Resume Buku Pengantar Ilmu Hukum R Soero

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

RESUME

PENGANTAR ILMU HUKUM

Kamis, 23 Agustus 2018

Pengertian Pengantar Ilmu Hukum

Pengantar : mengantarkan seseorang untuk mempelajari ilmu hukum.

Ilmu hukum : Pengetahuan yang mempelajari tentang hukum dengan segala maninvestasinya

Pengertian PIH : Ilmu yang mengantarkan seseorang untuk mempelajari pengetahuan tentang
hukum dengan segala maninfestasinya.

Objek ilmu hukum : hukum

Hubungan PIH dengan PHI

1. PIH mendukung setiap orang yang ingin mempelajari PHI.

2. Memberikan dasar kepada setiap orang yang akan mempelajari lebih lanjut tentang studi
hukum.

Persamaan PHI dan PIH :

1. Sama-sama mata kuliah dasar ilmu hukum.

2. Sama-sama memiliki bobot 4 sks.

Perbedaan PHI dan PIH :

1. PIH mempelajari hukum pada umumnya tidak terbatas kepada hukjm positif negara
tertentu.

2. PHI mempelajari hukum positif indonesia.

Peran dan Fungsi PIH :

1. Memberikan introduksi atau memperkenalkan segala masalah yang berhubungan dengan


hukum .

2. Mempelajari seluk beluk hukum segala bentuk dengan maninfestasinya.


3. Merupakan dasar dalam studi hukum.

4. Memperkenalkan ilmu hukum.

Peran Hukum :

1. Dalam keluarga,
- Seorang laki-laki dan perempuan yang akan hidup bersama sebagai suami istri
mengikatkan diri dalam perkawinan, melakukan pebuatan yang telah diatur dalam
undang-undang perkawinan (UU perkawinan nomor 1 tahun 1974).
- Anak bersikap hormat dan segan kepada bapak dan ibunya tanpa sadar
melaksanakan pasal 298 UU hukum perdata.
- Orang tua yang mengawasi anaknya yang belum dewasa dalam keadaan dungu,
sakit otak atau buta telah berbuat sesuatu yang diatur dalam UU (KUH Perdata
pasal 462).

2. Dalam Pekerjaan
- Orang bekerja dalam suatu instansi menandatangani perjanjian kerja adalah sesuai
dengan peraturan yang berlaku (KUH Perdata Bab 7A Pasal 1601, 1601 A-C).
- Seorang majikan yang memkbayar upah kepada buruh pada setiap bulan tanpa
sadar telah memenuhi kewajibannya yang ditentukan dalam Bab ke-3 KUH
Perdata.

Fungsi Hukum :

1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat


Contoh : orang yang menonton bioskop sama-sama mengerti apa yang harus
dilakukan. Semuanya berjalan tertib dan teratur, karena semua sama-sama mengerti
dan mentaati peraturan-peraturan yang telah ditentukan.
2. Sarana sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hkum dapat memaksa agar peraturan
ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi hukuman. Contohnya : siapa yang
berhutang harus bayar.
3. Sebagai penggerak pembangunan
Hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat kearah yang lebih maju.
4. Fungsi kritis
Hukum tidak boleh mengawasi pejabat-pejabat saja, tetapi penegak hukum juga harus
diawasi.

Pengertian Ilmu Hukum Menurut Para Ahli :

Menurut Cross

Ilmu hukum adalah segala pengetahuan hukum yang mempelajari hukum dalam segala
bentuk dan manifestasinya.

Menurut Curzon

Ilmu hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum.

Menurut Kamus Perpustakaan Hukum

Ilmu hukum dalam perpustakaan hukum dikenal dengan nama ‘Jurisprudence’ yang berasal
dari kata ‘Jus’, ‘Juris’ yang artinya hukum atau hak, dan kata ‘Prudence’ berarti melihat ke
depan atau mempunyai keahlian, dan arti umum dari Jurisprudence adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari ilmu hukum.

Norma di Indonesia

Norma/kaidah/petunjuk hidup bagaimana semestinya agar tidak mengganggu kepentingan


orang lain.

1. Norma agama

Sumber : Al-Quran dan Hadist

Sanksi : Dosa

Tujuan : Agar menjadi manusia yang agamis

2. Norma Kesusilaan

Sumber : Hati Nurani

Sanksi : Penyesalan
Tujuan : Agar manusia mempunyai akhlak yang baik

3. Norma Kesopanan

Sumber : Pergaulan

Sanksi : Dikucilkan

Tujuan : Agar hidup menjadi damai

4. Norma Hukum

Sumber : Pemerintah

Sanksi : Keras

Tujuan : Ketertiban dan Keadilan

Alasan norma hukum diperlukan :

1. Sanksi dari ketiga norma sebelumnya lemah,

2. Banyak terjadi pelanggaran

3. Masih banyak hal-hal yang belum diatur

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli :

Prof. Dr. Van Kan

Hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat suatu negara.

Dr. Utrecht

Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat oleh
karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh
pemerintah/penguasa itu.

Teori Mengapa Orang Taat Hukum


1. Teori Theokrasi : Menurut teori theokrasi, orang mentaati hukum karena hukum
merupakan perintah langsung dari Tuhan Yang Maha Esa apabila tidak ditaati akan
berdosa.

2. Teori Perjanjian : Menurut teori perjanjian, orang mentaati hukum karena adanya
perjanjian di masa lampau antara yang memerintah dengan yang diperintah. Asalkan
dilindungi oleh negara.

3. Teori Kedaulatan Negara : Menurut teori kedaulatan Negara, orang mentaati hukum
karena negara mempunyai kekuasaan mutlak sehingga dapat memaksakan
kehendaknya terhadap rakyat.

4. Teori Kedaulatan Hukum : Menurut teori kedaulatan hukum, orang mentaati hukum
karena hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan perasaan hukum
sebagian besar dari anggota masyarakatnya.

Kamis, 30 Agustus 2018

Unsur-Unsur Hukum :

1. Peraturan tentang tingkah laku manusia

2. Dibuat oleh pemerintah

3. Bersifat memaksa

Ciri-Ciri Hukum :

1. Adanya larangan/perintah

2. Larangan yang harus dipatuhi

3. Adanya sanksi yang tegas

Tujuan Hukum :

Dr. Wirjono : Hukum bertujuan untuk mengadakan keselamatan dan kebahagian serta tata
tertib dalam lingkungan masyarakat
Prof Subekti S.H : Hukum bertujuan untuk mencapai kesejahteraan negara.

