Skripsi Hera Fix
Skripsi Hera Fix
Skripsi Hera Fix
MODERN AN-NUQTHAH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh :
Dewi Kos Herawati Sapitri
NPM : (1819.01.024)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh :
Dewi Kos Herawati Sapitri
NPM : (1819.01.024)
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NPM : 1819.01.024
1. Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip
dari karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil jiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan sanksi yang berlaku dilingkungan
STAI Binamadani dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Tangerang,...............................
Yang menyatakan,
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Oleh :
NPM : 1819.01.024
Tanggal :.................................
2 Sekretaris
3 Penguji I
4 Penguji II
Tangerang,.................................
Mengesahkan
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Binamadani
iv
KATA PENGANTAR
v
8. Bapak Dr. Fuad Masykur, M. A selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberi motivasi, bimbingan, dan pengarahannya kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Ferdinal Lafendry, MM. M. A selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberi motivasi, bimbingan, dan pengarahannya
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh pada dosen dan segenap civitas STAI Binamadani yang
telah banyak memberikan fasilitas, kemudahan, dan pengetahuan
kepada penulis dalam menyeselaikan penulisan skripsi ini.
11. Ayah dan Mamah serta keluarga tercinta, terkasih dan tersayang,
yang tiada henti mencurahkan kasih sayang do’a serta semangat
dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
viii
4. Santri ................................................................................... 31
a. Pengertian Santri ............................................................ 31
5. Pondok Pesantren................................................................. 34
a. Pengertian Pondok Pesantren .......................................... 34
6. Jenis Pesantren ..................................................................... 40
a. Pesantren Tradisional ...................................................... 40
b. Pesantren Modern ........................................................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ... 44
B. Visi dan Misi Lembaga ............................................................ 46
C. Moto Pondok ........................................................................... 46
D. Panca Jiwa Pondok .................................................................. 46
E. Tujuan Berdirinya Lembaga .................................................... 47
F. Profil Pesantren ........................................................................ 47
G. Sarana dan Prasarana ................................................................ 47
H. Waktu Penelitian ...................................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian......................................................................... 66
B. Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 95
B. Saran ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 97
LAMPIRAN ........................................................................................... 101
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia, 2003), h. 4.
1
sekolah atau sarjana yang cerdas dan kreatif, namun memiliki
mental dan moral yang lemah. Kecerdasan banyak disalahgunakan,
seperti melakukan penipuan melalui pesan singkat ditelepon
genggam. Tidak jarang para pakar bidang moral dan agama yang
sehari-hari mengajar kebaikan, namun perilaku mereka tidak
sejalan dengan ilmu yang diajarkannya.2
Dalam dunia pendidikan telah hangat dan banyak dibicarakan
mengenai pendidikan karakter. Dengan fakta yang menunjukkan
bahwa karakter bangsa pada zaman globalisasi ini merosot dengan
ِ ُ صُىْ ُء ْال ُخلkarena
sangat tajam. Dalam mahfudzhot menjelaskan ق َُ ْع ِدي
“kerusakan akhlak itu menular” Hal ini lah yang melatarbelakangi
munculnya pendidikan berkarakter. Pendidikan sendiri dianggap
sebagai suatu media yang paling jitu dalam mengembangkan
potensi anak didik baik berupa keterampilan maupun wawasan.
Oleh karena itu, pendidikan secara terus-menerus dibangun dan
dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan
generasi yang diharapkan.3
Karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak, yang melekat
pada pribadi seseorang yang terbentuk dari hasil iternalisasi yang
digunakan sebagai landasan untuk berfikir dan berperilaku
sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada individu tersebut.
Karakter individu akan berkembang dengan baik, apabila
memperoleh penguatan yang tepat, yaitu berupa pendidikan.4
2
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, “Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karkter Anak yang Islam”i, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016, h. 6.
3
E Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013, h. 1.
4
Binti Maunah, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan
Kepribadian Holistik Siswa”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun V, No. 1, April (2015),
h. 92.
2
Pada zaman yang kini semakin modern, perkembangan
kebutuhan hidup manusia mengalami perubahan. Sehingga
menuntut terjadinya peningkatan gaya hidup dengan kemajuan
teknologi yang memudahkan kehidupan masyarakat, hal ini
cenderung berdampak pada perkembangan remaja yang lebih
mudah terpengaruh oleh modernitas. Karena, usia remaja adalah
masa di mana mereka sedang mencari jati dirinya, masa di mana
segala hal ingin mereka coba, dan terbilang labil dalam mengambil
keputusan. Sebagian besar remaja saat ini menyalahgunakan gaya
hidup yang mengikuti budaya barat, dari cara berpakaian, hiburan,
perilaku pergaulan bebas dan mengabaikan nilai-nilai spiritual.
Sehingga banyak para remaja yang tidak mengetahui bagaimana
memaknai kehidupannya menjadi lebih baik. Untuk itu perlu
adanya bekal agama yang kokoh, sehingga para remaja tidak
mudah terbawa arus pergaulan yang bebas dizaman yang modern
ini.5
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari–hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.6
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tetap
istiqomah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat
pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi ad-dien),7 terutama
5
Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan
Spiritual The Esq way 165 jilid 1”, (Jakarta: ARGA Publishing, 2001), h. 13.
6
Dharma Kesuma, “Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012, h. 5.
7
Abdullah Syukri Zarkasyi, “Gontor dan Pembaharuan Pendidikan
Pesantren”, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada: 2005, h. 1.
3
pendidikan karakter (akhlak). Pondok pesantren sebagai
pendidikan tertua di Indonesia, bahkan jauh sebelum negara ini
berdiri, sebelum Indonesia merdeka8 yang hingga kini menjadi aset
bangsa yang cukup mengakar dalam kehidupan masyarakat, dan
telah mencetak kader-kader ulama, pemimpin umat, mencerdaskan
masyarakat, berhasil menanamkan semangat berdikari, dan
memiliki potensi untuk menjadi pelopor pembangunan
dilingkungannya. Pondok pesantren bisa dipandang sebagai
lembaga ritual, lembaga pembinaan mental, lembaga dakwah,9 dan
yang paling populer adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang
mengalami romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai
tantangan internal maupun eksternal. Namun dengan kemajuan
teknologi dan informasi yang sudah tak terkendali, yang
mengakibatkan berbagai macam perkembangan dan perubahan
dalam lini kehidupan manusia, baik yang positif maupun yang
negatif, tentunya merombak perilaku manusia pada zaman ini.10
Banyak pondok pesantren yang tersebar luas di berbagai kota
di Negara Indonesia, pastinya menjadikan banyak orangtua merasa
bingung untuk memilih salah satunya. Akan tetapi sebenarnya
semua pondok pesantren memiliki banyak kesamaan terkait sistem
belajar mengajar yang diterapkan.
Pondok pesantren modern an-nuqthah memiliki arti sebuah
titik. Yang mana juga memiliki arti sebagai awalan sebuah langkah
yang besar maupun penanda dari perubahan besar. Ponpes ini
8
Dirjen kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, “Pondok Pesantren
dan Madrasah Diniyah”, Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: 2003, h. 1.
9
Hamidi Jazim dan Lutfi Mustafa, “Enterpreneurship Kaum Sarungan”,
Jakarta, Khalifa: 2010, h. 45.
10
Hedari Amin, dkk, “Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern”,
Jakarta, Diva Pustaka: 2004, h. 115.
4
didirikan oleh Kiai Zuhri Fauzi yang merupakan seorang alumni
dari pesantren Darul Qalam. Pondok pesantren ini berbasis
modern. Kurikulum belajar yang diberikan mirip seperti
pendidikan formal seperti biasanya, supaya para santri tetap
memperoleh ilmu yang sangat seimbang antara pendidikan formal
dan pendidikan agama.
Bisa dibilang bahwa pesantren ini cocok di area perkotaan
sehingga jumlah santri yang masuk dalam pondok pesantren ini
sudah melebihi jumlah 1000 santri. Di pesantren An-nuqthah
Tangerang terdapat pendidikan formal untuk jenjang menengah
atas dan jenjang menengah pertama.
Berdasarkan pernyataan tersebut penulis merumuskan judul
“Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah”. Dengan harapan, penulis ingin mengetahui lebih
jauh tentang Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Meningkatnya kasus kenakalan remaja di Indonesia.
2. Minimnya kepedulian dari orang tua terhadap remaja.
3. Kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar.
4. Proses pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun
manusia yang berkarakter.
5. Kurangnya pendidikan karakter pada diri remaja.
5
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas,
maka pembatasan fokus penelitian dari penelitian ini adalah
Bagaimana Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pendidikan Karakter Santri Di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan
karakter santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk Mengetahui Pendidikan Karakter Santri Di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pendidikan karakter santri di pondok pesantren modern An-
nuqthah.
2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Kegunaan Teoritis.
Penelitian ini berguna untuk menginformasikan tentang
Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah, Sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan
rujukan bagi peneliti selanjutnya. Dengan penelitian yang
sama tetapi dengan pembahasan yang lebih luas.
6
b. Kegunaan Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi pengasuh pondok
pesantren beserta para pembantunya bahwa pendidikan
karakter sangatlah penting dalam mencapai tujuan
pendidikan.
2. Sebagai sumber informasi, guna meningkatkan dan
menambah pengetahuan mengenai Pendidikan
Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah.
3. Dapat memberi masukan tentang Pendidikan Karakter
Santri Di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.
4. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi referensi
dan mengkaji lebih terperinci tentang Pendidikan
Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
7
yaitu penciptaan suasana religius, internalisasi nilai,
11
keteladanan, pembiasaan, pembudayaan.
2. Khairunnisa, “Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter Melalui
Building Learning Power (BLP) Di Sekolah Menengah Pertama
Hasbunallah Tabalong”. (UIN Antasari Banjasmasin) Tahun
2019.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pendidikan karakter
dalam BLP tersirat pada aspek dan pengalaman belajar yang
dipilih pada jurnal BLP peserta didik. Adapun karakter yang
ditanamkan melalui BLP adalah karakter religius, jujur,
mandiri, disiplin dan tanggung jawab. Faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor pendukung adalah lingkungan
keluarga, latar belakang pendidikan guru, pengalaman guru
serta sarana dan prasarana. Adapun faktor penghambat yaitu
peserta didik, tidak ada efek jera, keterbatasan waktu dan
lingkungan keluarga.12
3. Santari, “Implementasi Pendidikan Karakter Di SD Negri 11
Sukamerindu”. (UIN Raden Fatah Palembang) Tahun 2021.
Hasil penelitian ini menjukkan bahwa penerapan
pendidikan karakter di SD Negeri 11 Sukamerindu sudah
diterapkan sesuai dengan acuan yang diberlakukan, dari pusat
dan kemendiknas, silabus, RPP , tata tertib sekolah dan sumber
media lainnya. 18 nilai karakter sudah diterapkan di sekolah,
dan yang sangat ditekankan ada 6 nilai karakter diantaranya
11
Nurana Rizkiani, “Pendidikan Karakter Religius Pada Anak Usia Dini Di
Raudhatul Athfal Bani Malik Kedung Paruk Kembaran Banyumas”. (Skripsi, Institut
Agama Islam Negri Purwokerto 2018).
12
Khaerunnisa, “Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter Melalui Building
Learning Power (BLP) Di Sekolah Menengah Pertama Hasbunallah Tabalong ”. (UIN
Antasari Banjasmasin, 2019)
8
nilai religius, disiplin, jujur, semangat kebangsaan,
bersahabat/komunikatif dan mandiri. Selain dalam proses
pembelajaran, pendidikan karakter juga diterapkan di luar
pembelajaran yaitu ekstrakurikuler seperti pramuka, rohis dan
olahraga.
Kendala yang dihadapi ialah kurangnya motivasi dan
kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, kurangnya
kesadaran siswa dalam mentaati peraturan, kurangnya
kesadaran siswa terhadap tugas dan tanggung jawab,
kurangnya pengawasan orang tua. Solusi yang diupayakan
sekolah ialah guru menggunakan media dan metode
pembelajaran yang menyenangkan supaya siswa termotivasi
tidak bosan dalam pembelajaran dan siswa bisa menerima
pembelajaran tersebut, peraturan sekolah diperketat dan di
sosialisasikan secara terus-menerus, selain aturan dari sekolah
guru juga membuat peraturan dikelas dan memberikan
sanksi/hukuman kepada siswa yang melanggar supaya mereka
bisa lebih bertanggung jawab terhadap tugas mereka, guru dan
siswa bekerja sama dalam kelangsungan pendidikan karakter
peserta didik.13
4. Bukhori Sholeh, “Tinjauan Analisis Kritis Terhadap Faktor
Penghambat Pendidikan Karakter di Indonesia”. (UPI
Bandung) Tahun 2021.
Hasil penelitian yang didapat dari tesis ini adalah bahwa
Pendidikan karakter merupakan sebuah proses intervensi dan
habituasi secara continue, terintegrasi dan sadar. Intervensi dan
13
Santari, “Implementasi Pendidikan Karakter Di SD Negri 11 Sukamerindu”.
(Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang, 2021).
9
habituasi merupakan pendekatan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter, sementara continue, terintegrasi dan sadar
adalah prosesnya. Kekeliruan besar yang nampak dalam proses
pembentukan karakter adalah menganggap bahwa pendidikan
karakter merupakan tanggung jawab pendidikan formal.
Sehingga di luar pendidikan formal, cenderung acuh dan tak
mau peduli untuk mendukung pembentukan karakter tersebut.
Ketidakpahaman elemen-elemen pendidikan karakter seperti
orang tua yang menganggap pendidikan karakter adalah
tanggung jawab sekolah, guru yang terlalu keras dalam
mendidik siswa, peran teman sebaya dan masyarakat yang
menganggap tindakan tidak bermoral sesuatu yang wajar, peran
media yang memperlihatkan hal-hal negatif, dan adanya
kondisi faktual yang saat ini dialami oleh siswa ditengah
pandemi covid-19 yang secara psikologis tentu merubah
tatanan kehidupan manusia. Faktor-faktor penghambat yang
telah dijelaskan diatas merupakan sebuah kristalisasi pemikiran
kritis peneliti yang di rangkum dari pengalaman dan sumber
bacaan. Dengan tujuan agar seluruh lapisan elemen pendidikan
karakter menyadari fungsinya masing-masing untuk bersama
memperbaiki karakter individu yang akan berimbas pada
karakter bangsa Indonesia.14
5. Siti Zulaikah, “Penguatan pendidikan karakter Di SMP Negeri
3 Bandar Lampung”. (UIN Raden Intan Lampung) Tahun
2019.
14
Bukhori Sholeh, “Tinjauan Analisis Kritis Terhadap Faktor Penghambat
Pendidikan Karakter di Indonesia” (Tesis, Universitas Pendidikan Indoesia Bandung
2021)
10
Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini adalah
Penguatan pendidikan karakter Di SMP Negeri 3 Bandar
Lampung dilakukan melalui pendidikan agama Islam.
Penguatan pendidikan karakter melalui pendidikan agama
Islam ini meliputi tiga jalur dan basis, yaitu berbasis kelas
dengan mengintegrasikan K 13 ke dalam kegiatan
pembelajaran PAI, baik intra kurikuler, kokurikuler, dan ekstra
kurikuler. Kedua, berbasis budaya sekolah dengan cara
membudayakan praktik-praktik yang menguatkan nilai
religiositas. Dan ketiga, berbasis masyarakat, dalam hal ini
sekolah masih kurang melibatkan lembaga-lembaga
keagamaan untuk bekerjasama dalam mendukung pendidikan
karakter. Interaksi kepada orang tua siswa juga masih kurang.
