Konsep Kepemilikan Dalam Islam
Konsep Kepemilikan Dalam Islam
Konsep Kepemilikan Dalam Islam
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Sri Wahyuni
2000861201086
1
Kata Pengantar
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
______________
Sri Wahyuni
2
Daftar Isi
Daftar Isi.......................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
A. Konsep Kepemilikan dalam Islam...................................................................................5
B. Sebab-sebab Kepemilikan dalam Islam..........................................................................6
1. Ihrazul Mubahat.............................................................................................................6
2. Aqad / Akad...................................................................................................................6
3. Khalafiyah.....................................................................................................................9
4. Ihya’u Mawat Al-Ardh..................................................................................................9
C. Pembagian macam-macam milkiyyah...........................................................................10
D. Perbandingan Konsep Hak Milik Menurut Islam, Kapitalis, dan Sosialis....................14
1. Konsep Hak Milik Menurut Kapitalis..........................................................................14
2. Konsep Hak Milik Menurut Sosialis............................................................................17
BAB III........................................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................................................19
B. Saran.................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT, manusia
dalam hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga sewaktu-waktu
dapat di ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu kepemilikan mutlak atas harta
tidak di akui dalam islam. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 284:
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati mu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmun itu. Maka
Allah mengampuni siapa yang di kehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Alllah Mahakuasa atas segala sesuatu”
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya, hal ini dijelasakan dalam QS. Al-
Hadiid ayat 7: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamun menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar”
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
ِ اَأْلر
ض ِ ِ َّ لِلَّ ِه َما فِي
ْ الس َم َاوات َو َما في
Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. QS. Al-BAqarah: 284
Batasan teknis ini dapat digambarkan sebagai berikut. Ketika ada orang yang
mendapatkan suatu barang atau harta melalui caara-cara yang dibenarkan oleh syara',
maka terjadilah suatu hubungan khusus antara barang tersebut dengan orang yang
memperolehnya. Hubungan khusus yang dimiliki oleh orang yang memperoleh barang
(harta) ini memungkinkannya untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakannya
5
sesuai dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar'i seperti
gila, sakit ingatan, hilang akal, atau masih terlalu kecil sehingga belum paham
memanfaatkan barang.
Dimensi lain dari hubungan khusus ini adalah bahwa orang lain, selain si
empunya, tidak berhak untuk memanfaatkan atau mempergunakannya untuk tujuan
apapun kecuali si empunya telah memberikan ijin, surat kuasa atau apa saja yang serupa
dengan itu kepadanya. Dalam hukum Islam, si empunya atau si pemilik boleh saja
seorang yang masih kecil, belum balig atau orang yang kurang waras atau gila tetapi
dalam hal memanfaatkan dan menggunakan barang-barang "miliknya" mereka terhalang
oleh hambatan syara' yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan tidak dimiliki. Meskipun
demikian hal ini dapat diwakilkan kepada orang lain seperti wali, washi (yang diberi
wasiat) dan wakil (yang diberi kuasa untuk mewakili).
1. Ihrazul Mubahat
Ihrozul mubahat adalah memiliki sesuatu (benda) yang menurut syara’ boleh dimiliki.
Yang dimaksud dengan barang-barang yang diperbolehkan di sini adalah barang (dapat
juga berupa harta atau kekayaan) yang belum dimiliki oleh seseorang dan tidak ada
larangan syara’ untuk dimiliki seperti air di sumbernya, rumput di tanah lapang, kayu dan
pohon-pohon di belantara atau ikan di sungai dan di laut.
2. Aqad / Akad
Akad berasal dari bahasa arab yang artinya perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa
diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad.
6
b. Macam macam Akad
7
6. Berdasarkan cara melakukannya
Akad yang harus dilaksanakan dengan upacara tertentu seperti akad
pernikahan dihadiri oleh dua saksi, wali, dan petugas pencatat nikah.
Akad ridhaiyah ialah akad yang dilakukan tanpa upacara tertentu dan
terjadi karena keridhaan dua belah pihak seperti akad-akad pada umumnya
8
10. Berdasarkan faur dan istimrar
Akad fauriyah , yaitu akad-akad yang tidak memerlukan waktu yang lama,
pelaksaaan akad hanya sebentar saja seperti jual beli.