Hukum mengabdikan dengan cara memberikan keadilan dan ketertiban kepada rakyat.

Prof. Mr Dr. LJ. Apeldoorn : Tujuan hukum adalah untuk mengatur segala pergaulan hidup
manusia dengan secara damai. Hukum menghendaki adanya suatu perdamaian

Aristoteles : Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan. Maksudnya adalah
memberikan kepada setiap orang atau masyarakat, apa yang menjadi haknya. Disebut dengan
teori etis karena isi hukumnya semata-mata ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa
yang adil dan yang tidak adil.

Teori Tujuan Hukum

Teori etis : Menurut teori etis tujuan hukum adalah hukum semata-mata memberikan
keadilan

Teori utillity: Menurut teori utillity, hukum semata-mata bertujuan untuk berfaedah

Campuran : Menurut teori campuran tujuan hukum adalah agar tercapainya keadilan yang
berbeda-beda isi dan ukurannya

Kodifikasi Hukum

Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis jenis hukum tertentu dalam Undang-Undang
secara sistematis dan lengkap.

Unsur-unsur : jenis jenis hukum, sistematis, dan lengkap.

Tujuan : kepastian hukum, penyederhanaan hukum, kesatuan hukum.

Mengapa Timbul Kodifikasi :

Karena sebelum revolusi prancis hakim menghukum orang semaunya tanpa uu, mak timbul
gerakan agar hukum pidana dibukukan.
Aliran-Aliran Praktik Hukum

1. Aliran Legisme : Tidak ada hukum selain UU. Satu-satunya sumber hukum adalah
UU, dibuat oleh lembaga legislatif.

2. Aliran Freie Rechtslehre : Bersumber dari keputusan pengadilan/hakim


(Yurisprudensi)

3. Aliran Rechtsvinding : Aliran antara legisme dan freie rechtslehre.

Bersumber dari UU namun tidak seketat legisme (terikat tapi bebas)

Tugas hakim menyelaraskan UU dengan kondisi masyarakat.

"Algemeene bepalingen der wet geving voor Indonesie"

Ketentuan-ketentuan umum peraturan perundang-undangan untuk Indonesia.

Teori Dimana Hukum Ditemukan

1. Teori Klasik : Hukum terdapat pada masyakat yang sudah memiliki kebudayaan.
Pelopor : Tumasep

2. Teori Modern : Hukum ada dimana saja asalkan ada manusia. Pelopor Cicero

“Ubi societas ibi ius” artinya “Dimana ada masyarakat disitu ada hukum”.

Kamis, 06 September 2018

Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang diikuti oleh hakim berikutnya.

Yurisprudensi Tetap :

Keputusan-keputusan hakim yang berulang kalo dipergunakan pada kasus yang sama.

Sudah menjadi dasar bagi hakim untuk mengambil keputusan

Harus berdasarkan UU.


Contoh : Pasal 362 KUHP ”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling
banyak enam puluh rupiah”.

Barang pencurian tersebut berwujud dan tidak berwujud seperti listrik.

Yurisprudensi Tidak Tetap :

Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap namun belum melalui uji eksaminasi dan notasi
tim Mahkamah Agung dan belum ada rekomendasi untuk menjadi yurisprudensi tetap.

Boleh diikuti boleh tidak, tetapi hakim yang menentukan.

Timbulnya Yurisprudensi

1. Algemeene bepalingen van wetgeving voor indonesia

Pasal 22 menyatakan bahwa hakim tidak boleh menolak menyelesaikan perkara yang
diajukan kepadanya.

2. - Pasal 20 AB : Hakim harus mengadili menurut UU/keadilan daripada UU.

a. Pasal 21 AB : Hakim tidak dapat memberikan keputusan yang akan berlaku


sebagai peraturan umum. Bahwa hakim mengikuti putusan hakim lain itu
bukan karna putusan hakim itu diberlakukan untuk umum melainkan karena
faktor psikologis, segi praktis/pendapat yang sama.

b. Pasal 1917 KUH Perdata : Secara prinsipal hakim tidak terikat kepada
keputusan hakim lainnya.

Sebab-Sebab Seorang Hakim Mempergunakan Putusan Hakim Lain

1. Pertimbangan Psikologis

Hakim bawahan segan untuk tidak mengikuti putusan hakim pengadilan tinggi dan
mahkamah agung.

2. Pertimbangan Praktis

Menggunakan putusan hakim terdahulu atas kasus yang sama.

3. Pendapat yang Sama


Hakim yang bersangkutan sependapat dengan putusan hakim terdahulu.

Dasar Hukum Yurisprudensi

1. Dasar historis, yaitu secara historis diikutinya oleh umum.

2. Adanya kekurangan daripada hukum yang ada, karena pembuat UU tidak dapat
mewujudkan segala sesuatu dalam UU, maka yurisprudensi digunakan untuk mengisi
kekurangan dari UU.

Yurisprudensi Sebagai Hukum Formil

1. Van Apeldoorn : tidak membenarkan yurisprudensi itu merupakan sumber-sumber


hukum.

2. Bellefroid : sependapat dengan Apeldoorn, penggunaan Arrest Hoge Raad oleh hakim
bawahan yang dimaksud adalah karena terdesak (takut kasasi) dari atas. Jadi bukan
kebiasaan yang timbul.

3. E. Utrecht : keputusan hakim pertama menjadi pedoman oleh hakim lain dan menjadi
sumber hukum bagi peradilan.

4. Prof. Dr. Soepomo : yurisprudensi dari hakim atasan merupakan sumber penting bagi
hakim bahawan dalan menemukan hukum objektif.

Asas-asas Yurisprudensi

1. Asas precedent, hakim terikat kepada keputusan keputusan yang lebih dulu dari hakim
yang sama derajatnya atau dari hakim yang lebih tinggi. Negara : Inggris, Amerika
serikat (Anglo Saxon)

2. Asas bebas, kebalikan dari asas precedent yakni tidak terikat dengan putusan hakim
sebelumnya.

Penafsiran Hukum
Penafsiran/interpretasi peraturan undang-undang ialah mencari dan menetapkan pengertian
aras dalil-dalil yang tercantum dalam UU sesuai dengan yang dikehendaki serta yang
dimaksud oleh pembuat UU.

