Laporan KP Bab 1 - 6
Laporan KP Bab 1 - 6
Laporan KP Bab 1 - 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyusun laporan tentang “Analisis Penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) tepat pada
waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah
Kerja Praktik yang telah dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan
Produktivitas (BBPVP) Bandung. Untuk itu saya ucapkan Terimakasih kepada :
i
Saya sebagai Penulis menyadari tugas Kerja Praktik ini masih jauh dari
kata baik dan benar, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran demi
laporan yang baik dan benar. Penulis meminta maaf yang sebesar besarnya
apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Kerja Praktik ini.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Disusun oleh :
Indriwati 20191220035
Pembimbing Lapangan,
Suyitno
NIP. 19501132 200701 1 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Indriwati 20191220035
Pembimbing Lapangan,
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.6 Metodelogi.......................................................................................................4
1.7 Sistematika Penulisa........................................................................................5
v
2.3.3 Kejuruan Teknik Refrigerasi.................................................................9
2.4.1 Visi........................................................................................................9
2.4.2 Misi........................................................................................................9
2.5.1 Tujuan....................................................................................................9
2.5.2 Fungsi....................................................................................................10
3.2.1 Bahaya...................................................................................................16
vi
BAB 4 METODELOGI
BAB 5 PEMBAHASAN
Forklift...........................................................................................................30
6.2 Saran................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................40
vii
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
xi
melakukan komunikasi yang efektif, bersikap disiplin dan penuh
tanggungjawab, dapat bekerja secara individu maupun berkelompok. Pelatihan
ini pun dibutuhkan bagi industri berkembang untuk bersaing di era
perekonomian yang sedang berkembang pesat (McClelland 2002). Perusahaan di
Indonesia membutuhkan pelatihann untuk meningkatkan kinerja karyawan agar
mampu bersaing di era globalisasi. salah satunya adalah bagian otomotif dan
manufaktur yang cukup berpengaruh di era globalisasi saat ini Keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan kerja merupakan hal yang sangat penting yang
harus diperhatikan oleh manajemen sebuah perusahaan. Manajemen harus
memiliki cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman. Tiga alasan yang
menyebabkan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus
diperhatikan adalah faktor kemanusiaan, faktor pemenuhan peraturan dan
perundang-undangan, dan faktor biaya. (Somad, 2013).
Upaya pengendalian keselamatan dan kecelakaan kerja, perlu adanya
usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor bahaya ditempat kerja dan di evaluasi
resiko dan bahaya serta dilakukan upaya pengendalian yang memadai. Dalam
bidang K3 terdapat cara untuk mengindetifikasi, dan menganalisa dan
mengevaluasi faktor-faktor bahaya ditempat kerja. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi bahaya adalah analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal
dengan istilah Job Safety Analysis (JSA). (Ramli, 2008).
Menurut Occupational Health and Safety Officer (OSHA) 2002, Analisis
Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis) adalah sebuah analisis bahaya pada
suatu pekerjaan. Job Safety Analysis adalah teknik yang memfokuskan pada
tugas pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi
sebuah insiden atau kecelakaan kerja.
Peserta pelatihan kerja di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas
(BBPVP) Bandung terutama di bidang otomotif dan manufaktur merupakan
peserta pelatihan kerja yang setiap harinya dilatih untuk mampu melakukan
perawatan dan perbaikan mobil kendaraan ringan bersistem bahan bakar bensin
injeksi elektronik. Peserta diharapkan mampu mendiagnosa kerusakan dan
melakukan perbaikan mobil injeksi sesuai dengan prosedur yang diterapkan oleh
perusahaan. Perawatan dan perbaikan yang meliputi, operator alat berat,
xii
Spooring, Balancing, pemeliharaan kendaraan ringan sistem konvensional, dan
mengoperasikan mesin bubut, pembuatan Precission Tools, pembuatan mesin
perkakas untuk menghasilkan produk yang prosesnya sesuai Standard Operating
Prosedure (SOP). Maka dalam penelitian ini memfokuskan pada alternatif solusi
pencegahan kecelakaan akibat kerja pada pelatihan kerja di bagian otomotif dan
manufaktur.
