New Skripsi 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

EVALUASI STATUS HEMODYNAMIC MEAN ARTERIAL PRESSURE


PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK YANG
DILAKUKAN MOBILISASI HARIAN DIRUANG ICU RSUD
DR. M. SOEWANDHIE SURABAYA

SAMPUL DEPAN

ROMAN SETIAWAN
NIM. 1130221026

DOSEN PEMBIMBING
ARIEF HELMI SETIAWAN, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
SKRIPSI

EVALUASI STATUS HEMODYNAMIC MEAN ARTERIAL PRESSURE


PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK YANG
DILAKUKAN MOBILISASI HARIAN DIRUANG ICU RSUD
DR. M. SOEWANDHIE SURABAYA

SAM

PUL DALAM

ROMAN SETIAWAN
NIM. 1130221026

DOSEN PEMBIMBING
ARIEF HELMI SETIAWAN, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Roman Setiawan


NIM : 1130221026
Tanda Tangan :

Tanggal : 19 September 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal : Evaluasi Status Hemodynamic Mean Arterial Pressure


Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik Yang Dilakukan
Mobilisasi Harian Diruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya

Penyusun : Roman Setiawan

NIM : 1130221026

Program Studi : S1 Keperawatan

Fakultas : Keperawatan

Pembimbing : Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep

Tanggal Ujian : 15 September 2022

Disetujui Oleh: Pembimbing,

Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP. 9904626

Mengetahui.
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

iii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI STATUS HEMODYNAMIC MEAN ARTERIAL PRESSURE


PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK YANG
DILAKUKAN MOBILISASI HARIAN DIRUANG ICU
RSUD DR. M. SOEWANDHIE SURABAYA

KARYA ILMIAH AKHIR INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL, 15 September 2022

Oleh :
Pembimbing

Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP. 9904626

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

iv
Skripsi ini telah diajukan oleh :
Nama : Roman Setiawan
NIM : 1130221026
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Evaluasi Status Hemodynamic Mean Arterial
Pressure Pada Pasien Dengan Ventilator
Mekanik Yang Dilakukan Mobilisasi Harian
Diruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya

Skripsi ini telah diuji dan dinilai


Oleh tim penguji pada
Program Studi S1 Keperawatan
Pada tanggal 15 September 2022

Oleh Tim Penguji :


1. Ketua Penguji
Arief Helmi Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep :
……………………………
NPP. 9904626
2. Penguji I
Nur Hidaayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes : ……………………………..
NPP. 0307738
3. Penguji II
Rahmadaniar Aditya P, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep : ……………………………..
NPP. 19051256

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

v
vi
ABSTRAK

Pemasangan ventilator mekanik membuat klien mengalami keterbatasan


dalam mobilisasi dan beresiko terjadinya VAP (Ventilator Assotiaciated
Pneumonia) akibat perubahan status hemodynamic salah satunya adalah MAP
( Mean arterial pressure). Tujuan: Mengetahui perbedaan status hemodynamic
pasca dialakukan mobilisasi harian pada pasien dengan ventilator mekanik
Desain penelitian: Deskriptif Observasional Analitik dengan Desain Cross
Sectional. Populasi dan sampel: 23 pasien. Teknik pengambilan sampel:
Consecutive sampling dengan data skunder sesuai dengan kriteria inklusi .
Variabel independent mobilisasi dan variabel dependent status hemodynamic
salah satunya adalah MAP ( Mean arterial pressure) di Ruang ICU RSUD Dr.
M.Soewandhie Surabaya. Alat pengumbulan data: data skunder dan lembar
observasi status hemodynamic. Analisis data: Uji paired-t-test
Hasil analisa data yang diperoleh dengan uji paired-t test didapatkan nilai
P=0,006 (0,006<0,05) maka Ho ditolak yaitu ada perbedaan status hemodynamic
mean arterial pressure pada pasien dengan ventilator mekanik yang diberikan
mobilisasi harian .
Simpulan: Usia, Jenis kelamin, lama peggunaan ventilator mekanik dan
penyakit penyerta berpengaruh terhadap nilai status hemodynamic MAP ( Mean
arterial pressure) pada pasien dengan ventilator mekanik yang dilakukan
mobilisasi harian. Ada perbedaan nilai nilai status hemodynamic MAP ( Mean
arterial pressure) pada pasien dengan ventilator mekanik yang dilakukan
mobilisasi harian.

Kata kunci : Status Hemodynamic, Mobilisasi, ICU.

vii
ABSTRACT

The installation of a mechanical ventilator makes the client experience limitations


in mobilization and is at risk of VAP (Ventilator Assotiaciated Pneumonia) due to
changes in hemodynamic status, one of which is MAP (Mean arterial pressure).
Objective: Knowing the difference in hemodynamic status after daily mobilization
in patients with mechanical ventilators.
Research design: Descriptive Observational Analytics with Cross Sectional
Design. Population and sample: 23 patients. Sampling technique: Consecutive
sampling with skunder data according to inclusion criteria. Independent
mobilization variables and dependent hemodynamic status variables, one of which
is MAP ( Mean arterial pressure) in the ICU Room of Dr. M.Soewandhie Hospital
Surabaya. Data collection tools: skunder data and hemodynamic status
observation sheets. Data analysis: Paired-t-test.
The results of the data analysis obtained by the paired-t test obtained a value of P
= 0.006 (0.006<0.05) then Ho was rejected, namely there was a difference in the
status of hemodynamic mean arterial pressure in patients with mechanical
ventilators who were given daily mobilization.
Conclusion: Age, gender, length of use of mechanical ventilators and
comorbidities affect the value of hemodynamic map status ( Mean arterial
pressure) in patients with mechanical ventilators who are carried out daily
mobilization. There is a difference in the value of the hemodynamic status value
MAP ( Mean arterial pressure) in patients with a mechanical ventilator that is
carried out daily mobilization.

Keywords : Hemodynamic Status, Mobilization, ICU.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi
Status Hemodynamic Mean Arterial Pressure Pada Pasien Dengan Ventilator
Mekanik Yang Dilakukan Mobilisasi Harian Diruang ICU RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Sarjana
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Nahdhatul
Ulama Surabaya (UNUSA).

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari adanya kekurangan dan


keterbatasan. Namun berkat bantuan, serta bimbingan dan dorongan dari semua
pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan
banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
dalam perbaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas
amal yang diberikan dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 21 September 2022


Peneliti

ROMAN SETIAWAN
NIM : 1130221026

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
SAMPUL DALAM..................................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN, SIMBOL DAN ISTILAH.......................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Batasan Masalah....................................................................................3
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian...................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. Konsep Dasar Mobilisasi.......................................................................7
B. Konsep status hemodinamik.................................................................13
C. Konsep Dasar ICU..............................................................................22
D. Konsep Ventilator................................................................................24
BAB 3 METODE KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN...........................................................................................31
A. Kerangka Konsep................................................................................. 31
B. Hipotesis Penelitian............................................................................32
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................33
A. Jenis dan Rancangan Bangun...............................................................33
B. Populasi Penelitian...............................................................................34
C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel........................34
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................37
E. Kerangka Kerja Penelitian...................................................................38

x
F. Variabel Penelitian...............................................................................38
G. Definisi Operasional.............................................................................39
H. Intrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data................................40
I. Pengolahan Data dan Analisis Data.........................................................42
J. Analisis Data............................................................................................ 43
K. Etika Penelitian.................................................................................... 44
BAB 5 HASIL PENELITIAN.............................................................................46
A. Gambaran Lokasi Penelitian................................................................46
B. Hasil Penelitian.................................................................................... 46
BAB 6 PEMABAHASAN....................................................................................50
A. Pembahasan.......................................................................................... 50
B. Keterbatasan Penelitian........................................................................55
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN......................................................................56
A. Simpulan.............................................................................................. 56
B. Saran.................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58
LAMPIRAN..........................................................................................................61

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman


Gambar

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual “Pengaruh Mobilisasi 31


Terhadap Status Hemodinamic Mean Arterial
Pressure Pada Pasien Dengan Ventilator
Mekanik”

Gambar 4. 1 Kerangka Kerja Evaluasi status hemodynamic 36


MAP (Mean arterial pressure) pada pasien
dengan ventilator mekanic yang dilakukan
mobilisasi harian di ruang ICU RSUD. Dr. M.
Soewandi Surabaya

xii
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman


Tabel

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian One Group Pretest-Postest 33


Design
Tabel 4.2 Definisi Operasional pengaruh Mobilisasi 39
terhadap status hemodynamic Mean arterial
pressure
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 46
1 Usia
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 47
2 Jenis Kelamin
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 47
3 Diagnosa Medis
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 47
4 Lama Penggunaan Ventilator
Tabel 5. Perbedaan Status Hemodynamic Mean Arterial 48
5 Pressure (MAP) pada pasien dengan ventilator
mekanik pasca mobilisasi harian di ruang ICU
RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal..............................61


Lampiran 2 Surat Balasan Perizinan Pengambilan Data......................................63
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden..........................................64
Lampiran 4 Lembar Informed Consent.................................................................65
Lampiran 5 Penjelasan Sebelum Persetujuan Untuk Mengikuti Penelitian..........67
Lampiran 6 SOP (Standard Operasional Prosecdur) dan Lembaga Observasi.....68
Lampiran 7 Tabulasi Data Umum.........................................................................71
Lampiran 8 Tabulasi Data Khusus........................................................................72
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik..............................................................................74
Lampiran 10 Konsultasi........................................................................................77

xiv
DAFTAR SINGKATAN, SIMBOL DAN ISTILAH

ARDS : Acut Respiratory Distres Syndrom

CLRT : Continous Laterally Rotation Therapy

CPAP : Continous Positive Airway Pressure

CRT : Capillary Refill Time

CVP : Central Venous Pressure

DBP : Diastolic Blood Pressure

FiO2 : Fraksi inspirasi Oksigen

HOB : Head of Bed

HR : Heart Rate

ICU : Intensive Care Unit

IPL : Inspirasi Pressure Level

MAP : Mean Arterial Pressure

mmHg : Milimeter Merkuri Hydrargyrum

PaCO2 : Tekanan parsial karbon dioksida

PaO2 : Tekanan parsial Oksigen

PS : Pressure Support

ROM : Range Of Motion

RR : Respiratory Rate

SaO2 : Saturasi Oksigen

SBP : Sistolik Blood Pressure

SIMV : Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation

SOP : Standard Operasional Prosedur

TIK : Tekanan Intra Cranial

VA : Ventilasi Alveolar

xv
VAP : Ventilated Acute Pneumonia

VM : Volume Menit

VT : Volume Tidal

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan ventilator mekanik yang begitu penting untuk membantu sistem

respirasi, membuat ventilator merupakan salah satu alat yang relatif sering

digunakan di Intensive care unit (ICU). Unit perawatan intensif care unit (ICU)

menyediakan perawatan kompleks untuk pasien yang sakit kritis. penyakit di unit

perawatan intensif (ICU), sering membutuhkan ventilasi mekanis. Kondisi

tersebut disebabkan kegagalan ventrikel kiri, peningkatan kemampuan

permebialitas kapiler alveolar seperti yang diamati pada sindrom gangguan

pernapasan akut (ARDS), perdarahan alveolar difus, atau eksudat inflamasi pada

pneumonia atau kondisi inflamasi pada paru (Gjonbrataj et al., 2015).

Pemasangan ventilator mekanik membuat klien mengalami keterbatasan

dalam mobilisasi dan beresiko terjadinya VAP (Ventilator Assotiaciated

Pneumonia) akibat perubahan status hemodynamic salah satunya adalah MAP

( Mean arterial pressure). Pemantauan hemodinamika secara perlu diperhatikan,

karena merupakan suatu teknik pengkajian pada pasien kritis, mengetahui kondisi

perkembangan pasien, serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk

Selama ini penerapan mobilisasi yang dilakukan perawat di ruang ICU RSUD

Dr. Soewandi Surabaya sudah dilakukan namun kelemahan tidak rutin dilakukan

sesuai dengan SOP dan hanya pada pasien-pasien tertentu yang diberikan

rekomendasi untuk observasi intensive oleh dokter, selain itu penerapan

mobilisasi yang digunakan belum maksimal tidak sesuai SOP.

1
Peran tekanan arteri rata-rata (MAP) pada pasien dengan ventilasi mekanis

menemukan bahwa gangguan perfusi pembuluh darah kecil menyebabkan

perubahan mikrosirkulasi dan memiliki efek penting pada hasil dan kelangsungan

hidup. penelitian yang dilakukan pada pasien dengan syok septik menemukan

bahwa peningkatan MAP dari 70 mm Hg menjadi 85 mm Hg tidak berhubungan

untuk perfusi jaringan atau kematian (Khanna, 2018).

Data jumlah tempat tidur di ICU sebanyak 15 tempat tidur. BOR Pada bulan

April 82%, Maret 106%, April 121% dan Mei 77% di tahun 2022. Jumlah total

pasien meninggal 66 pasien, meninggal <48 jam 26 pasien, dan >48 jam 40

pasien. Jumlah pasien terpasang ventilator dari bulan April-Juni 2022 sebanyak 96

pasien (Data Register ICU RS. Soewandi 2021). Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada bulan desember 2021 di ruang ICU RS. Dr. Soewandi rata-rata

pasien mengalami perubahan nilai MAP (Mean arterial pressure). Nilai normal

rentang MAP (Mean arterial pressure) adalah 70-100 mmHg. sedangkan hasil

wawancara dengan beberapa perawat di ICU RS Soewandi pemberian mobilisasi

tidak dilakukan secara rutin tiap 2 jam sesuai dengan SOP teori. Padahal ini akan

berdampak pada status hemodinamik dan respirasi serta mobilasasi dinilai salah

satu upaya untuk mencegah terjadinya decubitus dan pneumonia.