Cara Penafsiran

1. Subyektif - Obyektif

a. Dalam pengertian subyektif, ditafsirkan seperti yang dikehendaki oleh pembuat


UU.

b. Dalam pengetian obyektif, bersifat umum penafsirannya lepas dari pendapat


pembuat UU dan sesuai dengan adat sehari hari.

2. Sempit - Luas

a. Pengertian sempit (restriktif), dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang


sangat dibatasi.

Contoh: Pasal 1756 KUH perdata pengertian uang logam

b. Pengertian luas (ekstentif), dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang seluas-
luasnya.

Contoh:

Pasal 1756 KUH perdata alinea ke 3 tentang mata uang juga diartikan uang
kertas.

Pasal 362 KUH Perdata dulu hanya benda yang dapat dilihat, sekarang juga
termasuk aliran listrik.

Dilihat Dari Sumbernya Penafsiran Bersifat :

1. Otentik : dibuat oleh badan legislatif, resmi, mengikat umum

2. Doktrinair/ilmiah : buku buku/hasil karya para ahli. Hakim tidak terikat, karena
mempunyai nilai teoritis.

3. Hakim : bersumber dari hakim, mengikat pada pihak-pihak yang bersangkutan dab
berlaku bagi kasus tertentu.
Penjelasan Tentang Berbagai Macam Metode Penafsiran :

1. Penafsiran Gramatikal (tata bahasa) : penafsiran menurut tata bahasa atau kata-kata

2. Penafsiran Historis/sejarah : sejarah dari undang-undang yang bersangkutan

3. Penafsiran sistematis : penafsiran menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang
lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan sehingga kita mengerti apa
yang dimaksud. Pengertian dewasa 1330 dgn 330

4. Penafsiran sosiologis/teleologis : penafsiran disesuaikan dengan keadaan masyarakat.

Pasal 362 KUHP : larangan untuk mencuri barang kepunyaan orang lain

Dahulu segala yg bisa dilihat , diraba , dan dirasakan secara rill

Tidak termasuk listrik, namun skrg berlaku karna listrik memiliki nilai

5. Penafsiran otentik : resmi, dibuat oleh pembuat uu (legislatif) bersifat subyektif


pengertian malam

6. Penafsiran perbandingan : membandingkan hukum lama dengan hukum positif yang


berlaku saat ini, antara hukum nasional dengan hukum asing dan hukum kolonial.

Hukum dalam Berbagai Arti

1. Hukum Dalam Arti Keputusan Penguasa

Hukum merupakan serangkaian peraturan peraturan tertulis, seperti Undang-undang


Dasar, Undang-Undang, Keputusa Presiden, Peraturan Pemerintah, Peraturan Mentri
dan Peraturan Daerah. Peraturan Tersebut dibuat oleh penguasa yang berwenang,
dalam hal ini badan legislative misalnya Undang-Undang dibuat oleh DPR bersama
Presiden, Peraturan Daerah dibuat oleh DPRD bersama Gubernur. Keputusan Hakim
termasuk hukum sebagai keputusan penguasa.

2. Hukum Dalam Arti Petugas


Disini yang dianggap hukum adalah para petugas penegak hukum. Mereka terutama
orang awam dalam istilah nya Apeldoorn “Men in the street” melihat para petugas
polisi, jaksa, hakim sebagai hukum karena dalam kenyataan para petugas penegak
hukum tersebut yang memang menghukum orang yang bersalah. Disini hukum
terlihat sebagai polisi yang berpatroli, jaksa yang beseragam dan hakim dengan
toganya yang mengadili perkara.

3. Hukum Dalam Arti Sikap Tindak

Hukum Dalam Arti Sikap Tindak adalah ajeng dan teratur, artinya hukum tidak
seperti bekerjanya penegak hukum yang mengatur dan memaksa masyarakat, maka
bekerjanya sikap tindak tidak terasa. Hubungan antara anggota masyarakat berjalan
biasa, dirasakan wajar dan rasional. Seperti seorang yang membeli membayar harga
barang, disini sipembeli merupakan orang yang berkesadaran hukum.

4. Hukum Dalam Arti Gejala Sosial

Filsuf Yunani, Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “Zoon Politicon” ialah
manusia makhluk yang hidup bermasyarakat, sejak lahir sampai meninggal manusia
hidup dalam pengalamannya diantara manusia yang lain. Dalam kehidupan
bermasyarakat itu manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, kebutuhan
dapat sama dapat lainbahkan kadang-kadang berlawanan/bertentangan seperti
kepentingan penjual dengan pembeli.

5. Hukum Dalam Arti Kaidah

Sebagai kaidah hukum memberikan bermacam-macam petunjuk hidup petunjuk-


petunjuk ini menentukan sikap anggota masyarakat yang lain.

Petunjuk ini wajib ditaati dan agar dapat ditaati maka hukum sebagai norma
dilengkapi unsur memaksa (dwang element) jadi hukum merupakan petunjuk hidup
yang mempunyai sifat memaksa

7. Hukum Dalam Arti Disiplin

Suatu disiplin adalah system mengenai kenyataan atau gejala-gejala yang di hadapi.
Dalam hal ini hukum dalam arti disiplin melihat hukum sebagai gejala kenyataan
yang ada ditengah-tengah masyarakat. (Dr. Soejono Dirjdosisworo,SH)
8. Hukum Dalam Arti Ilmu Hukum

Hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau yang merupakan karya manusia
yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri sistematis,
logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

9. Hukum Dalam Arti Tata Hukum

Hukum dalam arti tata hukum adalah yang sedang berlaku disuatu negara. Tata
hukum biasanya juga disebut hukum positif atau Ius constitutum.

Kamis, 13 September 2018

DISKUSI

Kamis, 20 September 2018

Kekosongan Hukum

Kekosongan hukum adalah hakim meghadapi suatu perkara yang belum diatur oleh UU, tapi
ada persamaannya dengan hal yang diatur UU.

Pekerjaan pembuat Undang-undang memiliki 2 aspek yaitu :

1. Pembuat undang-undang hanya menetapkan peraturan peraturan umum saja.


Pertimbangan pertimbangan tentang hal-hal yang konkret diserahkan kepada hakim.

2. Pembuat undang-undang selalu ketinggalan dengan kejadian kejadian sosial yang


timbul kemudian di dalam masyarakat, maka hakim sering menambah UU itu.

Jika hakim menambah peraturan perundang-undangan, berarti bahwa hakim mengisi


kekosongan (leemten) dalam sistem hukum formil dari tata hukum yang berlaku.

