1111-3266-2-PB (Kpi Scor)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349479879

Implementasi Metode SCOR 11.0 dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain


Management

Article  in  SISTEMASI · January 2021


DOI: 10.32520/stmsi.v10i1.1111

CITATIONS READS

4 3,739

4 authors, including:

Indah Permata Wulandari Yuwan Jumaryadi


Universitas Mercu Buana Universitas Mercu Buana
1 PUBLICATION   4 CITATIONS    34 PUBLICATIONS   98 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yuwan Jumaryadi on 25 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Implementasi Metode SCOR 11.0 dalam Pengukuran


Kinerja Supply Chain Management
Indah Permata Wulandari*, Wahyu Lestari Setyaningsih,
Aldo Prabu Wisnu Wardhana, Yuwan Jumaryadi
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mercu Buana,
Jl. Raya Meruya Selatan, Kec. Kembangan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11650
*e-mail: [email protected]
(received: 4 November 2020, revised: 12 Desember 2020, accepted: 29 Desember 2020)

Abstrak
Konsep kegiatan utama SCM ialah fokus pada proses pengiriman dan pengadaan barang. Studi kasus
telah dilakukan sebelumnya, menggunakan metodologi Value Chain Analyst (VCA). Bagaimanapun
juga terdapat beberapa permasalahan pada studi sebelumnya seperti analisis kepuasan pelanggan dan
diakhiri dengan peningkatan rantai nilai pasokan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami
mengusulkan untuk menggunakan Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk mengatur
tingkat kinerja manajemen dan manajemen rantai pasokan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran kinerja supply chain management dan tingkat kinerja supply chain management
pada PT Nieve Aplikasi Mandiri, yang diukur dengan menggunakan pendekatan supply chain
operation reference (SCOR). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian yang berbasis pada
metode SCOR ialah, pertama pembobotan tingkat pada kepentingan indikator SCOR. Kedua,
mengkategorikan tingkatan indikator kinerja SCM. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
pengiriman dan pengadaan dengan menggunakan metrik metode SCOR level 1 dimana hasil yang
diperoleh ialah Perfect Order Fullfillment (POF) = 72.28%, Order Fullfillment Cycle Time (OCFT) =
15 hari, Cost Of Good Sold (COGS) = 49.07%, Cash To Cash Cycle Time (CTCCT) = 30 hari. Metode
ini (SCOR) sangat tepat dan unggul untuk meningkatkan pelayanan kepuasan SCM.
Kata Kunci: pengukuran kinerja, manajemen rantai pasok, supply chain operation references
(SCOR), value chain analysis (VCA)
Abstract
The main concept of SCM activity are to focus on the process of shipping and procuring goods. The
previous studies have been analyzed the SCM activities by using the Value Chain Analyst (VCA)
methodology. However, there are several problems in previous studies such as customer satisfaction
analysis and an ending increase in the supply value chain. To solve the problems from the
aforementioned, we propose to use Supply Chain Operations Reference (SCOR) to organize
management and supply chain management performance levels. The purpose of this study was to
describe the supply chain management performance and supply chain management performance
levels in PT Nieve Aplikasi Mandiri, as measured using the supply chain operation reference (SCOR).
The steps carried out in a research based on the SCOR method, namely, first weighting the
importance of the SCOR indicator. Second, categorizing the level of SCM performance indicators.
The results of these study indicates that the delivery and procurement by using the SCOR method in
level 1 metric obtained Perfect Order Fullfillment (POF) = 72.28%, Order Fullfillment Cycle Time
(OCFT) = 15 days, Cost Of Good Sold (COGS) = 49.07 %, Cash To Cash Cycle Time (CTCCT) = 30
days. This method (SCOR) is very precise and superior for improving SCM satisfaction services.
Keywords: performance measurement, supply chain management, supply chain operation references
(SCOR), value chain analysis (VCA)

1 Pendahuluan
Supply Chain Management (SCM) merupakan sebuah kegiatan mulai dari koordinasi,
penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, persediaan dan pengiriman produk ataupun jasa