Salah satu indikator yang dipakai untuk melihat sirkulasi sistemik yang

bekerja didalam tubuh bisa menggunakan pemantauan hemodinamik salah

satunya MAP (Mean arterial pressure) (Nashruddin and Wiwin, 2021). Mean

arterial pressure (MAP) adalah tekanan arteri rata-rata selama satu siklus jantung,

sistol, dan diastol. MAP dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi vaskuler

sistemik yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa variabel. perfusi organ


3

vital memerlukan pemeliharaan MAP minimal 70 mmHg. pasien kritis mengalami

perubahan transportasi oksigen selama reposisi, pasien yang menggunakan

ventilator mekanik, efek gravitasi terhadap kapiler darah menyebabkan

peningkatan tekanan alveolar sehingga meningkatkan ventilasi.

Ketidakseimbangan hemodinamik membutuhkan pemantauan yang baik dan kritis

oleh perawat (Chen et al., 2020)

Dampak Imobilisasi pada pasien di ruang ICU terjadinya penekanan tubuh

yang bisa mengakibatkan dekubitus, penurunan ventilasi 40% sampai 50% pada

pasien kardiomegali dan kelainan paru di lobus kiri bawah akibat posisi terlentang

yang berkepanjangan, penumpukan sekret, dan terjadinya profilaksis,

pembentukan ulkus, kejadian deep vein thrombosis, emboli paru, atelectasis dan

pneumonia VAP (Ventilator Assotiaciated Pneumonia). Karena dengan

membiarkan pasien dalam keadaan imobilsasi akan memberikan dampak yang

buruk pada organ-organ tubuh yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup

(Burstein et al., 2020).

Mobilisasi progresif berbentuk prosedur yang berisikan serangkaian rencana

atau langkah langkah untuk mempersiapkan pasien agar mampu bergerak atau

berpindah tempat secara berjenjang dan berkelanjutan. Mobilisasi progresif

dimulai dengan menilai keamanan pasien berdasarkan kondisi umum pasien.

Mobilisasi progresif terdiri dari lima level yang dimulai dari pasien

ketergantungan total yaitu level 1 sampai pasien mandiri melakukan mobilisasi

yaitu level 5.
4

B. Batasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas dapat dijadikan landasan untuk batasan

masalah dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu peneliti akan menganalisis

Pengaruh mobilisasi terhadap Mean arterial pressure pasien dengan ventilator

mekanik di ruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Adakah perbedaan yang signifikan status hemodynamic Mean Arterial

Preasure pada pasien dengan ventilator mekanik pasca diberikan mobilisasi

harian di Ruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan status hemodynamic MAP (Mean arterial

pressure pasien dengan ventilator mekanik yang dilakukan mobilisasi harian

di ruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya.

2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi faktor usia mempengaruhi status hemodynamic MAP

(Mean arterial pressure) pasien dengan ventilator mekanik Di Ruang

ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.

2) Mengidentifikasi faktor jenis kelamin mempengaruhi status

hemodynamic MAP (Mean arterial pressure) pasien dengan ventilator

mekanik Di Ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.


5

3) Mengidentifikasi faktor komplikasi diagnose medis mempengaruhi

status hemodynamic MAP (Mean arterial pressure) pasien dengan

ventilator mekanik Di Ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.

4) Mengidentifikasi faktor lama penggunaan ventilator mempengaruhi

status hemodynamic MAP (Mean arterial pressure) pasien dengan

ventilator mekanik Di Ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.

5) Mengidentifikasi perbedaan nilai status hemodynamic MAP (Mean

arterial pressure) pasien dengan ventilator mekanik sebelum dan sesudah

dilakukan mobilisasi harian Di Ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie

Surabaya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

membuktikan dasar teori tindakan keperawatan mandiri salah satunya

mobilisasi harian berpengaruh terhadap evaluasi nilai status hemodynamic

MAP (Mean arterial pressure) pasin dengan ventilator mekanik

2. Manfaat penelitian secara praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai pengembangan ilmu dan update aplikasi tindakan keperawatan

mandiri salah satunya mobilisasi dapat berpengaruh terhadap status

hemodynamic MAP (Mean arterial pressure).

b. Bagi Profesi keperawatan


6

Mengoptimalisasi tindakan mobilisasi sebagai tindakan madiri perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan status

hemodynamic MAP (Mean arterial pressure).

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat di desiminasikan dan dipublikasikan di jurnal untuk

memberikan informasi keuntungan tindakan mandiri mobilisasi untuk

meningkatkan status hemodynamic MAP (Mean arterial pressure).

d. Bagi Responden

Dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan dan kesembuhan pasien

yang mengalami penurunan status hemodynamic MAP (Mean arterial

pressure.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Mobilisasi

1. Definisi Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kebutuhan dasar manusia diperlukan individu untuk

melakukan aktivitas sehari-hari berupa pergerakkan sendi, sikap, gaya

berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (Potter, & Perry, 2011).

Menurut teori Henderson manusia mempunyai 14 kebutuhan dasar, salah

satunya bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi).

Mobilisasi ikut berperan dalam menurunkan lamanya perawatan di ruang

ICU maupun di rumah sakit (Mobiliu and Tomayahu, 2021). Perubahan dalam

tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak

dalam bentuk tirah baring, pembatasan fisik selama penggunaan alat bantu

eksternal, pembatasan gerak volunteer, atau kehilangan fungsi motoric.

2. Mobilisasi Progresif

Mobilisasi adalah mobilisasi yang dilakukan secara bertahap pada pasien

dengan kondisi kritis yang dirawat di ruang ICU. Protokol mobilisasi

berdasarkan (Timmerman, 2007) dan American Association of Critical Care

Nurses (2009) terdiri dari lima tahapan. Mobilisasi progresif dimulai dengan

safety screening untuk memastikan kondisi pasien dan menentukan level dari

mobilisasi yang dapat dilaksanakan. Prosedur safety screening dilakukan

setiap kali sebelumpelaksanaan mobilisasi.

7
8

3. Tujuan Dampak Mobilisasi

Tujuan dilaksanakan mobilisasi pada pasien di ruang ICU mengurangi

resiko dekubitus, menurunkan lama penggunaan ventilator, untuk mengurangi

insiden Ventilated Acute Pneumonia (VAP), Perubahan status hemodinamic,

Peningkatan ventilasi, menurunkan delirium, meningkatkan kemampuan

pasien untuk berpindah dan meningkatkan fungsi organ-organ tubuh.

Pelaksanaan mobilisasi progresif dilaksanakan tiap 2 jam sekali dan

memiliki waktu jeda atau istirahat untuk merubah ke posisi lainnya selama

kurang lebih 5-10 menit. Adapun mobilisasi progresif level 1 yang akan

dilakukan dimulai dengan mengkaji pasien dari riwayat penyakit yang dimiliki

apakah terdapat gangguan kardiovaskuler dan respirasi, suhu <38°C, RR 10-

30x/menit, HR >60-<120x/menit. MAP >70-<100, tekanan sistolik berkisar

>90-<180 mmHg, Saturasi oksigen berkisar >90%, tingkat kesadaran , pasien

mulai sadar (RASS 5 sampai 3). Pada level 1 dimulai dengan meninggikan

posisi pasien 30 derajat kemudian diberikan pasif ROM selama dua kali

sehari. Mobilisasi progresif di lanjutkan dengan continous laterally rotation

therapy (CLRT) latihan dilakukan setiap 2jam. Bentuk latihan berupa

memberikan posisi miring kanan dan miring kiri sesuai dengan kemampuan

pasien (Bassett et al., 2012)

4. Jenis-Jenis Mobilisasi

Jenis-jenis posisi pada mobilisasi progresif dibagi menjadi beberapa

tindakan dasar, diantaranya:


9

a. Head Of Bed (HOB)

Memposisikan tempat tidur pasien secara bertahap hingga pasien

posisi setengah duduk. Posisi ini dapat dimulai dari 300, kemudian

bertingkat ke posisi 450, 650 hingga pasien dapat duduk tegak. Head of

bed berpengaruh pada saturasi oksigen karena ketika pasien mendapatkan

perlakuan dari berbaring menjadi duduk (seperti duduk) menyebabkan

tubuh melakukan berbagai cara untuk beradaptasi secara psikologis untuk

mempertahankan homeoastasis cardiovascular. Sistem cardiovascular

mencoba mengatur dalam 2 cara yaitu dengan pergantian volume plasma

atau dengan telinga bagian dalam sebagai respon vestibular yang

mempengaruhi sistem cardiovascular selama perubahan posisi. Pasien

kritis biasanya memiliki irama detak yang lemah, tidak stabilnya

pernapasan atau rendahnya penerimaan cardiovascular (Bassett et al.,

2012)

b. ROM (Range Of Motion)

Ketika otot mengalami imobilisasi akan terjadi pengurangan massa

otot dan mengalami kelemahan. Sehinggan ROM diharapkan dapat

mempertahankan massa otot dan kekuatan otot pasien.

c. Continous Lateraly Rotation Therapy (CLRT)

CLRT adalah suatu bagian dari mobilisasai progresif, perubahan

posisi ke arah lateral atau miring mempengaruhi aliran balik darah yang

menuju ke jantung berdampak pada hemodinamik. Lateral position

merupakan posisi miring kanan maupun miring kiri dengan kepala

menggunakan bantal, posisi bahu bawah fleksi kedepan bantal dibawah


10

lengan atas. Pada bagian punggung belakang letakkan bantal/guling serta

paha dan kaki atas disupport bantal sehingga ekstremitas bertumpu secara

paralel dengan permukaan tempat tidur dan menstabilkan posisi pasien

(Hafifah, Rahayu and Hakim, 2021).

d. Posisi Prone

Bentuk latihan ini berupa memposisikan klien pada posisi

terlungkup, kepala dan dada menghadap ke bawah. Banyal diletakkan di

bawah kepala, bantal harus tipis untuk mencegah fleksi servikal atau

ekstensi dan mempertahankan kesejajaran lumbar. Meletakkan bantal di

bawah tungkai bawah memungkinkan dorsolfleksi pergelangan kaki dan

beberapa fleksi lutut yang mendukung relaksasi, jika bantal tidak tersedia,

pergelangan kaki perlu didorsalfleksikan pada ujung matras. Meskipun

posisi terlungkup jarang diberikan, pertimbangan posisi ini untuk

membantu klien terbiasa tidur dengan posisi ini (Bassett et al., 2012)

e. Posisi Duduk

Posisi duduk pada pasien yang dirawat di ruang ICU dimulai

dengan melatih pasien duduk bersandar di tempat tidur, dilanjutkan

dengan melatih duduk seperti pada posisi duduk di kursi duduk pantai

dengan kaki menggantung melawan gravitasi. Jika pasien sudah mampu

mentolelir hal tersebut maka pasien sudah mencapai mobilisasi progresif

level II. Pada level II pasien dapat dilatih posisi duduk sebanyak dua kali

sehari. Pasien yng sudah dilatih duduk biasanya memiliki kriteria

hemodinamik stabil, tidak terjadi perdarahan, HR: 60-120x/menit, MAP


11

>60, SaO2 >90%, RR >30x/menit, PaO2 >60mmHg, pasien tidak tampak

kelelahan, nyeri dan tidak nyaman (Bassett et al., 2012).

f. Posisi Berdiri

Posisi berdiri dimulai dari pasien berdiri di samping tempat tidur.

Ketika pasien mampu mentolelir kegiatan tersebut kemudian ditingkatkan

dengan berdiri tanpa bantuan, lalu mulai melangkah. Pasien yang sudah

berlatih pada tahap ini adalah pasien dengan level IV dalam tahapan

mobilisasi progresif. Pada tahap ini biasanya pasien sudah mulai membaik

dan siap untuk dipindahkan ke ruangan bangsal biasa (Bassett et al., 2012)

g. Posisi Berjalan

Posisi berjalan dapat dilakukan dengan pasien yang menggunakan

ventilator portabel (yang dapat dipindah- pindahkan). Proses berlatih

berjalan dimulai dengan menggunakan alat bantu seperti walker/ alat bantu

jalan. Pasien pada tahap ini adalah pasien dalam level V pada tahapan

mobilisasi progresif. Kegiatan pertama sebelum berlatih berjalan yaitu

dengan berlatih duduk, lalu berdiri kemudian melangkah. Latihan ini

biasanya dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

5. Tahapan Mobilisasi Progresif

Terdapat 5 level dalam pelaksanaan Mobilisasi Progresif diantaranya

(Mobiliu and Tomayahu, 2021):

a. Level I

1) Dimulai dengan mengkaji pasien dari riwayat penyakit yang dimilki

apakah terdapat gangguan kardiovaskuler dan respirasi. suhu <380C.


12

RR 10-30x/menit, HR >60 <120x/menit. MAP >55<140, tekanan

sistolik berkisar >90 <180 mmHg, saturasi oksigen berkisar >90%

2) Tingkat kesadaran, pasien mulai sadar dengan respon mata baik

3) Pada level I dimulai dengan meninggikan posisi pasien head of bed

300 kemudian diberikan pasif ROM selama 5 menit dilakukandua kali

sehari.

4) Mobilisasi progresif dilanjutkan dengan continous lateraly rotation

therapy (CLRT) latihan dilakukan setiap dua jam. Bentuk latihan

berupa memberikan posisi miring kanan dan miring kiri sesuai dengan

kemampuan pasien.

3. Level II

1) Apabila pasien dengan kondisi hemodinamik stabil kemudian dengan

tingkat kesadaran meningkat yaitu pasien mampu membuka mata tapi

kontak belum baik.

2) Kegiatan mobilisasi di level II ini dimulai dengan ROM hingga tiga kali

per hari, mulai direncanakan aktif ROM, kemudian dimulai meninggalkan

posisi tidur pasien hingga 450-650 dilakukan setiap lima belas menit,

dilanjutkan dengan melatih pasien duduk selama 10-20 meni.

4. Level III

1) Pada level ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot pasien hingga

mentolelir gravitasi.

