Arif - Draft Proposal Skripsi
Arif - Draft Proposal Skripsi
Arif - Draft Proposal Skripsi
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
NPM : 20262012001
NAMA : ARIF BAHRUL ALAM
JENJANG STUDI : STRATA SATU (S1)
PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI
Pembimbing I Pembimbing II
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
The ME Tofu Factory, located in Ciparay, Bandung Regency, is a conventional home industry
that produces yellow tofu with the amount of soybeans produced is 20 kg per day. Based on the
observation results, it can be seen that the work stations in this factory are still not ergonomic and are
at risk of causing complaints of musculoskeletal disorders (MSDs). This research began with an
interview with Mr. Ipo as the owner of the ME Tofu Factory and identified operator complaints using
the Nordic Body Map (NBM) questionnaire. The results of the NBM questionnaire show that the
two operators in the packing process have scores of 67 and 71 with moderate and high risk levels, so
improvements are needed. The REBA method is used to analyze the work posture of packing operators
and determine the level of action so that suggestions for improving work posture can be made. The
purpose of this study was to analyze work posture and provide recommendations for improving work
posture to two packing operators at ME Ciparay Tofu Factory.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT karena atas rahmat dan
hidayah-nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal Skripsi yang
berjudul “Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode REBA Pada Operator
Proses Pengepakan di Pabrik Tahu ME Ciparay”. Selanjutnya penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak.
v
DAFTAR ISI
vi
2.6.2. Proses Pembuatan Tahu......................................................................... II-12
2.7. Desain Stasiun Kerja ....................................................................................... II-16
2.8. Antropometri ................................................................................................... II-16
2.8.1. Definisi Antropometri ............................................................................ II-16
2.8.2. Aplikasi Data Antropometri .................................................................. II-17
2.8.3. Data Antropometri ................................................................................. II-17
2.8.4. Teknik Pengukuran Antropometri ....................................................... II-19
2.9. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... II-20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................III-1
3.1. Kerangka Penelitian......................................................................................... III-1
3.1.1. Alur Penelitian ......................................................................................... III-1
3.1.2. Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................... III-2
3.2. Populasi dan Sampel ....................................................................................... III-3
3.2.1. Populasi..................................................................................................... III-3
3.2.2. Sampel ....................................................................................................... III-3
3.3. Variabel Penelitian ........................................................................................... III-3
3.3.1. Definisi Variabel Penelitian ................................................................... III-3
3.3.2. Operasionalisasi Variabel ....................................................................... III-4
3.4. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................................... III-10
3.4.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... III-10
3.4.2. Sumber Data Penelitian ........................................................................ III-10
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... III-10
3.5.1. Pengolahan Data REBA....................................................................... III-10
3.5.2. Analisis Data .......................................................................................... III-11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12
LAMPIRAN ......................................................................................................14
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
Tahu merupakan olahan makanan setengah jadi yang dibuat dari bahan
dasar kacang kedelai. Pabrik tahu ME ini memproduksi 20 kg kacang kedelai per
hari. Berdasarkan kapasitas kacang kedelai yang diproduksi, Pabrik tahu ME ini
termasuk pada kategori UMKM tahu kecil karena kacang kedelai yang diproduksi
kurang dari 100 kg per hari. Proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi
tahu dimulai dari proses perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,
pengasaman atau penggumpalan, pencetakan, penguningan, hingga pengepakan.
Proses penggilingan kacang kedelai di Pabrik Tahu ME sudah menggunakan
bantuan mesin giling untuk menghasilkan bubur kedelai dan menggunakan
bantuan ketel uap (steam boiler) kayu bakar sebagai sumber panas pada proses
pemasakan bubur kedelai, namun untuk proses selanjutnya masih dilakukan secara
manual. Pabrik Tahu ME memiliki 8 operator yang bekerja dari pukul 07.30
sampai pukul 16.00. Berikut adalah data operator yang bekerja di Pabrik Tahu ME.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ipo selaku pemilik Pabrik Tahu
ME, beliau mengatakan bahwa dua operator yang bekerja pada proses pengepakan
ini selalu mengalami sakit pada bagian leher, tangan, punggung, pinggang, lutut
dan kaki baik ketika sedang bekerja maupun setelah bekerja. Proses pengepakan
di Pabrik Tahu ME adalah proses pemindahan tahu dari wadah perendaman ke
dalam wadah penyimpanan dan proses pembungkusan tahu dengan plastik. Proses
pengepakan tahu dapat dilihat pada gambar 1.1 dan gambar 1.2 dibawah ini.