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

106
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

kepada pelanggan, SCM adalah kegiatan yang menggabungkan semua pihak yang bersangkutan
dalam proses perubahan bahan baku menjadi sebuah produk. Pada SCM ada beberapa pihak yang ikut
serta memberikan barang-barang jadi (produksi) ke customer pada waktu dan tempat yang tepat
dengan cara yang efisien. Dengan berkembangnya teknologi yang semakin cepat, maka kebutuhan
manusia menggunakan teknologi semakin besar. Peran teknologi saat ini sangat diperlukan untuk
membantu beberapa perusahaan dalam meningkatkan kegiatan operasionalnya. Mulai dari kegiatan
koordinasi, penjadwalan, pengendalian, pengadaan, persediaan dan pengiriman produk ataupun jasa
kepada pelanggan. Sebuah teknologi informasi sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan untuk
menjalankan kegiatan operasionalnya sebagai sarana untuk mempermudah pencapaian kebutuhan dari
pengadaan hingga pengiriman barang. Dengan adanya konsep dari teknologi informasi yang
diterapkan pada SCM diharapkan aktivitas yang dilakukan dapat berjalan lebih terorganisir dan dapat
diawasi pihak terkait sesuai dengan perjanjian layanan yang telah disepakati [1].
Untuk mengetahui performansi supply chain perusahaan, diperlukan suatu pengukuran
menggunakan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR). Metode SCOR adalah suatu model
acuan dari operasi supply chain. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply chain dengan
aktivitas suatu perusahaan yang dimana, harus mengatur dan mengawasi perhitungan terhadap
pengiriman dan pengadaan barang dengan memperhitungkan modal dan keuntungan yang didapatkan
[2]. SCOR memiliki fungsi untuk menyajikan kerangka proses bisnis, indikator kinerja, serta
mendukung kolaborasi antarmitra, sehingga dapat menigkatkan efektivitas manajemen dan
penyempurnaan rantai suplai. Dari studi kasus yang telah dilakukan sebelumnya, menggunakan
metodologi Value Chain Analyst (VCA) terdapat beberapa permasalahan seperti analisis rantai
pasokan dan diikuti oleh analisis kepuasan pelanggan yang diakhiri peningkatan rantai nilai pasokan.
Analisis kualitatif menggambarkan sebuah rantai pasokan dengan kepuasan pelanggan, sedangkan
analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui nilai tambah pada pembentukan rantai nilai [3]. Studi
kasus sebelumnya menggunakan metode VCA dimana value yang didapat mencapai 30%-50% dari
total produksi, yang artinya waste (segala sesuatu yang tidak memiliki nilai tambah) dapat mencapai
50% menyebabkan target produksi tidak terpenuhi, sehingga perusahaan mulai menunjukkan tren
positif, akan tetapi angka produksi menunjukkan tren negatif di tahun berikutnya [4]. Permasalahan
yang ada dalam penelitian sebelumnya mirip dengan penelitian yang dilakukan pada perusahaan (PT
Nieve Aplikasi Mandiri). Untuk mengatasi permasalahan yang ada, usulan yang diberikan
menggunakan metode SCOR, dimana pembuatan sistem pengukuran kinerja yang berbasis kepada
SCM bertujuan untuk mengendalikan dan melakukan evaluasi terhadap kinerja secara
berkesinambungan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing [5]. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian yang berbasis pada metode SCOR yakni, pertama melakukan pembobotan
tingkat pada kepentingan indikator SCOR, kedua mengkategorikan tingkatan indikator kinerja SCM,
manfaat dari metode SCOR ialah mampu mengetahui seberapa besar kinerja perusahaan sampai saat
ini, dibandingkan dengan pesaingnya. Selain itu, perusahaan juga diharapkan mampu mengetahui
letak kelemahan dalam bersaing di perindustrian [6].

2 Tinjauan Literatur
Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan supply chain management, dan
supply chain operation reference (SCOR) digunakan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.
Istilah SCM di dalam dunia bisnis didefinisikan sebagai pembuat keputusan lebih baik mengenai
kapan dan berapa banyak dalam proses melakukan pembelian, produksi, ataupun pengiriman [7].
Untuk kegitan bisnis berbasis jasa pada proses SCM adalah bagaimana konsumen merasa puas
terhadap hasil kinerja suatu perusahaan jasa atau juga dapat diartikan kegiatan yang menggabungkan
semua pihak yang bersangkutan dalam proses perubahan bahan baku menjadi sebuah produk [8].
Konsep supply chain management adalah sistem yang memungkinkan perpindahan barang dari
produsen agar hal-hal seperti keterlambatan penyampaian, salah barang, dan sebagainya bisa
dikurangi atau tidak terjadi [9]. Perusahaan pada umumnya mengadopsi konsep supply chain dalam
melihat seluruh rangkaian kegiatan dari produksi hingga pengiriman barang seperti yang dijelaskan
pada Gambar 1 berikut.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

107
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Gambar 1. Konsep Supply Chain Management


Gambar 1 menjelaskan keseluruhan kegiatan yang berada mulai dari proses supplier saat barang
masih berupa bahan baku, lalu diolah menjadi barang jadi, hinga pendistribusian barang sampai ke
retailer, hingga proses akhir yakni barang siap pakai sampai di tangan customer. Tujuan utama dari
konsep manajemen rantai pasokan adalah mengkordinasi kegiatan rantai pasokan untuk
memaksimalkan keunggulan kompetitif [10].