Begitu juga gerakan literasi keagamaan dilingkungan sekolah
dan diluar sekolah juga masih kurang.15
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian field research (penelitian lapangan).
Secara terminologi penelitian pendekatan kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang
diamati.16 field research berarti penelitian yang langsung
dilakukan di lapangan atau responden, tujuannya adalah untuk
15
Siti Zulaikah, “Penguatan pendidikan karakter Di SMP Negeri 3 Bandar
Lampung”(tesis, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2019)
16
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, h. 4
11
mencari, menunjukkan atau membuktikan adanya hubungan
antara fakta dan teori.17
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data pada penelitian ini diambil secara langsung
kepada narasumber, yang mana dapat dikatakan bahwa data
tersebut diperoleh dan dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti berdasarkan dari sumber utama.
b. Data Sekunder
Sumber data diperoleh berdasarkan data yang telah tersedia
untuk riset dari peneliti sebelumnya, Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data ini telah dikumpulkan oleh
para peneliti yang disebabkan oleh beberapa alasan salah
satunya yaitu sulitnya mengumpulkan data primer.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
mempunyai tiga metode yaitu :
a. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung
terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang
mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran
secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.18
Observasi dilakukan untuk memperoleh hasil Pendidikan
Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.
17
S. Nasution, “Metode Research”, h. 5
18
Syofian Siregar, “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”, Jakarta: Rajawali
Pers, 2012, h. 134
12
b. Wawancara
Wawancara, merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari
narasumber. Wawancara adalah pertanyaan yang
disampaikan secara langsung kepada sumber data.19 Dalam
melakukan wawancara penulis menggunakan instrument
wawancara sebagai alat untuk memudahkan penulis dalam
mendapatkan informasi yang jelas dari narasumber.
Wawancara ini dilakukan kepada wakil kurikulum, guru,
pengurus.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen resmi. tape
recorder, dan foto-foto yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian, serta jurnal yang mendukung.
4. Teknik Analisis Data
a. Reduksi data
Peneliti menggunakan analisis data berupa reduksi data
dengan mengumpulkan seluruh data, informasi dan
19
Arikunto, “Prosedur Penelitian”, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h. 126
13
dokumentasi dilapangan atau ditempat penelitian.
Kemudian, setelah terkumpul seluruh data maka peneliti
melakukan proses pemilihan, dan penyederhanaan tentang
data yang berkaitan dengan judul penelitian atau
pembahasan penelitian. Untuk memudahkan penyimpulan
data-data yang telah didapat dari lapangan atau tempat
penelitian, maka diadakan reduksi data. Peneliti melakukan
reduksi data dengan mengumpulkan semua catatan
dilapangan yaitu di Pesantren Modern An-Nuqthah,
kemudian dianalisis dengan cermat dan lugas, kemudian
menyisihkan data lapangan yang tidak sesuai dengan fokus
penelitian dan berkaitan dengan Pendidikan Karakter Santri
Di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah, agar hasilnya
menjadi lebih baik.
b. Penyajian data.
Setelah melakukan reduksi data peneliti menggunakan
analisis data berupa penyajian data yaitu dengan pemilihan,
dan penyederhanaan tentang data yang berkaitan dengan
Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah. Dengan adanya penyajian data, maka peneliti
dapat memahami apa yang sedang terjadi diruang lingkup
penelitian maupun hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
untuk disajikan dan dipergunakan untuk penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
Setelah peneliti melakukan reduksi data kemudian
dilanjutkan dengan penyajian data, yaitu semua hasil
observasi, wawancara, dan temuan dokumen-dokumen
14
yang berkaitan dengan Pendidikan Karakter Santri Di
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah, dan selanjutnya
diproses dan dianalisis, maka proses selanjutnya adalah
dengan menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berupa data,
tulisan, tingkah laku pada subjek atau tempat penelitian
yang terkait dengan Pendidikan Karakter Santri Di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini berisi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Penelitian
Terdahulu yang Relevan, Metodologi Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada Bab ini di dalamnya membahas Tinjauan
Teoritis, Kerangka Berfikir.
15
BAB V PENUTUP
Dan pada Bab ini berisikan Kesimpulan, Saran-saran,
dan bagian akhir yang terdiri dari Daftar Pustaka, dan
Lampiran-lampiran.
16
BAB II
Kajian Teori
A. Tinjauan Teoritis
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif meningkatkan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 20
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Selain itu, pendidikan telah menjadi
kebutuhan primer bagi setiap anak untuk menuntun generasi
muda menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. Orang tua
yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, selalu
memilih dan menentukan lembaga pendidikan yang terbaik bagi
anak mereka. Sehingga pengelolaan dan manajemen lembaga
pendidikan menjadi suatu keharusan bagi pengelola lembaga
pendidikan untuk menjadi wadah yang dipercaya masyarakat
sebagai tempat belajar anak-anak mereka.21
20
Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003), h. 1-2.
21
Eny Sukesi, “Pengaruh Pelaksanaan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa) Dalam Membentuk Peserta Didik Yang Berkarakter Peduli Sesama Di Mts Ittaqu
Surabaya”, UIN Sunan Ampel, 2014, h.1.
17
Namun, pendidikan tidak hanya menekan kepada
kecerdasan intelektual semata, pendidikan juga mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki kecerdasan sosial, artinya peserta
didik memiliki karakter-karakter luhur sesuai dengan budaya
yang ada.22
Pendidikan dalam literatur pendidikan Islam mempunyai
banyak istilah. Beberapa istilah yang sering digunakan adalah
rabba-yurabbi (mendidik), „allama-yu‟allimu (memberi ilmu),
addaba-yu‟addibu (memberikan teladan dalam akhlak), dan
darrasa-yudarrisu (memberikan pengetahuan).23
Islam juga memandang pendidikan sebagai suatu hal yang
sangat penting, pentingnya pendidikan bahkan telah dijelaskan
berabad-abad yang lalu dalam wahyu pertama yang diturunkan
Allah SWT kepada Rasulullah Saw. QS. Al-Alaq ayat 1-5
mengandung makna tentang pendidikan, hal ini menunjuk
kepada ilmu pengetahuan, yaitu dilihat dari perintah membaca
yang disebutkan sebanyak dua kali perintah.24
QS. Al-Alaq menggambarkan kemuliaan Allah SWT, yang
mengajarkan ilmu pengetahuan yang belum diketahui kepada
manusia, sehingga manusia dimuliakan Allah dengan ilmu yang
diberikan- Nya. Pendidikan harus diisyaratkan dengan nilai-nilai
yang tersurat dalam surah Al-Alaq yaitu dengan nilai-nilai
22
Farah Alfian Ghofar Rahmat, “Peran Guru dalam Pembentukan Karakter
Siswa di MIN 3 Kembaran Banyumas”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAN
Purwokerto, 2018, h. 3.
23
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, “Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karkter Anak yang Islami”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016, h. 8.
24
Duwi Miyanto, “Analisis terhadap Surat Al-„Alaq Ayat 1-5 Tentang Nilai-
Nilai Pendidikan Islam”, dalam Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 5 No. 1,
2021, h. 83.
18
keilmuan dan nilai-nilai akhlak, sehingga melalui pendidikan
maka manusia akan dapat menjalankan fungsinya sebagai
khalifah dimuka bumi.25 Makna dari surah Al-Alaq 1-5 ini
menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu yang sangat
penting dalam Islam serta bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang diajarkan dalam Islam sebagai berikut:
1. Menyiapkan setiap pribadi muslim untuk dapat beribadah
kepada Allah SWT. Segala sesuatu yang dilakukan harus
harus diniatkan hanya kepada Allah dan beribadah kepada-
Nya. Allah menyatakan bahwa dasar dari penciptaan
manusia itu sediri adalah untuk selalu beribadah kepada-
Nya, sebagaimna ayat berikut :
ش اِ َّْل لَُِ ْعبُ ُدوْ ِن ِ ْ ج ْال ِج َّه َو
َ اْل ْو ُ َو َما َخلَ ْق
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz- Dzariyat : 56).
2. Menjadikan seluruh ilmu yang dimiliki sebagai landasan
untuk berfikir tentang kekuasaan Allah. Dalam hal ini,
hendaknya manusia senantiasa menjadikan ilmu yang
diperoleh untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah.
Buya Syafi’I Maarif pernah berkata, “terasalah kekecilan
diri ini berhadapan dengan luas dan dalamnya lautan jelajah
ilmu yang hendak dilayari”. Ungkapan ini sungguh
memberikan gambaran bahwa ilmu yang kita miliki
seberapa pun banyaknya, tidak akan sebanding dengan
25
Handoko, ”Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Quran Surat Al-Alaq”, dalam
Jurnal Edu Riligia, Vol. 2 No.1 Januari – Maret, 2018, h. 91.
19
besarnya lautan ilmu. Sementara itu lautan ilmu adalah
sebagian kecil dari tanda kekuasaan Allah. Allah
mengetahui apa pun yang ada di langit dan bumi,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :
ّ ض اِ َّن هذلِلَ فِ ٍْ ِم هخ ِۗب اِ َّن هذلِلَ َعلًَ ه
ِّللا ۤ ّ اَلَ ْم حَ ْعلَ ْم اَ َّن ه
ِ ِۗ ّْللاَ ََ ْعلَ ُم َما فًِ ال َّض َما ِء َو ْاْلَر
ََ ِضُْر
Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di
langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah
terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.
(QS. Al-Hajj : 70). Patut kita sadari bahwa ilmu yang
dimiliki oleh makhluk sangatlah tidak sebanding dengan
ilmu Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :
ْ ض ِمه َش َج َرة أَ ْق هلَم َو ْٱلبَحْ ُر ََ ُم ُّد ۥهُ ِم ۢه بَ ْع ِدِۦه َص ْب َعتُ أَبْحُ ر َّما وَفِد
َث ِ َْولَىْ أَوَّ َما فًِ ْٱْلَر
َزَز َح ِنُم َّ ٱَّللِ ِۗ إِ َّن
ِ ٱَّللَ ع َّ جُ َملِ ه َم
Dan seandainya pohon-pohon di bumi pena dan lautan
(menjadi tinta) ditambahakan kepadanya tujuh lautan (lagi)
setelah (kering)-Nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kaliat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Maha perkasa, Maha bijaksana. (QS. Luqman : 27).
Dari beberapa dalil tersebut, ilmu yang dimiliki oleh manusia
semata-mata adalah pemberian dari Allah dan sudah
seharusnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menjadikan
manusia lebih bertaqarrub kepada Allah.
2. Pengertian Karakter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karakter”
diartikan dengan tabi’at, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
20
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan
watak.26
Secara terminologis (istilah) karakter diartikan sebagai
sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor
kehidupan sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau
budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan, yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat.27
Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku
yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat bangsa dan negara.
Warsono, dkk. mengutip Jack Corley dan Thomas philip
menyatakan “karakter merupakan sikap dan kebiasaan
seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan
moral”.28
Demikian dengan Indonesia, bangsa kita juga tidak ingin
menjadi suatu bangsa yang bodoh dan keterbelakang terutama
dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era
kecanggihan teknologi dan komunikasi. Maka perbaikan
sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan, agar mampu
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 13.
27
Agus Zaenul Fitri, “Reinveting Human Character: Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai& Etika Di Sekolah”, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 20- 21.
28
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”,
(Surabaya: Rosda, 2011), h. 41-42.
21
menghasilkan sumber daya yang cerdas, terampil, mandiri, dan
berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan.
Mengingat pentingnya karakter dalam kehidupan manusia,
maka hendaknya pendidikan karakter harus merupakan suatu
proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga
menghasilkan perbaikan yang berkesinambungan dalam
rangka menyempurnakan wujud manusiawi kita yang notabene
mengemban amanah menjadi khalifah Allah dimuka bumi ini.
Sebagimana ditegaskan oleh E Mulyasa: “Pendidikan karakter
merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-
anak baik lahir maupun bathin, dari sifat kodratinya menuju
kearah peradaban yang manusiawi dan lebih baik”.29 Namun
kenyataan yang terjadi di negeri ini, bahkan fenomena yang
kita saksikan, kondisi masyarakat, seakan jauh dari nilai-nilai
karakter yang digariskan oleh agama Islam dan bangsa
Indonesia. Krisis moral ini seakan melanda seluruh lini dari
kehidupan kita, baik, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
budaya.30
Masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan kesantunan
dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan
masalah, kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, sikap
toleran dan gotong royong, mulai cenderung berubah menjadi
hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan
berperilaku egois individual. Gambaran fenomena tersebut
menunjukkan bangsa ini tengah mengalami krisis moral yang
29
E Mulyasa, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013, h. 1.
30
Abdoel Fattah, “Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa”,
Jakarta: PT. Arga Publishing: 2008, h. 5.
22
menegaskan terjadinya ketidakpastian jati diri dan karakter
bangsa.
3. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sering dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik atau anak dalam menilai dan
memberikan keputusan baik dan buruk terhadap sesuatu. Hal
tersebut dilakukan agar anak dapat memelihara sesuatu yang
baik dan mewujudkan kebaikan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pada praktiknya, pendidikan karakter akan lebih mudah
dilakukan jika mencakup pendidikan spiritual dan moral.
Oleh sebab itu, tindakan yang perlu ditanamkan dalam
membentuk karakter adalah bisa melalui peraturan atau tata
tertib. Didalam pondok pesantren juga terdapat peraturan-
peraturan yang harus ditaati oleh santri, dan apabila tidak
patuh maka santri tersebut akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan pelanggarannya. Dalam menghukum santri,
pondok pesantren menggunakan sebuah metode yang
dinamakan dengan sanksi (hukuman). Definisi dari sanksi
(hukuman) itu sendiri merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.31
Ada beberapa metode yang sering diterapkan dalam
mengembangkan karakter anak. Metode tersebut pada
31
Muhammad Afandi dkk, “Model dan Pembelajaran Metode di Sekolah”,
Semarang: UNISSULA Press, 2013. h.15.
23
umumnya harus diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi
yang dihadapi. Sering kali seorang pendidik (guru atau orang
tua) harus menerapkan beberapa metode secara terintegrasi,
misalnya metode keteladanan yaitu memberi contoh terbaik
apa yang telah diajarkan dan mengajak anak berpikir bijak
dan memberikan contoh perilaku yang bijaksana, metode
diskusi dengan cara saling berbagi dalam memberikan solusi
dalam setiap permasalahan yang dirasakan, metode bercerita
dengan memberikan cerita-cerita contoh tentang keteladanan
para nabi dan sahabat bagaimana kebaikan itu sangat
bermanfaat bagi kehidupan kita.32
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan
nilai yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action).33 Dalam Islam,
pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya
“Pendidikan karakter dengan memberikan teladan yang baik
dengan figur Rasulullah SAW sebagai panutan adalah suatu
hal yang sangat dianjurkan bahkan diharuskan dalam islam.
Oleh karenanya, jika anak sejak kecil sudah dibiasakan untuk
mengenal karakter positif sesuai tauladan yang dianjurkan
Rasulullah, maka ketika dewasa ia akan tumbuh menjadi
generasi yang tangguh, percaya diri, dan berkarakter kuat.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih
32
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, “Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karkter Anak yang Islami”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016, h. 22.