Akad istimrar atau zamaniyah , yaitu hukum akad terus berjalan, seperti
I'arah
3. Khalafiyah
Khalafiyah artinya pewarisan. Khalafiyah ada dua macam yaitu:
9
C. Pembagian macam-macam milkiyyah
Milik yang dibahas dalam fiqh mu’amalah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Milk Taam
Yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaatnya sekaligus, artinya
bentuk benda (zat benda) dan kegunaanya dapat dikuasai. Pemilikan taam dapat
diperoleh dengan banyak cara seperti jual beli dll. Kepemilikan jenis ini tidak
dibatasi oleh waktu (selamanya) dan kepemilikannya tidak dapat dibatalkan
kecuali dialihkan atau ada pemindahan kepemilikan kepada pihak lain sesuai
ketentuan syariat.
2. Milk Naqish
Yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda tersebut. Bisa memiliki
zat bendanya tanpa memiliki manfaatnya (hak pakai atau manfaat milik orang
lain) dan hal ini tidak dapat diwariskan (menurut Hanafiyyah) atau memiliki
manfaatnya (kegunaannya) saja tanpa memiliki zatnya seperti pada kasus Ijarah.
Berikut lima hal yang menyebabkan hak pakai/pemilikan manfaat tanpa
pemilikan zat bendanya:
a. Peminjaman (I’arah), para fuqaha berbeda pendapat tentang boleh
tidaknya barang pinjaman dipinjamkan kembali. Ulama hanafiyyah dan
malikiyyah berpendapat boleh sedangkan syafi’iyyah dan hanabilah
melarangnya.
b. Sewa (Ijarah), yaitu pemindahan hak pakai dengan membaya fee
c. Wakaf
d. Wasiyat
e. Ibahah, izin untuk menggunakan sesuatu atau memakainya. Pemilikan
manfaat tanpa zat bendanya ini dapat habis atau selesai apabila habis
waktu pemanfaatannya sebagaimana akad awal (seperti dalam kasus sewa
10
atau ijarah), rusaknya benda atau barang yang digunakan, wafatnya si
pengguna (menurut Hanafiyyah) dll.
Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Milk ‘Ain atau disebut juga Milk Raqabah, yaitu memiliki semua benda, baik
benda tetap (yang tidak dapat dipindahkan) maupun benda-benda yang dapat
dipindahkan seperti pemilikan rumah, tanah, motor dll.
2. Milk Manfa’ah, yaitu seseorang hanya memiliki manfaatnya saja dari suatu
benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf dan lainnya.
3. Milk dayn, yaitu pemilikan karena adanya hutang, misalnua sejumlah uang
dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan. Hutang
wajib dibayar oleh hutang yang berhutang bahkan jika yang berhutang meninggal
sebelum membayar hutangnya maka ahli warisnyalah yang berkewajban
membayar hutangnya.
Dilihat dari segi shurah (Cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Milk Mutamayyiz, yaitu sesuatu yang berpautan dengan yang lain yang memiliki
batasan-batasan yang dapat memisahkannya dari yang lain. Misalnya adalah
antara sebuah mobil dan seekor kerbau sudah jelas batas-batasnya.
2. Milk Musya’ yaitu milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari
kumpulan sesuatu, betapa besar atu betapa kecilnya kumpulan itu. Misalnya
memiliki sebagian rumah, daging domba dan harta-harta lainnya yang
dikongsikan seperti seekor sapi yang dibeli oleh 40 orang untuk disembelih dan
dibagikan dagingnya.
Sedangkan apabila dilihat dari segi dapat dimiliki dan dihak milikkan atau tidaknya
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
11
1. Harta yang tidak dapat dimiliki dan dihak milikkan kepada orang lain, misalnya
harta milik umum seperti jalanan, jembatan, sungai dll dimana harta atau
barang/benda tersebut untuk keperluan umum.
2. Harta yang tidak dapat dimiliki kecuali dengan ketentuan syariah, Seperti hata
wakaf, harta baitul maal dll. (Harta wakaf tidak bisa dijual atau dihibahkan
kecuali dalam kondisi tetentu sepeti mudah rusak atau biaya pengurusannya lebih
besar dari nilai hatanya).