I-3
Gambar 1.1 Proses pengepakan oleh Gambar 1.2 Proses pengepakan oleh
operator 1 operator 2
Pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 dapat di lihat bahwa proses pengepakan
yang dilakukan oleh operator 1 dan operator 2 dilakukan dengan postur kerja yang
tidak ergonomis dimana mereka melakukan proses pengepakan dengan postur
tubuh membungkuk dan lutut yang membungkuk dan dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup lama, kondisi ini sangat berisiko menimbulkan keluhan MSDs
pada operator. Berdasarkan hasil kuesioner menggunakan metode Nordic Body Map
(NBM) diperoleh data di bawah ini.
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa dua orang operator
pada proses pengepakan memiliki total skor paling tinggi. Operator 1
mendapatkan total skor 67 dengan tingkat risiko sedang sehingga perlu dilakukan
perbaikan di kemudian hari. Operator 2 mendapatkan total skor 71 dengan tingkat
risiko tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera. Salah satu langkah awal yang
I-4
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini diuraikan gambaran umum tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta batasan masalah.
2.1. Ergonomi
2.1.1. Definisi Ergonomi
Menurut Nurmianto istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu
ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan
(Sulaiman, F. dan Sari, Y. P., 2018). Secara singkat dapat dikatakan bahwa
ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah
untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia (Hutabarat, 2017).
II-1
II-2
validitas dan reliabilitas yang cukup baik. Dalam aplikasinya, metode Nordic Body
Map digunakan untuk mengidentifikasi keluhan pada bagian tubuh pekerja dengan
menggunakan lembar kuesioner berupa peta tubuh merupakan cara yang sangat
sederhana. Bagian tubuh yang di identifikasi diantaranya sebagai berikut :
Keterangan :
0. Leher bagian atas 14. Pergelangan tangan kiri
1. Leher bagian bawah 15. Pergelangan tangan kanan
2. Bahu kiri 16. Tangan kiri
3. Bahu kanan 17. Tangan kanan
4. Lengan atas kiri 18. Paha kiri
5. Punggung 19. Paha kanan
6. Lengan atas kanan 20. Lutut kiri
7. Pinggang 21. Lutut kanan
8. Bokong 22. Betis kiri
II-6
A. Grup A
Penilaian pada grup A terdiri dari leher (neck), punggung (trunk), kaki
(legs) dan beban (force/load).
B. Grup B
Penilaian pada grup B terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah
(lower arm), pergelangan tangan (wrist), aktivitas (activity) dan genggaman
(coupling).
II-10
Pergerakan Skor
60° – 100° fleksi 1
<60° atau >100° fleksi 2
II-11
Skor akhir REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat
dilihat level resiko dan tindakan perbaikannya pada tabel di atas. Perbaikan kerja yang
mungkin dilakukan antara lain dapat berupa perancangan ulang peralatan kerja
berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi.
2.6. Tahu
2.6.1. Sejarah Tahu
Tahu merupakan produk makanan berbahan dasar kedelai yang sering
dikonsumsi oleh penduduk Indonesia sebagai salah satu sumber protein. Tahu
berasal dari negeri cina. Yang bersal dari kata Tou-hu atau Tokwa. Kata Tao atau Teu
yang berarti kacang, sedangkan Hu atau Kwa yang artinya rusak, lumat, hancur.
Kedua kata tersebut apabila digabungkan akan memberikan pengertian makanan
yang terbuat dari kacang kedelai yang di lumatkan, dihancurkan menjadi bubur
(Mustofa, 2016).
1) Penyortiran
Penyortiran kedelai dilakukan untuk meng-hilangkan kotoran-kotoran
seperti batuan-batuan kecil, daundaun atau batang tanaman yang terbawa
pada kedelai, atau kedelai yang cacat, sehingga hanya kedelai yang memiliki
kualitas bagus saja yang digunakan untuk proses pembuatan tahu.
2) Perendaman
Setelah didapatkan kedelai disortasi, kemudian direndam dengan
menggunakan air bersih selama kurang lebih 8 jam. Pada saat perendaman
hindari terkena oleh bahan kimia seperti sabun, air yang mengandung
kaporit, terkena garam, atau minyak.