2) Kegiatan mobilisasi pada level ini dimulai dengan berlatih duduk di tepi

tempat tidur lalu meletakkan kaki menggantung (mentolelir gravitasi)

selama 15 menit, hal ini dilakukan sebanyakdua kali sehari.


13

3) Pasien pada level ini belum sepenuhnya sadar penuh, tetapi sudah ada

kontak mata.

5. Level V

1) Tujuan mobilisasi pada level ini untuk meningkatkan kemampuan pasien

berpindah dan bergerak.

2) Pasien pada level ini kooperatif, sadar penuh.

3) Kegiatan mobilisasi pada level ini dengan duduk di kursi khusus

laludilanjutkan dengan berdiri dan berpindah tempat. Kegiatan ini

dilakukan sebanyak dua hingga tiga kalli dalam sehari.

B. Konsep status hemodinamik

1. Definisi Hemodinamik

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi

jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Agustin et al., 2019).

Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi

kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna

mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan

hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi

kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian klinis

pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari

pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti

keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,

mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi

sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan


14

fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh

ke dalam gagal fungsi organ multipel (Jevon & Ewens. (2009).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hemodinamik

Faktor-faktor yang mempengaruhi hemodinamk Faktor-faktor yang

mempengaruhi hemodinamik pasien ICU antara lain adalah (Jevon & Ewens,

2009):

a. Penyakit dapat mempengaruhi hemodinamik pasien seperti adanya

gangguan pada organ jantung, paru-paru, ginjal dimana pusat sirkulasi

melibatkan ketiga organ tersebut terutama jika terjadi di sistem

kardiovaskular dan pernafasan.

b. Obat-obatan/terapi seperti analgesik dan sedasi dapat mempengaruhi

status hemodinamik, contohya adalah morfin dimana obat tersebut dapat

meningkatkan frekuensi pernafasan.

c. Status psikologi yang buruk atau psychological distress tentu saja akan

mempengaruhi hemodinamik, karena respon tubuh ketika stres memaksa

jantung untuk bekerja lebih cepat.

d. Aktifitas yang berlebih akan meningkatkan kerja jantung, dan hal tersebut

akan mempengaruhi status hemodinamik.

e. Mode Ventilator yang digunakan mempengaruhi hemodinamik karena

setiap mode memiliki fungsi masing-masing salah satunya

melatih/memaksa pasien untuk bernafas secara spontan.


15

3. Pemantauan Hemodinamik

a. Invasif

Pemantauan parameter hemodinamik invasif dapat dilakukan pada

arteri, vena sentral ataupun arteri pulmonalis. Metode pemeriksaan

tekanan darah langsung di intrarterial adalah mengukur secara aktual

tekanan dalam arteri yang dikanulasi, yang hasilnya tidak dipengaruhi oleh

isi atau kuantitas aliran darah. Kanulasi di vena sentral merupakan akses

vena yang sangat bermanfaat pada pasien sakit kritis yang membutuhkan

infus dalam jumlah besar, nutrisi parenteral dan obat vasoaktif. Sistem

pemantauan hemodinamik terdiri dari 2 kompartemen: elektronik dan

pengisian cairan (fluid-filled). Parameter hemodinamik dipantau secara

invasif sesuai azas dinamika sistem pengisian cairan. Pergerakan cairan

yang mengalami suatu tahanan akan menyebabkan perubahan tekanan

dalam pembuluh darah yang selanjutnya menstimulasi diafragma pada

transducer. Perubahan ini direkam dan diamplifikasi sehingga dapat

dilihat pada layar monitor. Sistem cairan dengan manometer air: kateter

dilekatkan pada saluran yang terisi penuh dengan cairan, terhubung

dengan manometer air yang sudah dikalibrasi. Teknik yang sangat

sederhana, sejatinya bermula dibuat untuk mengukur tekanan vena

sentral (Central Venous Pressure). Sistem serat fiber: probe dengan

transducer di ujungnya diinsersi pada daerah yang akan dipantau

(misalnya ventrikel). Sinyal akan dikirim ke layar monitor melalui

serat optik. Sistem ini tidak tergantung pada dinamika cairan.

Dibandingkan dengan sistem pengisian cairan, pengoperasiannya lebih


16

mudah hanya harganya mahal. Sistem pengisian cairan yang digabung

dengan transducer/amplifier: tekanan pulsatil pada ujung kateter

ditransmisikan melalui selang penghubung ke diafragma pada

transducer. Sinyal ini akan diamplifikasi dan pada layar monitor dapat

tersaji secara kontinu dengan gelombang yang real-time.

Menurut (Agustin et al., 2019) parameter non invasif yang

sering digunakan untuk menilai hemodinamik pasien adalah:

1) Pernapasan

Frekuensi pernapasan atau RR pada pasien yang menggunakan

ventilasi mekanik ditentukan pada batas atas dan batas bawah.

Batas bawah ditentukan pada nilai yang dapat memberikan

informasi bahwa pasien mengalami hipoventilasi dan batas atas

pada nilai yang menunjukkan pasien mengalami hiperventilasi.

Pengaturan RR pada pasien disesuaikan dengan usia pasien.

2) Saturasi Oksigen (SaO2)

Pemantauan SaO2 menggunakan pulse oximetry untuk

mengetahui prosentase saturasi oksigen dari hemoglobin dalam

darah arteri. Pulse oximetry merupakan salah satu alat yang sering

dipakai untuk observasi status oksigenasi pada pasien yang

portable, tidak memerlukan persiapan yang spesifik, tidak

membutuhkan kalibrasi dan non invasif. Nilai normal SaO2 adalah

95-100%.

3) Tekanan darah
17

Perhitungan tekanan darah dilakukan dengan alat bantu monitor.

Nilai normal sesuai usia pasien adalah sebagai berikut: usia 1 bln:

85/50 mmHg, 6 bulan: 90/53 mmHg, 1 tahun: 91/54 mmHg, 2

tahun: 91/56 mm Hg, 6 tahun: 95/57 mmHg, 10 tahun: 102/62 mm

Hg, 12 tahun: 107/64 mmHg, 16 tahun: 117/67 mmHg dan 20

tahun ke atas 120/80 mmHg. Pada pasien dewasa lebih sering

digunakan pada angka 110/70 sampai dengan 120/80 mmHg

(Ramesh, 2003).

4) Frekuensi denyut jantung (Heart Rate)

Perhitungan frekuensi denyut jantung dilakukan dengan alat

bantu monitor. Frekuensi jantung pasien usia 1 bulan: 100 sampai

dengan 180 kali/menit, 6 bulan: 120 sampai dengan 160 kali/ menit, 1

tahun: 90 sampai dengan 140 kali/menit, 2 tahun: 80 sampai dengan

140 kali/menit, 6 tahun: 75 sampai dengan 100 kali/menit, 10

tahun: 60 sampai dengan 90 kali/menit, 12 tahun: 55 sampai

dengan 90 kali/menit, 16 tahun ke atas : 60 sampai dengan 100

kali/menit.

5) Capillary Refill Time (CRT)

CRT yang memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien.

Ini diperkuat jika disertai dengan turgor kulit dan pola pernapasan

yang abnormal. Namun, CRT yang memanjang juga harus

diperhatikan dalam hubungannya dengan tanda-tanda klinis

lainnya, misalnya hemodinamik tidak stabil. Normal CRT adalah

kurang dari dua detik.


18

6) Tekanan Vena Sentralis (CVP)

Tekanan vena sentralis dapat dipantau dengan menginsersikan

kateter ke dalam vena besar. Penusukan dapat dilakukan melalui

vena jugularis interna, 12 vena subklavia, vena brakhialis dan vena

femoralis sampai posisi ujung kateter diatas pertemuan vena cava

superior dengan atrium kanan. Tekanan vena sentral juga dapat

diukur dengan menggunakan lumen proksimalis kateter arteri

pulmonalis. Karena lokasi ujung kateter terpapar dengan tekanan

intratorakal, pola napas akan mempengaruhi hasil pengukuran,

inspirasi dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan vena

sentralis, apakah penderita bernapasspontanatau bernapas dengan

ventilasi mekanik. Untuk memastikan posisi ujung kateter tepat atau

tidak dapat dilakukan dengan cara mengamati perobahan tekanan

manometer (undulasi) selama inspirasi, aspirasi darah mudah

dilakukan dan foto torak) Penilaian tekanan vena sentralis dapat

dilakukan dengan manometer air(cm H,0) atau dengan transduser

elektrik (mmHg). Pengukuran tekanan vena sentralis lebih baik

dilakukan pada saat akhir ekspirasi untuk mengurangi efek tekanan

intratorakal. Bila pasien bernapas spontan, tekanan vena sentralis

akan bergerak turun sewaktu inspirasi dan bila pasien bernapas

dengan ventilasi mekanik tekanan vena sentralis akan bergerak

naik. Tekanan vena sentralis meningkat pada posisi Trendelenburg,

overload, ventilasi mekanik, batuk, muntah, gagal jantung, manuver

valsava serta menurun pada posisi duduk, berdiri tegak,


19

hipovolemia, takikardia.(Sirait,2020).

7) Mean Arterial Pressure (MAP)

a) Konsep Dasar MAP

Mean Artery Pressure (MAP) merupakan mekanisme

kompensasi dalam mempertahankan tekanan perfusi serebral

dengan meningkatkan rerata tekanan arteri. Pentingnya menjaga

pasokan aliran darah otak agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

Rata-rata aliran darah ke otak yang cukup merupakan kajian yang

penting. Kegagalan mengetahui dan mengidentifikasi tanda serta

gejala tekanan perfusi otak dan kecukupan rerata arteri merupakan

resiko yang paling besar kerana dapat menyebabkan kerusakan otak

yang irreversibel sampai kematian (Martono dkk, 2016). Hasil uji

statistik yang dilakukan oleh Martono et all, uji R2 diperoleh nilai

R square sebesar 0,778, artinya nilai kritis dapat dianalisis bahwa

posisi head elevation dalam rentang 15-30° menguntungkan dan

tidak menyebabkan penurunan CPP & Mean Artery Pressure

(MAP) serta dapat menurunkan ICP.

Mean Artery Pressure mempunyai kontribusi terhadap

tingkat kesadaran pasien sebesar 77.8% dan sisanya 22.2%

dipengaruhi variabel lain. Hasil penelitian Felix. Ketidakstabilan

status hemodinamik akan berpengaruh terhadap TIK, sehingga akan

mempengaruhi perubahan perfusi jaringan cerebral. Pemantauan

status hemodinamik memberikan informasi keadaan pembuluh

darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk


20

memompa darah (Jevon, 2009). Pemantauan hemodinamik penting

untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang

sesuai,memantau respon terhadap terapi yang diberikan dan

mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh.

Tekanan rerata arterial merupakan hasil pembacaan

tekanan rata- rata di dalam system arterial dan merupakan

indikator yang bermanfaat untuk memperkirakan perfusi organ

vital seperti otak. MAP dapat di hitung dengan rumus :

Tek . Darah Sistolik+ 2 x Tek Darah Diastolik


MAP =
3

Pengukuran tekanan arteri sistemik dapat dilakukan secara

spontan non invasive menggunakan bedside monitor. Nilai normal

Mean Arterial Pressure sekitar 70-100 mmHg (Potter & Gerry,

2011). Sangat penting untuk mempertahankan MAP diatas 70

mmHg, untuk menjamin perfusi otak, perfusi arteri coronaria, dan

perfusi ginjal tetap terjaga.Pasien yang mengalami immobilisasi

menyebabkan penurunan pada tonus otot, yang mendukung

terjadinya hipotensi ortostatik. Penurunan pada tonus otot tungkai

akan mengurangi aliran darah pada pembuluh darah vena besar di

ekstremitas bawah sehingga aliran balik vena mengalami

penurunan. Penurunan plasma darah akibat tirah baring juga

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tekanan

darah yang berdampak terhadap penurunan tekanan rata-rata arteri

(Potter & perry, 2010).

Penurunan pada tonus otot tungkai akan mengurangi aliran


21

darah pada pembuluh darah vena besar di ekstremitas bawah

sehingga aliran balik vena mengalami penurunan. Penurunan

plasma darah akibat tirah baring juga menjadi salah satu faktor

yang menyebabkan penurunan tekanan darah yang berdampak

terhadap penurunan tekanan rata-rata arteri (Potter & perry, 2010).

Pada pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif

memiliki Mean Arterial Pressure (MAP) terbanyak pada MAP

83,33mmHg yang terdapat pada 20,5% sampel dengan nilai

minimum 60,00 mmHg dan nilai maksimum 90,00. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Struchen dkk menyimpulkan

bahwa MAP yang kurang dari 80 mmHg berasosiasi dengan

keluaran buruk pada kondisi pasien (Caraviello, 2010).

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi MAP

1) Usia : status fungsional seorang individu dipengaruhi oleh usianya.

Semakin bertambah usia seorang individu, sehingga status

fungsionalnya semakin menurun. Seiring bertambahnya usia resiko

menempelnya plak ke dinding pembuluh darah lebih besar. Faktor

usia juga berkaitan erat dengan kadar kolesterol total dalam darah

(hiperkolesterolemia), yang memicu obstruksi sehingga pembuluh

darah menyempit, memicu peningkatan tekanan darah (Andriani

and Purwaningsih, 2020).

2) Jenis Kelamin : pasien perempuan yang mengalami hipertensi

emergensi maupun urgensi berada pada rentang umur menopause,

yaitu ketika berusia sekitar 50 tahun. Setelah menopause, pada


22

tubuh perempuan terjadi suatu perubahan hormonal, yaitu

penurunan perbandingan estrogen dan androgen. Penurunan

estrogen menyebabkan peningkatan pelepasan renin dan memicu

terjadi peningkatan tekanan darah

3) Komplikasi penyakit penyerta : penyakit penyerta mengakibatkan

kerusakan organ target yang dapat terjadi seperti hipertensi

ensefalopati, diseksi aorta akut, eklamsi, dan infark miokard akut.