3. Harta yang dapat dimiliki dan dihak milikkan kepada orang lain selain yang
disebutkan diatas
Jenis kepemilikan
1. Kepemilikan individu
Setiap manusia secara fitrah terdorong untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Manusia selalu berusaha untuk memperoleh kekayaan untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya karena hal ini selain termasuk perkara yang fitri juga merupakan
perkara yang pasti dan harus dilakukan. Oleh karena itu, setiap upaya melarang
atau membatasi manusia untuk memperoleh kekayaan tersebut tentu bertentangan
dengan fitrah tapi bukan berarti manusia dibiarkan untuk memperoleh kekayaan,
mengusahakannya dan mengelolanya dengan cara sesuka hatinya. Syariat
memberikan aturan-aturan berkaitan dengan hal ini seperti memberikan
keterangan berkaitan sebab-sebab kepemilikan, dan bagaimana ber-tasharruf
dengan harta tersebut. Harta yang termasuk kepemilikan ini adalah harta yang
bukan merupakan menyangkut kepentingan manusia secara umum seperti rumah,
tanah, kebun dll.
2. Kepemilikan umum
Kepemilikan umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untu
sama-sama memanfaatkan benda/barang. Benda-benda yang termasuk dalam
12
kategori kepemilikan ini adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh syari’
memang diperuntukan bagi suatu kominitas masyarakat, karena mereka masing-
masing saling membutuhkan dan syari’ melarang benda tersebut dikuasai oleh
seorang saja. Benda-benda ini tampak pada tiga macam, yaitu:
Merupakan fasilitas umum; kalau tidak ada didalam suatu negeri atau
suatu komunitas maka akan menyebabkan sengketa atau perselisihan
dalam mencarinya. Jadi fasilitas umum pada intinya adalah apa saja yang
dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum sebagaimana sabda
Rasulullah saw: " Kaum muslim bersekutu ( memiliki hak yang sama )
dalam tiga hal: air, padang dan api” ( HR. Abu Daud )
Barang tambang yang tidak terbatas
Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk
dimiliki hanya oleh individu secara perseorangan.
3. Kepemilikan Negara
Kepemilikan negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim yang
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah atau dalam konteks saat ini adalah
pemerintah suatu negara. Benda-benda atau harta yang termasuk kepemilikan
negara adalah harta yang tidak termasuk milik umumn namun milik
individu/perseorangan (karena harta tersebut dapat dimiliki secara pribadi seperti
tanah dan barang-barang bergerak) tapi karena harta tersebut terkait hak kaum
muslim secara umum maka harta tersebut tidak termasuk milik individu dan
umum tapi menjadi milik negara dan dikelola oleh negara untuk kemaslahatan
kaum muslim bersama.
13
D. Perbandingan Konsep Hak Milik Menurut Islam, Kapitalis, dan Sosialis
Contoh paling mudah dari sistem kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas
Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalah penganut sistem ekonomi
campuran (kapitalisme dan sosialisme), pada dasarnya mereka tetap tidak bisa lepas dari
unsur kapitalis dalam prakteknya.
Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Joseph A. Schumpeter sebagai ‘sistem
destruksi kreatif’. Dimana menurutnya, setiap perusahaan dalam pasar kecil maupun
pasar kompetitif, akan selalu dapat berjalan ke arah yang lebih baik setelah
14
restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan pergantian
modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik. Tiap individu juga
diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu mencemaskan campur tangan
pemerintah.
Adam Smith juga sempat mencetuskan sebuah istilah dalam kerangkan teori
ekonomi yang dibangunnya, Invisible Hand. Yang dimaksud ‘tangan ghaib’ disini adalah
semacam kekuatan kasat mata yang menjalankan roda ekonomi dengan sewajarnya
sehingga tidak terjadi kekacauan dalam pasar. Mekanisme pasar yang terdiri dari supply
and demand akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat sebaik-baiknya dan Invisible
hand dalam mekanisme pasar itu akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara
15
paling rasional, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi seluruh
masyarakat.
Lebih lanjut, ada beberapa ciri kapitalisme yang perlu kita perhatikan dan kerap
muncul di sekitar kita tanpa disadari. Beberapa ciri tersebut bisa diringkas menjadi:
Pemilik modal bebas untuk menggunakan cara apa saja untuk meningkatkan
keuntungan maksimal, dengan mendayagunakan sumber produksi dan pekerjanya.
Sehingga modal kapitalis seringkali diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk
menghasilkan laba.
Aktivitas ekonomi secara bebas hanya ditentukan oleh penjualan dan pembelian.