Dengan adanya Job Safety Analysis (JSA), pekerja dapat bekerja secara
aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam pekerjaan dan tindakan
pengendalianya, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). JSA atau sering disebut
Analisa Keselamatan Kerja merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan
identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaannya ditekankan pada identifikasi
bahaya yang muncul pada tiap tahapan pekerjaan atau tugas yang dilakukan para
peserta pelatihan kerja. Analisa Keselamatan Kerja merupakan suatu cara atau
metode yang di gunakan untuk memeriksa dan menemukan bahaya-bahaya
sebelumnya yang diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas atau alat
kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mencari alternatif solusi bahaya dari kecelakan kerja sehingga
nanti dapat diketahui potensi bahaya dan antisipasi untuk meminimalisir bahaya
selama pekerjaan berlangsung.
xiii
2. Mengidentifikasi potensi bahaya yang di timbulkan dari peserta pelatihan
di Balai Besar PelatihanVokasi dan Produktivitas (BBPVP) Bandung.
xiv
1.5.3 Bagi Instansi
a. Laporan dari Kerja Praktik di harapkan dapat memberikan masukan
kepada instansi yang bersangkutan terutama di Bidang Ahli K3
sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja.
b. Membina hubungan baik dengan lembaga pendidikan / perguruan
tinggi.
1.6 Metodologi
Jenis metode yang digunakan dalam Kerja Praktik ini adalah deskriptif
analisis dengan metode penggumpulan data primer dan pengumpulan data
skunder.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diterangkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, ruang lingkup, manfaat, metodelogi, serta sistematika penulisan Kerja
Praktik ini.
BAB 4 METODOLOGI
Bab ini berisikan tentang jenis penelitian waktu dan tempat penelitian dan
pengumpulan analisis data.
xv
BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang data-data yang di dapat selama melakukan
kerja praktik dan pembahasan dari hasil data yang telah di dapat.
xvi
BAB 2
xvii
Pada Tanggal 28 November 1985 telah di tandatangani kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan negara bagian Baden Wurttenberg Republik
Federasi Jerman, dalam rangka peningkatan kompetensi instruktur. proyek
kerjasama lembaga pelatihan tersebut diberi nama Balai Latihan Instruktur
Bandung (BLIB) yang diketuai oleh seorang koordinator dan secara adminisratif
merupakan bagian dari Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Bandung. Tindak
lanjut dari kerjasama tersebut adalah pengiriman instruktur kejuruan logam dan
listrik untuk belajar teknis dan metodologi pelatihan di Jerman. salah satu realisasi
dari peningkatan pelatihan instruktur ini adalah terselenggaranya diklat instruktur
dengan lulusannya memiliki ijazah formal D3 sesuai kejuruannya dan akta A3
dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Bandung.
Sejak proyek BLIB, terjalin kemitraan antara BLKI Bandung dengan hgs
singen yang direalisasikan dengan saling tukar menukar informasi, transfer
teknologi dan pengiriman instruktur yang berlanjut sampai sekarang, salah satu
program pelatihan yang dikembangkan saat ini adalah Program Meister Otomotif.
kerjasama dengan pemerintah Jerman memasuki lingkup yang lebih luas lagi
dengan terpilihnya BLKI Bandung menjadi anggota mitra unggulan dari
Indonesia German Institute (IGI), suatu aliansi dari gabungan institusi pelatihan
terpilih yang menerapkan pendekatan Teaching Factory, yaitu pendekatan yang
memadukan antara pendidikan dan pelatihan kerja dengan teknologi inovatif
sesuai dengan metode produksi.
Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Terletak di JL. Jenderal Gatot
Subroto No. 170 Kelurahan Gemuruh Kecamatan Batununggal Kota Bandung
Jawa Barat. Telp. 022-7312564, Email : [email protected]
xviii
Website : http://blkbandung.kemnaker.go.id/
Gambar 2.2 Peta lokasi BBPVP Bandung
Sumber : Google Earth
xix
Teknik Alat Berat (Operator Alat Berat
xx
Pengoperasian Mesin Miling
Teknisi AC Split
2.4.1 Visi
2.4.2 Misi
1. Melaksanakan diklat instruktur dan tenaga kerja.
2. Melaksanakan pengembangan sumber daya pelatihan
3. Melaksanakan konsultasi dan bimbingan penyelenggaraan diklat.
2.5.1 Tujuan
xxi
2. Melaksanakan pelatihan tenaga kerja, instruktur dan tenaga pelatihan
3. Melaksanakan pemberdayaan tenaga kerja, instruktur dan tenaga pelatihan
4. Pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja, instruktur dan tenaga pelatihan
5. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pengembangan pelatihan,
pemberdayaan, dan sertifikasi tenaga kerja, instruktur,dan tenaga pelatihan
6. Pelaksaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Instruktur Pariwisata
Sub.Koordinator Bidang Pengukuran Peningkatanxxii
Produktivitas
CHRISTIANA DEWI RASMAWATI, S.T
NIP 19830429 200901 2006
Instruktur Pertama TIK
Sub.Koordinator Bidang Pelayanan Konsultasi
Pelatihan Vokasi dan Peningkatan Produktivitas
MUHUAMMAD RAHMDAN, S.T
NIP 198505 18200912 1002
Instruktur Mayda
Koordinator Bidang pelaksanaan Peningkatan
Kopetensi Instruktur
ARI KUSTIANDI ARIFFIEN, S.T,.M.T
NIP 19800102 200901 1006
xxiii
(Diploma 3) untuk memperoleh sertifikat keterampilan/keahlian dan gelar
akademis.
5. Pelatihan kerja sama adalah peningkatan kemampuan peserta pelatihan
kerja yang diselenggarakan dengan pihak ketiga.
6. Uji kompetensi adalah penilaian kemampuan kerja yang dilakukan secara
sistematis serta mencangkup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
untuk bidang dan jenjang profesi tertentu guna memperoleh sertifikasi.
7. Pelayanan produksi adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dalam
membuat suatu barang.
8. Pelayanan jasa konsultasi adalah pemberian yang bersifat memperbaiki
atau meningkatkan kondisi tertentu kearah yang lebih baik dengan cara
membimbing, melatih dan menerapkan atau mengaplikasikan program
program tertentu.
9. Pelayanan jasa adalah usaha melayani atau memberikan sesuatu yang
diperlukan orang lain.
10. On Job Training (OJT), adalah pelatihan di tempat kerja dalam proses
produksi jasa untuk memantapkan hasil pelatihan teori dan praktik sesuai
kejuruan di Lembaga Pelatihan Kerja.
xxiv
Taman BBPVP Bandung Lapangan BBPVP Bandung
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
xxv
selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman,
efisien, dan produktif.
xxvi
e) memberi pertolongan pada kecelakaan; memberi alat-alat
perlindungan diri pada para pekerja; mencegah dan mengendalikan
timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
f) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun fisikis, peracunan, infeksi dan penularan.
g) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
h) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
i) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
j) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
k) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
l) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
m) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
o) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
p) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
xxvii
3) Ligkungan, baik lingkungan didalam perusahaan maupun diluar
perusahaan
4) Kualitas produk barang dan jasa
5) Nama baik perusahaan (Company’s Public image)
1) Faktor teknis
Potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) Faktor lingkungan
Potensi bahaya yang berasal dari atau berada didalam lingkungan, yang
bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk
maupun hasil akhir.
3) Faktor manusia
Dimana manusia merupakan atau mengandung potensi bahaya yang cukup
besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada
dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun psikis.
3.2.1 Bahaya
xxviii
bisa dalam bentuk kondisi, kejadian, dampak, situasi, dan lain sebagainya, bahaya
tersebut dapat terjadi disekeliling kita, untuk lebih jelasnya contoh-contoh jenis
bahaya dapat dilihat pada keterangan dibawah ini:
Menurut Soehatman Ramli (2010: 68), bahaya fisik adalah bahaya yang
berasal dari faktor-faktor fisik. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja
yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
getaran, gelombang mikro, sinar ultra violet dan medan magnet, bahaya yang di
timbulkan antara lain :
Tertimpa
Jatuh
Tergelincir
Terpeleset
b. Bahaya Mekanik
c. Bahaya Kimia
xxix
Iritasi, bahaya ini disebabkan oleh bahaya kimia yang bersifat
iritasi seperti asam keras, cuka discuss, aki, dll.