Pencapaian penurunan tekanan darah optimal harus dilakukan

secara cepat, reversibel, dan mudah dititrasi tanpa menimbulkan

efek samping pada status hemodynamic salah satunya adalah nilai

mean arterial pressure (MAP). Tujuannya untuk mencegah

progresifitas dari kerusakan organ target (Angelina, Nurmainah

and Robiyanto, 2018)

4) Lama Penggunaan Ventilator : lama penggunaan ventilator

mekanik pada 5 hari pertana dapat berisiko VAP. Berdasarkan

penelitian Othman (Othman, 2017) menyatakan risiko tinggi

kejadian VAP pada kasus trakeostomi, intubasi ulang dan

penurunan kesadaran serta berpengaruh terhadap status

hemodynamic. VAP (Ventilator Associated Pneumonia).

C. Konsep Dasar ICU

1. Pengertian ICU

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang

dilengkapi dengan staff dan peralatan khusus untuk merawat dan

mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang


23

mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi

organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat

menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan

perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang

berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau

perubahan yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ- organ

tubuh lainnya (Rab, 2008).

Association of Critical Care Nursing (2014), peran perawat ICU

dalam keperawatan kritis adalah salah satu keahlian khusus didalam ilmu

perawatan yang menghadapi secara rinci terhadap manusia dan

bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa, Pelayanan

keperawatan kritis di lCU merupakan pelayanan yang diberikan kepada

pasien dalam kondisi kritis yang mengancam jiwa, sehingga harus

dilaksanakan oleh tim terlatih dan berpengalaman di ruang perawatan

intensif.

2. Ruang Lingkup Pelayanan ICU

Menurut Kemenkes (2011) meliputi hal- hal sebagai berikut:

a. Diagnosis dan penatalaksanaan penyakit akut yang mengancam nyawa

dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa

hari.

b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus

melakukan penatalaksanaan spesifik problema dasar.

c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap

komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic.

d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat


24

tergantung oleh alat atau mesin dan orang lain.

3. Kriteria Pasien ICU

Menurut Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif RSUP Dokter Kariadi

Semarang (2016) yaitu:

a. Pasien Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang

memerlukan terapi intensif dan tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat

penunjang fungsi organ, infus, obat vasoaktif/inotropik obat anti aritmia.

Sebagai contoh pasien pasca bedah kardiotoraksis, sepsis berat, gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.

b. Pasien Prioritas 2

Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di

ICU, sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,

misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter.

Contoh pasien yang mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal

akut dan berat atau pasien yang telah mengalami pembedahan mayor.

Terapi pada golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas karena

kondisi mediknya senantiasa berubah.

c. Pasien Prioritas 3

Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status

kesehatan sebelumnya, yang disebabkan penyakit yang mendasarinya atau

penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh

dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai

contoh antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit

infeksi, pericardial tamponande, sumbatan jalan nafas, atau pesien


25

penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai kmplikasi penyakit akut

berat.

D. Konsep Ventilator

1. Pengertian

Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu

fungsi pernapasan. Alat ini diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia,

hiperkapnia berat dan gagal napas. Resiko pemasangan ventilator mekanik

pada klien yang mengalami gangguan sistem pernapasan merupakan hal

yang harus diantisipasi dalam upaya menyelamatkan hidup seseorang.

Peranan ventilator mekanik yang begitu penting untuk membantu sistem

respirasi, membuat ventilator merupakan salah satu alat yang relatif sering

digunakan di Intensive care unit/ICU (Hudak,2013).

2. Indikasi Penggunaan Ventilator mekanik

Pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik dibagi menjadi kategori

(Mangku, et.al 2010) yaitu :

a. Pasien yang memiliki risiko gagal napas yang disebabkan kegagalan pompa

ventilasi atau gangguan mekanisme pertukaran gas intra pulmonary.

Kegagalan pompa ventilasi dikarenakan gangguan mekanisme perpindahan

udara masuk dan keluar paruparu yang disebabkan hipoventilasi alveolus.

b. Pasien yang membutuhkan bantuan bukan karena berhubungan dengan

langsung dengan sistem pernapasan, yaitu :

1) Pasien yang akan melakukan pembedahan berhubungan dengan

ketidakstabilan sirkulasi, asidosis metabolik dan hipotermia;

2) Pasien yang membutuhkan kontrol tekanan intracranial seperti traumatic

brain injury atau hepatic enphalopathy;


26

3) Pasien yang membutuhkan perlindungan jalan napas seperti: aspirasi yang

berhubungan dengan kesadaran dan pemberian obat sedasi dan obstruksi

atau gangguan pada area pernapasan atas (facial trauma, acute epiglotis,

tumor laring dan bakteri akut faring);

4) Pasien yang membutuhkan pemantauan akibat imobilisasi dengan

diagnostik kritis seperti unstable spine fracture.

3. Tujuan Penggunaan Ventilator Mekanik

Pemasangan ventilasi mekanin bertujuan untuk memanipulasi ventilasi

alveolar (VA) dan PaCO2 dengan meningkatkan saturasi oksigen dalam asteri

(SaO2) dan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) dengan

meningkatkan kapasitas residual fungsional, meningkatkan volume inspiratori

paru-paru, meningkatkan VA, dan meningkatkan fraksi oksigen inspirasi

(FiO2), menurunkan kerja sistem pernafasan (misalnya untuk mengatasi 13

kelelahan otot pernafasan), menstabilkan dinding dada agar tidak terjadi

cedera dada yang parah (Hudak, 2013).

4. Jenis-jenis Ventilator Mekanik

a. Ventilator Volume Konstan

Ventilator ini memberikan gas dalam volume yang diatur

sebelumnya kepada pasien, biasanya melalui piston pengatur bermotor

dalam sebuah silinder atau peniup bermotor. Curah dan frekuensi

pompa dapat disesuaikan untuk memberi ventilasi yang diperlukan.

Rasio inspirasi terhadap waktu ekspirasi dapat dikendalikan oleh

mekanisme kenop khusus. Oksigen dapat ditambahkan ke udara


27

inspirasi sesuai keperluan, dan sebuah pelembab dimasukkan dalam

sirkuit. Ventilator volume-konstan adalah mesin kuat dan dapat

diandalkan yang cocok untuk ventilasi jangka lama. Alat ini banyak

digunakan dalam anestesia.

b. Ventilator Tekanan Konstan

Ventilator ini memberi gas pada tekanan yang diatur

sebelumnya dan merupakan mesin yang kecil dan relatif tidak mahal.

Alat ini tidak memerlukan tenaga listrik, tetapi bekerja dari sumber

gas terkompresi bertekanan minimal 50 pon/inci persegi. Kekurangan

utamanya, yaitu jika digunakan sebagai metode tunggal ventilasi,

volume gas yang diberikan dipengaruhi perubahan komplians paru

atau dinding dada. Peningkatan resistensi jalan napas juga dapat

mengurangi ventilasi karena mungkin tidak cukup waktu untuk

menyeimbangkan tekanan yang terjadi antara mesin dan alveoli.

c. Ventilator Tangki

Ventilator tipe volume konstan dan tekanan konstan adalah

ventilator tekanan-positif karena memberi tekanan positif ke jalan

napas. Sebaliknya, respirator tangki memberi tekanan negatif (kurang

dari atmosferik) ke luar dada dan tubuh lain, kecuali kepala. Ventilator

tangki terdiri dari sebuah kotak kaku (“paru besi”) yang dihubungkan

dengan pompa bervolume besar, bertekanan rendah yang

mengendalikan siklus pernapasan. Ventilator tangki tidak lagi

digunakan dalam penanganan gagal napas akut.

d. Patient-Cycled Ventilators
28

Pada ventilator ini, fase inspirasi dapat dipicu oleh pasien ketika ia

melakukan upaya inspirasi. Istilah “ventilasi bantuan” terkadang

diberikan untuk cara kerja ini. Banyak ventilasi tekanan-konstan memiliki

kemampuan ini. Ventilator ini berguna pada terapi pasien yang sembuh

dari gagal napas dan sedang dilepas dari penggunaan ventilasi terkendali.

5. Mode Ventilator Mekanik (Sundana, 2014)

a. Volume Control

Pada mode ini frekuensi napas, jumlah volume tidal (VT) dan

volume menit (VM) yang diberikan kepada pasien secara total diatur

oleh mesin, sehingga pada mode ini pasien tidak diberikan kesempatan

untuk bernapas spontan (jika trigger/ sensitivitasnya dibuat off). Mode

ini digunakan pada pasien yang tidak sanggup lagi memenuhi

kebutuhan VT dengan usaha napas sendiri.

b. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)

Mode SIMV adalah bantuan sebagian dengan targetnya volume.

Mode ini sama dengan VC hanya pada mode SIMV, sensitivitasnya

(trigger) dibuat sensitive. SIMV memberikan bantuan ketika ada usaha

napas spontan memicu mesin ventilator, tapi jika usaha napas tidak

sanggu memicu mesin, maka ventilator tetap akan memberikan

bantuan sesuai jumlah frekuensi napas yang sudah di atur.

c. Pressure Support (PS)


29

Mode PS merupakan mode bantuan sebagian dengan targetnya

tekanan, TV dihasilkan dari pemberian tekanan atau inspiratory pressure

level (IPL). Pada mode ini tidak perlu mengatur frekuensi napas karena

frekuensi napas ditentukan sendiri oleh pasien (pasien bebas bernapas

setiap saat) dan setiap ada usaha napas spontan, ventilator akan segara

memberikan bantuan tekanan.

d. Continous Positive Airway Pressure (CPAP)

Mode ini digunakan pada pasien yang sudah dapat bernapas

spontan dan akan diekstubasi. Pada mode ini, ventilator memberikan

tekanan positif selama pernapasan spontan sehingga mampu memperbaiki

oksigenasi dengan membuka alveoli yang kolap diakhir ekspirasi.

e. SIMV + PS

Mode ini merupakan gabungan dari SIMV dan mode PS.

Umumnya digunakan untuk perpindahan dari mode control. Bantuan yang

diberikan berupa volume dan tekanan.

6. Komplikasi Penggunaan ventilator Mekanik

Berikut ini beberapa komplikasi pemasangan ventilasi mekanik menurut

(Hudak, 2013)

a. Komplikasi akibat peralatan. Terkait malfungsi atau pemutusan alat,

kesalahan tempat dan kontaminasi

b. Komplikasi terkait dengan paru-paru, seperti intubasi Airway misalnya

kerusakan gigi, pita suara dan trakea, VentilatorAcquired Pneumonia


30

(VAP), gangguan terkait cedera paru-paru misalnya difusi cedera paru-

paru, barotrauma misalnya pneumothorax dan keracunan O2

c. Komplikasi yang terkait dengan kardiovaskuler, seperti penurunan

preload ventrikel kanan yang menyebabkan penurunan curah jantung,

peningkatan afterload ventrikel kanan, retensi cairan karena penurunan

jantung yang mengakibatkan penurunan aliran darah di ginjal.

d. Komplikasi lainnya seperti: luka atau perdarahan pada jaringan mukosa,

kelemahan oto-otot pernapasan dan peripheral, gangguan tidur,

kecemasan, ketakutan akibat lamanya waktu setelah masa penyembuhan,

distensi akibat menelan, imobilisasai dan masalah pencernaan.


BAB 3

METODE KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi Dampak Mobilisasi


status hemodynamic MAP Mobilisasi HOB,ROM,CLRT
Perubahan status hemodinamic
Penyakit penyerta Pencegahan dekubitus
Obat-obatan Peningkatan ventilasi
Lama & Mode Ventilator Peningkatan transport O2 dan Ventilasi
Peningkatan fungsi organ
Usia Menurunkan delirium
Jenis Kelamin
Supply Aliran darah ke paru 60-65%

Peningkatan aliran balik darah ke jantung

Perfusi dan sirkulasi adekuat ke seluruh


jaringan tubuh

Perubahan tekanan darah

Peningkatan status hemodynamic


MAP

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual “Pengaruh Mobilisasi Terhadap Status


Hemodinamic Mean Arterial Pressure Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik”
Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

= Mempengaruh

31
32

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan

karena hipotesis akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan,

analisis, dan interpretasi data. Hipotesis betujuan untuk menghubungkan

antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis menggabungkan dua

domain (Nursalam, 2013).

H1 diterima = Ada Perbedaan Evaluasi Status Hemodinamic Mean

Arterial Pressure Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik Yang Dilakukan

Mobilisasi Harian Diruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya


BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sebagai salah satu cara kebenaran ilmu pengetahuan

atau cara pemecahan suatu maslah pada dasarnya menggunakan metode ilmiah

(Notoatmodjo, 2010). Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan

suatu masalah metode penelitian (Nursalam, 2011). Dalam bab ini akan

membahas tentang desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi

operasional, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, alat pengumpulan

data, cara pengumpulan data, pengolahan data dan etika penelitian.

A. Jenis dan Rancangan Bangun

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa factor yang dapat

mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2011).

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif

Observasional Analitik dengan Desain Cross Sectional yaitu mengungkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.

Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian di

observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2011).

Subjek Pre Perlakuan Pasca-tes

K O I O1

Tabel 4. 1 Rancangan Penelitian One Group Pretest-Postest Design

33
34

Keterangan:

K : Subjek penelitian pasien yang terpasang ventilator mekanik yang di rawat

di ICU RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya

O : Obesrvasi subjek sebelum diberikan perlakuan Mobilisasi Harian

I : Intervensi Mobilisasi Harian

OI : Observasi subjek setelah dilakukan Mobilisasi Harian

B. Populasi Penelitian

Menurut Nursalam (2013) populasi dalam penelitian adalah subjek yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini populasi rata-

rata yang digunakan adalah pasien dengan ventilator mekanik di ICU RSUD

Dr. M. Soewandhie Surabaya pada 3 bulan terakhir dari bulan Oktober 2021 -

Desember 2021 sebanyak 40 orang .