Scholten berpendapat : hukum itu merupakan suatu sistem terbuka (open system).
Pendapat ini timbul berdasarkan pertimbangan tentang pesatnya kemajuan dan
pertumbuhan masyarakat.

Mengapa Indonesia asas bebas dari barat, asas precedent hukum adat
Hukum adat : keputusan ketua adat (tetap)

Asas-asas Yurisprudensi

Asas precedent : hakim terikat kepada keputusan-keputusan yang lebih dahulu dari hakim-
hakim yang sederajat atau oleh hakim yang lebih tinggi.

Asas bebas : kebalikan dari azas precedent yaitu hakim tidak terikat kepada keputusan-
keputusan hakim sebelumnya pada tingkat sejajar atau kepada Hakim yang lebih tinggi

Dogmatik hukum : tidak berubah

Yuridis dogmatik/normatik dogmatik : tujuan hukum semata mata untuk menciptakan


kepastian.

Ketertiban, keadilan, kebahagiaan.

Membuat Pengertian Hukum

Membuat pengertian hukum adalah suatu perbuatan yang mencari asas hukum yang menjadi
dasar peraturan hukum yang bersangkutan.

Pengahalusan Hukum

Pengahalusan hukum adalah memperlakukan hukum sedemikian rupa (secara halus)


sehingga seolah-olah tidak ada pihak yang disalahkan.

Penghalusan hukum dengan cara mempersempit berlakunya suatu pasal merupakan kebalikan
daripada analogi hukum.

Sumber Hukum

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan
memaksa sehingga apabila peraturan peraturan itu dilanggar akan terkena sanksi.

Sumber hukum dari segi yuridis :

a. Sumber hukum materiil : sumber hukum dilihat dari segi isinya

Contoh : KUH Pidana mengatur tentang pidana umum, kejahatan dan pelanggaran.
KUH Perdata mengatur tentang masalah orang sebagai subyek hukum, barang
sebagai objek hukum, perikatan, perjanjian, pembuktian dan kadaluarsa.

b. Sumber hukum formal : sumber hukum dilihat dari segi yuridis dalam arti formal yaitu
sumber hukum dari segi bentuknya yang lazimnya terdiri dari :

1. UU

2. kebiasaan

3. Traktat

4. Yurisprudensi

5. Doktrin

Kamis, 18 Oktober 2018

 Subyek Hukum

1.Pengertian Hukum

Subyek Hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.

Hak adalah wewenang yang diberikan hukum obyektif kepada subyek hukum.

Kewajiban adalah beban yang diberikan oleh obyektif hukum kepada subyek hukum.

Jadi siapa yang menjadi subyek hukum ? Pada dasarnya yang dapat menjadi subyek hukum
adalah manusia/ person dan badan hukum.

2.Ada dua pengertian manusia/person sebagai subyek hukum,yaitu :

A. Natuurlijk person adalah mens persoon, yang disebut orang atau manusia pribadi.
B. Rechtsperson adalahyang berbentuk badan hukum yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Publiek rechts-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum.
Seperti: Negara,Daerah Tk. I, Tk. II Desa.
2. Privat rechtspersoon, yang mempunyai sifat /adanya unsur kepentinga
individual. Seperti : Partai politik dan Golongan Karya didirikan dan
dimasukan oleh warga negara sebagai alat saran demokrasi,yang akan
mewakili kepentingan rakyat seperti: MPR,DPR,DAN DPRD.
Dapatkah hewan menjadi subyek hukum ?

Jawab: Tidak. Karena, meskipun hewan itu makhluk hidup dan bernyawa tetapi menurut
hukum tidak mempunyai hak dan kewajiban seperti: manusia. Seandainya hewan itu
merupakan subyek hukum maka hewan-hewan yang kita potong sehari-hari seperti: Ayam,
Sapi, kerbau,dan lain-lain akan menuntut hak dan keadilan. Hewan-hewan yang dimaksud
akan memprotes dan mengajukan tuntutan ke pengadila atas perbuatan manusia yang setiap
hari memotong jutaan hewan yang harus diberi Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal-hal
tersebut maka hanya manusialah yang tepat untum menjadi subyek hukum.

3.Badan Hukum sebagai subyek hukum

Badan hukum adalah suatu kumpulan orang-orang yang mengadakan kerja sama dan atas
dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh hukum.

4. Syarat-syarat Badan Hukum

- memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya.

- Hak dan kewajiban badan hukun terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya.

5. Macam-macam Badan Hukum

A. Menurut bentuknya badan hukum dibedakan menjadi dua yaitu :

 Badan hukun publik (publiek rechtspersoon),


Badan hukum publik Ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik
yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau negara pada umumnya.
Contohnya : pertamina, didirikan berdasarkan Undang-undang No.8 tahhn 1971.
 Badan hukum privat (privat rechtspersoon),
Badan hukum privat ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau
perdata yang menyangkut kepentingan pribadi didalam badan hukum itu. Contohnya:
Badan wakaf, yayasan, PT, koperasi.

B.Menurut jenisnya Badan hukum dapat dibagi dalam dua jenis golongan, yaitu:

 Korporasi
Korporasi merupakan suatu gabungan orang-orang yang dalam peegaulan hukum
bertindak bersama sebagai satu subyek hukum tersendiri (personifikasi).
 Yayasan
Yayasan merulakan tiap kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan kekayaan orang
atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu.

 Hubungan Hukum

1.Pengertian Hukum

Hubungan Hukum adalah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum dimana hak dan
kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.

Contohnya: A menjual rumah pada B. Perjanjuan ini menimbulkan hubungan antara A dan B
yang diatur oleh hukum. A wajib menyerahkan rumah kepada B. Sebaliknya B wajib
membayar harga rumah kepada A dan berhak meminta rumah kepada A. Apabila salah satu
pihak tidak mengindahkan kewajibannya maka hakim akan menjatuhkan sanksi hukum.
Hubungan A dan B yang diatur oleh hukum ini diberi nama “Hubungan Hukum atau
Rechtsbetrekking”.

2.Unsur-Unsur Hubungan Hukum

Hubungan Hukum memiliki 3 unsur sebagaj berikut :

A. Adanya orang-orang yang hak/kewajibannya saling berhadapan.


B. Adanya obyrk yang berlakuberdasarkan hak dan kewajiban.
C. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya
hubungan atas obyek yang bersangkutan.

