Laporan Biokimia Koagulasi Dan Denaturasi Protein
Laporan Biokimia Koagulasi Dan Denaturasi Protein
Laporan Biokimia Koagulasi Dan Denaturasi Protein
OLEH:
MEISYA SYIFA PUTRI IHSANI (2210423044)
KELOMPOK 5B
ANGGOTA :
1. Sherly aftika putri (2210421010)
2. Alfi Rahmadiansyah Putri (2210422004)
3. Faras Annisa Syahada (2210422036)
4. Nafisa Sakinah (2210423008)
5. Mutiara Hasiando (2210423024)
6. Meisya Syifa Putri Ihsani (2210423044)
I. Prinsip Kerja
Mengetahui pengaruh khemis (asam dan alcohol) terhadap denaturasi dan pengaruh
pemanasan pada proses koagulasi pada beberapa jenis telur, serta mengetahui
pengaruh pemanasan terhadap koagulasi telur (putih dan kuning telur) pada suhu
lk.100°C.
II. Metode Praktikum
2
Meisya Syifa Putri Ihsani
Setelah itu semua telur diletakkan kedalam piring dan dibagi dua. Lalu di amati
perubahan yang terjadi pada putih dan kuning telur.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
Tabel 1. Koagulasi dan denaturasi protein dengan proses pemanasan
No Waktu Jenis telur Diameter Hasil pengamatan
Tekstur Warna Warna
yolk putih telur
1 5 menit Telur ayam 4,2 cm Kental Kuning Putih
orange tulang
Telur itik 4,3 cm Sangat Orange Putih
kental bening
Telur puyuh 2,2 cm Sedikit Kuning Putih
kental pucat kehijauan
2 10 menit Telur ayam 4,2 cm Padat Kuning Putih pucat
Telur itik 4,4 cm Padat Kuning Putih pekat
pucat
Telur puyuh 2,4 cm Sedikit Kuning Putih pucat
kental pucat
3 15 menit Telur ayam 4 cm Padat Kuning Putih susu
pucat
Telur itik 4,6 cm Sangat Kuning Putih pucat
padat pekat
Telur puyuh 2,3 cm padat Kuning Putih
3.2 Pembahasan
3.2.1 Uji Denaturasi Protein
Berdasarkan dari hasil yang didapatkan pada uji denaturasi protein, didapatkan bahwa
yang pertama yaitu kuning telur dan putih telur diberi perlakuan dengan cuka. Putih
telur yang diberikan cuka bertekstur encer, bewarna bening kekuningan dan terdapat
dua fasa, mengalami penggumpalan bewarna putih bening, dan buihnya banyak dan
besar. Sedangkan pada kuning telur yang diberikan cuka bertekstur encer, berwarna
kuning, tidak mengalami penggumpalan, dan terdapat sedikit buih. Lalu pada
perlakuan kedua yaitu putih dan kuning telur dicampur alcohol, pada putih telur
teksturnya sedikit encer, warnanya putih kekuningan, mengalami sedikit
penggumpalan, dan terdapat sedikit buih bewarna putih bening. Pada kuning telur
yang diberi alcohol, teksturnya sedikit encer, warnya kuning pucat, tidak mengalami
penggumpalan, dan tidak berbuih. Lalu pada perlakuan ketiga dengan mencampurkan
putih dan kuning telur dengan aquades, Putih telur yang ditambahkan aquades akan
bertekstur sedikit encer, berwarna bening, tidak menggumpal, dan terdapat banyak
buih. Sedangkan pada kuning telur yang diberi aquades, bertekstur encer, warnanya
sedikit kekuningan, terdapat sedikit penggumpalan, dan sedikit buih. Dan pada
perlakuan terakhir yaitu putih dan kuning telur dicampurkan dengan minyak, pada
putih telur teksturnya sedikit encer, warnya bening kekuningan, mengalami
penggumpalan, namun tidak berbuih. Sedangkan pada kuning telur, teksturnya encer,
warnya kuning orange, mengalami penggumpalan, dan sedikit buih. Apabila putih
telur dikocok maka gelembung udara akan terperangkap dalam albumen cair dan
membentuk busa. Semakin banyak udara yang terperangkap, busa yang terbentuk
4
Meisya Syifa Putri Ihsani
semakin kaku dan kehilangan sifat alirnya karena kestabilan buih ditentukan oleh
kandungan ovomusin (bagian dari komponen putih telur), putih telur yang
dicampurkan dengan alkohol berbentuk sangat kental, berbuih, ada bidang batas,
terlihat jenuh (Mustaqim, 2012).
Denaturasi dapat diartikan sebagai perubahan atau modifikasi terhadap struktur
sekunder, tersier dan kuartener molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-
ikatan kovalen. Karena itu denaturasi dapat pula dikatakan sebagai proses terpecahnya
ikatan hidrogen interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbentuknya lipatan.
Denaturasi akan mengubah sifat protein menjadi sukar larut dalam air. Denaturasi
protein adalah perubahan struktur protein yang biasanya diikuti dengan proses
koagulasi. Perlakuan pemanasan dapat menyebabkan peningkatan viskositas akibat
terjadinya koagulasi protein yang menyebabkan terjadinya penggabungan dari
molekul-molekul kasein Penambahan asam yang berlebihan akan menyebabkan
denaturasi atau rusaknya struktur protein sehingga protein akan mengendap (Maharani
et al, 2012).
