RMK RPS 5 - Kelompok 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

RMK RPS 5

Penyelesaian Pengujian Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang

Mata Kuliah Pengauditan II (EKA 446)

Kelas B3

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Nama Anggota :

Ni Komang Priyahita (05/2107531074)


Ni Kadek Yunia Sumirta (06/2107531075)
Ni Ketut Febriyani (08/2107531089)

Dosen : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak.CA.

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
1. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha, auditor harus
mendapatkan hasil yang memuaskan atas delapan tujuan audit saldo piutang usaha
sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam master file
yang bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di
buku besar (kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan).
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian).
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan).
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah-batas).
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (nilai bisa direalisasi).
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha.
Metodologi yang biasa diikuti auditor dalam perancangan pengujian detail saldo yang
tepat untuk piutang usaha yakni sebagai berikut.
 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berhubungan dengan Piutang Usaha
(Tahap I)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh
auditor yang memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Sebagai
bagian dari proses mendapatkan pemahaman tersebut, auditor mempelajari bidang
usaha klien dan lingkungan eksternal dan mengevaluasi tujuan manajemen serta
proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.
Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam
evaluasi auditor tentang risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang
usaha. Sebagai contoh, sebagai akibat adanya penurunan dalam kondisi
perekonomian, auditor bisa menaikkan risiko bawaan untuk nilai bersih bisa
direalisasi piutang usaha.
 Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi dan Risiko Bawaan
Auditor pertama-lama menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan
untuk keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan tersebut ke setiap akun neraca yang signifikan.
Pengalokasian ini disebut menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Piutang
usaha biasanya merupakan salah satu akun paling material dalam laporan keuangan
pada perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit.
Auditor menetapkan risiko bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun
seperti halnya piutang usaha, dengan mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat
klien serta bidang usahanya. Auditor umumnya mengidentifikasi suatu risiko
kecurangan (fraud risk) tertentu untuk pengakuan pendapatan. Hal ini bisa
mempengaruhi penetapan risiko bawaan oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut:
keberadaan, pisah batas penjualan, dan pisah batas retur penjualan.
 Menetapkan Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan
Piutang
Pada kebanyakan perusahaan, pengendalian internal atas penjualan dan
pengumpulan piutang serta piutang usaha yang bersangkutan, biasanya cukup efektif
karena manajemen berkepentingan untuk memiliki catatan yang akurat guna menjalin
hubungan baik dengan para pelanggan. Auditor biasanya menekankan tiga aspek
pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff)
3. Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan
tujuan audit saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti yang
direncanakan untuk pengujian detail saldo. Sebagian besar hubungan tersebut bersifat
langsung. Terdapat hubungan dua golongan transaksi utama yaitu penjualan dan
penerimaan kas dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang.
 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi (Tahap II)
Perancangan prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil pengujian-
pengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan
risiko pengendalian untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau
tidak. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan
seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha.
 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering diterapkan pada tiga tahapan audit, yakni: pada tahap
perencanaan, ketika melakukan pengujian detail saldo, dan pada saat penyelesaian
audit. Kebanyakan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detail
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detail saldo. Tidak banyak
manfaatnya bila auditor melakukan prosedur analitis sementara klien masih mencatat
transaksi yang terjadi tahun yang bersangkutan dan menyelesaikan laporan
keuangannya.
Auditor melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini penting karena adanya
hubungan yang erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca.
 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detail Saldo Piutang Usaha (Tahap
III)
Apabila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang
mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen. Jawaban dari manajemen harus dievaluasi
dengan kritis untuk menentukan apakah jawaban tersebut cukup menjelaskan
fluktuasi tidak biasa tersebut dan apakah disertai dengan bukti pendukung.
Tugas untuk memadukan faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi
direncanakan cukup kompleks karena pengukur setiap faktor tidak bisa dipresisi dan
bobot yang diberikan pada setiap faktor sangat subyektif. Sebaliknya, hubungan
antara setiap faktor dan risiko deteksi direncanakan ditetapkan dengan baik. Sebagai
contoh, auditor mengetahui bahwa risiko bawaan atau risiko pengendalian yang tinggi
menurunkan risiko deteksi direncanakan dan menaikkan pengujian substantif
direncanakan, sedangkan hasil pengujian substantif transaksi yang baik menaikkan
risiko deteksi direncanakan dan menurunkan pengujian substantif direncanakan
lainnya.