3) Pencucian
Setelah direndam, kedelai yang sudah mengembang dan lunak
kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air sumur, sebaiknya dicuci
pada air yang mengalir agar lendirnya terbawa sehingga kedelai lebih bersih.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan lendir dan sifat asam.
4) Penggilingan
Kedelai yang telah dicuci kemudian digiling dengan menggunakan
mesin dan sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga dihasilkan
bubur kedelai yang berwarna putih. Bubur kedelai ini siap untuk direbus.
Dengan menggunakan ember, bubur kedelai tersebut dituangkan ke dalam
bak perebusan.
5) Perebusan
Perebusan dilakukan dengan menggunakan bak terbuat dari semen
yang di dalamnya dilapisi bahan stainless dengan diameter 1 m dan tinggi
kurang lebih 1,2 m. Bak perebusan menggunakan bahan bakar kayu, sekam,
atau sisa-sisa gergajian. Penggunakan bahan bakar tersebut lebih efesien
dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gas. Perebusan
dilakukan selama kurang lebih 1 jam, selama perebusan lakukan
pengadukan terus menerus.
6) Penyaringan dan penggumpalan
Setelah mendidih, larutan bubur kedelai tersebut disaring dengan
menggunakan kain kasa yang sangat halus, hasil endapannya ditampung
dalam sebuah bak semen yang bagian dalamnya dilapisi bahan stainless.
II-14
2.8. Antropometri
2.8.1. Definisi Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam Hutabarat Y., 2017 istilah
antropometri berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang
II-17
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi
manusia.
1. Tinggi Badan
2. Tinggi bahu
3. Tinggi pinggul
4. Tinggi siku
5. Depa
6. Panjang lengan
B. Antropometri Posisi Duduk
Antropometri yang harus di ukur pada posisi duduk adalah :
1. Tinggi lutu
2. Tinggi lutut punggung
3. Tinggi duduk
4. Lipat lutut telapak kaki
5. Panjang lengan bawah dan lengan atas
C. Antropometri Kepala
Beberapa bagian kepala yang harus di ukur adalah :
1. Jarak antara vertek dengan dagu (A) 2. Jarak antara mata dengan dagu (B) 3.
Jarak antara hidung dengan dagu (C) 4. Jarak antara mulut dengan dagu (D) 5.
Jarak antara ujung hidung dengan lekukan lubang hidung (E) 6. Jarak antara
ujung hidung dengan kepala belakang (F) 7. Jarak antarai dengan belakang kepala
(G) 8. Jarak antara vertex dengan lekukan di antara kedua alis (H) 9. Jarak antara
vertex dengan daun telinga atas (I) 10. Jarak antara vertex dengan lubang telinga
(J) 11. Jarak antara vertex dengan daun telinga bawah (K) 12. Lingkar kepala
membujur (L) 13. Lingkar kepala melintang (M) 14. Lebar kepala (N) 15. Jarak
antara kedua mata (O) 16. Jarak antara kedua pipi (P) 17. Jarak antara kedua
lubang hidung (Q) 18. Jarak antara kedua persendian rahang bawah (R) 19. Jarak
antara kedua daun telinga (S) 20. Jarak antara cuping hidung (T)
D. Antropometri Tangan
Pada antropometri tangan beberap bagian yang harus di ukur adalah :
1. Panjang tangan (A)
2. Panjang telapak tangan (B)
3. Lebar tangan sampai ibu jari (C)
4. Lebar tangan sampai matakarpal (D)
5. Ketebalan tangan sampai matakarpal (E)
II-19
Vincent Tantony Redesain Fasilitas Mengurangi tingkat REBA diusulkan 5 rak pin digabung menjadi 1
& Elty Sarvia dan Perbaikan Postur risiko kecelakaan pada berdasarkan kapasitas produksi perhari sehingga
(2020) Kerja Pada Stasiun pekerja dan menganalisis perusahaan cukup mengukus adonan sekali saja
Penggulungan dan perbaikan postur kerja dalam sehari. Ukuran rak pin dirubah sesuai data
Pengukusan Adonan pekerja menggunakan antropometri sehingga awalnya harus
Pembuatan Krupuk metode REBA menggunakan bantuan kursi untuk menjangkau
Dengan Metode bagian atas rak pin sekarang tidak perlu lagi.