33
Deny Setiawan “Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Moral”, FIS Universitas Negeri Medan, 2013, h. 53.
24
berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam
diri peserta didik, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-
sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang
baik.34
Menurut Kemdiknas pendidikan karakter yaitu
pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan
karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka
memiliki karakter luhur, menerapkan dan mempraktikan
dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota
masyarakat dan warga Negara.35
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa
yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi,
bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan
karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik
atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis,
berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman
dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.36
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya ialah
mendorong lahirnya anak yang baik, tumbuh dan
berkembang. Karakter yang baik akan membawa siswa
tumbuh dengan kualitas dan komitmennya untuk melakukan
segalannya dengan baik dan benar. Pendidikan sebagai nilai
universal kehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakati
34
Hasbullah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan” (PT Rajagrafindo Persada,
Depok, 2017), h. 228 .
35
Agus Wibowo, “Pendidikan Karakter”, h. 15.
36
https://bawuran-bantul.desa.id/first/artikel/139-Pengertian--Tujuan-dan-
Fungsi-Pendidikan-Karakter, diakses pada 13 maret 2022.
25
di setiap zaman, pada setiap kawasan, dan dalam semua
pikiran. Dengan bahasa sederhana, tujuan yang disepakati itu
adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.37
Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter
antara lain:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta
didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik
yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religius.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
siswa sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan
kebangsaan. Mengembangkan lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.38
c. Nilai-nilai Dasar Dalam Pendidikan Karakter
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ada
18 nilai karakter yang harus dikembangan disetiap jenjang
dan satuan pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai tersebut yaitu:
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif,
37
Abdul Majid, Dian Andayani . “Pendidikan Karakter Perspektif Islam”,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 30.
38
Mardi Atmadja, “Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah”,
(Yogjakarta: Laksana .2011) h. 56
26
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan
atau nasionalisme, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Komunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli sosial, dan Tanggung jawab.
Dari 18 nilai karakter tersebut, dalam membentuk
pendidikan karakter dikristalkan menjadi 5 nilai dasar
pendidikan karakter yaitu: Religious, nasionalis, mandiri,
gotong royong, integritas. 39
d. Pembentukan Karakter Melalui Motto Pondok
Pembentukan karakter di Pondok Pesantren Daarul
Ishlah begitu pula dengan Pondok Pesanren Modern An-
Nuqthah merujuk pada 18 karakter yang sudah ditentukan
oleh standar Dinas pendidikan, namun pengembangan
karakter secara internal berpedoman pada motto Pondok
Pesantren seperti : berbudi luhur, berbadan
sehat,berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.
Karakter berbudi luhur diajarkan kepada santri (santri)
dengan mempraktikan sifat peduli. Sifat ini dipraktikan pada
santri dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial, seperti
santunan untuk fakir miskin dan anak-anak yatim. Kegiatan
ini dirancang untuk mendorong siswa untuk memperhatikan
orang-orang di sekitar mereka, terutama mereka yang kurang
mampu secara finansial. Karakter berbudi luhur pula dilatih
dengan membangun kerendahan hati pada semua santri
dengan menumbuhkan sikap saling menghormati dan saling
menghargai kepada teman sebaya, para guru dan karyawan
39
Yuver Kusnoto, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Satuan
Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 4, No. 2, Desember 2017, h. 250.
27
sekolah, serta kepada orang tua, termasuk kepada setiap
orang. Tujuan diajarkan karakter tersebut agar para santri
tidak memiliki sikap sombong dalam dirinya. Karena sikap
itu dapat menjadikan mereka tidak menghargai kemanusiaan.
Karakter berbadan sehat diajarkan pada seluruh santri
untuk selalu mencintai kebersihan dengan melatih seluruh
santri untuk melakukan kegiatan kebersihan bersama setiap
hari jum’at dan melatih mereka untuk selalu menjaga
kebersihan setiap harinya, baik di lingkungan asrama,
sekolah juga di seluruh lingkungan pesantren. Doktrin yang
diajarkan kepada santri adalah kebersihan sebagian dari
iman.
Adapun motto pondok berpengetahuan luas dan
berpikiran bebas diajarkan dengan menumbuhkan sikap
kreatif. Sikap ini diajarkan kepada santri dalam bentuk karya
tulis, karya seni, kaligrafi, dan sebagainya. Dalam bentuk
karya tulis para santri diajarkan untuk membuat puisi, tulisan
dan cerpen sederhana yang beragam positif sesuai dengan
kemampuannya. Untuk karya seni para santri diajarkan
mengambar hal-hal positif, marawis, mengaji dengan
menggunakan lagu dan sebagainya. Untuk kaligrafi santri
dilatih untuk membuat kaligrafi ayat-ayat Alquran, pepatah
Arab dan sejenisnya.40
e. Pembentukan Karakter Melalui Panca Jiwa Pondok
Salah satu pondok pesantren di Indonesia, yang sangat
peduli tehadap pembentukan karakter santri dan mempunyai
40
Ferdinal Lafendry, “Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren : Studi
di Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Cilegon”, Tarbawi Vol 2, Agustus 2019, h. 40.
28
ciri khas tersendiri dalam mendidik santrinya adalah pondok
pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor. Pembentukan
karakter santri di pondok pesantren Darul Muttaqien Parung
Bogor dilandasi oleh Panca Jiwa Pondok, begitupula dengan
Pondok Pesantren Modern setiap nilai dari panca jiwa
tersebut memiliki indikator dan penjelasanya. Sebagai bagian
dari proses pendidikan yang terpadu maka setiap individu
yang ikut memiliki tugas mencapai visi dan misi lembaga
pesantren Darul Muttaqien dituntut untuk mampu memahami
nilai dari panca jiwa pondok sebagai sebuah nilai yang
dijadikan pijakan dalam berorganisasi baik yang bergerak
sebagai pendidik maupun pendukung lainya.
Jiwa keikhlasan menurut salah satu pengasuh pondok
maksudnya melakukan segala aktivitas kehidupan di dunia
ini tidak didorong oleh keinginan untuk memperoleh
keuntungan. Ikhlas berarti pasrah dan menerima apapun yang
terjadi, karena hidup itu disutradarai langsung oleh Allah.
Sehingga bentuk apapun perintahnya kalau itu baik berarti itu
perintah dari Allah dengan sebuah perantara. Dalam hal ini
meliputi segenap kehidupan di pesantren.
jiwa kesederhanaan menunjukkan kehidupan santri yang
sederhana. Kesederhanaan sebagai perilaku yang positif
dalam situasi kehidupan bahwa seseorang harus hidup
berdasarkan pada kebutuhan dasar, bukan atas permintaan.
Dengan hal ini setiap kesederhanaan santri dapat
menumbuhkan kekuataan, keberanian, ketababahan,
29
kesanggupan, dan control diri dalam menghadapi perjuangan
hidup.
Jiwa kemandirian berarti pribadi yang punya tekad untuk
selalu berusaha semaksimal mungkin, tidak mudah putus asa,
tidak bermental pengemis, dan selalu ingin membantu orang
lain. Islam mengajarkan umatnya untuk mandiri dan bekerja.
Nilai kemandirian yang dikembangkan di Darul Muttaqien
juga dalam pengertian selalu berorientasi untuk membantu
orang lain, bukan untuk berharap bantuan dari orang lain.
Dalam bahasa lain kemandirian adalah mental to give bukan
mental to have. Sebab kemandirian selain ditandai oleh
kemampuan untuk mengatur dan menolong dirinya sendiri
juga bercirikan mampu menolong orang lain. Dari sinilah
nilai kemandirian dikembangkan dan diaplikasikan dalam
program- program konkret.
Ukhuwah islamiah itu merupakan salah satu tujuan dari
hidup manusia, yaitu menciptakan kedamaian dan
kebahagiaan. Sebab itu, santri harus terus dilatih untuk saling
menjaga satu sama lain demi menciptakan kedamaian
tersebut. Sehingga ukhuwah yang dilakukan, bukan saja
dilaksanakan selama dalam pondok pesantren, akan tetapi
juga mampu memberikan pengaruh dalam masyarakat
sepulang dari pondok. Ukhuwah itu dibentuk agar nantinya
santri memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik
kepada semua orang dan dapat menciptakan hubungan yang
harmonis antar umat beragama.
30
Jiwa kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam
berpikir dan berbuat, kebebasan dalam menentukan masa
depannya, dan kebebasan dalam memilih jalan hidup di
masyarakat kelak. Juga diartikan sebagai kebebasan dalam
menentukan segala hal agar fokus pasrah kepada Allah.
Sehingga ketika bebas melakukan sesuatu yang berdampak
baik bagi diri sendiri dan orang lain, maka hal itu secara
otomatis Allahlah yang memberikan jalan yang baik kepada
kita. Jiwa kebebasan tersebut memiliki keterkaitan dengan
jiwa keikhlasan. Sebab dengan memiliki jiwa keikhlasan,
maka seseorang dapat bebas melakukan sesuatu kepada
dirinya dengan penuh kepasrahan, sehingga kebebasannya itu
atas bimbingan Allah.41
4. Santri
a. Pengertian Santri
Santri itu ada kepanjangannya. Sin ( )سadalah
ُ ِ َصافyang memiliki arti Pelopor
kepanjangan dari ق ال َخُ ِْر
kebaikan. Nun ( )نadalah kepanjangan dari وَا ِصبُ ال ُعلَ َما ِءyang
memiliki arti Penerus Ulama. Ta ( )ثadalah kepanjangan dari
ِ ك ْال َم َعا
ًص ُ َار
ِ حyang memiliki arti Orang yang meninggalkan
kemaksiatan. Ra ( )رadalah kepanjangan dari ِضً ّللا َ ِرyang
memiliki arti Ridho Allah. Ya (ٌ) adalah kepanjangan dari
ُ اَ ْلَُقُِْهyang memiliki arti Keyakinan.
Santri sebutan bagi peserta didik yang sedang menuntut
dan mendalami ilmu keagamaan, tinggal di dalam pondok
41
Shalahudin Ismail dkk, “Pembentukan Karakter Santri Melalui Panca Jiwa
Pondok Pesantren” Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, Desember
2020.
31
pesantren dalam rentang usia remaja. Dan dari segi
pemaknaan pun memiliki beberapa perbedaan sebagaimana
berikut:
S : Satir al-uyub wa al-aurat, artinya menutup aib dan aurat.
Yakni aib sendiri maupun orang lain.
A : Aminun fil amanah, artinya bisa di percaya dalam
mengemban amanat.
N : Nafi al-ilmi, artinya bermanfaat ilmunya. Dan inilah yang
sangat diidamkan oleh semua oleh semua santri. Ketika ia
telah melalui masamasa menimba ilmu pasti hrapan akhirnya
adalah mampu mengamalkan ilmu tersebut.
T : Taril al-maksiat, artinya meninggalkan maksiat.
R : Ridho bi masyiatillah, artinya ridho dengan apa yang
diberikan Allah.
I : iklasun fi jami‟ al-af‟al, artinya ikhlas dalam setiap
perbutan.42
Santri adalah orang yang berpegang teguh dengan Al-
Qur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW serta teguh
pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan
kenyataan yang tidak dapat diganti dan diubah selama-
lamanya. Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang
yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam di suatu
tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap di
tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut
bahasa, istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta, shastri
42
Binti Maunah, 2009, “Tradisi Intlektual Santri”, (Yogyakarta) TERAS, h.
17-18.
32
yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang
berarti kitab suci, agama dan pengetahuan.43
Seperti contoh ada suatu pendapat yang mengatakan
makna santri adalah bahasa serapan dari bahasa Inggris yang
berasal dari dua suku kata yaitu sun dan three yang artinya
tiga matahari. Matahari adalah tiga titik pusat tata surya
berupa pola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas
pada bumi pada siang hari. Seperti kita ketahui matahari
adalah sumber energi tanpa batas, matahari pula sumber
kehidupan bagi seluruh tumbuhan dan semuanya dilakukan
secara ikhlas oleh matahari. Namun maksud tiga matahari
dalam kata sunthree adalah tiga keseharusan yang dipunyai
oleh seorang santri yaitu Iman, Islam dan Ihsan dipelajari
dipesantren menjadi seseorang santri yang dapat beriman
kepada Allah secara sungguh-sungguh berpegang teguh
kepada aaturan Islam, serta dapat berbuat ihsan kepada
sesama.
Ada pula yang mengatakan bahwa santri berasal dari
bahasa Jawa yaitu “cantrik” yang berarti seseorang yang
selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi
menetap. Santri adalah remaja yang berada dalam masa
peralihan yaitu masa transisi antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, disertai dengan banyak perubahan baik
fisik, kognitif dan social.44
43
Ferry Efendi, Makhfudli, “Teori dan Praktik dalam Keperawatan”, (Jakarta:
Salemba Medika, 2009), h. 313.
44
Anita Dwi Rahmawati, “Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Di Pondok
Pesantren Modern”, Skripsi, Mahasiswa Magister Sains Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2019.
33
Dalam tradisi pesantren dikenal dengan kata santri.
Santri ialah para murid-murid di pondok pesantren yang
menyerahkan diri kepada kiai. Santri dibedakan kedalam dua
macam, yaitu: Pertama, santri mukim yang menetap di
Pondok Pesantren, Kedua yaitu santri kalong yang pulang ke
rumah masing-masing setiap selesai mengikuti proses
belajar-mengajar pelajaran di pesantren. Para santri mukim
hidup mandiri dan sederhana. Mereka (para santri) mengurus
keperluannya masing-masing, berpenampilan simple dan
sederhana, hormat dan santun kepada kiai, selalu ridha dalam
melaksanakan amaliyah sunnah seperti puasa sunnah (senin
dan kamis), dan shalat malam. Pola hidup para santri didasari
dengan suasana keagamaan, keikhlasan dan kedisiplinan
dibawah pengawasan kiai dan para ustadz (guru).45
5. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren Secara etimologis Pengertian Pondok
Pesantren adalah, “pesantren” berasal dari pe-santri-an yang
berarti tempat santri asrama tempat santri belajar agama
atau pondok. Dikatakan pula, pesantren berawal dari kata
santri, yaitu seorang yang mempelajari agama Islam, maka
dari itu pesantren mempunyai arti tempat orang-orang
berkumpul untuk belajar agama Islam. Pondok pesantren
berasal dari dua kata, yaitu pondok dan pesantren. Pondok
berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang mempunyai
tempat menginap, atau asrama.
45
Nindi Aliska Nasution, “Lembaga Pendidikan Islam Pesantren”, Jurnal Ilmu-
Ilmu Sosial dan Keislaman, Vol. 5 No. 1 (2020) h. 36-52.
34
Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata
santri, diimbuhi ditambah awalan pe dan akhiran –an yang
berarti para penuntut ilmu. Pondok Pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Lembaga
pondok pesantren berperan penting dalam usaha
meningkatkan pendidikan bagi bangsa Indonesia terutama
pendidikan agama Islam. Adanya pondok pesantren di
tengah–tengah masyarakat Indonesia tidak hanya sebagai
lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran
agama dan sosial keagamaan. Melakukan kegiatan dakwah
di kalangan masyarakat, dalam arti kata melakukan
aktivitas menumbuhkan kesadaran beragama untuk
melaksanakan ajaran–ajaran Islam secara konsekuen
sebagai pemeluk agama Islam. Sebagai Lembaga sosial
pesantren ikut terlibat dalam menangani masalah–masalah
sosial yang dihadapi masyarakat.