C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang ada

(Nursalam, 2011). Dalam hal ini peneliti mengambil sampel di ruang ICU

RSUD Dr. M. Soewandhie melalui data Skunder Register Rekam Medis

mulai bulan Juli-Agustus. Dengan beberapa krtiteria inklusi

Kriteria Inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:


35

a. Pasien yang terdaftar di register rekam medis dengan klasifikasi usia

Remaja : 11-19 tahun, Dewasa : 20-60 tahun, lansia : >60 tahun

b. Pasien dengan status hemodinamik yang stabil yaitu frekuensi nadi

(HR) 60-130 x/menit, dan Mean Arterial Pressure (MAP) 70-120

mmHg.

c. Pasien yang terpasang ventilator mekanik

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab

(Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang mengalami fraktur.

b. Pasien yang menggunakan obat vasopresor/inotropic

c. Pasien yang mengalami peningkatan TIK

d. Pasien yang mengalami trauma spinal

e. Pasien yang menjalani operasi abdomen

f. Pasien wanita yang sedang hamil

g. Pasien yang mengalami agitasi

2. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sampel, untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat

menggunakan formula yang lebih sederhana lagi sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini ditemukan besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus berdasarkan dari (Kuntoro, 2010 dan Hasinuddin

2015) adalah:
36

2 2
(Z α +Z 1− β ) δ
1−
2
n=
d2

Keterangan:

Z : Angka normal baku

α : Level of Significance (0,05=1,96)

1-β : Power of Test (95=1,67)

σ : Standar devisiasi didapat SD 4,2 dari peneliti terdahulu

(Triyono.dkk, 2020)

d : Selisih rata-rata dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

setelah intervensi sebesar 0,8 berdasarkan penelitian wahyu rima

(2020).

Sehingga diperoleh:

(Z α +Z 1− β )2 δ 2
1−
2
n= 2
d

(1,96+1,67)2 (4,2)2
n= 2
(0,8)

13,2(17,64 )
n=
(0,64)

n=22,44

n=23

Jadi dalam penelitian ini besar sampelnya adalah 23 responden.


37

3. Cara Pengambilan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 responden yang

didapatkan dengan cara consecutive sampling dengan cara pengambilan

sampel sesuai kriteria peneliti dalam waktu tertentu berdasarakan data

skunder rekam medis register tahun 2022. berdasarkan kriteria inklusi

yang ditentukan peneliti yang ditemui dalam kurun waktu Juli-Agustus

2022 di ruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang ICU RSUD Dr. M.

Soewandhie Surabaya Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada periode bulan Juli-Agustus-

2022.
38

E. Kerangka Kerja Penelitian

Desain penelitian
Analitik Observasional dengan Desain Cross Sectional

Populasi: Pasien di ruang ICU RSUD Dr. M. Soewandi Surabaya-Jawa Timur


Sampel: Data Skunder 23 Responden
Teknik sampling: Consecutif sampling

Diobservasi Status hemodynamic MAP (sebelum Mobilisi harian )

Mobilisasi Harian Diruangan

Diobservasi Status hemodynamic MAP (sesudah)

Uji Statistik:
Univariat
Bivariat
Uji Paired T-Test (distribusi bormal)
Uji Mann whitney (distribusi tidak normal)

Penyajian hasil

Kesimpulan

Gambar 4. 1 Kerangka Kerja Evaluasi status hemodynamic MAP (Mean arterial


pressure) pada pasien dengan ventilator mekanic yang dilakukan mobilisasi harian
di ruang ICU RSUD. Dr. M. Soewandi Surabaya
F. Variabel Penelitian

1. Varibel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah suatu kegiatan stimulus

yang dimanupulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel

dependent. Variabel bebas biasanya dimanupulasi, diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,

2011). Dalam penelitian ini variabel independen adalah Mobilisasi.


39

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat berarti variabel ini akan muncul

sebagai akibat dari manupulasi dari suatu variabel independent. Variabel

terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang

dikenai stimulus (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini variabel

dependentnya adalah status hemodynamic Mean arterial pressure.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2011).

Tabel 4. 2 Definisi Operasional pengaruh Mobilisasi terhadap status


hemodynamic Mean arterial pressure.
Variabel Definisi Skala Skor
Alat Ukur
Operasional Data
Independen : Tindakan mandiri yang SOP
Mobilisasi dilakukan oleh perawat
diruangan dimulai
dengan HOB
dilanjutkan gerak pasif
ROM dan CLRT
masing-masing 5-10
menit disertai jeda
dilakukan 1 kali sehari
dalam kurun waktu 3
hari
Dependen : Tekanan rerata arterial Lembar Ordinal Tinggi : >130mmHg
Status merupakan hasil observasi dan Normal : 70-130 mmHg
hemodynamic pembacaan tekanan nilai MAP Rendah : <70 mmHg
MAP (Mean rata- rata di dalam pada based
arterial system arterial dan monitor atau
pressure merupakan indikator rumus
yang bermanfaat untuk perhitungan
memperkirakan MAP
perfusi organ vital
seperti otak.
Diobservasi 2 kali
sebelum dan sesudah
40

perlakuan

H. Intrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini proses pengambilan data dan pengumpulan

data diperoleh dengan menggunakan beberapa instrument atau alat

pengukuran Instrumen. Beberapa alat atau instrument yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Instrumen SOP Mobilisasi ROM dan CLRT

1) Lembar SOP HOB, ROM, CLRT

2) Stopwatch (jam tangan)

b. Instrument pengukuran MAP (Mean arterial pressure)

1) Based Monitor (untuk mengetahui perubahn status hemodynamic)

2) Lembar observasi tekanan darah siastole dan diastole

3) Perhitungan status hemodynamic dihitung sebelum perlakuan dan

sesudah perlakuan

4) Lembar perhitungan MAP

MAP : (2x(DBP) + SBP) /3

Keterangan : DBP (Diastolic Blood Pressure)

SBP (Sistolik Blood Pressure)

2. Cara Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Proses pengambilan dan pengumpulan data diperoleh setelah peneliti

mengajuakan surat permohonan penelitian yang sebelumnya juga

mengajukan studi pendahuluan awal kepada bagian administrasi


41

UNUSA setelah mendapatkan pengantar surat permohonan melakukan

studi pendahuluan dan penelitian di ICU RSUD Dr. M. Soewandi

Surabaya-Jawa Timur dari akademik UNUSA kepada Direktur RSUD

Dr. M. Soewandi Surabaya-Jawa

b. Meminta izin kepada kepala ruangan ICU RSUD Dr. M. Soewandi

Surabaya Jawa timur

c. Memberikan penjelasan, manfaat, tujuan, prosedur waktu pelaksanaan

kepada pasien atau keluarga dan meminta izin bersedia atau tidaknya

menjadi responden.

d. Menentukan responden yang akan menjadi subjek penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan ketetapan yang telah dibuat peneliti.

e. Meminta persetujuan dari responden dengan memberikan surat

persetujuan menjadi responden (Informed Concent).

f. Mengobservasi status hemodynamic khususnya MAP (Mean arterial

pressure) sebelum (pre) dilakukan atau diberikan perlakuan

g. Melakukan Mobilisasi HOB dilanjutkan latihan ROM aktif atau pasif

dan CLRT dilakukan 5-10 menit 1 kali sehari dalam kurun waktu 3

hari.

h. Mengobservasi status hemodynamic khususnya MAP (Mean arterial

pressure) sesudah (post) dilakukan atau diberikan perlakuan .

i. Dilakukan rekapitulasi hasil penelitian selanjutnya dilakukan

pengolahan data sesuai dengan uji statistic yang ditentukan.


42

I. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data setelah data terkumpul (Hidayat, 2011). Langkah ini

dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan dari data yang telah

dikumpulkan dan memonitor jangan sampai terjadi kekosongan dari

data yang diperlukan.

b. Coding

Coding merupakan instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam

data secara manual, lembaran atau kartu kode berisi nomor responden,

dan nomor pertanyaan. Untuk memudahkan dalam pengolahan data,

maka setiap hasil yang didapat diberi kode 1 : Tinggi dan kode 2 :

Normal , kode 3 : rendah, untuk penilaian Status Hemodinamic MAP

(Mean arterial pressure) (Nursalam, 2011).

c. Scoring

Scoring adalah memberi skor terhadap item-item yang perlu di

skor. Nilai tertinggi dari semua pertanyaan dinilai oleh peneliti sesuai

dengan ketentuan pertanyaan yang bersumber pada pengetahuan dan

manfaat. Langkah ini dengan memberikan skor pada variabel untuk

memudahkan analisa data (Nursalam, 2011).


43

d. Tabulating

Tabulating adalah proses penyusunan data kedalam bentuk tabel.

Pada tahap ini dianggap bahwa data telah selesai diproses sehingga

harus segera kedalam suatu pola formal yang dirancang (Hidayat,

2011).

J. Analisis Data

Teknik dan analisa data adalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berpengaruh atau berkorelasi (Hidayat, 2011).

1. Analisa Univariat

Analisa univarat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yaitu

variabel Mobilisasi dan Status Hemodinamic MAP (Mean arterial

pressure).

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat atau analisis 2 variabel dapat disajikan dalam

bentuk tabel silang atau kurva untuk melihat hubungan kedua variabel

tersebut. Uji statistik yang dipilih tergantung dari skala variabel

independen dan dependen yang digunakan (Sudibyo dan Rustika; 2013).

Dalam penelitian ini menggunakan analisis sebagai berikut :

a. Uji normalitas sampel

Sample > 50 Responden

Jika p > α maka data di nyatakan normal


44

Jika p < α maka data tidak di nyatakan normal

b. Mengetahui pengaruh Mobilisasi Aktif pre dan post

Jika semua data berdistribusi normal Uji paired t test

Jika salah satu data tidak berdistribusi normal Uji

Wilcoxon

K. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memeperhatikan masalah etika

penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Nilai Sosial

Parameter nilai sosial adalah dimana memenuhi salah satu nilai

social yaitu salah satunya penelitian ini nantinya akan menghasilkan

pentingnya informasi terkait pengaruh mobilisasi untuk memperbaiki

status hemodynamic khususnya nilai MAP (mean arterial pressure)

pasien di ICU RSUD Dr. M. Soewandi Surabaya-Jawa timur.

2. Nilai Ilmiah

Nilai ilmiah yang dapat diberikan yaitu dalam penelitian ini, dalam

melakukan prosedur penelitian menggunakan pendekatan ilmiah konsep

mobilisasi berdasarkan evidence based nursing dan status hemodynamic

mean arterial pressure berdasarkan dalam keseimbangan status

hemodynamic

3. Pemerataan Beban dan Manfaat

Dari penelitian ini nantinya akan bermanfaat bagi para subjek

terkait yang ikut serta dalam penelitian, yaitu nantinya akan bermanaat
45

bagi para pasien di ICU untuk menstabilkan status hemodynamic pasien

dan Tindakan mobilisasi akan dijadikan acuan oleh perawat dalam

melakukan Tindakan mandiri yang bermanfaat untuk proses kesembuhan

pasien dalam hal perbaikan status hemodynamic khususnya MAP (mean

arterial pressure).

4. Potensi Manfaat dan Risiko

Dalam penelitian ini nantinya akan menghasilkan pengetahuan baru

terkait dengan pengaruh mobilisasi sebagai Tindakan mandiri perawat dalam

hal perbaikan status hemodynamic khususnya MAP (mean arterial

pressure).

5. Bujukan / Eksploitasi / Inducement (Undak)

Dalam penelitian ini peneliti menghindari adanya kecurigaan atas

eksploitatif, dimana penelitian ini nantinya tidak akan menimbulkan kerugian

tertentu pada subjek peneliti.

6. Rahasia dan Privacy

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjaga kerahasiaan dari

subjek yang diteliti dan mendapatkan persetujuan untuk dilakukan

Tindakan dan tidak menuliskan identitas nama lengkap pada lembar

observasi hanya inisial nama subjek peneliti.

7. Lembar Persetujuan Responden (informed consent)

Sebelum memperoleh data terkait subjek penelitian, sebelumnya

peneliti sudah memperoleh persetujuan dari pihak terkait yaitu dari pihak

akademik, rumah sakit Dr. M.Soewandi Surabaya dan persetujuan dari

kepala ruangan ICU Dr. M.Soewandi Surabaya, dan mendapat persetujuan


46

pasien dan keluarga.


BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan disajikan hasil Evaluasi Status Hemodynamic Mean Arterial

Pressure pada pasien dengan ventilator mekanik pasca mobilisasi harian terhadap

23 responden di ruang ICU RSUD. Dr. M.Soewandhie Surabaya. pada bulan Juli-

Agustus 2022. Diskriptif hasil penelitian dimulai dari gambaran lokasi penelitian

dan hasil penelitian data umum dan data khusus

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang ICU RSUD. Dr. M.Soewandhie Surabaya

dengan jumlah bed (tempat tidur) pasien sebanyak 15 tempat tidur dan sarana

ventilator mekanik sebanyak 12 unit ventilator.

B. Hasil Penelitian

1. Data Umum

Data umum ini membahas tentang karakteristik responden, data ini

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Usia Frekuensi Persentase (%)
17-25 (remaja awal) 1 4.3
26-35 (dewasa awal) 4 17.4
36-45 (dewasa akhir) 3 13.0
46-55 (lansia awal) 3 13.0
56-65 (lansia akhir) 4 17.4
>65 (manula) 8 34.8
Total 23 100
Sumber: Data Skunder Juli-Agustus 2022

47
48

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hampir dari setengahnya usia

pada pasien dengan ventilator mekanik berusia >65 (manula) sejumlah

8 orang (34,8%).