Rapid Entire Body Dengan memberi usulan rancangan rak pin, skor
Assessment REBA bagian atas rak pin sisi kiri kanan awalnya
10 (risiko tinggi) menjadi 7 dan 6 (risiko
menengah). Bagian tengah rak pin sisi kiri dan
kanan memiliki skor 3 sehingga tidak perlu lagi
diperbaiki. Bagian bawah rak pin sisi kiri awalnya 7
dan 6 (risiko menengah) menjadi 5 (risiko
menengah).
8 Rafi Hafizh Siregar Analisis Postur KerjaMenganalisis postur REBA Skor postur tubuh berdasarkan metode REBA
& Tasya Aufa Pegawai UMKM kerja pegawai UMKM adalah 3 dengan level tindakan tinggi dan
Nadira (2021) XYZ Menggunakan dengan menggunakan diperlukan perbaikan segera
Metode REBA dan metode REBA dan
Kuesioner Nrdicpengumpulan data
Body Map dengan menggunakan
NBM
9 I Putu Prisa Jaya & Analisis Sikap Kerja Mengetahui dan REBA Karakteristik pekerjaan membuat tahu dengan
Ni Luh Gede Aris Menggunakan Rapid menganalisis postur sikap berdiri yang dinamis atau dalam keadaan yang
Entire Body kerja pembuat tahu berpindah-pindah tempat, gerakan tangan yang
II-24
Maytadewi Negara Assessment Dengan menggunakan metode repetititf serta postur tubuh dibagian punggung
(2019) Keluhan rapid entire body dan leher yang cenderung membungkuk
Musculoskeletal assessment (REBA) menyebabkan munculnya beberapa keluhan
Menggunakan yang dikaitkan dengan muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja pembuat
Nordic Body Map keluhan musculoskeletal tahu. Analisis yang dilakukan pada pekerja pembuat
Pada Pekerja yang dialami tahu, posisi kerja pada saat penggilingan tahu,
Pembuat Tahu Di menggunakan nordic penyaringan tahu, mencetak tahu, dan memotong
Desa Tonja body map (NBM) tahu memiliki risiko tinggi dan diperlukan tindakan
Denpasar Utara segera.
10 Hilman Fauzi & Rancangan Meja Mengetahui seberapa OWAS Perbaikan perlu di lakukan secepat/sesegera
Budiady (2020) Kerja Ergonomis besar atau tinggi potensi REBA mungkin pada metode OWAS. Dan mendapatkan
untuk Mengurangi menderita gangguan skor yang didominasi di angka 8 – 10 dengan
Kelelahan Otot muscloskeletal tingkat resiko tinggi, dan diperlukan investigasi dan
Menggunakan perubahaan saat itu juga. Hasil Penelitian ini
Metode OWAS dan menghasilkan desain meja kerja baru yang
REBA (Studi Kasus ergonomis dengan ukuran Tinggimeja 112 cm,
di CV. Meteor Panjang meja 200 cm, dan Lebar Meja 75 cm.
Custom)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Survei Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan
Data
Pengolahan Data
Analisis dan
Pembahasan
Selesai
III-1
III-2
PROCESS
NBM
- Perhitungan total skor individu
INPUT
OUTPUT
- Wawancara
REBA
- Penentuan sudut postur kerja - Usulan perbaikan postur kerja
- Kuesioner NBM
- Penskoran anggota tubuh grup A
- Postur Kerja Operator
- Penskoran anggota tubuh grup B
- Menentukan skor tabel A, B dan C
- Menghitung skor REBA
- Pengkategorian
3.2.2. Sampel
Menurut Sugiono (2018) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu non probabilitas dengan menggunakan sampling jenuh. Teknik sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dipakai sebagai sampel
(Tumewu et. al., 2019). Teknik sampling jenuh ini digunakan karena populasi pada
penelitian ini kurang dari 30 orang. Sampel pada penelitian ini adalah dua orang
operator pengepakan tahu di Pabrik Tahu ME.
2018). Dalam penelitian ini yang menjadikan variabel terikat adalah keluhan
MSDs pada operator pengepakan di Pabrik Tahu ME.
