Hukum Bisnis Bab 6 - Echin Matande - 2C

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

A.

Transaksi Jual-Beli (Koop En Verkoop)


Transaksi jual-beli merupakan jenis transaksi yang paling populer dan paling banyak
dilakukan umat manusia.

Pasal 1235 BW yang mengatakan: Si penjual/si berutang barang wajib sebagaimana


seorang bapak rumah yang baik untuk menjaga/merawat barang yang dijual sebelum barang
itu diserahkan ke si pembeli. Lalu pasal1236 BW menyatakan: Si pembeli barang/si berutang
barang wajib ganti rugi kepada si berpiutang barang bila si beruntung telah membawa dirinya
dalam keadaan tidak mampu menyerahkan kebendaannya, atau tidak merawatnya sepatutnya
guna menyelamatkannya. Berikut gambaran mengenai substansi transaksi/perjanjian jual beli
barang yang membutuhkan surat perjanjian karena nilai transaksinya dianggap besar:

 Jual beli kapal.

 Jual beli tanah dan bangunan.

B. Sewa-Menyewa (Huur En Vernuur)


Transaksi sewa-menyewa merupakan perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama
waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak terakhir.
Menurut Oky Deviany Burhamzah, dalam perjanjian sewa menyewa pemilik barang hanya
menyerahkan pemakaian dan pemungutan hasil dari barang yang disewakan, sedangkan hak
milik masih sepenuhnya masih menjadi hak pemilik barang (yang menyewakan). Berikut ini
gambaran substansi perjanjian sewa-menyewa dalam praktik bisnis:

 Perjanjian sewa-menyewa tanah untuk lahan parkir.

 Perjanjian sewa lokasi untuk pemasangan reklame.

C. Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja mengasu pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
(tanaker). Perjanjian kerja merupakan hubungan hukum antara pengusaha dengan pekerja
2
mengenai objek tertentu, yaitu pekerjaan. Hak usaha ialah mendapatkan prestasi kerja dari
pekerja dan memberi perintah kepada si pekerja (kedudukan diperatas). Sedangkan

3
kewajiban pengusaha adalah memberi upah dan kesejahteraan yang layak kepada pekerjanya
dan menjamin perlindungan keselamatan kerja. Jenis dan sifat kerja waktu tertentu (pasal 59
UU Tanaker):

1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.

2. Penyelesaian pekerjaan paling lama 3 (tiga) tahun.

3. Pekerjaan yang sfatnya musiman.

4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru.


D. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Leasing ialah sewa guna usaha antara lessee (seseorang/pengusaha) dengan lembaga
pembiayaan (lessor) atas suatu barang modal. Jenis-jenis transaksi leasing, antara lain sbb:

1. Operating lesse (service lease)

2. Financial lease.

3. Sale and lease back.

Perjanjian lease paling tidak memuat hal-hal berikut:

a. Suku bunga leasing dan jangka waktu leasing,

b. Cara pembayaran dan besaran pembayaran tiap bulan/periode,

c. Biaya administrasi dan biaya asuransi jiwa dan asuransi kerugian,

d. Positive covenant (kewajiban unntuk dilakukan lessee),

e. Negative covenant (kewajiban untuk tidak dilakukan lessee.


E. Transaksi/Perjanjian Sewa-Beli
Ciri-ciri sewa-beli adalah: a) umumnya diadakan untuk barang komsumtif; b) harga
barang biasanya tidak terlalu mahal dan harganya sudah ditentukan sejak awal perjanjian; c)
angsuran atau cicilan sekaligus dianggap sebagai sewa sambil melunasi harga objek. Adapun
landasan hukumnya ialah pasal 1576 KUH Perdata: Dengan dijualnya barang yang disewa,
suatu persewaan yang dibuat sebelumnya tidaklah diputuskan kecuali apabila ini telah
diperjanjikan pada waktu menyewakan barang.

4
F. Pinjam-Meminjam Dana (Perjanjian Kredit)
Perjanjian kredit ialah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan simpan-
meminjam antara kreditor (bank atau nonbank) dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Untuk menjamin kembalinya serta bunganya maka dikenal prinsip The
Five C’s of Credit Analysis:

1. Character.

2. Capacity.

3. Capital.

4. Collateral.

5. Codition of economi.
G. Perjanjian Jaminan Hutang
Berikut ini jenis-jenis perjanjian Jaminan Hutang yang berlaku dalam masyarakat
bisnis.

1. Hak tabungan

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria,


hak dan tanggungan merupakan jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
krefitor lain.