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 10 43.5
Perempuan 13 56.5
Total 23 100
Sumber: Data Sekunder Juli-Agustus 2022

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin

pada pasien dengan ventilator mekanik adalah perempuan sejumlah 13

orang (56,5%).

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diagnosa Medis

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diagnosa


Medis
Diagnosa Medis Frekuensi Persentase (%)
Multiple Komplikasi 23 100.0
Total 23 100
Sumber: Data Sekunder Juli-Agustus 2022

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa seluruhnya pasien dengan

ventilator mekanik memiliki multiple diagnosa medis lebih dari satu

diagnosa medis sejumlah 23 orang (100%) .

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan

Ventilator

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama


Penggunaan Ventilator
Lama Penggunaan Frekuensi Persentase (%)
Ventilator
2-4 hari 4 17.4
5-8 hari 9 39.1
9-12 hari 9 39.1
49

13-16 hari 1 4.3


Total 23 100
Sumber: Data Skunder juli-Agustus 2022

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hampir dari

setengahnya lama penggunaan ventilator mekanik pada pasien

berada pada 5-8 hari dan 9-12 hari masing-masing 9 orang (39,1)

2. Data Khusus

a. Perbedaan Status Hemodynamic Mean Arterial Pressure (MAP) Pada

Pasien Dengan Ventilator Mekanik Pasca Mobilisasi Harian di Ruang ICU

RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya

Tabel 5. 5 Perbedaan Status Hemodynamic Mean Arterial Pressure


(MAP) pada pasien dengan ventilator mekanik pasca mobilisasi harian di
ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya

Pre Post
Responden Nilai Mean Arterial Nilai Mean Arterial
Pressure (MAP) Pressure (MAP)
1 79 (Normal) 94 (Normal)
2 101 (Normal) 113 (Normal)
3 101 (Normal) 97 (Normal)
4 104 (Normal) 68 (Rendah)
5 77 (Normal) 86 (Normal)
6 77 (Normal) 78 (Normal)
7 69 (Rendah) 79 (Normal)
8 84 (Normal) 82 (Normal)
9 90 (Normal) 114 (Normal)
10 76 (Normal) 77 (Normal)
11 53 (Rendah) 61 (Rendah)
12 112 (Normal) 101 (Normal)
13 87 (Normal) 86 (Normal)
14 79 (Normal) 86 (Normal)
15 101(Normal) 86 (Normal)
16 91 (Normal) 100 (Normal)
17 88 (Normal) 94 (Normal)
18 111 (Normal) 105 (Normal)
19 100 (Normal) 107 (Normal)
20 76 (Normal) 79 (Normal)
21 86 (Normal) 87 (Normal)
22 95 (Normal) 96 (Normal)
23 91 (Normal) 82 (Normal)

Mean (rata-
rata) 88.17 89.48
Std. Deviation 14.112 13.537
Correlation Sig 0,001
P-Value 0,006
50

Sumber: Data Skunder Juli-Agustus 2022

Berdasarkan tabel 5.5 dari 23 pasien dengan ventilator mekanik

didapatkan bahwa nilai mean pada status hemodynamic Mean Arterial

Pressure pada pre test 88,17 dan post test 89.48.

Penelitian ini diuji menggunakan uji paired sample t-test didapatkan

p-value 0,006 sehingga signifikasinya lebih kecil dari derajat kesalahan (α)

yang ditetapkan peneliti yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

Perbedaan yang significant status hemodynamic Mean Arterial Pressure

pada pasien dengan ventilator mekanik pasca diberikan mobilisasi harian di

ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.


BAB 6

PEMABAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan dan keterbatasan penelitian dalam

Evaluasi status hemodynamic Mean Arterial Pressure pada pasien dengan

ventilator mekanik pasca mobilisasi harian di ruang ICU RSUD Dr.

M.Soewandhie Surabaya.

A. Pembahasan

1. Usia pasien dengan Status hemodynamic Mean Arterial Pressure (MAP)

Berdasarkan data penelitian skunder diketahui bahwa hampir dari

setengahnya usia pada pasien dengan ventilator mekanik berusia >65

(manula).

Menurut analisis peneliti usia mempengaruhi status fungsional pasien yang

di rawat di ruangan intensive. usia manula sangat rawan untuk terserang

penyakit yang mengharuskan untuk dirawat secara intensif di ruang ICU. Usia

yang semakin tua dipengaruhi oleh proses degeneratif dapat menurunkan

sistem kerja organ-organ tubuh.

Sejalan dengan penelitian Anon (2013) usia ≥75 tahun mempunyai

mortalitas signifikan lebih tinggi di bandingkan dengan usia yang lebih muda

tanpa perbedaan durasi penggunaan ventilator mekanik. Cooper, K., &

Gosnell, K. (2015) menyatakan bahwa status fungsional seorang individu

dipengaruhi oleh usianya. Semakin bertambah usia seorang individu,

sehingga status fungsionalnya semakin menurun. Seiring bertambahnya usia

resiko menempelnya plak ke dinding pembuluh darah lebih besar. Faktor usia

51
52

juga berkaitan erat dengan kadar kolesterol total dalam darah

(hiperkolesterolemia), yang memicu obstruksi sehingga pembuluh darah

menyempit, memicu peningkatan tekanan darah (Andriani and Purwaningsih,

2020)

2. Jenis kelamin dengan Status hemodynamic Mean Arterial Pressure (MAP).

Berdasarkan data penelitian skunder diketahui sebagian besar jenis

kelamin pada pasien dengan ventilator mekanik adalah perempuan.

Menurut analisis peneliti banyak terjadi pada perempuan karena terjadi

perubahan jumlah hormon estrogen pada masa menaupause. penurunan

hormon estrogen yang menyebabkan penurunan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Perempuan akan mengalami penurunan kadar hormone

estrogen yang menyebabkan terjadinya inkonitensia serta rawan terserang

penyakit kronis.

Kadar kolesterol HDL yang rendah merupakan aktor penyebab dalam

terjadinya proses aterosklerosis. Masa premenopause wanita mulai kehilangan

sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen

tersebut berubah kuantitasnya sesuaidengan umur wanita secara alami, yang

umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Saputra dkk, 2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian (Angelina, 2018). pasien perempuan yang

mengalami hipertensi emergensi maupun urgensi berada pada rentang umur

menopause, yaitu ketika berusia sekitar 50 tahun. Setelah menopause, pada

tubuh perempuan terjadi suatu perubahan hormonal, yaitu penurunan


53

perbandingan estrogen dan androgen. Penurunan estrogen menyebabkan

peningkatan pelepasan renin dan memicu terjadi peningkatan tekanan darah.

Mekanisme dari pelepasan renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang dibantu oleh angiotensin converting enzyme (ACE) diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat yang dapat

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

penurunan ekskresi air dan garam oleh ginjal. Kondisi ini dapat meningkatkan

volume cairan ekstrasel dan meningkatkan tekanan arteri sehingga terjadi

peningkatan tekanan pembuluh darah (Angelina, Nurmainah and Robiyanto,

2018)

3. Multiple komplikasi diagnosa medis dengan Status hemodynamic Mean

Arterial Pressure (MAP).

Berdasarkan data penelitian skunder diketahui dapat diketahui bahwa

seluruhnya pasien dengan ventilator mekanik memiliki multiple diagnosa

medis.

Menurut analisis peneliti pasien dengan ventilator mekanik yang memiliki

multiple dignosa medis atau komplikasi penyakit lebih dari satu

mempengaruhi ke sistem kerja organ tubuh keparahan penyakit mempengaruhi

ke tekanan darah dan saturasi oksigen sehingga berdampak pada status

hemodynamic nilai mean arterial pressure (MAP).

Hal ini sejalan dengan penelitian ( Angelina, 2018) Kerusakan organ target

yang dapat terjadi seperti hipertensi ensefalopati, diseksi aorta akut, eklamsi,

dan infark miokard akut. Pencapaian penurunan tekanan darah optimal harus

dilakukan secara cepat, reversibel, dan mudah dititrasi tanpa menimbulkan


54

efek samping pada status hemodynamic salah satunya adalah nilai mean

arterial pressure (MAP). Tujuannya untuk mencegah progresifitas dari

kerusakan organ target (Angelina, Nurmainah and Robiyanto, 2018).

4. Lama penggunaan ventilator dengan Status hemodynamic Mean Arterial

Pressure (MAP).

Berdasarkan data penelitian skunder diketahui bahwa hampir dari

setengahnya lama penggunaan ventilator mekanik pada pasien berada pada 5-8

hari dan 9-12 hari.

Menurut analisis peneliti Penggunaan jangka panjang ventilator mekanik

meningkatkan risiko VAP (Ventilator Associated Pnemonia). Penggunaan

ventilator mekanik membuat pasien mengalami keterbatasan dalam mobilisasi.

Pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan pemantauan terus menerus

terhadap efek status hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek merugikan

pada paru akibat tekanan positif di saluran udara.

Sejalan dengan penelitian Kalanuria (Kalanuria, 2016) menyebutkan lama

penggunaan ventilator mekanik pada 5 hari pertana dapat berisiko VAP.

Berdasarkan penelitian Othman (Othman, 2017) menyatakan risiko tinggi

kejadian VAP pada kasus trakeostomi, intubasi ulang dan penurunan

kesadaran serta berpengaruh terhadap status hemodynamic. VAP (Ventilator

Associated Pneumonia) merupakan pneumonia yang muncul pada pasien

dengan ventilator mekanik setelah 48 jam pemasangan intubasi endotrakea,

dan mengenai 5-25% pasien terintubasi. Secara klinis, akan ditemukan

penanda inflamasi yang meningkat, demam dapat muncul atau meningkat, dan
55

oksigenasi memburuk, serta adanya perubahan pada gambaran radiologi. VAP

berhubungan dengan lamanya pemasangan ventilasi mekanik (Handbook of

Mechanical Ventilation, 2015)

5. Perbedaan status hemodynamic nilai mean arterial pressure (MAP) pasien

dengan ventilator mekanik sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi

harian.

Berdasarkan data penelitian skunder diketahui terdapat perbedaan

mean pada status hemodynamic Mean Arterial Pressure pada pre test 88,17

dan post test 89.48. Hasil uji paired sample t-test didapatkan p-value > (α)

sehingga s dapat disimpulkan bahwa ada Perbedaan yang significant status

hemodynamic Mean Arterial Pressure pada pasien dengan ventilator mekanik

pasca diberikan mobilisasi harian di ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie

Surabaya.

Menurut analisi peneliti perubahan posisi tubuh pada pasien yang

menggunakan ventilator mekanik akan berefek pada sirkulasi hemodinamik

tubuh, salah satunya tekanan darah mempengaruhi aliran balik darah yang

menuju ke jantung dan berdampak pada hemodinamik yang dapat tergambar

dari Mean Arterial Pressure (MAP).

Hal ini sejalan dengan penelitian (Yuswandi, Warongan and Rayasari,

2020) Ada pengaruh yang signifikan antara posisi dengan status hemodinamik

pada tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolic, MAP, Heart Rate dan

Respiratory rate. perubahan posisi secara mekanik dengan terbatasnnya

gerakan dada dapat membatasi pengembangan paru dan menyebabkan

berkurangnya volume paru, terbatasnya pergerakan dinding dada dan


56

gangguan pergerakan hemidiafragma ipsilateral dapat mempengaruhi

perubahan nilai tidal volume yang berujung pada kompensasi pernafasan.

Kombinasi antara volume sekuncup, peningkatan kontraktilitas, dan

peningkatan heart rate akan meningkatkan curah jantung sehingga

memengaruhi hemodinamik pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Rahayu Ningtyas, Pujiastuti and

Indriyawati, 2017) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari

tekanan sistolik, tekanan diastolik, MAP, jantung rate, dan skor Braden

setelah diberikan intervensi Mobilisasi progresif tingkat I dan II dapat

mengurangi risiko dekubitus dan menstabilkan pasien status hemodinamik

pada pasien kritis mobilisasi menyebabkan tubuh melakukan berbagai cara

beradaptasi secara psikologis untuk mempertahankan homeostasis

kardiovaskular.

Sistem kardiovaskular akan mengatur dalam 2 cara yaitu dengan

pergeseran volume plasma atau dengan bagian dalam respon telinga sebagai

respon vestibular yang mempengaruhi sistem kardiovaskular selama

perubahan posisi. Peningkatan arteri tekanan membentang dinding utama

arteri di dada dan leher, pada gilirannya merangsang baroreseptor. Sinyal

dikirim ke pusat vasomotor batang otak, dan refleks sinyal dikirim kembali ke

jantung dan darah pembuluh untuk memperlambat jantung dan melebarkan

pembuluh darah, sehingga menurunkan arteri normal tekanan. Dengan

demikian, refleks baroreseptor membantu menstabilkan tekanan arteri.


57

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti mempunyai keterbatasan dalam waktu pengukuran MAP saat

dinas pagi saja.

2. Peneliti mempunyai keterbatasan terhadap beberapa medikasi pengobatan

yang juga mempengaruhi status hemodynamic.

3. Pengukuran indicator status hemodynamic hanya terbatas pada nilai mean

arterial pressure (MAP).


BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Evaluasi Status Hemodynamic Mean Arterial Pressure pada pasien

dengan ventilator mekanik pasca mobilisasi harian di ruang ICU RSUD. Dr.

M.Soewandhie Surabaya dapat disimpulkan sebegai berikut:

a) Hampir dari setengahnya usia pada pasien dengan ventilator mekanik

berusia >65 (manula) sehingga berpengaruh terhadap Status Hemodynamic

Mean Arterial Pressure pasien dengan ventilator mekanik pasca mobilisasi

harian.

b) Sebagian besar jenis kelamin pada pasien dengan ventilator mekanik

adalah perempuan sehingga berpengaruh terhadap Status Hemodynamic

Mean Arterial Pressure pasien dengan ventilator mekanik pasca mobilisasi

harian.

c) Seluruhnya pasien dengan ventilator mekanik memiliki multiple diagnosa

medis lebih dari satu diagnosa medis sehingga berpengaruh terhadap Status

Hemodynamic Mean Arterial Pressure pasien dengan ventilator mekanik

pasca mobilisasi harian.

d) Hampir dari setengahnya lama penggunaan ventilator mekanik pada pasien

berada pada 5-8 hari dan 9-12 hari sehingga berpengaruh terhadap Status

Hemodynamic Mean Arterial Pressure pasien dengan ventilator mekanik

pasca mobilisasi harian.