Kebakaran dan peledakan.
Polusi maupun pencemaran lingkungan.
Kerumunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (Toxic).
d. Bahaya Ergonomi
Pegal-pegal
Sakit pada tulang
Sakit pada otot
Sakit pada sendi
a. Dimana risiko paparan bahan kimia yang ditemukan tidak dapat diterima,
langkah-langkah pengendalian yang sesuai harus diimplementasikan untuk
meminimalkan paparan juga menjaga keselamatan dan kesehatan para
pekerja.
b. Tindakan pengendalian dapat berupa tindakan rekayasa, praktek kerja yang
aman, perlindungan pribadi, tindakan administratif, pelatihan dan pendidikan.
c. Pada dasarnya, langkah-langkah pengendalian dapat diterapkan pada:
sumber di mana bahan kimia berada atau dikeluarkan;
sepanjang jalur yaitu antara sumber dan penerima, dan
xxx
pada penerima atau orang yang terpapar.
1. Eliminasi
xxxi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode,
bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan (nol).
Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat menghilangkan bahaya
sampai pada titik nol, contohnya : menutup sumber.
2. Subtitusi
1. Isolasi-Segregasi Pemilahan
a. Proses atau operasi berbahaya atau berpotensi berbahaya harus
sejauh mungkin diisolasi atau dipisahkan untuk meminimalkan
paparan terhadap orang.
b. Beberapa proses harus dioperasikan dengan menggunakan
perangkat remote control. Beberapa contoh khas adalah
pengoperasian proses manufaktur dengan sistem kontrol dalam
penyulingan minyak bumi, timah peleburan, polimerisasi dan
penyulingan.
2. Ventilasi
a. Debu beracun, asap, gas dan uap dari proses atau operasi dapat
secara efektif dikontrol melalui ventilasi pembuangan lokal
diterapkan pada sumber timbulan. Sebuah sistem pembuangan
terdiri dari exhaust hoodyang terhubung dengan ducting untuk
pembersih udara dan exhaust fan.
xxxii
b. Desain yang tepat, instalasi dan pemeliharaan sangat penting
untuk operasi yang efektif dari sistem. Sistem ventilasi
pembuangan lokal umumnya diterapkan dalam proses atau
operasi seperti mencelupkan bagian dalam pembersih tangki,
cat penyemprotan, pengelasan dan operasi gerinda.
4. Kontrol Administratif
xxxiii
8. Membatasi masuk ke daerah berisiko tinggi (misalnya tempat di mana
bahan-bahan radioaktif yang digunakan, diperuntukan bagi sejumlah
kecil personil terlatih).
9. Pelatihan dan Perilaku Pelatihan atau training dapat meningkatkan
kemampuan karyawan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan aman
dan benar.
Contohnya : Pembasahan area berdebu “jika aman“
a. Housekeeping yang baik memainkan peran penting dalam
pengendalian beracun atau kontaminan lain yang jatuh dan melekat
ke lantai atau permukaan kerja dapat penyakit bawaan udara.
b. Housekeeping yang konstan dalam lokasi kerja akan meningkatkan
kinerja keselamatan kerja dan mengurangi tingkat kejadian K3LH.
c. Pekerja yang menangani atau terkena bahan kimia berbahaya harus
terus diarahkan dan dididik tentang bahaya melalui pertemuan,
pelatihan dan kursus.
d. Mereka juga harus disarankan pada kebersihan pribadi yang baik
seperti mencuci tangan mereka sebelum makan.
e. Pekerja harus diajarkan untuk menggunakan dan memelihara APD
mereka.
f. Pekerja juga harus dilatih dalam tanggap darurat dan pencegahan
tumpahan.
xxxiv
tindakan pencegahan dengan tujuan meningkatkan keselamatan keseluruhan
tugas.
Secara jelas dan tegas, di dalam UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap
oang atau badan yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal,
dimanapun berada dalam upaya memberikan perlindungan keselamatan dan
kesehatan semua orang yang berada didalam lingkungan usahanya.