Denaturasi akibat asam atau basa terjadi ketika adanya penambahan kadar asam
atau basa pada garam protein yang dapat memutus kandungan struktur dari protein
tersebut karena terjadi subtitusi ion negative dan positif pada garam dengan ion positif
dan negative pada asam atau basa. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada
ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupu basa). Pada
pH tertentu yang biasa disebut titik isolistrik (pI), yang muatan gugus amino dan
karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol.
Penambahan pelarut organik tertentu, seperti etanol dan aseton, ke dalam larutan
protein dalam air akan menyebabkan berkurangnya kelarutan protein, sehingga
memungkinkan pengendapannya (Aryadnyani, 2020).
3.2.2 Koagulasi dengan pemanasan
Pada praktikum koagulasi protein dengan cara pemanasan seperti terlihat pada tabel 2
dapat dilihat bahwa urutan telur dari koagulasi tercepat yaitu, telur itik, telur ayam,
dan telur puyuh. Perbedaan ini terjadi karena adanya faktor perbedaan kandungan
protein pada masing-masing telur. Protein merupakan salah satu kelompok bahan
makronutrien, tidak seperti bahan makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein
ini berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energy.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H,
5
Meisya Syifa Putri Ihsani
putihnya bewarna putih pucat. telur itik memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
daripada telur ayam, sehingga membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih lama untuk mencapai koagulasi. Kuning telur telur itik memiliki kandungan
lemak yang lebih tinggi daripada putih telurnya, sehingga tidak mengalami perubahan
yang signifikan pada saat koagulasi. Namun, kuning telur itik juga dapat mengalami
pengentalan pada suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Karena
kandungan protein yang lebih tinggi pada telur itik, tekstur telur itik yang dimasak
cenderung lebih padat dan kenyal dibandingkan dengan telur ayam (Andarwulan et al,
2011).
Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya:
panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi
radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan
(menjadi tidak larut) atau pemadatan, Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang
tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti
misalnya etil eter. Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam,
akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau
ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol
menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino
dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein
mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun
basa) (Z. Akkouche et al, 2012).
7
Meisya Syifa Putri Ihsani
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
4. Karena kandungan protein yang lebih tinggi pada telur itik, tekstur telur itik
yang dimasak cenderung lebih padat dan kenyal dibandingkan dengan telur
ayam.
5. Albumen merupakan bagian telur yang berbentuk seperti gel, mengandung air
dan terdiri atas empat fraksi yang berbeda-beda kekentalannya. Bagian putih
telur yang terletak dekat kuning telur lebih kental dan membentuk lapisan
yang disebut kalaza (kalazaferous). Kuning telur atau yolk adalah bulatan
berwarna kuning atau orange yang terletak ditengah diantara albumen dan
memiliki kandungan protein 6,6 % dan lemak 32,6 %
4.2 Saran
Sebaiknya ketika praktikum berlangsung praktikan benar-benar memperhatikan
asisten yang menerangkan dan bertanya jika tidak mengerti, dan praktikan juga harus
lebih berhati-hati dalam menggunakan alat.
8
Meisya Syifa Putri Ihsani
DAFTAR PUSTAKA
Aryadnyani, N. P., Chairlan, & Inderiati, D. (2020). Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan
Terhadap Ketahanan Telur Ascaris lumbricoides. Meditory : The Journal of Medical
Laboratory, 8(6), 40–45.
Adyatama, A., & Nugraha, W. T. (2020). Pengaruh Teknik Pemasakan dan Waktu
terhadap Karakteristik Fisik Telur Ayam Ras Petelur. Seminar Nasional Dalam
Rangka Dies Natalis Ke-44 UNS Tahun 2020, 4(1), 444–451.
Andarwulan, Nuri, Kusnandar Feri. 2011. Analisis pangan. PT. Dian Rakyat: Jakarta.
Mustaqim. 2012. Laporan Pratikum Telur, susu dan Lemak. Malang : Politeknik Kesehatan
Malang.
Maharani, A., D. Kurniawati dan N. Aryanti. 2012. Pengaruh jenis agen pengendap alami
terhadap karakteristik tahu. J. Teknologi Kimia dan Industri, 1 (1) : 528 – 533.
Muchtadi, T.R, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Ikatan Penerbit Indonesia :
Bandung.
Sundari, D., Almasyhuri., dan A. Lamid. (2015). Effect Of Cooking Process Of
Composition Nutritional Substances Some Food Ingredients Protein Source. Media
Litbangkes 25 (4): 235 – 242.
Z. Akkouche, L. Aissat, and K. Madani. (2012). Effect of Heat on Egg White Proteins.
International Conference on Applied Life Sciences (ICALS2012) Turkey, September
10-12, 2012.
9
Meisya Syifa Putri Ihsani
LAMPIRAN
Gambar 1. Putih dan kuning telur Gambar 2. Putih dan kuning telur
dicampur cuka dicampur alkohol
Gambar 3. Putih dan kuning telur Gambar 4. Putih dan kuning telur
dicampur aquades dicampur minyak
Gambar 5. Telur ayam, telur puyuh, dan Gambar 6. Telur ayam, telur puyuh, dan
telur itik sebelum pemanasan. telur itik setelah pemanasan selama 5
menit, 10 menit, dan 15 menit.
10