Dalam perkembangannya pondok pesantren mengalami
perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa
Indonesia. Secara terminologis, pesantren merupakan
institusi sosial keagamaan yang menjadi wahana
pendidikan bagi umat Islam yang ingin mendalami ilmu-
ilmu keagamaan. Pondok pesantren dalam terminologi
Islam sebagai institusi pendidikan Islam, namun demikian
pesantren memiliki ciri khas sosial yang memiliki pranata
sosial di masyarakat. Hal ini karena pondok pesantren
memiliki dasar kepekaan sosial yang khas, yaitu: ketokohan
35
kyai, santri, independent dan mandiri, dan jaringan sosial
yang kuat antar alumni pondok pesantren.46
Di Pondok Pesantren Daarul Ishlah setidaknya ada 12
nilai karakter yang diintegrasikan dengan pembelajaran
agama, yaitu kedisiplinan, tanggung jawab dan kerjasama,
kesopanan, kemandirian, kejujuran, kepemimpinan,
kebersihan dan kerapihan, kerajinan, ketaatan dan
kepedulian.
Nilai kedisiplinan diterapkan kepada santri dengan
mengajarkan mereka untuk melakukan shalat dzuhur
sampai subuh tepat waktu. Meskipun awalnya sulit untuk
dilakukan, namun karena faktor pembiasaan dan terus
menerus yang dilakukan dalam kegiatan ini akhirnya dapat
berjalan dengan baik. Bahkan, saat ini nilai kedisiplinan
untuk melakukan shalat tepat waktu lahir dari kesadaran
santri-santri sendiri, tanpa harus diberikan instruksi oleh
guru ataupun pengurus pesantren.
Sikap tanggung jawab dan kerjasama diajarakan guru
dan pengurus kepada santri atau anggota (santri kelas
bawah) di Pondok Pesantren Daarul Ishlah dengan
membagi perkelompok tugas piket kelas dan asrama,
meskipun petugas kebersihan telah disediakan oleh pihak
pesantren. Hal ini dilakukan agar santri memiliki kesadaran
tentang pentingnya menjaga kebersihan yang merupakan
bagian dari ajaran Islam bahwa kebersihan sebagian dari
46
Ria Gumilang dan Asep Nurcholis, “Peran Pondok Pesantren Dalam
Pembentukan Karakter Santri” Dalam JurnalComm-Edu Volume 1 Nomer 3, September
2018.
36
iman. Dengan demikian santri akan menyadari bahwa salah
satu bentuk keimanan kepada Allah dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan. Pembiasaan seperti inilah yang
akhirnya membuat santriwan santriwati Pondok Pesantren
Daarul Ishlah sadar tentang pentingnya tanggung jawab dan
kerjasama. Di sisi lain dampak dari pengajaran sikap
tanggung jawab dan kerjasama adalah untuk membangun
kesadaran santri tentang pentingnya hidup berdampingan
dengan yang lain.
Sementara itu sikap sopan ditanamkan kepada para santri
Pondok Pesantren Daarul Ishlah dilakukan dengan
mengajarkan kepada mereka untuk menghormati guru dan
setiap karyawan di pesantren. Dalam konteks ini, santri
Pondok Pesantren Daarul Ishlah diajarkan mengucapkan
salam dan bersalaman setiap bertemu guru, teman dan
karyawan pesantren. Tujuan menanamkan sikap ini agar
para santri memiliki rasa hormat kepada guru, orangtua,
orang yang lebih tua juga kepada sesama teman sebaya.
Nilai kemandirian yang diterapkan di Pondok Pesantren
Daarul Ishlah dilakukan dengan melatih santriwan dan
santriwati untuk melakukan setiap hal sendiri, tanpa
diperintah pengurus dan guru, merapikan buku pelajaran
sendiri, merapikah kasur sebelum berangkat ke sekolah dan
masjid dan sebagainya. Jika dikorelasikan dengan
Pembelajaran agama, sikap ini melahirkan pemahaman
bahwa pada akhirnya setiap manusia akan bertanggung
37
jawab kepada dirinya sendiri dan pertanggungjawaban itu
akan langsung disampaikan kepada Tuhan semesta alam.
Dalam hal kejujuran penerapan yang dilakukan di
Pondok Pesantren Daarul Ishlah adalah dengan melatih para
santri untuk berkata benar dan apa adanya. Selain itu, sikap
ini ditumbuhkan dengan pemberian tugas individu,
kemudian guru menanyakan kepada para santri terkait
pengerjaan tugas yang dilakukannya apakah dibantu teman
yang lain atau tidak. Kejujuran merupakan ujung tombak
dalam melakukan pendidikan karakter. Tanpa menanamkan
sikap tersebut, pendidikan karakter akan sulit untuk
direalisasikan. Bahkan ajaran agama Islam pun sangat
mengharuskan setiap umatnya untuk berlaku jujur.
Dalam hal kepemimpinan penerapan yang dilakukan
dalam pembelajaran agama adalah dengan meminta kepada
masing-masing santri dalam setiap pertemuannya untuk
memimpin membaca doa, baik doa hendak belajar maupun
doa sesudah belajar, termasuk melatih santri kelas enam
untuk menjadi imam dalam shalat. Dengan begitu, sikap
percaya diri santri dapat terbangun. Bahkan, saat ini ketika
hendak melakukan doa para santri di kelas banyak yang
menunjuk tangan terlebih dahulu sebagai isyarat ingin
memimpin pembacaan doa.
Dalam konteks kebersihan dan kerapihan, pola yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Ishlah agar para santri
mencintai kebersihan dan kerapihan dengan mengajarkan
mereka untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
38
sekolah dengan merapihkan kelas, membiasakan
membuang sampah pada tempatnya, berpakaian rapih,
membersihkan asrama dan sebagainya. Pembiasaan ini
sangat berdampak pada keseharian mereka. Para santri-
santriwati di Pondok Pesantren Daarul Ishlah tanpa harus
diperintah guru ketika melihat kondisi kelas tidak bersih
dan rapih, mereka akan bersama-sama membersihkan dan
merapihkannya, meskipun sudah ada santri yang bertugas
piket pada hari itu.
Keberhasilan kegiatan ini tidak dapat dilepaskan dari
doktrin ajaran agama tentang cinta kebersihan merupakan
sebagai dari iman. Sedangkan nilai kerajinan yang
dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Ishlah adalah dengan
memberi tugas kepada para santri, tugas itu bisa berupa
tugas ketika pembelajaran bisa pula tugas di asrama. Pada
konteks pembelajaran agama tugas itu bisa berupa hafalan
surat-surat pilihan Alqur’an ataupun doa-doa, mahfudzhot,
muthalaah dan sebagainya. Hal ini dapat menjadi salah
satu alat ukur bagi pendidik untuk menilai santri yang rajin
dan tidak. Tetapi yang menakjubkan adalah para santri
Pondok Pesantren Daarul Ishlah sangat antusias dalam
melaksanakan tugas tersebut. Dalam pembelajaran agama
ketaatan dilakukan dengan melatih santri-santriwati untuk
terbiasa melakukan shalat berjama’ah dan membaca
Alqur’an secara bersama.
Sementara itu nilai kepedulian diimplementasikan
dengan melakukan infaq untuk diberikan kepada orang-
39
orang yang membutuhkan. Semua itu merupakan
aktualisasi dari ajaran Islam yang mengharuskan setiap
individu untuk hablum minaallahdan hablum minannas.
Berbagai macam kebiasaan baik selalu terlihat pada diri
peserta didik di lingkungan pesantren. Beberapa dari
peserta didik mempunyai perasaan bersalah disaat mereka
lupa menunaikan shalat lima waktu tepat waktu, bersedekah
bahkan saat lupa membuang sampah pada tempatnya. Hal
ini menjadikan peran pembiasaan pada proses penanaman
karakter sangat berpengaruh terhadap pembentukan
karakter peserta didik di Pondok Pesantren Daarul Ishlah.
Salah satu lembaga pendidikan yang peduli terhadap
pembentukan karakter siswa adalah Pondok Pesantren
Daarul Ishlah.47
6. Jenis Pesantren
a. Pesantren Tradisoanal
Istilah Pesantren tradisoanal pesantren, siapapun yang
pernah bersinggungan dengan realitasnya akan terbawa ke
dalam suatu nuansa kehidupan yang dinamis, religius, ilmiah,
dan eksotis. Tidak menutup kemungkinan tren pesantren
akan membawa pada bayangan sebuah tempat menuntut ilmu
agama yang ortodoks, statis, tertutup, dan tradisional.
Pondok pesantren sebagai lembaga tertua diIndonesia
memang senantiasa melestarikan nilai-nilai edukasi berbasis
peng-ajaran tradisional. Pelestarian akan sistem dan
47
Ferdinal Lafendry, “Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren “, Studi
di Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Cilegon”, Tarbawi Vol 2, Agustus 2019, h. 35.
40
metodologi tradisional itulahyang lantas menjadikan
pesantren semodel ini disebut sebagai pesantren tradisional.
Pelestarian nilai-nilai tersebut dapat dengan mudah
dilacak dalam kehidupan santri yang sehari-harinya hidup
dalam kesederhanaan, belajar tanpa pamrih dan penuh
tanggung jawab, serta terikat oleh rasa solidaritas yang
tinggi. Corak kehidupan tadi merupakan ekspresi kepribadian
santri hasil dari tempaan pesantren tradisional yang juga
sebagai pondasi awal santri untuk bergaul dengan
masyarakatnya kelak.
Kyai dalam tipologi macam ini merupakan figur sentral
yang sikap sehari-harinya banyak mempengaruhi kepribadian
santri. Karena itu, banyak orang yang beranggapan bahwa
pendidikan di pondok pesantren tradisional seolah tidak
mengenal libur, pembelajaran serta pengamalan ilmu berlaku
siang dan malam dalam sepanjang tahun. Dari kenyataan ini,
masyarakat menganggap pesantren sebagai lembaga ideal
yang dipandang akan melahirkan alumni yang siap pakai
serta mampu memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Kiai
tidak dibayar dan para murid pun tidak membayar uang
sekolah. Seluruh biaya lembaga itu dipikul oleh orang-orang
yang saleh di antara umat sebagai bagian dari kewajiban
membayar zakat. Ciri-ciri pesantren tradisional, yaitu
pesantren yang dalam sistem pembelajarannya masih
menggunakan sistem bandongan dan sorogan, begitu pula
dalam materi yang diajarkan pun berasal dari kitab-kitab
41
kuning (turats), kitab berbahasaArab karya ulama Islam baik
luar maupun dalam negeri.
b. Pesantren Modern
Dunia modern tampaknya turut mengubah relasi antara
kiai pesantren modern dengan santri. Seorang kiai kini tak
lagi mengurusi semua hal tentang pesantren. Pengelolaan
pesantren modern diserahkan sepenuhnya kepada para
pengurus. Terkadang pengurus tersebut adalah anak sang kiai
sendiri, atau kadang dari kalangan santri yang sudah lama
mondok di pesantren dan mempunyai pengetahuan yang
mumpuni serta jiwa kepemimpinan.
Selain itu, pesantren modern juga banyak yang sekaligus
menjadi sebuah yayasan untuk berjaga-jaga agar pesantren
tidak lenyap bersama meninggalnya kiai, bila para ahli waris
pesantren tidak mau atau tidak mampu melanjutkan fungsi
ayah mereka. Dilihat dari kurikulum dan tradisinya,
pesantren modern dapat dengan mudah dibedakan dengan
pesantren tradisional. Pesantren modern dalam
perkembangannya meliputi Bangunan-bangunan pesantren
modern lebih bersih dan terawat, adanya dapur-dapur siap
saji, adanya pakaian seragam, auditorium megah, lapangan
olahraga, ruang pengembangan bakat dan keterampilan,
hingga laboratorium bahasa. Jikalau dalam pengajian
bandongan para santri dalam mengaji tidak ada kewajiban
hadir, dalam pesantren modern sudah mulai menata struktur
pembelajarannya melalu sistem absensi. Sistem dan
42
pembekalan yang dirancang juga sudah sedemikian rupa,
guna mempersiapk an santri menghadapi arus modernitas.
Nilai yang ditanamkan pada lembaga modern ini, tak
lagi hanya sebatas pembentukan karakter santri, namun
sudah lebih melampaui itu. Santri tak hanya melulu bergelut
dengan kitab kuning, tapi juga telah dilengkapi kuri-
kulumnya dengan mata pelajaran seperti di sekolah umum.
Di lembaga modern ini, selain dibekali materi agama dan
mata pelajaran umum, para santri juga digali potensinya.
Para santri kemudian diklasifikasikan sesuai dengan minat
dan bakat, yang selanjutnya disebut dengan kelas fakultatif.
Alumni pesantren modern biasanya mampu berdikari, meski
dalam kemampuan menguasai ilmu nahwu, sharaf, dan fikih
kurang begitu mumpuni. Pesantren yang pengajarannya
masih klasik dan belum memasukan pelajaran umum
dianggap tidak menjanjikan masa depan yang cerah karena
tidak adanya pengakuan sebagai sekolah formal sehingga
ijazahnya belum diakui oleh pemerintah.48
48
Ahmad Muhakamurrohman, ”Pesantren, Santri, Kiai, dan Tradisi”, Dalam
Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2014. h. 44
43
BAB III
Tabel I
Data Santri Putra dan Putri
44
Tabel II
Data Jumlah Ustad dan Ustadzah
No Ustadz/Ustadzah Jumlah
1 Ustadz 59
2 Ustadzah 39
Table III
Data Nama Ustadz dan Ustadzah beserta Jabatan
No Nama Jabatan
1. KH.Zuhri Fauzi, S.Ag Pimpinan Pondok
2. Ahmad Hidayat, S.Ag Kepala Sekolah SMP
3. Surip, S. Hi, MM Kepala Sekolah SMK
4. Hibar Firdaus,M. Pd Kepala Sekolah SMA
5. Syarifudin, S. Kom. I Sekretaris Pondok
6. HJ. Nuraziza, M.Pd Direktur Kuangan
7. H. Ferdinal Lafendry, MM, MA Tim ICB
8. Nurdin, S. Ag Direktur Litbang
9. H. Ahmad Hasanudin, SH. Direktur Rekrutmen dan SDM
10. Ahmad Choirudin, S. Pd Direktur Pengasuhan
11. Muhammar, SE, Sy Direktur Pengajaran
12. Kadapi, S.S Direktur Bahasa
13. Jona Teguh Pribadi Direktur Ekstrakurikuler
14. Nur Muhamad Syafe’I, S.Pd Direktur Peribadatan
15. Muhammad Faisal, S.S Direktorat Operasional
Tabel IV
Sarana dan Prasarana
No Keterangan Jumlah
1 Ruang Kelas 48
2 Ruang Lab 1
3 Ruang Perpus 1
4 Ruang Kepala Sekolah 3
45
5 Ruang Guru 1
6 Ruang TU 1
7 Ruang OSIS 1
8 WC Guru 2
9 WC Siswa 2
10 Masjid 2
TOTAL 21
Misi :
46
E. Tujuan Berdirinya Lembaga
1. Mengembangkan kreatifitas anak dalam Pendidikan Agama
Islam agar tumbuh berkembang menjadi nilai spiritual yang
handal disekitarnya.
