
mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan mengatur kebutuhan
manakan yang diperlukan. Tidak merokok, tidak minum alcohol dan sering
berolah raga supaya jantung dapat bekerja dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Anie Kurniawan, MSc. 2002. Gizi Seimbang Untuk Mencegah Hipertensi
(Direktorat Gizi Masyarakat). Jakarta :Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa
Fakultas Kedokteran YARSI. http:/www.google.com

Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. 1980. Knowledge and Attitude of doctors


on Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore, in MEDIKA
II,7. 1985. ( hal 634-638 ).

Boedhi-Darmojo. 2000. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di


Indonesia (Guru Besar Emeritus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro)
Semarang : Workshop on Studies of Hipertension. http:/www.google.com

Boedhi-Darmojo, Sutikno. 1974. Miokard Infark Akut (di RS Dr. Kariadi,


KOPERKI ke-1). Jakarta

Boedhi-Darmojo. R, Sugiri, Harmadji dkk.1976 A Survey of hypertension on an


Island in the Java-Sea (6th Asian-Pacific Congress of Cardiology). Hawaii
Boedhi-Darmojo, R. 1978. Community Prevalence of hypertension in Indonesia
(8th World Congress of Cardiology). Tokyo

Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta : EGC

Kesehatan Prima “Model Utama Menyokong Era Globalisasi”. 2002-2004.


Mengendalikan Hipertensi Untuk Mencegah Komplikasi. Jakarata : Laboratorium
Klinik Prodia
http:/www.medicastore.com
WHO Techn. 1978. Arterial Hypertension (Rep. Ser, 628 ) WHO Chronicle

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI


“ HIPERTENSI “
Dosen Pengampu : Yuliaji Siswanto SKM, M.Kes

Disusun oleh:
1. Juli Omega Sihombing (010401052)
2. Junianto Fitriyadi (010401053)
3. Kedek Hardika Dewantara (010401054)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2006

Anda mungkin juga menyukai