3.Syarat-Syarat Hubungan Hukum

- Adanya 2 subyek/lebih

- Adanya obyek, dan

- Adanya peraturan hukum.

4.Jenis-Jenis Hubungan Hukum

 Hubungan Hukum yang bersegi satu (eenzijdige-rechtsbetrekkingen), jadi dalam


hubungan hukum bersegi satu ini hanya ada satu pihak saja berupa memberikan
sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuat. Contohnya: Tiap perikatan untuk
berbuat sesuatu,atau untuk tidak berbuat sesuatu diatur dalam pasal 1239 s/d 1242
KUH Perdata. Pasal 1239 KUH Perdata berbunyi : “Tiap-tiap perikatan untuj berbuat
sesuatu,atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban penggantian biaya,
rugi, dan bunga.”
 Hubungan Hukum bersegi dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen), Adanya
perjanjian kedua belah pihak yang menimbulkan hubungan hukum. Contohnya: Jual-
beli, Sewa-menyewa.
 Hubungan antara “satu” subyek hukum dengan “semua” subyek hukum
lainnya, jadi Hubungan ini terdapat dalam hal “eigendomsrecht” (hak milik).
Contohnya: Menurut pasal 570 KUH Perdata, yang menjadi pemilik tanah
berhak/berwenang memungut segala kenikmatan dari tanah itu,asal saja pemungutan
kenikmatan itu tidak dilakukan secara bertentangan dengan peraturan hukum atau
bertentangan dengan kepentingan umum. Pemilik berhak pula memindah-tangankan
atau vervreemden (menjual, memberi, menukar, mewariskan) secara legal. Sebaliknya
“semua” subyek hukum lainnya berkewajiban mengakui bahwa yang mempunyai
tanah adalah pemiliknya dan berhak memungut segala kenikmatan dari tanah itu.

Jadi, Tiap-tiap hubungan hukum akan menimbulkan hak dan kewajiban.

 Obyek Hukum

1.Pengertian Obyek Hukum

Obyek Hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia/badan
hukum) dan yang dapat menjadi pokok oermasalahan dan kepentingan bagi para subyek
hukum, oleh karenanya dapat dikuasai oleh subyek hukum. Contohnya: A dan B mengadakan
perjanjian jual-beli rumah. Rumah adalah obyek hukum. Pada umumnya obyek hukum
adalah benda atau zaak.

2.Macam-macam benda atau zaak

Menurut pasal 503, 504,dan 505 KUH Perdata,dan sehubung dengan perundang-undangan
lainnya, benda atau zaak dapat dibagi dalam kelompok :
A. Benda yang bersifat kebendaan atau materieele goederen. Yang dapat dibagi lagi atas
:
- Benda bersetubuh atau benda berujud (lichamelijke zaken), benda ini sifatnya
dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan panca indra.
- Benda tak bertubuh atau benda tak berujud (onlichamelijkezaken), benda ini
hanya dapat dirasakan oleh panca indra saja, tidak dapat dilihat dan dirasakan.
Dan tidak dapa direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Contohnya: merek,
perusahaan, hak cipta, musik.

3.Manusia sebagai obyek hukum

Dapatkah manusia menjadi obyek hukum ?

Jawabannya : Dapat, karena sepanjang hak dan kewajibannya sebagai subyek hukum
dilenyapkan atau dicabut.

 Hak

1.Pengertian Hak

Hak adalah wewenang yang diberikan hukum obyektif kepada subyek hukum.

2.Macam-macam Hak

o Hak Mutlak, ialah setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan kepada
subyek hukum untuk berbuat sesuatu atau bertindak akan memperhatikan
kepentingannya. Hak mutlak dapat dibagi menjadi 3,yaitu:
A. Hak pokok (dasar) manusia/asasi
Hak pokok manusia menjadi hak yang hukum berikan kepada manusia, yang
disebabkan hal oleh sesuatu berdasarkan hukum yang kelahirannya secara
langsung menimbulkan hak-hak itu. Contohnya: Pasal 26 Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 yang memberikan hak-hak kepada warga negara Indonesia,yang
berbunyi :
1. Setiap orang berhak mempungai milik, baik sendri maupun bersama dengan
orang lain.
2. Seorang tidak boleh dirampas miliknya dengan semena-mena.
3. Hak milik itu adalah suatu fungsi sosial.
B. Publik Absolut
Contohnya: Hak bangsa atau kemerdekaan dan kedaulatan seperti yang tersebut
dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Kedaulatan
adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawararan
Rakyat”. Dan Hak pemerintah untuk memungut pajak dari rakyatnya (pasal 23 ayat 2
UUD 1945).

C. Sebagian dari hak privat (Keperdataan), yang terdiri dari :


1. Hak Pribadi Manusia, yaitu hak atas dirinya yang oleh hukum diberikan kepada
manusia.
2. Hak Keluarga Absolut, yaitu hak yang ditimbulkan karena hubungan antara
anggota keluarga yang satu dengan yang lain. Hak keluarga ini ada beberapa macam,
yaitu: Hak pengampun, Hak marital, Hak orang tua Ouderlijke macht, Hak perwalian.
3. Hak atas kekayaan, adalah hak yang dapat dihargai dengan uang (op geld
waardeerbare rechten), yang terdiri dari :
- Hak kebendaan (zakenlijke rechten), adalah kekuasaan absolut yang oleh hukum
diberikan kepada subyek hukum supaya dengan langsung menguasai benda di dalam
tangan siapapun juga benda itu berasa. Contohnya: A sebagai pemilik tanah dapat
menguasai langsung (heerschappy) tidak disebabkan oleh suatu hubungan hukhm
dengan subyek hukum,karena perjanjian misalnya A menyewa tanah dari B. A
menguasai tanah tersebut karena adanya hubungan perjanjian dengan B.
- Hak atas benda immateriil (rechten op immaterieele goederen), Contohnya:
barang ciptaan.

o Hak Relatif (Nisbi), ialah setiapa kekuasaan/kewenangan yang oleh hukum diberikan
kepada subyek hukum lain/tertenty supaya ia berbuat sesuatu, tidaj berbuat sesuatu
atau memberi sesuatu. Contohnya A meminjamkan uang kepada B.
Hak relatif dapat dibagi dalam :
1. Hak publik relatif
Contohnya: Hak dari negara untuk menghukum pelanggar menurut
undang-undang pidana. Hak dari negara untuk memungut pajak bea dan
cukai (pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945) yang berbunyi:
“Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang”.
Jadi, Hak-hak tersebut menjadi hak relatif karena hanya dapat dilakukan
terhadap seorang (subyek hukum) tertentu, yakni terhadap pelanggar
(orang) terhadap yang wajib membayar pajak, bea dan cukai.
2. Hak keluarga relatif
Contohnya: Hak keluarga relatif terdapat pada pasal 103 KUH Perdata
yang berbunyi: “Suami dan istri, dengan mengikat diri dalam suatu
perkawinan dan hanya karena itupun, terikatlah mereka dalam suatu
perjanjian bertimbal balik, akan memelihara dan mendidik sekalian anak
mereka,”
3. Hak kekayaan relatif
Hak kekayaan relatif adalah semua hak kekayaan yang bukan hak
kebendaan atau barang ciptaan manusia.

