Makalah Aritmia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ARITMIA

Disusun oleh :

1. Cindy Ivania R / 0120007


2. Dwi Ari Herdiansyah / 0120011
3. Eka Putri Agustin / 0120014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
limpahan rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Aritmia” dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada orang tua dan dosen yang telah
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini serta pihak-pihak yang turut andil
dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Saran dan kritik yang membangun tetap kami butuhkan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam makalahini agar dalam mengerjakan makalah selanjutnya dapat
meminimalisir kesalahan yang terjadi pada makalah ini.

Mojokerto, 22 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system kardiovaskuler yang menuntut asuhan
keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. System kardiovaskuler mencakup
jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan keadaan darah yang merupakan bagian tubuh yang sangat
penting karena merupakan pengaturan yang menyalurkan oksigen serta nutrisi keseluruh tubuh.
Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguanterutama jantung maka akan mengganggu
semua system tubuh. Aritmia merupakan salah satu ganguan dari system kardiovaskuler. Aritmia adalah
gangguan irama jantung akibat perubahan elektrofisiologi

sel-sel miokard (perubahan bentuk aksi potensial) yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan irama,
frekuensi dan konduksi. Aritmia disebabkan karena terganggunya

mekanisme pembentukan impuls dan konduksi.hal ini termasuk tergangunya system syaraf . Aritmia
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama yaitu gangguan pembentukan implus(otomatisasi) dan
penghantar impuls(konduksi).

1.2   Rumusan Masalah


1.2.1   Apa pengertian dari aritmia

1.2.2   Apa saja penyebab dari aritmia


1.2.3 Apa saja klasifikasi dari aritmia
1.2.4   Apa menifestasi klinis dari Aritmia

1.2.5   Bagaimana pemeriksaan penunjang aritmia

1.2.6 Bagaimana Patofisiologi aritmia

1.2.7   Bagaimana penatalaksanaan pada aritmia


1.2.8   Apa saja diagnosa yang mungkin muncul pada aritmia

1.2.9 Apa saja intervensi yang dilakukan pada kasus aritmia


 

1.3   Tujuan
1.3.1  Untuk mengetahui pengertian aritmia
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab aritmia
1.3.3 Untuk mengetahui kalsifikasi aritmia
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi aritmia
1.3.5 Untuk mengetahui menifestasi klinis aritmia
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang aritmia
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan aritmia
1.3.8 Untuk mengetahui diagnosa yang muncul pada aritmia
1.3.9 Untuk mengeteahui intervensi apa saja pada kasus aritmia
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

infark miocardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
 jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

2.2 Penyebab

Aritmia jantung dapat disebabkan oleh :


1.   Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah
2.   Penggunaan narkoba
3.   Efek samping obat-obatan
4.   Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol 5. 
Gangguan kelenjar tiroid
6.  Sleep apnes obstruktif 7. 
Diabetes
8.   Hipertensi atau tekanan darah tinggi
 
9. Penyakit jantung koroner, gangguan lain pada jantung, atau riwayat operasi jantung

2.3 Klasifikasi
1.  Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju gelombang
lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.

2.  Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju

kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF. 3. Komplek
atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks atrium
prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak
teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.

4.   Takikardi Atrium

Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur sehingga
terjadi reentri pada tingkat nodus AV.

5.   Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cepat dan teratur, dan
gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji

6.  Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel. Aktifitas
atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit

2.4 Menifestasi klinis


a.   Rasa berdebar di dada
 b.  Detak jantung lebih cepat daripada normal (takikardia)

c.  Detak jantung lebih lambat daripada normal (brakikardia)


d.   Kelelahan
e.   Pusing
f.   Sesak nafas
g.    Nyeri dada
h.   Pingsan

2.5  Pemeriksaan penunjang


1.   EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.   Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

3.   Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan


disfungsi ventrikel atau katup
4.   Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.

5.   Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang


menyebabkan disritmia.