JSA merupakan salah satu langkah utama dalam analisa bahaya dan
kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja. Bila bahaya telah
dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan
fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam
pelaksanaannya, prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan,
pengawasan dan penulisan uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk
mempermudah pengertian prosedur kerja pada karyawan.
Job Safety Analysis (JSA) merupakan teknik analisis yang sangat populer
dan banyak digunakan dilingkungan kerja adalah Job Safety Analysis (JSA).
Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam
suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang
bermula dari adanya kondisi atau tindakan tidak aman saat melakukaan aktifitas.
Karena ini dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan
dapat dilakukan langkah dengan pencegahan yang tepat dan efektiv. Job safety
analysis (JSA) bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam
suatu pekerjaan sehingga bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dicegah
dengan tepat dan efektif.
FORMULIR JSA
JSA Form
STANDARD FORM
REV 1
15-JAN-2015
JOB ANALYSIS FORM OCCUPA TIONAL
HEALTH AND SAFETY
Work activity (Job): …………………………………………Date:…….
Work Team:…………….JSA Team Leader (Facilitator)…...………….
xxxv
JSA Team Members:……………………………JSA Location……….
Critical Questions;
xxxvi
Gunakan Lembar Kerja JSA
Beberapa JSA lebih baik dilakukan dengan kunjungan lapangan
berkelompok
Setiap langkah menunjukkan satu tindakan yang dilakukan. Pastikan
cukup informasi untuk menggambarkan langkah-langkah pekerjaan.
Hindari membuat rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu menuliskan
langkah-langkah dasar. Informasi dari pekerja lain yang pernah melakukan
pekerjaan tersebut sangat berguna sebagai masukan dalam membagi
tahapan pekerjaan. Peninjau ulang langkahlangkah kerja dilakukan
bersama karyawan lain yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk
memastikan tidak ada langkah yang hilang. Gambar foto dan video dapat
membantu pelaksanaan kegiatan ini (Geigle, 2002).
xxxvii
BAB 4
METODOLOGI
Jenis metode yang digunakan dalam Kerja Praktik ini adalah metode studi
kasus dengan cara pendekatan deskriptif analisis, yaitu dengan metode yang
mencari, mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan dan yang
selanjutnya di Interprestasikan dan diperbandingkan dengan landasan teoritis yang
diperoleh dari beberapa literatur penulisan ini, sehingga dapat ditarik satu
kesimpulan.
xxxviii
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
2. Observasi,
Yaitu dengan cara pengamatan secara langsung atas objek
penelitian.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan konsultasi langsung
dengan pihak BBPVP (Balai Besar Pelaihan Vokasi dan Produktifitas),
Kepala Bidang K3 serta Instruktur Otomotif dan Manufaktur.
4. Wawancara
Yaitu tanya jawab langsung kepada beberapa bagian seperti pihak
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Peserta pelatihan yang terkait
dengan penyusunan laporan ini.
xxxix
5. Studi Pustaka,
Yaitu pengumpulan data secara teoritis dengan bantuan bermacam-
macam situs web yang berhubungan dan menunjang masalah yang
dibahas.
xl
BAB 5
PEMBAHASAN
a. Pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
b. Keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan;
c. Alat atau tombol penghenti darurat (Emergency Stop), harus mudah
dilihat,dijangkau, dan berwarna merah
d. Alat Pengaman, tidak boleh terlepas secara sengaja atau tidak sengaja
e. Alat Perlindungan, harus di pasang pada semua bagian yang bergerak dan
berbahaya.