Kamis, 25 Oktober 2018

 Peristiwa Hukum

1.Pengertian Peristiwa Hukum

Peristiwa Hukum adalah Suatu peristiwa atau kejadian sehari-hari yang akibatnya diatur oleh
hukum.

Kapan suatu peristiwa dapat dikatakan peristiwa hukum ?

Jawabannya : Suatu peristiwa dapat dikatakan peristiwa hukum apabila peristiwa itu oleh
peraturan hukum dijadikan peristiwa hukum.

2.Macam-Macam Peristiwa Hukum

A. Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hukum


Contohnya: kelahiran, kematian, lingkungan hidup,j ual-beli, sewa-menyewa,
perjanjian negara.
Kejadian peristiwa itu dapat terjadi karena: Perbuatan Manusia dan Keadaan.
Suatu peristiwa dapat menimbulkan akibat hukum. Seperti: Pasal 1239 KUH Perdata,
yang berbunyi: “Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidsk berbuat sesuat
apabila tidak dipenuhi kewajiban itu oleh si berutang maka ia berkewajiban
memberikan penggantian biaya rugi dan bunga”.
Dari contoh tersebut terlihat bahwa adanya peristiwa-peristiwa tidak memenuhi
kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sama sekali, akibat hukumnya mengganti
biaya, rugi, dan bunga.
B. Peristiwa hukum tunggal dan peristiwa hukum
Peristiwa hukum tunggal hanya terdiri dari satu peristiwa saja. Contohnya: Hibah
(pemberian).
Peristiwa hukum majemuk, terdiri lebih dari satu peristiwa. Contohnya: Sebelum
perjanjian kredit akan erjadi perundingan, penyerahan uang, dan dipihak lain
penyerahan barang bergerak sebagai aminan gadai. Dengan pengembalian uang, maka
dipihak lain berarti pengembalian barang jaminan.
C. Peristiwa hukum sepintas dan peristiwa hukum terus-menerus
- Peristiwa hukum sepintas, seperti: Pembatalan perjanjian tawar menawar.
- Peristiwa hukum terus-menurus, seperti: Perjanjian sewa-menyewa. Uang
sewa-menyewa tersebut berjalan bertahun-tahun.

D. Peristiwa hukum positif dan peristiwa hukum negatif


Menurut isinya peristiwa hukum dapat dijadikan sebagai:
Skema peristiwa hukum menurut isinya.
Peristiwa Hukum
Menurut Isinya

Peristiwa Hukum karena


Peristiwa Hukum karena
perbuatan oleh
perbuatan subyek hukum
hukum/perbuatan lainnya

Perubuatan Perbuatan yang Perkembangan Kejadian-


Keadaan yang
Hukum bukan perbuatan pisik kejadian
nyata
hukum kehidupan lain

1.Perbuatan 1.Perbuatan yang tidak 1.Kepailitan 1.Kedewasaan


bersifat dilarang.
2.Lewat - 2.Kelahiran
sederhana/bersegi (Zaakwaarneming,
waktu
satu. Onverschuldigdebetaling 3.Kematian
(Aquisitif,eks
, Onrechtmatige)
2.perbuatan hukum tinktif)
bersifat tidak 2.Perbuatan yang
sederhana/bersegi dilarang/bertentangan
dua atau lebih. dengan hukum.

 Perbuatan Hukum

1.Pengertian Perbuatan Hukum

Perbuatan Hukum adalah Setiap perbuatan manusia yang dilakukan sengaja untuk
menilbulkan hak dan kewajiban.

Hukum dapat dibedakan, ada beberapa macam hukum, yaitu:

a. Menurut sumber, hukum dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:


- Hukum Undang-Undang, ialah hukum yang tercantumkan dalam perUndang-
Undangan.
- Hukum Kebiasaan atau Adat, ialah hukum yang terdapat dalam
kebiasaan/adat.
- Hukum Traktat, ialah hukum yang tetapkan dua atau beberapa negara.
- Hukum Yurisprudensi, ialah Hukum yang terbentuk karena keputusan
pengadilan.
- Hukum ilmu Doktrin, ialah hukum yang dibuat oleh ilmu hukum yaitu hukum
yang terdapat dalam pandangan ahli-ahli hukum yang terkenal.
b. Menurut isinya, hukum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Hukum Publik, adalah hukum yang mengatur hubungan hukum yang
menyangkut kepentingan. Seperti: Pidana, Tata Negara.
- Hukum Privat, adalah Hukum yang mengatur hubungan hukum yang
menyangkut pribadi.
c. Menurut ketentuan berlaku
d. Menurut pemeliharaannya
e. Menurut tempat berlakunya

Imperatif adalah hukum tidak ada dikesampingkan oleh dua belah pihak.

Vakutatif adalah hukum yang dapat dikesampingkan.

Kamis, 01 November 2018

A. Lembaga Hukum
Lembaga hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hukum yang mengandung
beberapa persamaan (anasir-anasir) atau bertujuan mencapai suatu objek yang sama.
Oleh karena itu maka himpunan peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai
perkawinan dinamakan “lembaga hukum perkawinan”, himpunan peraturan-peraturan
yang mengatur perceraian dinamakan “lembaga hukum perceraian” dengan demikian
dalam huum positif terdapat banyak sekali lembaga-lembaga hukum itu, seperti”
1. Lembaga hukum jual beli,
2. Lembaga hukum tukar menukar,
3. Lembaga hukum sewa menyewa,
4. Lembaga Hukum Perkawinan,
5. Lembaga Hukum Perceraian.