58
59

e) Ada Perbedaan yang significant status hemodynamic Mean Arterial

Pressure pada pasien dengan ventilator mekanik pasca diberikan mobilisasi

harian di ruang ICU RSUD Dr. M.Soewandhie Surabaya.

B. Saran

1. Saran teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu update keilmuan tentang

asuhan keperawatan dengan pendekatan intervensi mandiri perawat untuk

mencegah dan meningkatkan status derajat kesehatan.

2. Saran praktis

a) Bagi Peneliti selanjutnya

Perlunya penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda seperti

mobilisasi progresif level I II dan III terhadap status hemodynamic sebagai

pembanding mana yang lebih efektif dan indicator tanda-tanda vital juga di

nilai.

b) Bagi Rumah Sakit

Menerapkan standar operasional prosedur (SOP) evaluasi status

hemodynamic dan mobilisasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien kritis untuk meminimalkan efek samping.


60

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, W. R., Suparmanto, G., & Safitri, W. (2020). Pengaruh Mobilisasi


Progresif Terhadap Status Hemodinamik Pada Pasien Kritis Di Intensive
Care Unit. Avicenna: Journal Of Health Research, 3(1), 20-27.
Agustin, W. R. et al. (2019) ‘Status Hemodinamik Pasien Yang Terpasang
Endotracheal Tube Dengan Pemberian Pre Oksigenasi Sebelum Tindakan
Suction Di Ruang Intensive Care Unit’, Gaster, 17(1), p. 107. doi:
10.30787/gaster.v17i1.336.
Andriani, W. R. and Purwaningsih, E. (2020) ‘Increased Activity Tolerance based on
Hemodynamic Status in Patients Coronary Heart Disease After Physical
Rehabilitation of Phase I (Inpatient)’, Media Keperawatan Indonesia, 3(1),
p. 1. doi: 10.26714/mki.3.1.2020.1-9.
Angelina, R., Nurmainah, N. and Robiyanto, R. (2018) ‘Profil Mean Arterial Pressure
dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Krisis dengan Kombinasi
Amlodipin’, Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(3), p. 172. doi:
10.15416/ijcp.2018.7.3.172.

Bulechek, G. (2016). Nursing intervention classification (6th Edition). Jakarta:


Mosby
Bassett, R. D. et al. (2012) ‘Integrating a multidisciplinary mobility programme
into intensive care practice ( IMMPTP ): A multicentre’, Intensive &
Critical Care Nursing. Elsevier Ltd, 28(2), pp. 88–97. doi:
10.1016/j.iccn.2011.12.001.
Burstein, B. et al. (2020) ‘Association between mean arterial pressure during the
first 24 hours and hospital mortality in patients with cardiogenic shock’,
Critical Care. Critical Care, 24(1), pp. 1–10. doi: 10.1186/s13054-020-
03217-6.
Chen, J. et al. (2020) ‘Optimal Mean Arterial Pressure Within 24 Hours of
Admission for Patients With Intermediate-Risk and High-Risk Pulmonary
Embolism’, Clinical and Applied Thrombosis/Hemostasis, 26. doi:
10.1177/1076029620933944.
Cooper, K., & Gosnell, K. (2015). Study Guide for Foundations of Nursing. Elsevier
Health Sciences
Gjonbrataj, J. et al. (2015) ‘Does the mean arterial pressure influence mortality
rate in patients with acute hypoxemic respiratory failure under
mechanical ventilation?’, Tuberculosis and Respiratory Diseases, 78(2),
pp. 85–91. doi: 10.4046/trd.2015.78.2.85.
Hafifah, I., Rahayu, F. R. and Hakim, L. (2021) ‘Studi Kasus: Evaluasi Status
Hemodinamik Pasien Dengan Ventilator Mekanik Pasca Mobilisasi
Harian (Supinasi - Lateral) di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin’,
61

Faletehan Health Journal, 8(01), pp. 51–57. doi: 10.33746/fhj.v8i01.139.


Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2013). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik
Volume 1 (Ed.6). (M. Ester, editor) (Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Khanna, A. K. (2018) ‘Defending a mean arterial pressure in the intensive care
unit: Are we there yet?’, Annals of Intensive Care. Springer International
Publishing, 8(1), pp. 4–5. doi: 10.1186/s13613-018-0463-x.
Mangku, G., Senapathi, T.G., Wiryana, I.M., Sujana, I.B., Sinardja, K. 2010.
Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks Permata
Puri Media
Maryani, N. and Wayan, W. A. N. (2021) ‘Pengaruh Terapi Murottal Surah Ar-
Rahman terhadap Status Hemodinamik Anak dengan’, 2(3), pp. 1759–
1765.
Mobiliu, S. and Tomayahu, M. (2021) ‘TEKANAN DARAH PADA PASIEN
STROKE DI RUANGAN ICU EFFECT OF PROGRESSIVE
MOBILIZATION ON BLOOD PRESSURE terjadi ketika pasokan darah
ke suatu penyakit Tidak Menular ( PTM ) di Provinsi jika’, 3(2), pp.
195– 205.
Nashruddin, M. A. and Wiwin, N. W. (2021) ‘Pengaruh Pemberian Terapi Musik
Tradisional Terhadap Status Hemodinamik Pasien Anak yang Terpasang
Ventilasi Mekanik Diruang PICU RSUD AWS Samarinda’, 2(3), pp.
1613–1618.
Nursalam. 2011. “Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan.” Jakarta(Salemba Medika).
Phelan, S. et al. (2018) ‘Implementing early mobilisation in the intensive care
unit: An integrative review’, International Journal of Nursing Studies.
Elsevier, 77(September 2017), pp. 91–105. doi:
10.1016/j.ijnurstu.2017.09.019.
Rahayu Ningtyas, N. W., Pujiastuti, R. S. E. and Indriyawati, N. (2017)
‘Effectiveness of Progressive Mobilization Level I and Ii on Hemodynamic
Status and Decubitus Ulcer Risk in Critically Ill Patients’, Belitung Nursing
Journal, 3(6), pp. 662–669. doi: 10.33546/bnj.289.
Sundana, Krisna. 2014. “Ventilator Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan
Kritis.” Ventilator Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Kritis
Bandung(CICU Bandung).
Tanujiarso, B. A. and Lestari, D. F. A. (2020) ‘Mobilisasi Dini Pada Pasien Kritis
Di Intensive Care Unit (Icu): Case Study’, Jurnal Keperawatan Widya
Gantari Indonesia, 4(1), p. 59. doi: 10.52020/gantari.v4i1.1589.
Timmerman, R. A. (2007) ‘A mobility protocol for critically ill adults’, Dimensionsof
Critical Care Nursing, 26(5), pp. 175–179. doi:
10.1097/01.DCC.0000286816.4057.
62

Triyono, T., Setiyawan, S., & Safitri, W. (2019). STATUS HEMODINAMIK PASIEN YANG
TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE DENGAN PEMBERIAN PRE
OKSIGENASI SEBELUM TINDAKAN SUCTION DI RUANG INTENSIVE CARE
UNIT. Gaster, 17(1), 107-117.
63

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal


64

Lampiran 2 Surat Balasan Perizinan Pengambilan Data


65

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden


PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ...................................................................
Umur / Jenis Kelamin: ...................................................................
Alamat : ...................................................................
Nomor Telepon/HP : ...................................................................

Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan


kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin saya
ketahui, saya bersedia mengikuti penelitian dengan judul :
Pengaruh Mobilisasi Terhadap Status Hemodinamic Mean Arterial Pressure
Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik Diruang ICU
RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya
Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan
ataupun menarik diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanksi
apapun.
Demikian persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap
informasi yang telah diberikan kepada saya serta tanpa adanya
paksaan.

Surabaya, .............................................

Peneliti Yang Membuat Pernyataan

(Roman Setiawan) (..............................................)

Saksi 1 Saksi 2

(........................................) (..............................................)
66

Lampiran 4 Lembar Informed Consent


PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :...................................................................
Umur / Jenis Kelamin :...................................................................
Alamat :...................................................................
Nomor Telepon/HP :...................................................................

Sesudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan kesempatan untuk


menanyakan yang belum dimengerti, dengan ini memberikan :

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan.................................................................................................... *
Dengan judul penelitian :

Pengaruh Mobilisasi Terhadap Status Hemodinamic Mean Arterial Pressure


Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik Diruang ICU RSUD Dr. M.
Soewandhie Surabaya
Sewaktu – waktu saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri tanpa
paksaan. Surabaya, ......................................
Yang membuat pernyataan

(.....................................)

Saksi 1 Saksi 2

(...............................................) (.......................................................)

* Sesuai tindakan yang akan dilakukan ke pasien


67

Lampiran 5 Penjelasan Sebelum Persetujuan Untuk Mengikuti Penelitian


PENJELASAN PENELITIAN UNTUK DISETUJUI
(Information for Consent)

Nama Peneliti :....................................................................


Alamat :….....................................................................
Judul Penelitian :….................................................................

A. Tujuan penelitian dan penggunaan hasilnya ................................................


B. Manfaat bagi peserta penelitian...................................................................
C. Metode dan prosedur kerja penelitian..........................................................
D. Resiko yang mungkin timbul.......................................................................
E. Efek samping penelitian..............................................................................
F. Jaminan kerahasiaan....................................................................................
G. Hak untuk menolak menjadi subyek penelitian ...........................................
H. Partisipasi berdasarkan kesukarelaan dan hak untuk mengundurkan diri.......
I. Subjek dapat dikeluarkan dari penelitian......................................................
J. Hal-hal lain yang perlu diketahui.................................................................

Surabaya,................................
Peneliti Yang Menerima Penjelasan

(.........................................) (..............................................)
Saksi 1 Saksi 2

(........................................) (..............................................)
68

Lampiran 6 SOP (Standard Operasional Prosecdur) dan Lembaga Observasi

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MOBILISASI TERHADAP STATUS HEMODINAMIC MEAN


ARTERIAL PRESSURE PADA PASIEN DENGAN
VENTILATOR MEKANIK

1 Definisi Kebutuhan dasar manusia diperlukan individu untuk melakukan

aktivitas sehari-hari berupa pergerakkan sendi, sikap, gaya

berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas

2 Tujuan a. Menurunkan lama penggunaan ventilator


b. Mengurangi resiko dekubitus.
c. Mengurangi insiden Ventilated Acute Pneumonia (VAP)
d. Mengurangi waktu penggunaan sedasi
e. Menurunkan delirium,

3 Manfaat a. Meningkatkan kemampuan pasien untuk berpindah dan


meningkatkan fungsi organ-organ tubuh
b. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan
c. Mengkaji tulang sendi, otot
d. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
e. Memperlancar sirkulasi darah
4 Indikasi a. Klien dengan tirah baring yang lama
b. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
c. Kelemahan otot.
d. Fase rehabilitasi fisik.g
e. Nilai MAP <70 mmH
5 Kontra Indikasi a. Klien dengan fraktur.
b. Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
c. Trombus/emboli pada pembuluh darah.
d. Pasien yang mengalami trauma spinal
e. Pasien yang menjalani operasi abdomen
f. Pasien wanita yang sedang hamil
g. Pasien yang mengalami agitasi
6 Prosedur kerja Tahap prainteraksi
1. Kaji kebutuhan pasen
2. Persiapan alat
3. Persiapan pasien
4. Cuci tangan 6 langkah

Tahap orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan dan menayakan identitas diri
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan
69

4. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan kontrak


waktu dengan klien
5. Jaga privacy klien

Tahap kerja

 Level 1
1. Dimulai dengan mengkaji pasien dari riwayat penyakit yang
dimilki apakah terdapat gangguan kardiovaskuler dan
respirasi, fraktur, trauma spinal, peningkatan TIK, Operasi
abdomen
2. Mengkaji tanda-tanda vital ( suhu,, HR, tekanan darah, RR)
Mengkaji status hemodynamic (MAP, SpO2, Mode
Ventilator).
Mengkaji Tingkat kesadaran.
3. Pada level I Mobilisasi dimulai dengan meninggikan posisi
pasien head of bed 300 kemudian diberikan pasif ROM
meliputi (flexi, ekstensi, rotasi, infers, efersi,
abduksi,adduksi) pada bagian jari-jari, paha, lutut,
pergelangan kaki. selama 5-10 menit dilakukan dua kali
sehari.
h. Mobilisasi progresif dilanjutkan dengan continous lateraly
rotation therapy (CLRT) selama 5-10 menit latihan
dilakukan setiap dua jam. Bentuk latihan berupa memberikan
posisi miring kanan dan miring kiri sesuai dengan
kemampuan pasien.
 Level 2

1. Apabila pasien dengan kondisi hemodinamik stabil


kemudian dengan tingkat kesadaran meningkat yaitu pasien
mampu membuka mata tapi kontak belum baik.
2. Kegiatan mobilisasi di level II ini dimulai dengan ROM
hingga tiga kali per hari, mulai direncanakan aktif ROM,
kemudian dimulai meninggalkan posisi tidur pasien hingga
450-650 dilakukan setiap lima belas menit, dilanjutkan
dengan melatih pasien duduk selama 10-20 menit

Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berikan reinforcement positif padqa pasien
3. Cuci tangan 6 langkah
4. Salam terapeutik

Tahap Dokumentasi
4. 1. Catat hasin Tindakan dan respon pasien dalan catatan
keperawatan
 Level 2