Variabel
Definisi Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Konsep
1 2 3 4 5 6
Wawancara Pertemuan dua orang Lembar 1. Menyiapkan pokok-pokok Mengetahui stasiun kerja yang Ordinal
terbuka untuk bertukar informasi pertanyaan bahan penelitian. paling berisiko mengalami keluhan
dengan dan ide melalui tanya wawancara 2. Membuka alur wawancara. musculoskeletal disorder (MSDs).
pemilik jawab, sehingga dapat 3. Menyampaikan ikhtisar hasil
Pabrik dikontruksikan makna wawancara.
dalam suatu topik tertentu. 4. Mengidentifikasi tindak lanjut
hasil wawancara yang
diperoleh.
Keluhan Nyeri ataupun gangguan Kuesioner 1. Melakukan wawancara kepada Menentukan action level dari hasil Interval
MSDs yang di rasakan karyawan, Nordic responden terkait keluhan sakit skor individu.
dimulai dari keluhan Body Map yang dirasakan
ringan sampai nyeri berat (NBM) 2. Mengisi lembar kuesioner
di area muskuloskeletal NBM
antara lain tulang belajang,
III-6
i) Aktivitas Pemberian pada Kamera Observasi 1. +1 jika 1/lebih bagian tubuh Rasio
kerja pergerakan yang berisiko digital dan statis, ditahan lebih dari satu
berupa gerakan statis, REBA menit
gerakan berulang, dan worksheet 2. +2 jika pengulangan gerakan
gerakan yang merubah dalam waktu singkat, diulang
postur kerja yang lebih dari 4 kali per menit
dilakukan pekerja. 3. +3 jika gerakan menyebabkan
perubahan postur yang cepat
III-10
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu teori-teori
tentang REBA.
[1] Anthony, M. B. (2020). Analisis Postur Pekerja Pengelasan Di CV. XYZ dengan
Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). JATI UNIK: Jurnal
Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri, 3(2), 128-139.
[2] Chanty, E. (2019). Analisis Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi REBA
dan RULA di Perusahaan CV. Anugerah Jaya. JISO: Journal of Industrial
and Systems Optimization, 2(2), 87-93.
[3] Dewanti, G. K., Perdana, S., & Tiara, T. (2020). Analisis Postur kerja pada karyawan
bengkel Warlok Barbeku Multi Servis dengan menggunakan REBA.
IKRAITH-Teknologi, 4(3), 57-64.
[4] Faudy, M. K., & Sukanta, S. (2022). Analisis Ergonomi Menggunakan Metode
REBA Terhadap Postur Pekerja pada Bagian Penyortiran di
Perusahaan Bata Ringan. Go-Integratif: Jurnal Teknik Sistem dan Industri,
3(01), 47-58.
[5] Fauzi, H. (2020). Rancangan Meja Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Kelelahan
Otot Menggunakan Metode Owas Dan Reba (Studi Kasus Di Cv.
Meteor Custom). Jurnal Rekayasa dan Optimasi Sistem Industri, 2(1), 16-
21.
[6] Hutabarat, Y. (2017). Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi.
[7] Jaya, I. P. P., & Negara, N. L. G. A. M. (2019). Analisis Sikap Kerja Menggunakan
Rapid Entire Body Assessment dengan Keluhan Muskuloskeletal
menggunakan Nordic Body Map pada Pekerja Pembuat Tahu di Desa
Tonja Denpasar Utara. Bali Health Journal, 3(2), S1–S9.
[8] Manurung, G. et. al. (2014). Pelatihan Usaha Tempe Tahu.
[9] Moeadi. 2006. Keselamatan Kerja. Universitas Negri Malang. [Serial Online].
[10] Oesman, T. I. (2019). Pengaruh Postur dan Kelelahan Kerja Terhadap Stres Kerja.
Prosiding SNST Ke-10, 3(01), 46–51.
[11] Prirasetyo, A. F. D., & Mahbubah, N. (2021). Analisis Postur Pekerja Pada Proses
Produksi Tahu Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assessment Di
CV Lahan Faedah. Jurnal Teknologi, 14(1), 72-82.
[12] Sulaiman, F., & Sari, Y. P. (2018). Analisis postur kerja pekerja proses pengeasahan
batu akik dengan menggunakan metode REBA. Jurnal Optimalisasi, 1(1).
[13] Susanti, L., Zadry, H. R., & Yuliandra, B. (2015). Pengantar Ergonomi Industri.
[14] Tjahayuningtyas, A. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal
Disorders (Msds) Pada Pekerja Informal. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 8(1), 1.
LAMPIRAN