xli
Gambar 5.1 Pesawat Angkat Angkut ( Forklift )
Sumber : Dokumentasi Penulis 2022
xlii
Tabel 5.1 JSA Pengangkutan Barang Menggunakan Forklift
Langkah-langkah Langkah-langkah
No Potensi Bahaya
pekerjaan pengendalian bahaya
1 Operator menaiki Bahaya fisik, -Pastikan seorang
forklift -Terpeleset dan terjatuh operator menggunakan
sepatu Safety Shoes dan
- Memakai APD lengkap
2 Operator Bahaya fisik, -Memastikan keadaan
menghidupkan -Forklift tiba-tiba mesin dalam kondisi siap
forklift mogok (Tergelincir) pakai saat akan di
gunakan
-Melakukan pemeliharaan
mingguan dan bulanan
3 Melakukan Bahaya mekanik, -Komunikasi dengan
perjalanan ke - Forklift menabrak petugas lainnya tentang
gudang benda di sekitarnya kondisi jalur
pengambilan barang karena lepas kendali -Mengikuti SOP
pengambilan dan
pengangkutan barang
- Mengatur jarak aman
antara barang dengan
barang yang lainya.
4 Memposisikan - Garpu terbentur - Melakukan rapat K3
forklift untuk material angkat karena untuk membahas SOP
mengangkat barang posisi garpu terlalu dan persyaratan
tinggi atau rendah dari - Operator yang memiliki
kolong landasan objek SIO yang masih berlaku
yang boleh
mengoperasikan forklift.
- Mengatur jarak aman
antara barang dengan
barang yang lain.
xliii
Langkah-langkah Lengkah-langkah
No Potensi Bahaya
Perkerjaan Pengendalian Bahaya
5 Mengangkat dan - Objek yang diangkat - Rapikan posisi objek
memindahkan lepas dari garpu dan yang berada pada garpu
barang terjatuh sebelum diangkat forklift
- Pengangkat material - Memeriksa mesin
yang terlalu cepat forklift untuk memastikan
hyraulic system bekerja
secara halus.
- Besarnya barang
sebaiknya tidak
menghalangi operator
6 Menurunkan barang - barang terbentur - Perlu pengawasan
di tempat tujuan karena pengangkatan seorang Helper.
terlalu rendah
Sumber : Hasil Penelitian (2022)
xliv
alat kerja dan lingkungan kerja. Dimana masing-masing dari aspek tersebut
merupakan sumber bahaya yang berada dilingkungan kerja yang memungkinkan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Dan didalam sumber bahaya tersebut
masing-masing telah dilakukan upaya pengendalian. Berikut potensi bahaya yang
timbul dari proses pengangkutan barang menggunakan forklift adalah :
1. Bahaya Fisik Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari faktor-faktor
fisik. Bahaya fisik yang terjadi pada pekerjaan ini contohnya adalah
terpeleset, dan terjatuh.
2. Bahaya mekanik merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan
mekanik atau benda bergerak dengan gaya mekanik baik yang digunakan
secara manual maupun dengan mesin. Bahaya yang ditimbulkan seperti
Objek yang diangkat lepas dari garpu dan terjatuh karena Pengangkatan
material yang terlalu cepat.
xlv
Rekomendasi pengendalian yang pertama adalah Eliminasi, dimana langkah
awal merupakan solusi terbaik dalam melakukan pengendalian terhadap potensi
bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja. dengan melakukan pengendalian
berupa eliminasi akan sangat efektif. Hal ini sesuai dengan Dalmiatum danTasrial
(2015) yang mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengendalikan bahaya adalah
mengeliminasi. Eliminasi dapat dilakukan dengan membuat perubahan pada
tahapan pengangkutan barang menggunakan forklift sehingga pekerjaan-pekerjaan
yang berbahaya tidak lagi dilakukan, atau bahaya secara fisik dihilangkan.
Dalam bidang industri dan logam, mesin bubut masih banyak dipakai
dalam sentra industri kecil atau menengah, proses pembubutan dapat menentukan
hasil dari benda kerja, oleh karena itu pemilihan kecepatan pembubutan sangat
penting. Kecepatan putar mesin bubut mempunyai beberapa tingkatan putaran
spindle yang digunakan sesuai kebutuhan produksi, dan kecepatan yang berbeda
akan menghasilkan kehalusan dan kerataan yang berbeda pada benda kerja. Proses
xlvi
pembubutan dimulai pada tepi penampang dengan gerak lurus pada sumbu benda
kerja baja tembaga diameter 32 dengan pemakanan perlahan sedalam 1,5 mm
sehingga diperoleh hasil yang halus dan rata dengan kecepatan 370 rpm, 500 rpm,
dan 800 rpm. Proses pembubutan dilakukan satu kali pengujian dengan diameter
32 mm. Pemilihan material benda kerja juga akan mempengaruhi hasil akhir dari
proses pembubutan yang pemakanan yang dilakukan oleh pahat.