Yang tidak hanya diatur dalam hukum perdata barat. Melainkan yang terdapat
dalam hukum adat maupun hukum islam. Lembag-lembaga hukum tersebut
mempunyai persamaan, bersama-sama merupakan suatu “lapangan hukum” dengan
demikian semua lembaga hukum eropa bersama-sama merupakan suatu lapangan
hukum yang lapangan hukum.

Semua lembaga hukum adat indonesia bersama-sama merupakan satu lembaga


hukum yang dinamakan “Hukum Indonesia” antara lapangan hukum eropa dan
lapangan hukum adat indonesia memang mempunyai perbedaan yang prinsipil tetapi
juga ada persamaannya.

B. Azas Hukum
Azas hukum adalah dasar dari peraturan-peraturan hukum, yang
mengkualifikasikan/menjeniskan beberapa peraturan hukum sehingga peraturan
peraturan hukum itu bersama-sama merupakan satu lembaga hukum.
 Menurut Soecipto Raharjo, Azas hukum merupakan pokok pikiran yang
bersifatumum yang menjadi latar belakang dari peraturan hukum yang konkrit.
 Menurut tujuan uu, Azas hukum adalah jiwanya peraturan hukum karna yang
merupakan dasar lahirnya peraturan hukum ialah rasio legisnya.

Seperti halnya norma hukum persamaan maka azas hukum juga merupakan
petunjuk hidup. Akan tetapi diantara norma hukum dan azas hukum terdapat
perbedaan yang prinsipil.

Norma hukum adalah petunjuk hidup yang diberi sanksi atas pelanggaranya.
Sedangkan azas hukum adalah petunjuk hidup yang tidak diberi sanksi atas
palanggaranya. Peraturan hukum adalah perumusan atau kristalisasi dari azas hukum
yaitu perumusan yang diberi sanksi. Azas hukum merupakan sistem material dari
hukum kadang-kadang azas-azas hukum disebut dengan jelas dalam undang-undang,
dalam hal ini sama hukum identik dengan norma hukum (kalau dituliskan dalam UU)
seperti: azas praduga tak bersalah Pasal 5 UU No.14 tahun 1970 (yang sudah diganti)
dengan UU Tahun 2004 tentang pokok kehakiman.

Contoh azas praduga tak bersalah: Tiap-tiap orang yang belum dihukum itu belum dianggap
bersalah kalau belum ada keputusan dari pengadilan.
“Azas Nullum Delictum Nulla Poena.” Artinya: Tidak ada suatu perbuatan yang dapat
dihukum kecuali atas kekuatan peraturan per-UU yang sudah ada terlebih dahulu. Diatur
dalam pasal 1 ayat 1 KUHP. Berikut Azas pactasunt servanda, yang disebut dalam pasal 1338
KUH Perdata. Akan tetapi yang lebih sering azas-azas hukum itu tidak disebut dengan jelas
dalam UU. Apabila azas-azas hukum itu tidak disebut dengan jelas dalam UU maka azas
hukum dapat sicari dengan cara membandingkan beberapa peraturan per-UU yang diduga
mengandung persamaan dan berdasarkan penafsiran menurut sejarah dalam undang-undang.
Persamaan yang dikehendaki pembuat undang-undang itu lebih azas hukum yang menjadi
dasar peraturan per-UU yang bersangkutan. Contohnya: Berdasarkan perbandingan antara
pasal 27,34,60,64,86 BW dan pasal 279 wps. Pasal 27,34,60,64,86 BW berdasarkan
penyelidikan penetapan pasal-pasal tersebut maka dapat diketahui azas hukum perkawinan
disebut azas hukum monogamani.

Dengan demikian, Azas hukum ditemukan dan disimpulkan langsung maupun tidak langsung
dalam peraturan-peraturan hukum pada hakikatnya mengandung unsur azas-azas hukum yang
bersangkutan. Oleh karena, azas hukum terkandung dalam peraturan-peraturan hukum.
Sedangkan peraturan-peraturan hukum dalam mesyarakat sifatnya tidak tetap karena
senantiasa mengikuti perubahan dari perkembangan yang hidup dalam masyarakat.

Schaolthn sebagaimana dikutip sudikno mertokuruno dalam bukunya menyebutkan ada 5


Azas hukum umum, yaitu:

 Azas kepribadian, dalam azas kepribadian diakui bahwa manusia adalah subyek
hukum, penyandang hak dan kewajiban dan adanya kebebasan individu.
 Azas persekutuan, dalam azas persekutuan yang dikehendaki adalah persatuan,
kesatuan, keutuhan masyarakat dan cinta kasih antar sesama.
 Azas kesamaan, dalam azas kesamaan dikehendaki adanya keadilan, setiap orang
yang kedudukannya didalam hukum “equality before the law.” Artinya setiap orang
harus diperlakukan sama dimuka hukum.
 Azas kewibawaan, dalam azas kewibawaan diperkirakan adanya ketidaksamaan.
 Azas pemisahan antara baik dan buruk, dari ke-4 azas hukum yang disebutkan
pertama didukung oleh pikiran bahwa dimungkinkan pemisahan antara yang baik dan
buruk.
Ke-4 Azas yang disebut pertama terdapat dalam setiap hukum. Tidak ada sistem hukum yang
tidak mrngenal ke-4 azas hukum tersebut.

Azas Hukum nasional di Indonesia.


Azas hukum nasioanl di Indonesia telah dirumuskan dalam seminar hukum ke-4 tahun
1979 yaitu adalah :
1. Azas manfaat ,
2. Azas usaha bersama dan kekeluargaan ,
3. Azas demokrasi ,
4. Azas adil dan merata ,
5. Azas berkeprikehidupan dalam keseimbangan ,
6. Azas kesadaran hukum , dan
7. Azas kepercayaan pada diri sendiri.
Sistem Hukum.
Sistem hukum adalah peraturan – peraturan hukum itu tidak berdiri sendiri , tetapi
mempunyai hubungan satu sama lain , sebagai konsekuensi adanya keterkaitan antara
aspek – aspek kehidupan dalam masyarakat.
 Bell Proid menyebut sistem hukum sebagai suatu rangkaian kesatuan
peraturan – peraturan hukum yang disusun secara tertib menurut azas –
azasnya. Oleh R. Soebekti sistem hukum diartikan sebagai suatu susunan atau
tatanan yang teratur , suatu keseluruhan yang terdiri atas sebagian – sebagian
yang berkaitan satu sama lain , tersusun menurut satu rencana / pola hasil dari
suatu pemikiran untuk mencapai suatu tujuan.
 Sudikno Mertokusumo menyatakan sistem hukum adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari unsur – unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem hukum adalah suatu
kesatuan peraturan – peraturan hukum yang terdiri atas bagian-bagian
(hukum) yang mempunyai kaitan / interaksi satu sama lain tersusun
sedemikian rupa.
 Scolter mengatakan bahwa sistem hukum merupakan kesatuan :
Didalam sistem hukum tidak ada peraturan hukum yang bertentangan dengan
peraturan – peraturan hukum lain dari sistem itu.