2. Menyebarluaskan Ajaran Agama Islam.
3. Tempat belajar santri Pondok Pesantren An-nuqthah khususnya
dan masyarakat sekitar pada umumnya.
4. Membina generasi bangsa terutama dalm memperoleh
Pengetahuan Ilmu Agama Islam sebagai modal hidupnya
dimasa mendatang.
F. Profil Pesantren
Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah
Nama Yayasan : Yayasan An-Nuqthah
No Statistik : 510036710039
Provinsi : Banten
Kota : Tangerang
Kecamatan : Pinang
Desa/Kelurahan : Cipete
Alamat : Jl. HR. Rasuna Said Gg. H. Ismail
RT/RW : 001/005
Status Pesantren : Swasta
Tahun Berdiri : 2009
Luas Tanah : 5 Hektar
Status Tanah : Milik Sendiri
47
(Tahunan, Bulanan), jangka pendek (Mingguan, Harian).
Berikut adalah kegiatan program kerja Pondok Pesantren
Modern An-nuqthah.
a. Kegiatan Rutin Harian
Kegiatan rutin harian biasanya dimulai dari ketika bangun
tidur. Ketika santriwan dan santriwati bangun, mereka
dibiasakan untuk shalat sunah tahajut terlebih dahulu
sebelum masuk waktu shalat subuh. Setelah shalat subuh
santriwan dan santriwati membaca al-qur’an bersama, dan
ada juga program tahfidz. Lalu santriwan dan santriwati
diberi waktu untuk siap-siap ke sekolah dan makan pagi.
Sebelum berangkat sekolah santriwan dan santriwati
melaksanakan shalat dhuha. Waktu masuk sekolah dari jam
07.00-11.00 Sebelum kegiatan belajar mengajar siswa
membaca doa bersama-sama dalam kelas bertujuan agar
siswa terbiasa membaca doa setiap mereka ingin melakukan
pembelajaran.
Setelah pulang sekolah santriwan dan santriwati
melaksanakan mufrodat atau penambahan kosa kata dalam
bahasa Arab atau bahasa Inggris dan kemudian santriwan dan
santriwati harus menghafal dan harus menggunakan kosakata
yang telah diberikan. Setelah melaksanakan mufrodat
santriwan dan santriwati langsung bergegas untuk
melaksanakan shalat dzuhur berjamaah dan dilanjutkan
dengan membaca al-qur’an bersama. Setelah itu santriwan
dan santriwati dikasih waktu dari jam 13.00-15.00 untuk
makan siang dan tidur siang. Kemudian dari jam 15.00-17.30
santriwan dan santriwati melakukan Shalat ashar, membaca
al-qur’an bersama, program tahfidz, ngaji kitab, mufrodat.
Kemudian dari jam 17.30-19.30 santriwan dan santriwati
melakukan Shalat magrib, mengaji perkelompok, program
tahfidz. Kemudian dilanjut dengan shalat isya dan membaca
al-qur’an bersama. Kemudian santriwan dan santriwati
dikasih waktu untuk makan malam. Kemudian dari jam
20.30 – 21.30 santriwan dan santriwati belajar malam.
48
Setelah belajar malam santriwan dan santriwati harus
kembali ke kamar masing-masing untuk tidur.
b. Kegiatan Rutin Mingguan
1. Muhadatsah
Muhadatsah (percakapan) muhadatsah ataupun
percakapan ini dalam bentuk kosakata bahasa arab atau
bahasa inggris yang dilakukan oleh seluruh santriwan dan
santriawati. Adapun tujuan kegiatan tersebut untuk
menambah kosakata bahasa Arab atau bahasa Inggris dan
membiasakan santriwan dan santriawati berbicara bahasa
arab atau bahasa Inggris. Serta sebagai wahana
pembelajaran yang menyenangkan. Muhadatsah ini
dilakukan setiap pulang sekolah pada hari senin dan
kamis.
2. Muhadoroh
Muhadoroh adalah kultum atau berpidato di depan
banyak orang. Kegiatan ini harus di ikuti oleh seluruh
santriwan dan santriawati. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap dua kali dalam seminggu, tepatnya pada hari kamis
malam dan minggu malam.
3. Pramuka
Pramuka dilakukan setiap hari sabtu diikuti oleh seluruh
santriwan dan santriawati. Kegiatan ini dilaksanakan
pada pukul 13.30 - 14.30 Yang didampingi oleh kaka
pembina pramuka bertujuan untuk meningkatkan kualitas
mental anak didik serta pembelajaran hidup mereka
dalam berdisiplin.
c. Kegiatan Rutin Bulanan dan Tahunan
No Kegiatan Waktu
1. Pertemuan Pimpinan dengan seluruh Guru 02 Agustus 2022
2. Pengajian Bulanan Santri Lama 07 Agustus 2022
49
3. Milad Pondok 08 Agustus 2022
4. Kunjungan Santri Baru 12 Agustus 2022
5. Hari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2022
6. SCC 26-27 Agustus 2022
7. ANALOG 2-3 September 20202
8. Pengajian Bulanan Santri Baru 04 September 20202
9. Kunjungan Santri Lama 09 September 20202
10. Pertemuan Direktur Kabag-Panitia 13 September 20202
11. Idhofah 5-15 September 20202
12. UTS 19-29 September 20202
13. Paradise 7 30-02 Oktober 2022
14. Pertemuan Pimpinan-Direktur Kabag-Panitia 04 Oktober 2022
15. Maulid Nabi Muhammad S.A.W 08 Oktober 2022
16. Tajhizul Jenazah 16 Oktober 2022
17. Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022
18. Pemilihan Kandidat, Kampanye, Pencoblosan 23-28 Oktober 2022
19. LPJ Pengurus Lama 30-31 Oktober 2022
20. Pelantikan, Proker 03-11 November 2022
21. Pengajian Bulanan Santri Lama 06 November 2022
22. Pembekalan Musyrif Amaliyah Tadris 08 November 2022
23. Pembuka & Orientasi Amaliyah Tadris 09 November 2022
24. Pembuatan I’dad Amaliyah Tadris 09-04 Desember 2022
25. Kunjungan Santri Baru 11 November 2022
26. Pertemuan Pimpinan dengan seluruh Guru 23 November 2022
27. Hari Guru Nasional 25-27 November 2022
28. Kunjungan Santri Lama 02 Desember 2022
29. Pengajian Bulanan Santri Baru 04 Desember 2022
30. US 1 05-23 Desember 2022
31. Perpulangan Santri Putri 24 Desember 2022
32. Perpulangan Santri Putra 25 Desember 2022
33. Libur Semester 1 26-06 Januari 2023
34. Kedatangan Santri 07-08 Januari 2023
35. Pertemuan Pimpinan-Direktur Kabag-Panitia 17 Januari 2023
36. AT Perdana 18 Januari 2023
37. Pelaksanaan Amaliyah Tadris 19-31 Januari 2023
38. Penutupan Amaliyah Tadris 02 Februari 2023
39. Pengajian Bulanan dan LBH 05 Februari 2023
40. Pembekalan Materi Manasik Haji 07 Februari 2023
41. Praktek Manasik Haji 08 Februari 2023
42. Isra dan Mi’raj 18 Februari 2023
50
43. Kunjungan Santri Baru 03 Maret 2023
44. Pengajian Bulanan Santri Lama 05 Maret 2023
45. Panggung Gembira 10-11 Maret 2023
46. Pertemuan Pimpinan dengan seluruh guru 14 Maret 2023
47. Taftisul Kutub 17 Maret 2023
48. Awal Puasa 22 Maret 2023
49. UTS 23-08 April 2022
50. Ujian Lisan Kelas Akhir 23-25 Maret 2023
51. Ujian Tulis Kelas Akhir 27-05 April 2023
52. Nuzulul Qur’an 08 April 2023
53. Perpulangan Ramadhan 09 April 2023
54. Buka Puasa Bersama Dewan Guru 11 April 2023
55. Libur Ramadhan dan Idul Fitri 10-28 April 2023
56. Hari Kartini 21 April 2023
57. Idul Fitri 1434 H 21-22 April 2023
58. Kedatangan Santri 29-30 April 2023
59. Prediksi Rihlah 01-05 Mei 2023
60. Sidang Yudisium 09 Mei 2023
61. Wisuda Angkatan 11 14 Mei 2023
62. UAS 01-17 Juni 2023
63. Perpulangan Libur Akhir Tahun 18 Juni 2023
64. Libur Akhir Semester 19-30 Juni 2023
65. Pleno Kenaikan Kelas 27 Juni 2023
66. Rapim 28 Juni 2023
67. Raker 29 Juni 2023
68. Kedatangan Santri 02-03 Juli 2023
51
Ayat 1
Tata Tertib Sekolah dan Belajar Mengajar
1. Santri harus mengikuti apel pagi di lapangan masing-masing Putra
ataupun Putri.
2. Setiap santri wajib berada di kelas pada pukul 6.45 WIB.
3. Dianjurkan untuk membudayakan salam saat masuk kelas.
4. Diwajibkan untuk membaca doa di saat awal dan akhir pelajaran.
5. Wajib memakai sepatu dan seragam sekolah sesuai dengan
ketentuan.
6. Dilarang untuk keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung kecuali
atas izin guru yang mengajar dan atau ketua kelas apabila tidak ada
guru.
7. Bagi siswa yang berhalangan untuk masuk kelas dengan alasan
sakit ataupun piket dan urusan lainnya diwajibkan untuk melapor
kepada bagian terkait.
8. Dilarang untuk membuat onar dan memukul-mukul meja ataupun
bersorak-sorak dan mengganggu ketenangan kelas lain.
9. Diwajibkan menjaga kebersihan kelas dan buanglah sampah pada
tempatnya.
10. Tidak dibenarkan menyimpan barang-barang piring makanan
ringan dan sejenisnya selain peralatan sekolah di dalam kelas.
11. Tidak dibenarkan makan-makan di dalam kelas.
12. Dilarang keluar lingkungan sekolah kecuali setelah bel istirahat.
13. Setiap santri harus bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat kelas
serta menjaga dan merawatnya dengan baik.
14. Setiap santri harus menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan
sekolah sebaik mungkin.
52
15. Selama jam sekolah berlangsung santri dilarang keras untuk masuk
ke dalam asrama atau kamar baik dengan dan untuk alasan apapun.
16. Siswa harus selalu antusias dan aktif untuk belajar selama berada
di lingkungan sekolah.
17. Tidak dibenarkan santri mencoret-coret dinding meja kursi dan
sejenisnya termasuk barang barang milik orang lain.
18. Setiap santri wajib memiliki kehadiran kelas sekurangkurangnya
90 %, jika tidak, akan terancam tidak naik kelas.
19. Kenaikan kelas/kelulusan ditentukan berdasarkan poin
berikut:
a. Akhlak/Prilaku.
b. Pelanggaran Disiplin.
c. Nilai Ujian.
d. Kehadiran di Kelas.
e. Menempuh seluruh kegiatan kelas 6 (kelulusan).
20. Pengambilan Ijazah setelah lulus wajib menunjukan bukti Hapalan
dan Murojaah (juz 29 30 dan surat pilihan untuk SMK/SMA, dan
juz 30 dan surat pilihan untuk SMP).
Ayat 2
Tata Tertib Perpustakaan
53
3. Dilarang keras membawa bahan pustaka keluar lokasi
perpustakaan.
4. Santri yang berhasrat untuk mengkopi atau menggandakan bahan
pustaka harus minta izin kepada petugas.
5. Setelah dibaca bahan pustaka harus dikembalikan ke tempat
semula dan disusun dengan baik.
6. Dilarang membuat kegaduhan yang dapat mengganggu orang lain
di lokasi perpustakaan.
7. Setiap santri harus mempergunakan bahasa resmi selama berada di
lingkungan perpustakaan.
8. Dianggap pelanggaran Apabila santri menyimpan atau membawa
barang barang milik perpustakaan tanpa sepengetahuan bagian
perpustakaan.
9. Termasuk pelanggaran jika santri tidak mengembalikan buku
perpustakaan setelah meminjamnya.
10. Termasuk pelanggaran jika santri berkunjung ke perpustakaan
membawa makanan dan minuman.
Ayat 3
Tata Tertib Kamar
54
4. Apabila Kamar masih dalam keadaan terkunci dan belum
waktunya untuk dibuka maka tunggulah dan bersegeralah untuk
melapor kepada bagian atau petugas pemegang kunci untuk minta
dibuka.
5. Dianggap pelanggaran Apabila santri berdiam diri didalam kamar
dalam keadaan terkunci.
6. Tidak dibenarkan santri dan pengurus sekalipun tidur di kamar
selain kamarnya masing-masing.
7. Bagi santri yang ga sengaja merusak kunci pintu jendela dan kamar
maka dikategorikan sebagai pelanggaran berat.
8. Apabila jatuh sakit bersegeralah melapor kepada ketua Kamar dan
Mintalah untuk diantar ke klinik.
9. Santri yang jatuh sakit tidak dibenarkan tinggal atau tidur di dalam
kamar tapi tinggallah di klinik kesehatan Santri.
10. Tidak dibenarkan santri keluar masuk kamar dengan melewati
jendela dan lainnya selain dari pintu yang telah ada.
11. Setiap santri bertanggung jawab atas kebersihan dan ketertiban
lingkungan kamarnya masing-masing setiap santri harus ikut
memelihara barang-barang dan keutuhan kamar sebagai milik
bersama.
12. Para santri diharuskan untuk selalu menjaga keutuhan hak
miliknya sendiri dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Lemari harus selalu terkunci.
b. Jangan menyimpan uang lebih dari Rp20.000 setiap hari,
apabila memiliki uang yang lebih maka wajib menyimpannya di
tabungan siswa.
c. Berilah nama atau tanda khusus pada barang milik pribadi.
55
d. simpanlah seluruh barang-barang atau pakaian di dalam lemari
ciri.
e. Jika terjadi kehilangan segera untuk melapor kepada ketua
Kamar atau bagian keamanan.
13. Pakaian di lingkungan kamar harus sesuai dengan etika dan Sunah
Pondok yang berlaku.
14. Selama berada di lingkungan kamar setiap Tanti harus
mempergunakan bahasa resmi.
15. Tidak dibenarkan Santri putri memasuki kamar santri Putra
ataupun sebaliknya sekalipun berstatus muhrim.
16. Tidak diperbolehkan santri duduk-duduk di atas pagar di depan
kamar.
17. Dilarang keras membuat kegaduhan yang mengganggu ketenangan
pada jam istirahat atau tidur malam dilarang keras santri berada di
dalam kamar pada saat KBM berlangsung.
18. Dilarang keras santri mencoret-coret dinding dan lemari.
19. Dianggap pelanggaran Apabila santri memiliki dua lemari atau
lebih.
20. Cara mengubah susunan lemari yang sudah ditentukan.
21. Dilarang keras makan di dalam kamar.
Ayat 4
Tata Tertib di Kantor dan Berkunjung ke Kamar Asatidz
56
3. Pakailah bahasa resmi ketika bertemu menemui dewan guru atau
pengurus.
4. Bersikap dan berpakaian yang sopan ketika akan bertamu atau
menemui dewan guru.