2. PERENCANAAN PENGUJIAN RINCI SALDO


Dalam pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun neraca,
namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun- akun nominal (akun-akun laba-
rugi) karena akun-akun laba-rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-
akun neraca. Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, akan
difokuskan pada tujuan-tujuan audit saldo. Selain itu, juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit..
 Kecocokan Saldo Dalam Catatan
Dalam memeriksa kecocokan, luas pengujian tergantung pada jumlah akun debitur,
seberapa banyak master file telah diuji, dan seberapa jauh daftar umur piutang telah
diverifikasi oleh auditor internal. Selain itu, auditor harus menelusuri suatu sampel
dari saldo individual ke dokumen pendukung seperti misalnya duplikat faktur
penjualan untuk memastikan kebenaran nama pembeli, jumlah saldo, dan kebenaran
penentuan umumnya.
 Keberadaan - Piutang Usaha
Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo untuk menentukan keberadaan
piutang usaha sebagaimana tercantum dalam pembukuan. Apabila pelanggan tidak
memberi jawaban atas konfirmasi, auditor juga memeriksa dokumen pendukung
untuk memastikan bahwa barang sungguh-sungguh telah dikirimkan dan bukti adanya
penerimaan kas untuk menentukan bahwa piutang telah diterima pembayarannya
setelah tanggal neraca.
 Kelengkapan - Piutang Usaha
Auditor mengalami kesulitan dalam menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan
pada sifat keseimbangan dalam master file piutang.
Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal
penjualan, kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui
pengujian rinci saldo. Cara terbaik untuk menemukan kurang saji penjualan dan
piutang usaha adalah dengan pengujian substantif transaksi atas pengiriman barang
yang tidak dicatat (tujuan kelengkapan untuk pengujian transaksi penjualan) dan
dengan prosedur analitis.
 Ketelitian-Piutang Usaha
Untuk menguji ketelitian piutang usaha, pengujian rinci saldo yang sering digunakan
adalah konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang.
Dalam melakukan pengujian auditor memeriksa pendebetan dan pengkreditan pada
masing-masing akun pelanggan individual dengan membandingkannya pada dokumen
pendukung pengiriman barang dan penerimaan kas.
 Penggolongan - Piutang Usaha
Pada umumnya auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan cara
mereview daftar umur piutang. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan pengungkapan,
auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan tepat dengan
menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan dengan benar
selama tahap penyelesaian audit.
 Pisah Batas - Piutang Usaha
Pengujian pisah batas (cutoff test) bertujuan untuk memeriksa apakah transaksi
menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang tepat. Kesalahan
penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan penerimaan
kas. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan pendekatan sebagai
berikut:
1. Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas.
2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah
batas yang sewajarnya.
3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.
 Nilai Bersih yang Bisa Direalisasi-Piutang Usaha
Nilai piutang yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan
cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien menaksir
jumlah total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih.Untuk membantu
penilaian ini, auditor sering membuat suatu daftar audit yang menganalisis cadangan
kerugian piutang. Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang, auditor
mereview hasil pengujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan pemberian
kredit pada perusahaan klien.
 Hak Klien Atas Piutang Usaha
Dalam audit hak klien atas piutang usaha tidak mejadi masalah karena piutang
biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu, sebagian dari
piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual kepada
seseorang, atau dijual dengan discount. Untuk mengungkapkan situasi di mana klien
telah dibatasi haknya atas piutang, auditor bisa mereview notulen rapat,
membicarakannya dengan klien, mengirim konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian
pinjaman untuk mencari informasi tentang penggadaian atau penjaminan piutang,
serta memeriksa arsip korespondensi.
 Penyajian dan Pengungkapan-Piutang Usaha
Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan
sebagai bagian dan tahap penyelesaian audit. Namun demikian, sejumlah penyajian
dan pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit
saldo. Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan dalam standar
akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan.

3. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Konfirmasi piutang usaha adalah suatu tindakan yang biasanya dilakukan oleh auditor
eksternal ketika mengaudit piutang suatu perusahaan berupa menanyakan kepada
pelanggan apakah mereka memiliki utang sebesar nominal tertentu kepada perusahaan.
Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan,
ketelitian, dan pisah batas.
Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh sebagai suatu respons tertulis
langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lainnya. (SA 505.6). Meskipun jawaban lisan
juga merupakan bukti audit, namun tidak bisa disebut sebagai konfirmasi.
 Ketentuan Dalam Standar Audit
Standar audit (SA) 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330
(Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai) dan SA 500 (Bukti Audit). SA
500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan
sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut
diperoleh. SA 505 bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan
melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti audit yang relevan
dan andal.
 Jenis-Jenis Konfirmasi
 Konfirmasi positif
Konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi, atau menyediakan Informasi yang diminta (SA 505.6b).
Jenis dari konfirmasi positif adalah sebagai berikut.
- Konformasi bentuk kosong (blank) adalah konfirmasi tyang tidak
menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk
menyebutkan jumlah saldo.
- Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya
meminta konfirmasi atas suatu faktur terentu, tidak mengenai saldo piutang
secara keseluruhan.
 Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
 Saat Pengiriman Konfirmasi
Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila konfirmasi
dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Apabila auditor memutuskan
untuk mengirim konfirmasi sebelum akhir tahun buku, auditor harus membuat
rekonsiliasi untuk transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dengan tanggal
neraca. Auditor bisa mencapai tujuan ini dengan memeriksa dokumen-dokumen
internal seperti duplikat faktur penjualan, bukti pengiriman barang, dan bukti
penerimaan kas.
 Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi
Ukuran Sampel. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sampel piutang
yang akan dikirimi konfirmasi, yaitu kesalahan penyajian bisa ditoleransi, risiko
bawaan, risiko pengendalian, risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif
lain, dan jenis konfirmasi. Pemilihan Unsur-unsur untuk diuji. Dalam banyak hal,
auditor memilih semua akun yang bersaldo di atas suatu jumlah tertentu sedangkan
sisanya dipilih secara acak.
 Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan Atas Konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-
mail yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos,
auditor harus melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima
dari debitur. Alamat pengembalian surat jawaban (alamat kantor akuntan) sebaiknya
sudah tertulis pada semua amplop jawaban agar surat yang tidak sampai ke tujuan
akhirnya dikirim kembali ke kantor akuntan.
 Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Terjawab
Apabila digunakan konfirmasi positif, standar auditing mengharuskan
dilakukannya prosedur tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh
konsumen. Dalam situasi demikian, auditor sering mengirim ulang konfirmasi kedua
atau bahkan sampai tiga kali. Untuk konfirmasi tidak berjawab, auditor bisa
memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk memeriksa keberadaan dan ketelitian
transaksi penjualan, yaitu penerimaan kas kemudian, duplikat faktur penjualan,
dokumen pengiriman barang, dan korespondensi dengan klien.
 Analisis Selisih
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa
yang menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Dalam banyak hal, perbedaan sering
disebabkan karena perbedaan waktu pencatatan klien dengan debiturnya. Hendaknya
dibedakan antara perbedaan waktu dengan penyimpangan yang merupakan kesalahan
penyajian saldo piutang usaha. Jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi
yang sering dijumpai seperti: Pembayaran telah Dilakukan Debitur sebelum tanggal
konfirmasi, Barang Belum Diterima Debitur, Barang Telah Dikembalikan (Retur),
Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah.
 Menarik Kesimpulan
Apabila semua selisih telah dipecahkan, termasuk yang dijumpai dalam
pelaksanaan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian
internal. Setiap kesalahan penyajian yang dilakukan klien harus dianalisis. Auditor
harus selalu mengevaluasi kesalahan penyajian dalam sampel yang bersifat kualitatif,
berapapun besarnya jumlah rupiah taksiran kesalahan penyajian dalam populasi.
Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten
yang cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif
lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.

4. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO


Terdapat beberapa sumber dari setiap baris dalam kertas kerja untuk pengujian rinci
saldo yang direncanakan, yaitu:
• Kesalahan penyajian bisa ditoleransi
• Risiko audit bisa diterima
• Risiko bawaan
• Risiko pengendalian
• Hasil pengujian substantif transaksi
• Prosedur analitis
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. H. (2014). AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II. Yogyakarta: STIE
YKPN

Anda mungkin juga menyukai