xlvii
bubut ini di temukan beberapa potensi bahaya yang di sebabkan dari kelalaian
peserta latihan kerja di BBPVP Bandung yang terkadang dengan sengaja
mengabaikan SOP yang ada apabila sedang tidak dalam pengawasan instruktur
lapangannya.
xlviii
5.2 Tabel JSA Pengoperasian Mesin Bubut
Langkah-Langkah Langkah-Langkah
No Potensi Bahaya
Pekerjaan Pengendalian Bahaya
1 Menyiapkan benda kerja Bahaya Mekanik -Menggunakan APD
Luka lecet yang di anjurkan
-Melakukan pekerjaan
sesuai SOP yang ada
xlix
Pengendalian Bahaya
Pekerjaan
l
Setelah mengetahui langkah-langkah pekerjaan dalam proses pengoperasian
mesin bubut yang di lakukan para peserta pelatihan kerja di Balai Besar Pelatihan
Vokasi dan Prokduktivitas Bandung terdapat 9 langkah proses pengoperasian
mesin bubut. Potensi bahaya yang muncul dari prose pengoperasian mesin bubut
ini berupa, bahaya mekanik, bahaya fisik, dan bahaya kimia. Bahaya mekanik
contohnya seperti luka-luka akibat alat kerja yang digunakan, bahaya fisik
contohnya seperti terjatuh, dan bahaya kimia contohnya seperti terkena percikan
logam dan cipratan air pendingin . Setelah mengetahui potensi dari bahaya dalam
proses pengoperasian mesin bubut, maka dilakukan rencana pengendalian dengan
tindakan pencegahan yang diharapkan potensi kecelakaan menjadi berkurang
seperti pada analisa JSA yang telah dilakukan.
1. Bahaya Fisik Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari faktor-faktor
fisik. Bahaya fisik yang terjadi pada pekerjaan ini contohnya adalah
tangan tergores, dan terjatuh.
2. Bahaya Kimia Bahaya kimia merupakan bahaya yang mengandung
berbagai potensi bahaya sesuai sifat maupun kandungannya. Contoh dari
bahaya yang ditimbulkan seperti terkena cipratan air pendingin.
3. Bahaya mekanik merupakan bahaya yang bersumber dari peralatan
mekanik atau benda bergerak dengan gaya mekanik baik yang digunakan
secara manual maupun dengan mesin. Bahaya yang ditimbulkan seperti
tangan terjepit dan kesetrum listrik.
li
5.7 Pengendalian Potensi Bahaya
lii
dalam pemeliharaan alat-alat yang di gunakan agar tidak terjadi konslet/macet
dalam pengoperasian yang dapat menimbulkan potensi bahaya bagi para peserta
pelatihan kerja.
liii
Bab 6
6.1 Kesimpulan
liv
a. Bahaya fisik, contohnya terjatuh dan terpeleset
b. Baa mekanik, contohnya Objek yang diangkat lepas dari garpu dan
terjatuh karena Pengangkatan material yang terlalu cepat, Luka teriris atau
terpotong, dan kesetrum listrik.
c. Bahaya kimia, contohnya Terkena cipratan air pendingin ke mata.
6.2 Saran
lv
lvi
DAFTAR PUSTAKA
https://kelembagaan.kemnaker.go.id/home/companies/147a764b-0840-4c8e-b5d2-
6099348c6434/profiles BBPVP Bandunng
https://www.teknik-otomotif.com/2018/11/pengertian-k3-tujuan-k3-dan-fungsi-
k3.html?m=1
http://eprints.umm.ac.id/38836/3/BAB%20II.pdf
Peratura Permenaker No. 8 pasal 1Tahun 2020 Tentang Pesawat Angkat Angkut
lvii
Permanaker No 8 Tahun 2020 Pasal 16 Tentang Perlengkapan Pesawat Angkat
lviii