Tugas 1 Adm Perpajakan
Tugas 1 Adm Perpajakan
Tugas 1 Adm Perpajakan
1. Sebutkanlah penggolongan tarif pajak yang anda ketahui serta jelaskan secara singkat
mengenai perbedaannya dan analisa dari masing-masing tarif tersebut apakah masih
cocok diterapkan dimasa sekarang serta sebutkan tarif yang sering digunakan dalam
penghitungan perpajakan di Indonesia !
2. Reformasi perpajakan saat ini sering dilakukan pemerintah diantaranya membuat sistem
administrasi perpajakan modern ? apakah reformasi perpajakan yang dilakukan
pemerintah efektif dalam meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia ! jelaskan secara
ringkas beserta contohnya aplikasi dari sistem perpajakan yang ada saat ini!
Jawab :
1) Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab
wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Ada berbagai jenis tarif pajak yang berlaku di Indonesia dan setiap jenis pajak pun memiliki
nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk
uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak terutang. Secara struktural, tarif pajak
dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:
Tarif Progresif (a progressive tax rate)
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak
progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi,
seperti: Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%,
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%, Lapisan PKP lebih
dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%, Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif
pajaknya 30%.
Tarif Degresif (a degressive tax rate)
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan
tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar
pengenaan pajaknya semakin meningkat. Jadi, jika persentasenya semakin kecil,
jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi lebih besar karena
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan
terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak,
persentasenya akan tetap. Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB
(0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya. Tarif tetap juga
dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan
yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar
Rp3.000 dan Rp6.000. Pada dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai
dengan pengelompokan jenis-jenis pajak.
Pengelompokan Pajak
Berdasarkan golongannya pajak terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak
langsung. Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak
dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan
pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan oleh pihak lain (contoh:
Pajak Pertambahan Nilai). Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi 2 sifat, yakni pajak
subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memerhatikan
keadaan wajib pajak. Jadi, pajaknya berpangkal pada subjeknya (contoh: Pajak Penghasilan
(PPh)). Sedangkan pajak objektif memiliki arti sebaliknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)). Selanjutnya, berdasarkan lembaga
pemungutannya. Lembaga pemungutan pajak terbagi menjadi 2, yaitu pusat dan daerah. Pajak
pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajaknya digunakan untuk
biaya pengeluaran atau biaya rumah tangga negara (contoh: PPh, PPN, Bea Meterai, dan
PPnBM). Sedangkan pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah untuk biaya rumah tangga
daerah. Pajak daerah sendiri terdiri dari Pajak Provinsi (contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota (contoh: Pajak
Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan).
2) Sistem administrasi pajak yang berbasis teknologi informasi akan memudahkan pelayanan dan
pengawasan kepada Wajib Pajak serta menambah produktivitas kinerja petugas pajak. sistem ini
akan memungkinkan setiap proses perpajakan menjadi lebih terukur dan terkontrol. Sistem
administrasi pajak modern dengan didukung Sumber daya Manusia (SDM) profesional dan
berkualitas akan menciptakan pelayanan perpajakan yang berlandaskan transparansi, mandiri,
responsif, dan adil. Sejak dijalankannya reformasi perpajakan tahun 1983 terdapat beberapa
perubahan mendasar dalam wajah perpajakan Indonesia. Perubahan tersebut mencakup
pembaruan kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform) melalui perubahan Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh), Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang
Mewah (UU PPN dan PPnBM), Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB).
Perubahan tersebut ditujukan guna memberikan kepastian hukum bagi sistem perpajakan
Indonesia sehingga pencapaian penerimaan pajak dapat dioptimalkan. Reformasi pajak tersebut
mencakup 3 pilar, yaitu Kebijakan Pajak (Tax Policy), Administrasi Pajak (Tax Administration),
dan Peraturan Pajak (Tax Law). Salah satu pembaruan yang berjalan cukup signifikan dan
menjadi kunci dalam proses pemungutan pajak adalah pembaruan administrasi perpajakan (Tax
Administrative Reform). Secara universal, administrasi pajak merupakan kunci keberhasilan
dalam suatu kebijakan pajak. Oleh karena itu, reformasi administrasi perpajakan harus dilakukan
secara berkesinambungan sehingga fungsi pelayanan dapat diberikan secara optimal kepada
masyarakat. Reformasi administrasi pajak idealnya merupakan instrumen untuk meningkatkan
kepatuhan sukarela WP, meningkatkan kepercayaan masyarakat (trust), dan meningkatkan
integritas aparat pajak. Dengan sistem administrasi yang baik, diharapkan pemerintah mampu
mengoptimalkan realisasi penerimaan perpajakan dan meningkatkan kepatuhan pajak. Ironisnya,
kepatuhan pajak Indonesia masih terbilang rendah, yang tergambarkan dalam stagnasi tax
ratio yang masih berada di bawah negara lain pada kisaran 12-13 persen. Capaian tax
ratio Indonesia masih di bawah Filipina (14 persen), Malaysia (16 persen), Thailand (17 persen),
Korea Selatan (25 persen), Afrika Selatan (27 persen), dan Brasil (34 persen), atau rerata negara
berpenghasilan menengah-bawah (17 persen).
Salah satu bentuk reformasi perpajakan di Indonesia yang digalakkan adalah modernisasi
administrasi pelayanan pajak melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Tentunya
administrasi perpajakan sudah tidak relevan lagi menggunakan teknologi era pita kaset untuk
dapat mendapatkan hasil optimal di era digital ini. Hal tersebut penting dilakukan agar WP
merasakan kemudahan dalam mematuhi kewajiban perpajakannya. Salah satu penyebab dari
minimnya kepatuhan WP adalah proses administrasi yang sulit, tidak efektif, dan tidak efisien
sehingga menimbulkan biaya kepatuhan yang tidak sedikit. Beberapa reformasi administrasi
pajak yang telah dilakukan di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yaitu di antaranya
e-registration, e-filing, e-billing. Reformasi administrasi perpajakan modern sangat diperlukan
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka semakin meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak
serta mengawasi pelaksanaan perpajakan yang berlaku sesuai dengan prinsip good corporate
governance. Di sisi lain, dengan reformasi administrasi perpajakan, Wajib Pajak diharapkan
dapat memperoleh pelayanan pajak yang lebih baik sehingga permasalahan perpajakan akan
dapat diselesaikan lebih cepat dengan kepastian hukum lebih terjamin. Hak dan kewajiban Wajib
Pajak pun akan dilaksanakan dengan lancar sesuai ketentuan berlaku. Prospek jauh kedepan,
implementasi sistem administrasi perpajakan modern yang optimal akan meningkatkan kepuasan
terhadap Wajib Pajak. Pelayanan perpajakan yang baik akan memudahkan Wajib Pajak
melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga menambah potensi besar penerimaan pajak di
Indonesia.
Sumber :
https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak
https://klikpajak.id/blog/jenis-tarif-pajak-pengelompokan-tarif-pajak-dan-contohnya/
https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/modernisasi-administrasi-perpajakan-upaya-
penyempurnaan-pelayanan-pajak-bagian-1-1
https://klikpajak.id/blog/sistem-administrasi-pajak-modern/