6.   Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat


mnenyebabkan disritmia.
7.   Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8.    Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9.   Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

10.  GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.


2.6 Patofisiologi

2.7 Penatalaksanaan
Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu : 1.   Anti
aritmia

i.   Kelas 1 : sodium channel blocker

Kelas 1 A, Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra
sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B, Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C, Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

ii. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,


Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

iii.   Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT Berulang

iv.   Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi


supraventrikular aritmia

2. Terapi mekanis
a.  Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
 b.  Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c.  Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi ventrikel.

d.  Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimuluslistrik

 berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.


2.8  Diagnosa yang mungkin muncul
a.   Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksielektrial , penurunan kontraktilitas miokardia. 
 b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen,
kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi. 
c.  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. 

2.9  Intervensi
a.   Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksielektrial penurunan kontraktilitas miokardia 
-  Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut

 jantung ekstra, penurunan nadi.

- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

- Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
- Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
-  Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas
dalam, bimbingan imajinasi
- Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor

 penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,


menangis, perubahan TD
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

- Kolaborasi :

- Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

-  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

- Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

-.  Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

-  Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

-  Masukkan/pertahankan masukan IV

-  Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif

-  Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

 b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan
umum, tirah baring lama/imobilisasi. 
-  Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta.
-  Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dipsnea,
berkeringat dan pucat.
-  Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.

-  Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborsi).


c.  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. 
-  Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

-  Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.

-  Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selam fase akut.

-  Pantau TD dan CVP (bila ada).

-  Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
-  Konsul dengan ahli gizi.

BAB III ASKEP TEORI

3.1 Pengkajian
a.  Riwayat Penyakit

-  Faktor resiko keluarga, contoh ; penyakit jantung, stroke, hipertensi.

-  Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit jantung,


hipertensi.
-  Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat antiaritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi

Kondisi psikososial.

 b.  Pengkajian Fisik

-  Aktivitas : Kelelahan umum..

-  Sirkulasi : Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi


mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung

irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban

 berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun

 bila curah jantung menurun berat.

-  Integritas Ego : Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak, marah,
gelisah, menangis.
-  Makanan/Cairan : Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual
muntah, perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
-   Neurosensori : Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,

 bingung, letargi, perubahan pupil.

-   Nyeri/Ketidaknyamanan : Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah.
-  Pernafasan : Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
 jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.

3.2 Diagnosa yang mungkin muncul


a.   Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksielektrial , penurunan kontraktilitas miokardia. 
 b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai oksigen,
kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi. 
c.  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. 

3.3  Intervensi
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksielektrial ,
penurunan kontraktilitas miokardia 

- Raba nadi, catat frekuensi, keteraturan nadi

- Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.

- Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

- Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia
ventrikel; blok jantung
- Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
-  Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam,
bimbingan imajinasi
- kaji skala nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan factor

 penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah


mengkerut, menangis, perubahan TD
- Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

- Kolaborasi dengan dokter

- Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

-  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

- Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

-.  Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

-  Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

-  Masukkan/pertahankan masukan IV
-  Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif

-  Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

 b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi. 
-  Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta.
-  Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,

dipsnea, berkeringat dan pucat.


-  Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
-  Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborsi).
c.  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. 
-  Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

-  Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.

-  Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selam fase akut.

-  Pantau TD dan CVP (bila ada).

-  Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
-  Konsul dengan ahli gizi.

3.4  Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya
berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus.

3.5  Evaluasi
Dx 1 :

-  Klien mampu mengontrol rasa nyeri atau rasa aman nyaman meningkat.

Dx 2 :

-  Klien mampu melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari seperti biasanya.

Dx 3 :

-  Volume cairan klien seimbang dengan kebutuhan tubuh

DAFTAR PUSTAKA
http://askepjadi.blogspot.co.id/p/blog-page_3297.html?m=1 
http://funnursing.blogspot.co.id/2012/09/asuhan-keperawatan-aritmia.html?m=1 

Udjianti Wajan Juni, 2010. Keperawatan Kardivaskuler.Jakarta: Selemba Empat

Bab IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark
miocardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
 jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan


elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik.
4.2 Saran

Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien dengan aritmia,
pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan dengan aritmia dan memperluas
kembali pengetahuan demi perkembangan keperawatan terutama pada klien dengan gangguan pada
jantung (aritmia

Anda mungkin juga menyukai