5. Saat bertamu atau menemui dewan guru tamatnya Ucapkanlah
salam dan ketuklah pintu dengan sopan.
6. Apabila tidak ada tanggapan setelah Ucapan salam dalam ketukan
pintu yang ketiga kalinya maka Anggaplah sedang tidak ada di
kamar atau sedang istirahat.
Ayat 5
Tata Tertib Berbahasa Resmi Pondok
57
Ayat 6
Tata Tertib di Masjid dan Kegiatan Peribadatan
58
10. Setiap santri wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pondok baik perayaan hari besar Islam atau
ritual ibadah lainnya.
Pasal X
Kriteria Pelanggaran
1. Semua tata tertib yang telah dibuat baik pada waktu atau tempat
yang memiliki peraturan Harus dipatuhi dan dijalankan dengan
amanah apabila tidak dijalankan maka termasuk kategori
pelanggaran.
2. Semua pelanggaran yang dilakukan oleh santri akan mendapatkan
sanksi sesuai dengan apa yang ditentukan oleh bagian pengasuhan.
3. Jauhilah semua pelanggaran dan patuhilah Semua peraturan atau
tata tertib yang ada.
Ayat 1
Pelanggaran Ringan
59
10. Sifat acuh tak acuh.
11. Bergaul dengan cara yang tidak Islami.
12. Makan dan minum sambil berdiri.
13. Dan hal lainnya yang sudah atau belum tercantum pada disiplin ini
dan dianggap sebagai pelanggaran ringan.
Ayat 2
Pelanggaran Sedang
60
Ayat 3
Pelanggaran Berat
61
17. Menginap dan bermukim di rumah orang kampung sekitar
pesantren
18. Merokok baik di dalam maupun di luar pesantren
19. Terlambat datang ke pesantren tanpa ada pemberitahuan yang jelas
dari pihak keluarga
20. Menyalahgunakan perizinan
21. Memamerkan aurat
22. Tidak serius dan tidak bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas dalam bidang disiplin dan Sunnah pondok
23. Membeli makanan di luar pesantren
24. Tidak berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban
pesantren
25. Tidak berusaha untuk taat dalam menjalankan disiplin pondok
26. Membuka lemari santri yang lain tanpa izin
27. Bergadang tanpa alasan yang jelas
28. Tidak menghormati santri yang lebih senior atau lebih tua usianya
29. Mengambil dan menggunakan hak milik Pesantren tanpa izin.
30. Melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan Sunnah-Sunnah
pesantren
31. Bergurau bercanda dan melampaui batas kewajaran
32. Merusak barang barang milik pesantren
33. Membeli makanan selain koperasi pondok atau tempat-tempat
yang telah mendapatkan izin dari pihak pondok.
34. Dan hal lainnya yang sudah atau belum tercantum pada disiplin ini
dan dianggap sebagai pelanggaran berat.
62
Ayat 4
Ketentuan Pelanggaran
63
2. Struktur Kepengurusan
Pimpinan Pondok
Sekertaris Tata
Pondok Usaha
IKSAN
Santri
64
H. Waktu Penelitian.
65
BAB IV
A. Hasil Penelitian
66
1. Potret Pendidikan Karakter Santri Di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter pada santri yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran maupun kemauan serta tindakan guna
merealisasikan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter
dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak
atau pendidikan etika, yang pada akhirnya mampu
mengembangkan potensi santri untuk memberikan keputusan
baik atau buruk, serta memelihara kebaikan perihal apapun itu
dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Santri
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah diberikan kebebasan
untuk membentuk jati dirinya sebagai santri yang tunduk dan
taat pada aturan pondok pesantren.
Pembelajaran nilai-nilai pada dasarnya langsung
dituangkan ke dalam kehidupan nyata dalam kegiatan
keseharian, baik oleh kiyai, ustadz/ustadzah, maupun santri.
Keseluruhan nilai dilaksanakan dengan pembiasaan yang
diharapkan menjadi bagian dari kehidupan. Di antara banyak
karakter yang harus ditanamkan pada santri adalah karakter
religious, disiplin, kreatif, toleransi, dan tanggung jawab
merupakan lima dari delapan belas pilar karakter yang harus
diajarkan kepada santri.
Adapun nilai karakter dalam rangka pembentukan
pendidikan karakter di bagi menjadi lima, yaitu :
67
a. Karakter Religious
Pendidikan karakter di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah ini dilakukan dengan metode pembiasaan yang
dimana kiyai dan pengurusnya mencontohkan perilaku
yang baik terhadap santri. Para santri dibiasakan melakukan
kegiatan yang dapat membangun karakter yang baik.
Adapun nilai religious yang berkaitan dengan pikiran,
perkataan, dan tindakan yang diupayakan selalu
berdasarkan nilai- nilai ketuhanan dan ajaran agama.
Contoh: seperti shalat wajib berjamaah, tadarus bersama
setelah selesai melaksanakan shalat berjamaah, setelah
melaksanakan sahalat magrib berjamaah seluruh santri
diwajibkan mengikuti kegiatan kajian perkelompok yang
telah ditentukan, seluruh santri diwajibkan untuk berpuasa
sunah setiap hari senin dan kamis, membiasakan santri
untuk membudayakan salam saat masuk kelas atau kamar,
mewajibkan santri untuk membaca doa di saat awal dan
akhir pelajaran atau kegiatan, membiasakan santri
mempelajari kitab kuning, Setiap santri wajib mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pondok baik
perayaan hari besar Islam dan melaksanakan ibadah-
ibadah sunnah lainya untuk membentuk karakter
religious.49
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak
Hibar Firdaus selaku kepala sekolah Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah menyampaikan bahwa, cara
49
Buku panduan program kerja Pondok Pesantren Modern An- Nuqthah,
Tangerang, 26 Juni 2022.
68
menanamkan nilai-nilai agama atau karakter religious yaitu
melalui implikasi program-program ibadah, seperti
membiasakan para santri laki-laki untuk dapat melafadzkan
azan dengan baik dan benar, kemudian santri laki-laki di
latih menjadi imam ketika shalat berjamaah, kemudian juga
santri laki-laki di latih khutbah ketika melaksnakan shalat
jumat, kemudian melakukan pengembangan tilawatil
qur‟an, dan masih banyak program santri lainnya yang
melatar belakangi diterapkannya pendidikan karakter
religious di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Modern
An-nuqthah merupakan Lembaga Pendidikan berbasis
Agama Islam, dimana di dalamnya sarat dengan ajaran-
ajaran Agama Islam yang menitik beratkan pada
50
pembentukan karakter Islami santri.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, dengan adanya program ibadah seperti
melafadzkan azan, melatih santri menjadi imam ketika
shalat berjamaah, kemudian melatih santri
mengumandangkan khutbah ketika melaksnakan shalat
jumat. Hal ini penting untuk melatih kemandirian dan rasa
percaya diri pada santri. Kemudian pengembangan tilawatil
qur‟an santri dapat meningkatkan pemahaman al-qur’an
seperti mengembangkan suara santri menjadi lebih baik,
dapat mengembangkan makhrojul huruf dan tajwid dengan
benar. Kemudian dengan adanya kegiatan tadarus setelah
50
Wawancara dengan Bapak Hibar Firdaus selaku kepala sekolah Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah, Tangerang, 26 Juni 2022.
69
selesai melakukan shalat wajib juga dapat menanamkan
kebiasaan yang baik pada santri.
Kemudian berdasarkan wawancara peneliti dengan
Ustadzah Suratna selaku direktur rekrutmen pengolaan
SDM menambahkan bahwa, dengan menjaga ukhuwah
islamiyah hubungan sesama umat muslim akan senantiasa
harmonis. Ukhuwah islamiyah adalah istilah yang berkaitan
dengan persaudaraan dan membangun silaturahmi.
Ukhuwah islamiyah merupakan salah contoh dari karakter
religious.51
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, dengan adanya penerapan ukhuwah
islamiyah bertujuan untuk membangun kerukunan sesama
santri agar santri mampu bersosialisasi dengan santri yang
lain. Membangun ukhuwah islamiyah adalah sikap yang
harus dimiliki setiap manusia.
Kemudian berdasarkan wawancara peneliti dengan
Ustadzah Nara Putri Julianti selaku pembimbing bagian
ibadah menyampaikan bahwa, pendidikan karakter di
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah dalam
pembentukan karakter religious pada bagian ibadah salah
satunya adalah mewajibkan seluruh santri untuk
melaksanakan shalat tepat waktu dan juga mewajibkan
santri mengerjakan shalat sunah yaitu shalat dhuha dan juga
51
Wawancara dengan Ustadzah Suratna selaku direktur rekrutmen pengolaan
SDM, Tangerang, 26 Juni 2022.
70
shalat tahajut, kemudian membiasakan santri untuk terbiasa
berpuasa sunah yaitu puasa senin dan kamis.52
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, jika diantara mereka ditemukan ada
santri yang terlambat atau tidak menunaikan shalat dengan
tepat waktu dan ada pula santri yang bercanda ketika
tadarus bersama setelah melaksanakan shalat wajib maka
akan dikenakan sanksi (hukuman) Dan adapun sanksi
(hukuman) yang diberikan jika santri melanggar
peribadatan, salah satu contohnya adalah untuk sanksi yang
terlambat atau tidak menunaikan shalat dengan tepat waktu
maka akan dikenakan sanksi berupa di siram dan di jemur
lalu santri harus menghafalkan surat-surat pendek surat an-
naba dan an-naziat. Sedangkan sanksi bagi santri yang
bercanda ketika mengaji bersama setelah melaksanakan
shalat wajib maka akan dikenakan sanksi berupa
bershalawat dengan keadaan ruku ketika usai shalat
berjamaah dan tadarus.
b. Karakter Displin
Peraturan adalah suatu pola yang dibuat berdasarkan
kaidah-kaidah tertentu, bertujuan untuk menjadikannya
sebagai pedoman yang mengatur batasan-batasan apa yang
harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, sehingga
tercipta suasana yang kondusif dan sesuai dengan
kesepakatan suatu kelompok yang ada. Peraturan di pondok
pesantren modern an-nuqthah dibuat melalui musyawarah
52
Wawancara dengan Ustadzah Nara Putri Julianti selaku pembimbing bagian
ibadah, Tangerang, 26 Juni 2022.
71
antara pengurus, asatidz, dan kepala pondok. Setelah
menemui mufakat, peraturan tersebut segera
disosialisasikan kepada santri.
Adapun nilai disiplin pada dasarnya adalah sikap yang
baik, namun belum tentu setiap santri bisa memiliki sikap
disiplin. Contoh : Santri harus mengikuti apel pagi di
lapangan masing-masing putra ataupun putri, setiap santri
wajib berada di kelas pada pukul 6.45 WIB, setiap santri
wajib memakai sepatu dan seragam sekolah sesuai dengan
ketentuan, Dianggap pelanggaran berat Apabila santri
pindah kamar tanpa seijin dan sepengetahuan bagian
keamanan atau pengasuhan, Selama berada di lingkungan
kamar setiap santi harus mempergunakan bahasa resmi,
Tidak dibenarkan santri putri memasuki kamar santri Putra
ataupun sebaliknya sekalipun berstatus muhrim, Seluruh
santri harus berada di masjid sekurang-kurangnya 30 menit
sebelum azan shalat atau sesuai waktu yang ditentukan.53
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ustadzah
Wulan Nurbaiti selaku pembimbing bagian riayah
menyampaikan bahwa, di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah dalam pembentukan karakter disiplin pada santri
melalui peraturan dan sanksi (hukuman). Kedisiplinan di
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah mewajibkan setiap
santri melaksanakan peraturan-peraturan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab serta dengan penuh
keikhlasan. Peraturan merupakan suatu kegiatan yang
53
Buku panduan program kerja Pondok Pesantren Modern An- Nuqthah,
Tangerang, 26 juni 2022.
72
dibuat dan harus dilaksanakan oleh santri agar tercipta
suatu kondisi yang tertib, teratur, dan kondusif dalam
pembentukan karakter santri melalui kedisiplinan.54
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, dengan adanya peraturan dalam suatu
lembaga pendidikan Pesantren untuk membangun
kedisiplinan santri di lembaga tersebut. Dengan adanya
peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren maka semua
santri wajib mematuhi peraturan yang berlaku. Semua
santri yang melanggar peraturan akan dikenakan sanksi
(hukuman) dari pihak pengurus atau asatidz. Harapan dari
pihak pengurus atau asatidz dengan adanya peraturan yang
berlaku semua santri bisa tertib, disiplin dan bertanggung
jawab atas semua perbuatannya.
Penerapan sanksi disesuaikan dengan tingkatan
pelanggaran yang dilakukan, Jadi sanksi di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah diterapkan sesuai dengan
tingkatan pelanggaran yang telah dilakukannya. Misal jika
sampai diberikan surat pemanggilan orang tua itu berarti
telah melakukan pelanggaran yang berat, seperti
Meremehkan disiplin dan sunah-sunah pondok, Menentang
dan melawan dewan guru dan pengurus, Keluar Pondok
tanpa izin, Berkelahi, bersitegang dan tindak kekerasan
lainnya, Mengambil hak orang lain atau mencuri,
Membawa dan menyimpan senjata tajam atau barang
elektronik, Berhubungan dengan lawan jenis yang bukan
54
Wawancara dengan Ustadzah Wulan Nurbaiti selaku pembimbing bagian
riayah, Tangerang, 26 juni 2022.
73
muhrim untuk maksud yang merusak baik secara langsung
maupun lewat surat-menyurat, Melakukan dosa besar
seperti berzina, minum, sex, lesbian onani, berjudi dan
lainnya, Menyampaikan hal-hal yang tidak benar mengenai
pesantren, Merokok baik di dalam maupun di luar
pesantren, Tidak menghormati santri yang lebih senior atau
lebih tua usianya, Dan hal lainnya yang sudah atau belum
tercantum pada disiplin ini dan dianggap sebagai
pelanggaran berat.55
Adapun jika santri dikenakan sanksi seperti Dijemur,
Dibotak, dan Membuat surat pernyataan dan dibacakan di
depan seluruh santri berarti santri telah melakukan
pelanggaran yang sedang. Misal Bertelanjang dada di luar
kamar mandi tanpa maksud yang jelas, Tidak berlaku sopan
dalam berbicara berpenampilan bersikap dan bertindak,
Memasuki kamar atau tempat santri lain tanpa izin, Dan hal
lainnya yang sudah atau belum tercantum pada disiplin ini
dan dianggap sebagai pelanggaran sedang,
Dan jika santri dikenakan sanksi seperti Teguran,
Nasihat-nasihat, Piket, Hapalan Surat-surat Pendek atau
Pilihan, Penulisan/Hapalan kosa kata, menulis Surat
Pernyataan beralrti santri telalh melalkukaln pelalnggalraln
ringan. Tidak menghargai waktu, Tidak tidak memakai
seragam sesuai yang telah ditentukan, Membicarakan hal-
hal yang tidak berguna dan merusak moral, Makan dan
55
Buku panduan program kerja Pondok Pesantren Modern An- Nuqthah,
Tangerang, 26 juni 2022.