3. Apabila pasien dengan kondisi hemodinamik stabil


kemudian dengan tingkat kesadaran meningkat yaitu pasien
mampu membuka mata tapi kontak belum baik.
4. Kegiatan mobilisasi di level II ini dimulai dengan ROM
hingga tiga kali per hari, mulai direncanakan aktif ROM,
70

kemudian dimulai meninggalkan posisi tidur pasien hingga


450-650 dilakukan setiap lima belas menit, dilanjutkan
dengan melatih pasien duduk selama 10-20 menit

Tahap terminasi
5. Melakukan evaluasi tindakan
6. Berikan reinforcement positif padqa pasien
7. Cuci tangan 6 langkah
8. Salam terapeutik

Tahap Dokumentasi
1. Catat hasil Tindakan dan respon pasien dalan catatan
keperawatan

LEMBAR OBSERVASIPENILAIAN STATUS HEMODINAMIC

Tanggal
Inisial nama
Umur
Jenis kelamin
Diagnosa medis
Kesadaran (GCS)

Waktu pengamatan
No Item Pengamatan
08 10 12 14 16 18 20 22 24 02 04 06
1 TD (Tekanan Darah)
2 HR (Heart rate)
3 RR (Respirasi rate)
4 Suhu
5 SpO2
6 MAP
71

Lampiran 7 Tabulasi Data Umum


Lama
Jenis
No Nama Usia Dx Medis Penyakit Penggunaan
Kelamin
Ventilator
1 Tn. As 40 Laki-Laki Pneumonia+Efusi Pleura+Hipo K+Parapaerse 12
2 Tn. Es 60 Laki-Laki Ckd+Gagal Nafas+Brain Atropi+Hiponatremia 16
Ckd On Hd Regular+Encepalopaty Metabolik Dd
3 Tn. Ars 66 Laki-Laki 8
Stroke Ich
Sepsis+Hipoalbumin+Hipo Na+Post Stroke
4 Ny.T 80 Perempuan 9
Infrak+Post Arre4st+Rosc
Obs Penurunan Kesadaran+Obs
5 Tn.My 26 Laki-Laki 7
Convulsi+Encephalitis+Hiperkalemi+Hidrocefalus
Ny. Sh Child Curiga+Impending Gagal
6 18 Perempuan 10
Aipq Nafas+Sepsis+Mods+Susp Isk
Obs Penurunan Encepalopaty
7 Tn. Is 77 Laki-Laki Metabolik+Anemia+Hypotensi+Melena+Aki Dd 6
Ackd
8 Ny.I 83 Perempuan Obs Penurunan Kesadaran+Cob 11
Obs. Penurunan Kesadaran+Encepahlopaty
9 Ny. Z 74 Perempuan 10
Metabolik+Retensi Sputum
Anemia+Ckd+Susp Sepsis+Hiperglikemia+Obs
10 Tn. Ms 30 Laki-Laki 7
Vomiting
Obs Dipsnea+Dm Hipoglikemia+Kad,+Asisdosis
11 Ny. R 40 Perempuan 5
Metabolik+Hipoxia
12 Tn. Is 35 Laki-Laki Status Asmatikus+Gagal Nafas 4
13 Ny. Sr 67 Perempuan Cf Mandibula+ Post Orif Paltus Mandibula 3
14 Tn. Ss 62 Laki-Laki Susp. Tb Paru+Dm+Transaminitis+Gagal Nafas 12
15 Ny.Sn 64 Perempuan Stroke Ich+Ivh+Hemiparese Sinistra 7
Obs Penurunan Kesadaran+Obs
16 Tn .My 26 Laki-Laki 6
Convulsi+Encephalitis+Hiperkalemi+Hidrocefalus
Dm Hipoglikemia+Ensepalopaty Septik Dd
17 Ny. Sa 55 Perempuan 9
Metabolik
Obs Penurunan
18 Ny.Mj 53 Perempuan Kesadaran+Enchepalopat+Dm+Hipokalemia+Anemi 10
a
Ckd St V+Asidosis Metabolik+Hipokalemia+Ht+Ca
19 Ny.C 55 Perempuan 8
Cervix
Tn.Am
20 66 Laki-Laki Obs Dipsnea+Alo+Pneumonia+Gagal Nafas 4
s
21 Ny.Su 61 Perempuan Enchepalopaty+Dm+Post Hipoglikemia 4
22 Ny.Ak 70 Perempuan Asma Bronkitis+Dm+Gagal Nafas 7
23 Ny.Ep 42 Perempuan Gagal Nafas+Obs Dypsnea+Tb Paru 12
72

Lampiran 8 Tabulasi Data Khusus


HASIL REKAPITULASI DATA KHUSUS
STATUS HEMODYNAMIC PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK

WAKTU PENGUKURAN
N KODE 08.00 10.00 12.00 14.00
NAMA
O RESPONDEN
M H R SU Sp M H R SU Sp M H R SU Sp M H R SU Sp
TD TD TD TD
AP R R HU O2 AP R R HU O2 AP R R HU O2 AP R R HU O2
TN. 103/ 10 2 109/ 1 103/ 1 121/ 1
1 2201 79 37,3 100 87 95 37 100 80 92 37,4 100 94 92 37,1 100
AS 55 1 2 74 8 67 8 78 8
123/ 10 2 118/ 10 2 122/ 10 2 139/ 11 2
2 TN. ES 2202 101 36,2 100 94 36,4 100 100 36,9 100 113 36,2 100
86 5 4 80 7 5 87 9 6 96 0 9
TN. 150/ 2 165/ 2 148/ 2 151/ 2
3 2203 101 79 36,7 99 109 81 36,7 100 96 79 36,8 99 97 83 36,8 99
ARS 70 2 76 1 67 3 67 2
145/ 10 2 136/ 10 7 115/ 2 91/5 2
4 NY.T 2204 104 37,1 98 93 37 96 98 85 37,5 98 68 94 37,4 98
75 5 3 65 8 5 65 5 3 1
TN.M 112/ 2 111/ 2 115/ 2 119/ 2
5 2205 77 63 36,9 98 80 62 36,9 99 79 69 36,8 99 86 62 36,8 100
Y 50 0 59 2 58 3 61 3
NY. 110/ 12 1 115/ 13 1 108/ 13 2 108/ 14 3
6 2206 77 36,9 100 78 37,5 100 74 38,6 100 78 39 100
AIPQ 58 5 9 56 4 8 54 4 9 54 4 4
110/ 2 119/ 2 120/ 2 115/ 2
7 TN. IS 2207 69 98 36 100 82 96 36,2 100 79 99 36,4 100 79 99 36,5 100
53 6 57 4 55 6 55 6
123/ 2 105/ 2 102/ 2 117/ 2
8 NY.I 2208 84 84 38 100 74 96 37,7 100 77 99 37,8 100 82 97 37,8 100
58 2 56 3 59 1 59 4
110/ 1 102/ 1 135/ 2 132/ 2
9 NY. Z 2209 90 92 37,5 100 105 94 37,4 100 115 88 37,9 100 114 86 37,4 100
50 8 72 8 76 1 78 6
TN. 103/ 2 104/ 2 84/5 2 117/ 2
10 2210 76 80 37,9 98 79 92 37,3 100 62 87 36,3 96 77 95 36 98
MS 56 2 59 4 0 3 55 4
68/2 15 3 84/4 16 3 68/3 15 3 71/4 16 3
11 NY. R 2211 53 39,7 98 70 39,7 100 58 41,4 100 61 41,4 100
4 1 2 1 0 3 8 5 0 0 0 2
139/ 2 141/ 2 121/ 10 2 147/ 2
12 TN I 2212 112 96 36,6 98 98 97 36,5 99 85 37,6 99 101 99 36,4 99
96 6 70 8 66 0 7 77 4
NY. 131/ 10 1 118/ 1 105/ 1 121/ 1
13 2213 87 36,4 100 82 65 36,3 100 76 65 36 100 86 67 36,2 100
SR 60 7 6 57 8 53 8 63 7
114/ 2 111/ 2 115/ 2 119/ 2
14 TN. SS 2214 79 63 36,9 98 80 62 36,9 99 79 69 36,8 99 86 62 36,8 100
56 0 59 2 58 3 61 3
15 NY.SN 2215 101 148/ 11 2 39 100 119 170/ 10 2 38,7 99 116 160/ 11 2 39 100 86 140/ 94 1 38,7 100
73

70 8 1 92 8 0 80 0 1 79 7
TN. 105/ 1 112/ 1 110/ 1 115/ 1
16 2216 91 78 36 100 99 79 36 100 95 76 36 100 100 75 36 100
MY 64 6 72 8 64 8 71 6
NY. 121/ 2 125/ 2 139/ 2 128/ 2
17 2217 88 78 36,4 100 89 75 36,2 100 103 75 36 100 94 73 36 100
SA 66 6 66 4 80 3 72 4
132/ 7 138/ 1 126/ 1 128/ 1
18 NY.MJ 2218 111 96 36,8 100 117 98 36,4 100 106 96 36,6 100 105 98 37 100
70 8 76 6 66 8 59 8
128/ 1 130/ 1 133/ 1 139/ 1
19 NY.C 2219 100 97 36,5 98 96 98 36,7 98 100 98 36,5 98 107 96 36,8 98
83 2 81 2 81 4 85 4
TN .A 110/ 2 119/ 2 120/ 2 115/ 2
20 2220 76 98 36 100 82 96 36,2 100 79 99 36,4 100 79 99 36,5 100
MS 53 6 57 4 55 6 55 6
120/ 1 121/ 1 119/ 1 122/ 1
21 NY.SU 2221 86 85 37 100 86 85 37,2 100 78 91 37 100 87 86 36,4 100
66 6 63 6 55 8 65 8
NY.A 130/ 10 1 146/ 10 1 142/ 1 133/ 1
22 2222 95 36,4 100 102 36,5 100 100 98 36,2 100 96 97 36,2 100
K 71 0 8 73 1 6 75 8 78 8
116/ 2 114/ 2 113/ 2 108/ 2
23 NY.EP 2223 91 91 36 96 90 92 36,7 97 85 99 36,5 97 82 92 36,5 97
76 5 75 6 68 8 66 6
74

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik

Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 10 43.5 43.5 43.5
Perempuan 13 56.5 56.5 100.0
Total 23 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid remajaakhir(17-25th) 1 4.3 4.3 4.3
dewasaawal(26-35th) 4 17.4 17.4 21.7
dewasaakhir(36-45th) 3 13.0 13.0 34.8
lansiaawal(46-55th) 3 13.0 13.0 47.8
lansiaakhir(56-65th) 4 17.4 17.4 65.2
manula(>65th) 8 34.8 34.8 100.0
Total 23 100.0 100.0

Dxmedis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Komplikasi 23 100.0 100.0 100.0

lamapenggunaanventilator
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2-4hari 4 17.4 17.4 17.4
5-8hari 9 39.1 39.1 56.5
9-12hari 9 39.1 39.1 95.7
13-16hari 1 4.3 4.3 100.0
Total 23 100.0 100.0
75

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Pemeriksaan N Percent N Percent N Percent
Hasil Pre Test 23 100,0% 0 0,0% 23 100,0%
Post Test 23 100,0% 0 0,0% 23 100,0%

Descriptives
Pemeriksaan Statistic Std. Error
Hasil Pre Test Mean 88,17 2,943
95% Confidence Lower 82,07
Interval for Mean Bound
Upper 94,28
Bound
5% Trimmed Mean 88,70
Median 88,00
Variance 199,150
Std. Deviation 14,112
Minimum 53
Maximum 112
Range 59
Interquartile Range 24
Skewness -,369 ,481
Kurtosis ,331 ,935
Post Test Mean 89,48 2,823
95% Confidence Lower 83,62
Interval for Mean Bound
76

Upper 95,33
Bound
5% Trimmed Mean 89,65
Median 86,00
Variance 183,261
Std. Deviation 13,537
Minimum 61
Maximum 114
Range 53
Interquartile Range 21
Skewness ,014 ,481
Kurtosis -,257 ,935

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pemeriksaan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pre Test ,107 23 ,200 *
,968 23 ,630
Post Test ,138 23 ,200 *
,976 23 ,825
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Pre Test 88,17 23 14,112 2,943
Post Test 89,48 23 13,537 2,823

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pre Test & Post Test 23 ,625 ,001

Paired Samples Test


77

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Pre Test - 11,983 2,499 -6,486 3,877 -,522 22 ,006
1 - Post 1,304
Test

Lampiran 10 Konsultasi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031) 8291920, 8284508, FAX (031) 8298582
KAMPUS B RS. ISLAM JEMURSARI JL. JEMURSARI NO. 51-57 SURABAYA
Website : www.unusa.ac.id Email : [email protected]

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


Nama Mahasiswa : Roman Setiawan
NIM : 1130221026
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Evaluasi Status Hemodinamic Mean Arterial Pressure
Pada Pasien Dengan Ventilator Mekanik Yang dilakukan
Mobilisasi harian Diruang ICU RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya
Pembimbing : Arief Helmi Setiawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

No. Tanggal Konsultasi Tanda Tangan


Pembimbing Mahasiswa

1. 8 November 2021 Konsultasi Judul

2. 18 November 2021 Konsultasi Judul (ACC)


78

3. 29 November 2021 Konsultasi BAB 1,2

4. 12 Desember 2021 Konsultasi BAB 3

5. 02 Januari 2022 Konsultasi Daftar


Pustaka

6. 04 Januari 2022 Konsultasi BAB


1,2,3, Daftar Pustaka
(ACC)
7. 09 Januari 2022 Konsultasi BAB 4

8. 19 Januari 2022 ACC, Ajukan sempro

9 13 Agustus 2022 Konsultasi Data Umum


dan Khususs
10 26 Agustus 2022 Hasil uji statistic

11 1 September 2022 Pembahasan dan


Kesimpulan, Abstrac
12 7 September 2022 ACC, Ajukan semhas

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP. 020671

Anda mungkin juga menyukai