2. Jenis Format Fidusia

Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, fidusia
merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan, dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda, dan hak jaminan atas benda bergerak baik yang terwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak baik khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 tahun !996 tentang Hak Tanggungan
yang tetap berada dalam penguasaan pemberu fidusia.

5
3. Jaminan Format Gadai

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang (kreditor) atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang (debitur) atau oleh
seorang lainnya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang lainnya.

4. Personal Guarantiee (Brogtocht)

Merupakan suatu persetujuan dengan mana seseorang pihak ketiga, guna kepentingan
si berpiutang (kreditor), mengikat diri memenuhi perikatanya si berhutang (debitur)
manakalah orang ini sendiri tidak memenuhinya (pasal 1820 KUH Perdata).

5. Jaminan Format Hipotek

Pasal 1162 KUH Perdata.

6. Jaminan Format Cessie

Cessie diatur dalam buki II KUH Perdata atau BW .


H. Tukar Menukar Barang/Jasa
Menurut pasal 1541-1546 BW, tukar menukar barang ialah suatu persetujuan, dengan
mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberi suatu barang secara timbal-
balik sebagai ganti suatu barang lain.
I. Perjanjian Investasi
Investasi atau pennanaman modal merupakan bentuk transaksi atau perjanjian antara
investoe (pemilik modal) dengan investee (individu/perusahaan yang membutuhkan modal
usaha). Penjelasan Umum UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
J. Perjanjian Anjak Piutang (factoring)
Berdasarkan pasal 1 huruf e Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448/KMK.017
Tahun 2000 tentang perusahaan pembiayaan, anjak piutang merupakan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembiayaan dan/atau pengalihan serta pemurusan pi-utang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar negeri
K. Perjanjian Franchise (Waralaba)
Menurut PP No. 16 tahun 1997 tentang warlaba, perjanjian waralaba merupakan
perikatan dimana salah satu pihak diberi hak untuk menggunakan hak atas kekayaan
intelektual/penemuan/ciri khas usaha yang di miliki pihak lain dengan suatu imbalan dalam
penjualan barang atau jasa. Jenis-jenis franchise:
6
 Franchise format bisnis

 Franchise distribusi produk

 Processing franchise/manufacturing franchise.


L. Perjanjian Pengadaan Barang Cetakan
Hampir semua peruahaan atau toko membutuhkan dokumen-dokumen atau kemasan
produk yang perlu dicetak khusus untuk melayani: nasabah atau konsumennya. Oleh karena
itu, perusahaan atau toko tersebut akan mengadakan transaksi atau perjanjian pengadaan
brang cetakan dengan perusahaan cetakan.
M. Perjanjian Bisnis Lainnya
Ada beberapa transaksi-transaksi lain yang tidak kalah pentingnya dan banyak
dipraktikkan di dalam masyarakat bisnis, natara lain:

 Perjajanjian pembentukan badan usaha.

 Perjanjian asuransi.

 Perjanjian kuasa.

 Perjanjian restrukturisasi perusahaan (khusus PT).

 Transaksi keagenan.

 Perjanjian sepihak.
N. Memorandum of Understanding (MoU)
Atau nota kesepahaman merupakan salah satu bagian dari bentuk kesepakatan
(agreement) para pihak dlam kegiatan bisnis.

Fotmat MoU dengan kontrak bisnis pada umumnya tidak jauh beda (mirip), hanya
saja MoU memiliki 3 citi utama sbb:

 Isinya ringkas

 Sekedar ikatan moral (belum bersifat memaksa)

 Tidak dijalankan, batal dengan sendirinya.

7
O. Kategori Bukti Transaksi/Perjanjian
Menurut pasal 1865 BW atau KUH Perdata, setiap orang wajib membuktikan
bahwa: 1) ia mempunyai suatu hak atau meneguhkan suatu hak; 2) ia membantah suatu hak
orang lain; 3) ia menunjuk pada suatu peristiwa. Kemudian hal ini diperjelas oleh Pasal
1866 BW bahwa alat bukti terdiri atas:

1. Bukti tulisan;

2. Bukti dengan saksi-saksi;

3. Persangkaan;

4. Pengakuan;

5. Sumpah.

Transaksi bisnis yang dibuktikan tertulis dapat dituangkan kedalam dua kategori
akte: 1) akte di bawah tangan ( sesuai pasal 1338 BW atau KUH Perdata); 2) akte notaris
(sesuai pasal 1870 BW).

Anda mungkin juga menyukai