74
minum sambil berdiri, Dan hal lainnya yang sudah atau
belum tercantum pada disiplin ini dan dianggap sebagai
pelanggaran ringan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ustadzah
Siti Maulida selaku direktorat Tata Usaha menyampaikan
bahwa, tata tertib di Pondok Pesantren harus dipatuhi oleh
seluruh santri yang tinggal (bermukim) di Pondok
Pesantren tanpa terkecuali. Pengurus sekalipun, jika dia
bersalah atau ketahuan melakukan pelanggaran tata tertib
pesantren maka akan tetap mendapatkan sanksi (hukuman)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika santri tidak
mengikuti peraturan Pondok Pesantren atau melanggar
peraturan, maka santri yang melakukan pelanggaran akan
dikenakan sanksi (hukuman) dari pengurus atau asatidz.
karena jika tidak diberikan sanksi (hukuman) setelah
mereka melakukan kesalahan atau melanggar peraturan,
maka santri akan seenaknya melanggar dan bebas berbuat
atau berperilaku seenaknya. Bagi santri yang melanggar
peraturan selain mendapatkan sanksi (hukuman), santri
tersebut juga mendapatkan arahan berupa nasihat ataupun
motivasi agar santri bisa menerima teguran dari pengurus
atau asatidz.56
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, tujuan utama dari pemberian sanksi
(hukuman) kepada santri adalah agar anak merasa jera dan
tidak akan mengulangi lagi perbuatannya yang salah.
56
Wawancara dengan Ustadzah Siti Maulida selaku direktorat Tata Usaha,
Tangerang 26 Juni 2022.
75
Sanksi (hukuman) yang dilakukan diharapkan dapat
meningkatkan kedisiplinan santri. Kedisiplinan santri
bukan untuk memberikan rasa takut atau pengekangan
terhadap santri, melainkan untuk mendidik para santri agar
sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam
berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya.
c. Karakter Kreatif
Karakter kreatif perlu ditanamkan kepada santri agar
santri tidak ketinggalan zaman. Kreatif merupakan sikap
dan perilaku yang menggambarkan pembaharuan dalam
pemecahan masalah sehingga menemukan cara-cara yang
baru, yang bersumber dari kecerdasan seseorang. Dengan
adanya karakter kreatif yang dimiliki oleh santri, santri
akan senantiasa mencari dan menemukan hal-hal yang baru
dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ustad
Aziz Saepudin selaku pembimbing bagian Pramuka
menyampaikan bahwa, kreatif merupakan kemampuan
dalam memadukan berbagai informasi dengan cara baru,
guna menemukan solusi bagi masalah, menciptakan temuan
baru, atau menciptakan karya seni. Banyak prestasi yang
telah ditorehkan oleh Pondok Pesantren ini, baik di bidang
kepramukaan maupun di bidang kreativitas dan
57
pengetahuan umum.
57
Wawancara peneliti dengan Ustad Aziz Saepudin selaku pembimbing bagian
Pramuka, Tangerang 26 Juni 2022.
76
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, karakter kreatif adalah kekhasan yang
ada pada diri seseorang pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya senantiasa menghasilkan hal-hal baru.
Indikator dari karakter ini adalah senantiasa mampu
memecahkan masalah dengan solusi yang baru di luar
solusi yang biasa dilakukan oleh orang lain, senantiasa
menemukan hal-hal inovatif, dan senantiasa memiliki ide-
ide cemerlang.
d. Karakter Toleransi
Toleransi merupakan karakter yang mampu mendukung
terciptanya kerukunan. Wujud toleransi berupa perilaku
menghargai perbedaan suku, ras, bahasa, antar golongan
gender, bahkan pendapat yang berbeda karakter toleransi
menjadi salah satu karakter yang penting untuk
ditanamkan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan
Ustadzah Suratna selaku direktur rekrutmen pengolaan
SDM menyampaikan bahwa, Karakter toleransi penting
dimiliki oleh santri karena sejak dalam pendidikan di
pesantren sudah berhadapan dengan keberagaman. Selain
itu, kehidupan yang akan dihadapi santri setelah ia lulus
menempuh pendidikan di Pondok Pesantren adalah
kehidupan yang beragam yang menuntutnya untuk bersikap
toleran.58
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, Karakter toleransi mampu
58
Wawancara dengan Ustadzah Suratna selaku direktur rekrutmen pengolaan
SDM, Tangerang, 26 Juni 2022.
77
menciptakan kesadaran dan penerimaan terhadap
keberagaman dalam kehidupan sehingga terwujud
kerukunan antar sesama di tengah perbedaan. Disamping
keberagaman- keberagaman tersebut, keberagaman yang
dapat dirasakan langsung oleh santri adalah keberagaman
di lingkungan Pondok Pesantren. Tidak hanya
keberagaman dari segi suku, bangsa, bahasa, namun juga
perbedaan atas kekurangan pada orang lain seperti latar
belakang keluarga, kondisi sosial ekonomi setiap santri,
serta kondisi fisik dan psikologis santri.
Pondok pesantren menekankan pentingnya penampilan
sederhana sebagai salah satu nilai luhur pondok pesantren
dan menjadi pedoman perilaku sehari-hari bagi seluruh
santri. Kesederhanaan yang dimaksud adalah tidak tinggi
hati dan sombong pada santri lain walaupun dia berasal dari
golongan orang kaya.
Kemudian penerapan pendidikan karakter pada saat
proses pembelajaran berlangsung atau saat berada
dilingkungan Pondok Pesantren masih ada beberapa santri
yang masih belum mempunyai sikap toleransi sesama
temanya sendiri, salah satu contohnya adalah tidak
menghargai pendapat teman. Dari hal ini tentunya juga
mempengaruhi pendidikan karakter yang terjadi pada santri
tersebut. Namun juga sudah banyak santri yang
menerapkan sikap toleransi di Pondok Pesantren seperti
selalu membantu teman saat mengalami kesulitan, tidak
menghina teman yang berbeda ras ataupun kebiasaan,
78
berteman dengan siapapun tanpa memandang status sosial
dan lain sebagainya, hal ini adalah salah satu dampak dari
proses pembelajaran didalam kelas yang sudah diajarkan
oleh guru kepada santri sehingga para santri bisa
menerapkanya dengan baik.
e. Karakter Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik,
baik tugas dan kewajiban tersebut berhubungan dengan
pribadi maupun orang lain dalam lingkup masyarakat,
bangsa dan Negara. Contoh : mewajibkan seluruh santri
untuk menjaga kebersihan kelas dan membuang sampah
pada tempatnya, setiap santri harus bertanggung jawab atas
keutuhan alat-alat kelas serta menjaga dan merawatnya
dengan baik, setiap santri harus menjaga kebersihan dan
ketertiban lingkungan sekolah sebaik mungkin, setiap
malam jumat dan malam senin para santri diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan muhadoroh atau bisa disebut dengan
pidato.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
pembimbing bagian bahasa Ustadzah Prisma Winda
Avidha Nutqi Enka menyampaikan bahwa, santri
diwajibkan menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Arab dan
bahasa Inggris. Kemudian juga dengan adanya kegiatan
santri setiap hari kamis malam dan minggu malam para
santri diwajibkan untuk mengikuti kegiatan muhadoroh
atau bisa disebut dengan pidato, santri akan dilatih dengan
79
rasa tanggung jawab, kemudian melatih jiwa
kepemimpinan santri agar berani tampil didepan banyak
orang.59
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, pendidikan karakter bertanggung
jawab di pondok pesantren modern an-nuqthah berupa
Muhadoroh dapat membentuk karakter kepemimpinan, rasa
tanggung jawab dan kedisiplinan. Karena dalam kegiatan
Muhadoroh ada santri yang menjadi ketua kelompok,
dimana santri tersebut diberikan amanah untuk mengatur
kelompoknya agar kegiatan Muhadoroh kelompok tersebut
berjalan dengan lancar. Ada santri yang menjadi anggota
yang mendapatkan tugas berpidato untuk melatih skill
berbicara di depan umum, selain itu juga santri di bentuk
rasa tanggung jawab atas tugas yang telah di berikan
kepada dirinya dan agar santri mampu memimpin atau
mengendalikan dirinya untuk menyelesaikan tugasnya.
Sebelum melaksanakan kegiatan muhadhoroh, santri yang
bertugas wajib mengumpulkan teks pidatonya ke
pembimbing bagian Bahasa untuk di koreksi, setelah
selesai dan sudah benar santri tersebut akan mendapatkan
tanda tangan pembimbing bagian Bahasa. Dan apabila
santri yang mendapatkan tugas tersebut tidak mendapatkan
tanda tangan pembimbing bagian Bahasa maka santri akan
dikenakan sanksi. Kegiatan ini menanamkan kejujuran
sejak usia dini, dengan tujuann supaya santri mandiri dan
59
Wawancara dengan pembimbing bagian bahasa Ustadzah Prisma Winda
Avidha Nutqi Enka, Tangerang, 26 juni 2022.
80
bertanggung jawab serta berusaha dengan sekuat tenaga
untuk menyiapkan materi yang akan disampaikan. Dan jika
ada santri yang bertugas lalu santri tersebut belum
menyiapkan materi yang akan disampaikan atau tidak
mengerjakannya, maka santri akan di kenakan sanksi atau
hukuman, yaitu santri akan ditempatkan dikelompok lain
agar santri merasa malu dan jera karena santri tersebut
tidak bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan
kepada santri tersebut.
Kemudian juga dapat disimpulkan bahwa karakter
tanggung jawab adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku
seseorang yang melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan baik, yang ditandai dengan kemampuan
menyelesaikan tugas dengan maksimal, berani menanggung
resiko atas apa yang dilakukan termasuk jika resiko
tersebut adalah hal yang buruk, dan melakukan tugas
sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku.
Di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ada pula yang
namanya Panca jiwa dan Motto Pondok yang harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bagian
sekertariat Pondok Ustadzah Ririn Pahira bahwa Panca
Jiwa dan Motto Pondok adalah nilai-nilai yang dijiwai oleh
siapapun yang berada di pondok modern. Tidak hanya
81
santri tapi juga berlaku untuk para guru, kyai, bahkan para
keluarga kiai.60
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa, adapun nilai yang terkandung dalam
Motto Pondok yang pertama adalah berbudi luhur, berbudi
luhur bisa pula diartikan sebagai berbudi tinggi maksudnya
adalah Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama
yang ditanamkan oleh Pondok ini kepada seluruh santrinya
dalam semua tingkatan dari yang paling rendah sampai
yang paling tinggi. Realisasi penanaman motto ini
dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.
Misalnya santri saling bebagi satu sama lain entah kepada
santri lainnya, kepada guru maupun kepada masyarakat
sekitar dengan membiasakan berinfak setiap hari jumat,
santunan anak yatim, dan du’afa. Harapan dari motto ini
timbulnya kebiasaan baik, karakter mulia, ketaatan
beragama, dan perilaku insan kamil yang tercermin dari
setiap individu siswa.
Adapun motto pondok berbadan sehat merupakan syarat
mutlak agar dapat melaksanakan ibadah dan tugas secara
maksimal. Badan yang sehat adalah sisi lain yang dianggap
sangat penting dalam pendidikan di Pesantren.
Pemeliharaan kesehatan santri dilakukan melalui berbagai
kegiatan olahraga wajib mingguan atau olahraga,
ektrakurikuler, seperti: Basket, Football, Footsal,
Badminton, Tenis meja, lari pagi pada hari jum’at,
60
Wawancara dengan bagian sekertariat Pondok Ustadzah Ririn Pahira,
Tangerang, 26 juni 2022.
82
memanah, Bela Diri, Tapak Suci, senam dan kegiatan
olahraga lainnya yang wajib diikuti oleh seluruh santri
sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Harapan yang terlahir
dari misi motto kedua ini adalah tumbuhnya kecintaan
terhadap lingkungan bersih dan sehat, cinta kebersihan
menjaga makanan sehat dan hidup dalam keteraturan.
Adapun motto pondok Berpengetahuan luas maksudnya
adalah Para santri di Pondok ini dididik melalui proses
yang telah dirancang secara sistematik untuk dapat
memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Santri
tidak hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka
diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka
gudang pengetahuan. Semua itu tersalurkan dalam kegiatan
santri seperti, muhadhoroh (berpidato) menggunakan
bahasa Arab atau bahasa Inggris, tahfidz qur’an, lomba
cerdas cermat, membuat kaligrafi, membuat pusi, membuat
cerpen tentang kisah Nabi dan lain sebagainya. Kiai sering
berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi
tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga
seseorang itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu untuk apa
ia manambah ilmu. Harapan yang ingin dicapai dalam
motto ketiga ini adalah jiwa yang selalu haus untuk gemar
membaca, memahami, meneliti, memiliki wawasan yang
luas, terampil, kreatif, dan memiliki kesungguhan dalam
menggapai cita-cita dan kehidupan yang lebih baik serta
mengeksplorasi pengetahuan dalam berbagai bidang.
83
Adapun motto pondok Berpikiran bebas tidaklah berarti
bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan yang
dimaksud tidak boleh menghilangkan prinsip, yakni prinsip
sebagai muslim mukminyang taat pada ajaran agama.
Kebebasan disini adalah kematangan, kedewasaan, dan
kesadaran untuk saling berbagi dan memberi kemanfaatan
pada orang lain di bawah petunjuk ilahi (hidayatullah).
Dalam internalisasi nilai-nilai berpikiran bebas siswa
diberikan kesempatan yang luas untuk berinovasi dan
kreatif dalam melaksanakan dan keikutsertaan pada
berbagai kegiatan di Pesantren. Harapan yang hendak
digapai dalam motto keempat ini adalah lahirnya siswa-
siswi yang kreatif, inovatif, produktifdan peduli social.
Kemudian nilai yang terkandung dalam Panca Jiwa
Pondok yang pertama adalah Jiwa Keikhlasan Ikhlas berarti
pasrah dan menerima apapun yang terjadi, karena hidup itu
disutradarai langsung oleh Allah. Sehingga bentuk apapun
perintahnya kalau itu baik berarti itu perintah dari Allah
dengan sebuah perantara. Dalam hal ini meliputi segenap
kehidupan di pesantren. Contohnya adalah kiai ikhlas
dalam mengajar, karena kiai telah mengorbankan segalanya
baik berupa harta maupun tenaga untuk menjalankan
amanat dari gurunya. Oleh karena itu, jiwa keikhlasan
dengan dasar seperti itu membuat kiai dalam melakukan
pengajaran terhadap santrinya tidak mengharapkan gaji dari
pondok, tetapi justru ikhlas mengorbankan hartanya untuk
kepentingan pondok. Santri ikhlas dalam belajar,
84
maksudnya menerima segala bentuk apapun yang ada
dalam proses pendidikan di pondok pesantren. Sehingga
setelah terjun di masyarakat, tidak memiliki harapan-
harapan duniawi melainkan hanya mengharapkan imbalan
dari Allah. Para ustad dan ustadzah dengan ikhlas
membantu pondok dalam memberikan pengajaran terhadap
santri, bukan berarti tidak ada gaji yang didapat. Nilai
inilah yang dimaksud dengan keikhlasan dalam panca jiwa
pondok tersebut.