Contoh : KUHP ( Tidak ada yang bertentangan


Kamis, 08 November 2018

 Penggolongan dan Klasifikasi Hukum

1. Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya


a. Hukum undang-undang, yakni hukum yang terletak di dalam peraturan perundang-
undangan.
b. Hukum kebiasaan, yakni hukum yang berlaku di dalam peraturan- peraturan atau
kebiasaan
c. Hukum traktat, yakni hukum yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu
perjanjian antar negara (traktat)
d. Hukum yurisprudensi, yakni hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim.
e. Hukum ilmu, yakni hukum sebetulnya saran-saran, yang dibuat oleh para ahli dan yang
berkuasa.

2. Penggolongan hukum berdasarkan kekuasaannya


a. Hukum nasional, yakni hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.

b. Hukum internasional, yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan hukum
antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara
universal. Artinya, dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara yang
mengikatkan diri dalam perjanjian internasional (traktat) tertentu dan dapat juga mengikat
negara lain yang tidak termasuk dalam perjanjian tersebut.
c. Hukum asing, yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.

3. Penggolongan hukum berdasarkan bentuknya


a). Hukum tertulis adalah hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan.
berdasarkan bentuknya dapat dibedakan ke dalam 2 macam yakni :
- Hukum tertulis yang dikodifikasikan. Yakni hukum yang disusun lengkap, sistematis,
teratur serta dibukukukan, sehingga tidak lagi diperlukan peraturan pelaksanaan. Contoh
hukum tertulis yang dikodifikasikan misalnya KUH Pidana, KUH Perdata dan KUH
Dagang.
- Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yakni hukum yang walaupun tertulis, akan
tapi tidak disusun dengan sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah. Karenanya
hukum ini sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan di dalam penerapannya.
Contoh undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan presiden.

b). Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan
dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan
tumbuh di kalangan masyarakat tersebut.

4. Penggolongan hukum berdasarkan waktu berlakunya


a). Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi
suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia

b). Ius Constituendum (hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku
pada waktu yang akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).

c). Hukum asasi atau hukum alam adalah hkum yang berlaku dimana saja, kapan saja dan
untuk siapa saja.

5. Penggolongan hukum berdasarkan fungsinya dan pemeliharaannya


a. Hukum material, adalah hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal –hal yang dibolehkan
untuk dilakukan. Contohnya hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang dan
sebagainya.

b. Hukum formal, adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan
dan melaksanakan hukum meterial. Contohnya Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hukum
Acara Perdata dan sebagainya.
6. Penggolongan hukum berdasarkan kekuatan berlakunya
a. Hukum yang memaksa, adalah hukum yang bila diterapkan untuk keadaan bagaimana
pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contoh, hukuman bagi orang yang
melakukan pembunuhan, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.

b. Hukum yang mengatur, adalah hukum yang dapat dikesampingkan ketika pihak-pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri berupa suatu perjanjian. Dengan
kata lain, hukum ini mengatur hubungan antar individu yang baru dapat diberlakukan bila
yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum
(undang-undang). Contoh ketentuan dalam pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan
undang-undang), yang baru memungkinkan untuk dilaksanakan jika tidak terdapat surat
wasiat (testamen).

7. Penggolongan hukum berdasarkan wujudnya


a. Hukum objektif, adalah hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara
umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.

b. Hukum subjektif, yakni hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap
seorang atau lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak.

8. Penggolongan hukum berdasarkan isinya


a) Hukum publik, adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan
individu atau warga negaranya, yang menyangkut tentang kepentingan umum atau publik.
Hukum publik dapat dibagi lagi ke dalam :
• Hukum Pidana, yang mengatur terkait pelanggaran dan kejahatan, serta memuat
larangan dan sanksi.
• Hukum Tata Negara, yang mengatur terkait hubungan antara negara dengan bagian -
bagiannya.
• Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yang mengatur tentang tugas dan
kewajiban para pejabat negara.
• Hukum Internasional, yang mengatur terkait hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sejenisnya.

b) Hukum privat (sipil), yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan antara
individu satu dengan individu lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat
dapat dibagi lagi dalam:
• Hukum Perdata, yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu secara
umum. Contoh hukum perdata seperti hukum keluarga, hukum perjanjian hukum
kekayaan, hukum waris, , dan hukum perkawinan.
• Hukum Perniagaan (dagang), yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu
di dalam kegiatan perdagangan. Contoh hukum dagang yakni hukum tentang jual beli,
hutang piutang, hukum untuk mendirikan perusahaan dagang dan sebagainya.

 Aneka cara pembedaan hukum

Cara membedakan hukum, yaitu:


a. Ius Contitutum dan Ius Contituendum
- Ius Contitutum adalah hukum yang berlaku sekarang.
- Ius Contituendum adalah hukum yang dicita-ciatakan agar berlaku di masa yang
akan dating.

b. Hukum Alam dan Hukum Positif


- Hukum alam adalah hukum yang tidak bergantung pada manusia, berlau dimana
saja, kapan saja dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang menjelaskannya.
Hukum positif adalah hukum yang berlaku sekarang.

c. Hukum Imperatif dan Hukum Fakultatif

- Imperatif (memaksa) adalah hukum tidak ada dikesampingkan oleh dua belah
pihak.

- Vakutatif (mengatur) adalah hukum yang dapat dikesampingkan.

d. Hukum Subtantif dan Hukum Adjektif


- Hukum subtantif adalah hukum yang beisi pasal-pasal hukum seperti KUH
Perdata dan KUHP.

- Hukum Adjektif adalah hukum yang berisi hukum secara formil.

e. Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis


- Hukum tertulis adalah hukum undang-undang, hukum perjanjian anatara negara
dengan sebagian hukum adat.
- Hukum tidak tertulis adalah hukum yang bebas dari bentuk-bentuk tertentu.

Anda mungkin juga menyukai