Riset menduduki posisi yang penting dan menentukan dalam mendorong persaingan.
Tujuan kapitalisme yang hanya berasas pada biaya produksi yang murah dan
keuntungan yang tinggi realitanya berkebalikan dengan Islam, yang menganjurkan agar
seorang muslim tidak sekedar menimbun uang dan menghimbau agar menyedekahkannya
untuk kemaslahatan sosial, kapitalisme justru akan membentuk tatanan masyarakat yang
egois, materialis dan konsumeris.
16
2. Konsep Hak Milik Menurut Sosialis
Lawan (teori berseberangan) kapitalisme, adalah sosialisme. Dua pokok penting
teori Ekonomi Sosialisme adalah:
Sosialisme, Berasal dari kata Sosial, sesuatu yang menyangkut aspek hidup
masyarakat, Sosialis “Penganut Faham”. Sosialisme adalah Sebuah doktrin politik yang
menekankan pemilikan kolektif dari alat-alat produksi, memberikan suatu peran yang
besar pada negara dalam menjalankan perekonomian dengan kepemilikan masyarakat
luas (Nationalization) atas industri. Berdasarkan pengertian ini, para ahli ekonomi
menafsirkan gagasan ini sebagai dasar atau sebagai sumber-sumber yang tersedia untuk
masyarakat manapun pada suatu waktu, yang kemudian dikenal dengan teori ekonomi
sosialis.
Tujuan kedua teori ekonomi sosialis, menghapus hak milik pribadi. Ajaran ini
mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan individu. Mengakui hak
milik pribadi bagi kaum sosialis merupakan kezaliman dan penyimpangan sehingga harus
dihapus. Segala usaha yang mengarah kepada pengakuan hak milik pribadi harus
dimusnahkan, walaupun dengan jalan kekerasan dan membangkitkan dengki. Satu prinsi
penting yang harus diwujudkan adalah “Sama rata sama rasa”.
Sebenarnya tujuan teori ekonomi sosialis adalah ingin menegakkan keadilan dan
keseimbangan dalam ekonomi. Akan tetapi untuk mencapai tujuan ini ia telah memilih
satu jalan yang pada hakekatnya berlawanan dengan fitrah manusia. yakni menghapus
hak individu untuk menghayati hak milik perseorangan dan menjadikan mereka sebagai
pelayan-pelayan yang bekerja untuk masyarakat.
17
Dalam sistem ekonomi sosialis, negara sangat berperan penting, disini negara
berbuat sewenang-wenang. Negara tidak lebih dari suatu tempat yang dikelola oleh
segelintir manusia. Pada akhirnya, faham sosialisme tidak jauh berbeda dengan faham
kapitalis. Dalam faham sosialis kita menemukan beberapa orang yakni pejabat negara
bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat sebagaimana para konglomerat dalam
sistem kapitalis berlaku sewenang-wenang.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
"Kepemilikan" sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata "malaka" yang
artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan orang terhadap
sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil
maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa
orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang
tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang
lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya
dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu.
Sebab sebab adanya kepemilikan yang ditetapkan syara’ ada empat yaitu :
Oleh karena itu, Islam menjelaskan secara utuh pengertian hak milik, sebab-sebab
pemilikan harta, pembagian pemilikan dan berbagai hal yang berkaitan dengan harta yang
tentunya semua hal ini tidak lepas dari universalitas islam sebagai agama agar manusia
memahami batasan-batasan tentang bagaimana memperoleh harta dan memanfaatkannya.
Karena pada hakikatnya semua yang ada di dunia ini adalah titipan atau amanah dari
Allah swt yang dimaksudkan agar manusia mampu memanfaatkannya dengan benar
dalam rangka beribadah kepada Allah swt.
19
B. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi masukan dan
sumber inspirasi bagi semua orang dan semoga bermanfaat. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa, oleh sebab itu
kami sadar bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat
harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama dari dosen yang
bersangkutan, agar kedepannya dapat membuat yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Ahmad, Mata Uang Islami Telaah Komrehensif Sistem Keuangan Islami,
Raja Grafindo Perada, Bandung,2005
Suprayitno Eko, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonom Makro Islam dan
Konvensional,Graha Ilmu,Yogyakarta, 2005
Qardawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. II; Jakarta : Gema Insani
Press,1997
21