Adapun panca jiwa yang kedua yaitu jiwa
kesederhanaan, Sederhana bukan bermakna miskin, bukan
bermakna tidak punya harta. Jiwa kesederhanaan
merupakan sikap untuk tidak berlebihan, memfasilitasi diri
sesuai kebutuhan. Sebagai contoh dari cara berpakaian
santri sama sekali tidak mencerminkan sebuah kemewahan,
tidak boleh membawa berbagai perhiasan yang tidak
diperlukan atau membawa uang jajan terlalu banyak karena
akan boros. Sikap boros berarti melakukan sesuatu tidak
sesuai dengan kebutuhan atau melebihi kebutuhan yang
seharusnya. Sikap boros berarti memenuhi sesuatu sesuai
dengan keinginan dan nafsu semata. Nilai inilah yang
dimaksud dengan kesederhanaan dalam panca jiwa pondok
tersebut.
Adapun panca jiwa yang ketiga yaitu Jiwa Berdikari
maksudnya kemampuan dan kesanggupan untuk menolong
diri sendiri, jiwa ini merupakan senjata ampuh yang
dibekalkan Pesantren kepada para santrinya. Berdikari
85
tidak hanya bermakna bahwa santri sanggup belajar dan
berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri,
sebagaimana pondok pesantren juga harus sanggup
berdikari sehingga tidak pernah mengharapkan dan
menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas
kasih orang lain. Seperti contoh menyiapkan segala sesuatu
sendiri yang dimana biasanya ketika dirumah yang
menyiapkan segala sesuatu adalah orang tua. Nilai inilah
yang dimaksud dengan jiwa berdikari atau bisa disebut
dengan jiwa kemandirian dalam panca jiwa pondok
tersebut.
Adapun panca jiwa yang keempat yaitu jiwa ukhuwah
islamiyah atau persaudaran Islam. Jiwa persaudaraan ini
menjadi dasar interaksi antara santri, kiai, dan guru dalam
sistem kehidupan pesantren. Jiwa ukhuwwah ini tampak
pada pergaulan sehari-hari santri yang ditanamkan adanya
saling hormat dan saling menghargai antara santri senior
dan santri yunior. Interaksi antar santri dalam berbagai
kegiatan selama menyelesaikan studinya di Pondok, tidak
lain merupakan latihan hidup bermasyarakat. Kehidupan di
pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang
akrab, sehingga segala suka dan duka dirasankan bersama
dalam jalinan ukhuwwah diniyah. Tidak ada dinding yang
dapat memisahkan antara mereka. Ukhuwwah ini bukan
saja selama mereka di Pondok, tetapi juga memengaruhi ke
arah persatuan umat dalam masyarakat setelah terjun di
masyarakat. hal ini demikian menjadikan para santri saling
86
mengenal, memahami, dan menjadikan sesamanya sebagai
saudara.
Adapun panca jiwa yang kelima yaitu jiwa kebebasan,
bebas yang dimaksud adalah bebas dalam berpikir dan
berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas
dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai
pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas
ditanamkan kepada santri agar menjadikan santri berjiwa
besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan.
Karena itu, kebebasan berarti bebas dalam garis-garis yang
positif, dengan penuh tanggung jawab baik dalam
kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam
kehidupan masyarakat.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter
Santri Di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.
Faktor pendidikan karakter santri sangat berhubungan erat
dengan faktor internal (individu) dan eksternal (lingkungan)
baik dalam lingkungan pondok pesantren, masyarakat, rumah,
sekolah, dan sebagainya. Faktor pendukung dan penghambat
merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan, karena sifatnya
yang saling berlawanan dalam hubungan timbal balik. Dengan
demikian aspek yang menjadi faktor pendukung sekaligus
mungkin pula menjadi faktor penghambat, jika aspek tersebut
lebih dominan sebagai faktor pendukung maka kecilah
peranannya sebagai faktor penghambat begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan beberaoa
87
faktor pendukung dan penghambat, berikut yang dapat
disimpulkan oleh peneliti yaitu :
61
Wawancara dengan Ustadzah Suratna selaku direktur rekrutmen pengolaan
SDM, Tangerang, 26 Juni 2022.
88
perkelompok dan kemudian ada kaka kelas yang ikut serta
mengajarkan adik-adiknya mengaji.
89
minggu santri pasti betah. Sebenarnya tidak ada hambatan
namun dari diri santri sendiri terkadang yang membuat
hambatan-hambatan tersebut. Ada pula santri yang malas
tapi sebenarnya santri itu betah dipondok. Namun santri itu
malas ketika belajar, jamaahnya kurang, berbahasanya juga
kurang, selalu melanggar peraturan. Sehingga dewan
asatidz dan pengurus harus bekerja keras untuk
membimbing dan memberikan motivasi yang membangun
kepada santri.
Faktor penghambat pendidikan kakter santri yang
kedua yaitu lingkungan keluarga, keluarga sangat berperan
dalam perkembangan kepribadian anak karena keluarga
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat
identifikasi anak. Lingkungan pertama yang mengenalkan
nilai-nilai kehidupan kepada anak, keluarga sebagai
institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani
(manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, dan anak
banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga
sebelum orang tua menitipkan anaknya ke Pondok
Pesantren.
Faktor penghambat pendidikan kakter santri yang
ketiga yaitu kelompok teman sebaya. Pengaruh kelompok
teman sebaya terhadap anak bisa positif dan negatif.
Berpengaruh negatif, apabila para anggota kelompok itu
memiliki sikap dan prilaku positif, atau berakhlak mulia.
Sementara yang negatif, apabila para anggota kelompoknya
berperilaku menyimpang, kurang memiliki tata krama, atau
90
berakhlak buruk. Seperti santri yang membawa kebiasaan
buruk ketika belum masuk pesantren, seperti merokok,
susah diatur, kurang sopan kepada yang lebih tua.
Faktor penghambat pendidikan kakter santri yang
keempat yaitu media elektronik Misalnya televisi.
Tayangan-tayangan televisi tersebut juga telah memberikan
dampak negatif terhadap gaya hidup warga masyarakat,
terutama anak-anak. Tayangan televisi yang berupa
hiburan, baik film maupun musik banyak yang tidak cocok
ditonton oleh anak-anak karena tidak mempedulikan norma
agama atau akhlak mulia dan kurang mendidik anak,
misalnya acara yang menampilkan kekerasan, bahasa-
bahasa kasar, dan sebagainya. Dan contoh lainya dari
media eletronik yaitu handphone. Di era globalisasi
sekarang ini hampir setiap orang mempunyai handphone,
dari kalangan orang dewasa maupun kalangan remaja
bahkan anak-anak. Dampak negatif dari handphone salah
satunya adalah anak menjadi malas belajar karena sudah
keasikan bermain game online, menonton drama cinta yang
biasanya terdapat adegan orang dewasa yang dimana anak
dibawah umur tidak diperbolehkan untuk menonton drama
tersebut.
91
B. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi tentang pendidikan
karakter santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah, bahwa
di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah mengacu pada 18
karakter dasar yang telah ditetapkan oleh standar Dinas Pendidikan
yang salah satunya adalah karakter religious, disiplin, kreatif,
toleransi, dan tanggung jawab. Kemudian Panca jiwa dan Motto
Pondok selalu menjiwai kehidupan dipondok dan mempunyai
peran yang sangat penting dalam peningkatan akhlak dan jalan
pendidikan di Pondok Modern. Setiap kegiatan santri didasari pada
Motto Pondok dan Panca Jiwa Pondok yang ditanamkan dalam
kehidupan santri yang diawasi oleh kiai maupun tenaga pendidik
ataupun pengurus Pondok Pesantren dalam membentuk karakter
santri. Pemberian ilmu di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah
tidak hanya diajarkan secara langsung ada pula diberikan secara
tidak langsung, baik melalui pembelajaran di kelas maupun
pembelajaran di luar kelas yang diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembentukan karakter santri bukan hanya berpusat pada diri
santri saja, tenaga pendidik atau pengurus sangatlah berperan
penting dalam membentuk karakter santri selama berada
dilingkungan Pondok Pesantren. Oleh sebab itu, tenaga pendidik
atau pengurus Pondok Pesantren diharuskan untuk aktif dan terus
menerus berusaha, untuk memainkan peranan dalam pembentukan
nilai-nilai karakter pada santri agar santri memiliki karakter yang
baik ketika sudah menyelesaikan pendidikannya di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah ini.
Strategi untuk mencapai tujuan mengembangkan pesantren,
antara lain melalui keteladanan tenaga pendidik atau pengurus,
kemudian melalui nasehat-nasehat atau motivasi, serta memberi
bimbingan, memberikan ganjaran atau sanksi kepada santri yang
melanggar peraturan atau tata tertib Pondok Pesantren. Hal
tersebut dimaksudkan sebagai pembiasaan atau keteladanan agar
nantinya santri dengan sendirinya akan melaksanakan kegiatan-
kegiatan atau peraturan-peraturan yang ada di Pondok Pesantren
92
dengan senang hati dan suka rela tanpa merasa dibebani dengan
adanya kewajiban-kewajiban tersebut.
Selanjutnya peneliti akan menganalisis hasil penelitian dalam
bentuk deskriptif sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dijelaskan di atas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembentukan karakter
santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah melalui
pembiasaan dalam bentuk kegiatan santri dan menanamkan
nilai motto Pondok, dan panca jiwa Pondok kepada diri santri,
dapat mengupgrade diri santri menjadi santri yang berkarakter
baik.
2. Ketika terdapat santri yang melanggar maka santri akan
diberikan sanksi, dan di beri nasihat atau arahan oleh para
tenaga pendidik atau pengurus Pondok dan juga kiai.
93
Kemudian disiplin waktu dengan membiasakan santri datang
tepat waktu ke sekolah dan juga ke masjid.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
95
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat
memberikan saran atau masukan yang mungkin berguna bagi
lembaga sekolah yang menjadi objek peneliti ( Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah), sehingga dapat dijadikan motivasi ataupun
bahan masukan, terkait dengan hal ini beberapa saran yang di
rekomendasikan oleh penulis sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga, Untuk lembaga hendaknya semua tenaga
pendidik (a sa tidz, pengurus da n Kepa la Pondok) yang ada di
l l l l l
96
DAFTAR PUSTAKA
97
Pertama Hasbunallah Tabalong”. (UIN Antasari
Banjasmasin, 2019)
Santari, “Implementasi Pendidikan Karakter Di SD Negri 11
Sukamerindu”. (Universitas Islam Negri Raden Fatah
Palembang, 2021).
Bukhori Sholeh, “Tinjauan Analisis Kritis Terhadap Faktor
Penghambat Pendidikan Karakter di Indonesia” (Tesis,
Universitas Pendidikan Indoesia Bandung 2021).
Siti Zulaikah, “Penguatan pendidikan karakter Di SMP Negeri 3
Bandar Lampung” (tesis, Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2019).
Moleong Lexy J, “Metode Penelitian Kualitatif”, h. 4.
Nasution S, ”Metode Research”, h. 5.
Siregar Syofian, “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012, h. 134.
Arikunto, ”Prosedur Penelitian”, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h.
126.
Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003, “Sistem Pendidikan
Nasional”, (Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003),
h. 1-2.
Sukesi Eny, “Pengaruh Pelaksanaan LDKS (Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa) Dalam Membentuk Peserta Didik
Yang Berkarakter Peduli Sesama Di Mts Ittaqu Surabaya”,
UIN Sunan Ampel, 2014, h.1.
Alfian Farah dan Rahmat Ghofar, “Peran Guru dalam
Pembentukan Karakter Siswa di MIN 3 Kembaran
Banyumas”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAN
Purwokerto, 2018, h. 3.
Sani Ridwan Abdullah dan Kadri Muhammad, “Pendidikan
Karakter Mengembangkan Karkter Anak yang Islami”,
Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016, h. 8.
Miyanto Duwi, “Analisis terhadap Surat Al-„Alaq Ayat 1-5
Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Islam”, dalam Jurnal
Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 5 No. 1, 2021, h. 83.
98
Handoko, ”Nilai-Nilai Pendidikan dalam Al-Quran Surat Al-
Alaq”, dalam Jurnal Edu Riligia, Vol. 2 No.1 Januari –
Maret, 2018, h. 91.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 13.
Fitri Agus Zaenul, “Reinveting Human Character: Pendidikan
Karakter Berbasis Nilai& Etika Di Sekolah”, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012, h. 20- 21.
Samani Muchlas dan Hariyanto, “Konsep dan Model Pendidikan
Karakter”, (Surabaya: Rosda, 2011), h. 41-42.
Mulyasa E, “Manajemen Pendidikan Karakter”, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013, h. 1.
Fattah Abdoel, Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus
Bangsa. Jakarta: PT. Arga Publishing: 2008, h. 5.
Afandi Muhammad dkk, “Model dan Pembelajaran Metode di
Sekolah”, Semarang: UNISSULA Press, 2013. h.15.
Sani Ridwan Abdullah dan Kadri Muhammad, “Pendidikan
Karakter Mengembangkan Karkter Anak yang Islami”,
Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016, h. 22.
Setiawan Deny, “Peran Pendidikan Karakter Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Moral”, FIS Universitas
Negeri Medan, 2013, h. 53.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2017), h. 228.
Wibowo Agus, “Pendidikan Karakter”, h. 15.
https://bawuran-bantul.desa.id/first/artikel/139-Pengertian--
Tujuan-dan-Fungsi-Pendidikan-Karakter, diakses pada 13
maret 2022.
Majid Abdul, Dian Andayani, “Pendidikan Karakter Perspektif
Islam”, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 30.
Atmadja Mardi, “Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah”, (Yogjakarta: Laksana .2011) h. 56.
Kusnoto Yuver, “Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pada Satuan Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 4,
No. 2, Desember 2017, h. 250.
99
Lafendry Ferdinal, “Pendidikan Karakter Berbasis Pondok
Pesantren : Studi di Pondok Pesantren Daarul Ishlah,
Cilegon”, Tarbawi Vol 2, Agustus 2019, h. 40.
Ismail Shalahudin dkk, “Pembentukan Karakter Santri Melalui
Panca Jiwa Pondok Pesantren” Jurnal Manajemen dan
Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, Desember 2020.
Maunah Binti, 2009, Tradisi Intlektual Santri, (Yogyakarta)
TERAS. h.17-18.
Efendi Ferry, dan Makhfudli, “Teori dan Praktik dalam
Keperawatan”, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 313.
Rahmawati Anita Dwi, “Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Di
Pondok Pesantren Modern”, Skripsi, Mahasiswa Magister
Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2019.
Nasution Nindi Aliska, “Lembaga Pendidikan Islam Pesantren,
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman”, Vol. 5 No. 1
(2020) h. 36-52.
Gumilang Ria dan Nurcholis Asep, “Peran Pondok Pesantren
Dalam Pembentukan Karakter Santri” Dalam
JurnalComm-Edu Volume 1 Nomer 3, September 2018.
Lafendry Ferdinal, “Pendidikan Karakter Berbasis Pondok
Pesantren : Studi di Pondok Pesantren Daarul Ishlah,
Cilegon”, Tarbawi Vol 2, Agustus 2019, h. 35.
Muhakamurrohman Ahmad,”Pesantren ; Santri, Kiai, dan
Tradisi”, Dalam Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 12, No. 2,
Juli - Desember 2014. h. 44.
100
Lampiran I
Pedoman Wawancara
101
Lampiran II
Surat Penunjukan Pembimbing I
102
Lampiran III
Surat Penunjukan Pembimbing II
103
Lampiran V
Surat Keterangan Penelitian
104
Lampiran VI
Daftar Konsultasi Bimbingan I
105
Daftar Konsultasi Bimbingan II
106
Lampiran VII
Dokumentasi Penelitian
107
108
109