2.1 Supply Chain Operation Reference (SCOR)


SCOR Model adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Supply Chain Council atau Dewan
Rantai Suplai, SCOR menyajikan mengenai kerangka proses bisnis, indikator kinerja, serta teknologi
untuk mendukung kolaborasi antarmitra rantai suplai [11]. Penggunaan metode ini demi memberikan
sebuah alternative ataupun solusi terhadap permasalahan yang terjadi dengan menggunakan tolak
ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional dari perusahaan dan menetapkan target-
target yang akan dicapai perusahaan. SCOR adalah sebuah bahasa rantai suplai, yang dapat digunakan
dalam berbagai konteks untuk merancang, mendeskripsikan, dan mengkonfigurasi ulang berbagai
jenis aktivitas komersial bisnis. Penerapan metode SCOR dalam batas-batas tertentu cukup fleksibel
dan dapat disesuaikan untuk meningkatkan produktivitas demi memenuhi kebutuhan konsumen.
SCOR merupakan model referensi proses yang menggabungkan konsep-konsep dalam rekayasa ulang
proses bisnis, benchmarking, dan pengukuran proses. Dalam pencapaian tujuan rantai suplai akan
dilakukan analisa melalui indikator dalam atribut kinerja yaitu reliability, responsiveness, supply
chain costs, dan asset management. Keuntungan menggunakan metode SCOR yakni, 1) dapat
memperlihatkan hubungan antara tujuan umum perusahaan (taktik dan strategi) dengan operasi SCM
secara keseluruhan, 2) SCOR juga dapat melakukan identifikasi, evaluasi, dan memonitoring
performa kinerja SCM [12].

2.2 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR


Pada penerapan metode SCOR pengukuran dilakukan untuk dapat mengidentifikasi indikator
kinerja rantai pasok dengan menunjukan proses rantai pasok perusahaan. Pengukuran kinerja
dilakukan dengan menilai parameter-parameter kinerja, seperti manajemen aset, profitabilitas, tingkat
pelayanan, dan waktu pengiriman sehingga dapat dijadikan evaluasi dalam meningkatkan kinerja.
Tahap awal yang dilakukan yaitu pengumpulan data, yang terdiri dari klasifikasi pemetaan rantai
pasok yang didapatkan dengan cara observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait dalam proses
rantai pasok, kemudian data diklasifikasikan berdasarkan 4 proses inti yaitu reliability,
responsiveness, cost, dan asset [5], [13].

2.3 Value Chain Analysis


Value Chain Analysis adalah proses di mana sebuah perusahaan mengidentifikasi kegiatan
utama dan bantuan yang menambah nilai produk, kemudian menganalisisnya untuk mengurangi biaya
atau meningkatkan diferensiasi. Value Chain Analysis merupakan strategi yang digunakan untuk
mengalisis kegiatan internal perusahaan. Dengan kata lain, dengan melihat ke dalam kegiatan internal,
analisis itu mengungkap di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau kekurangannya.
Perusahaan yang bersaing melalui keunggulan diferensiasi akan mencoba untuk melakukan kegiatan
yang lebih baik dari yang akan dilakukan pesaing. Ketika sebuah perusahaan mampu memproduksi

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

108
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

barang dengan biaya yang lebih rendah dari harga pasar atau untuk memberikan produk-produk
unggulan, untuk memperoleh keuntungan [3].

2.4 Metrik Pengukuran Value Chain Analysis


Pada metode value chain analysis tahapan yang dilakukan yakni kegiatan perusahaan dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu kegiatan utama (primary activities) dan kegiatan pendukung (support
activities). Kegiatan utama dibagi menjadi lima, yaitu logistik masuk (inbound logistics), manajemen
operasi (operations), logistik keluar (outbound logistics), pemasaran dan penjualan (marketing and
sales), serta pelayanan (service). Kegiatan pendukung dibagi empat, yaitu infrastruktur perusahaan
(firm infrastructure), manajemen SDM (human resource management), teknologi (technology), serta
pengadaan (procurement) [3].

3 Metode penelitian
Pengembangan aplikasi Supply Chain Management dilakukan PT Nieve Aplikasi Mandiri,
menggunakan metode perhitungan SCOR.
3.1 Pengukuran SCOR
Metode Pengelolaan dan analisis data yakni untuk mempermudah peneliti dalam mengelola data,
dan membuat target-target yang dibutuhkan dalam penelitian [13]. Baik data primer maupun data
sekunder yang berhasil dikumpulkan maka data akan dibuat menjadi data kuantitatif dalam berbentuk
angka yang siap dianalisis. Teknik analisis yang digunakan untuk mengelolah dan menganalisis data
yang sudah dikumpulkan terdiri atas tahapan pengelolaan data pada Tabel 2.
Tabel 2. Dimensi, Indikator, & Ukuran
No Dimensi Indikator Ukuran
1 Reliability Perfect Order Fullfillment %
2 Responsiveness Order Fullfillment Cycle Time Hari
3 Cost Supply Chain Management Cost Rp
Cost Of Good Sold %
4 Asset Cash To Cash Cycle Time Hari
Dengan demikian, benchmark kinerja perusahaan yang telah ada, diukur dengan model SCOR
versi 11.0. Jika hasilnya sesuai dengan standar benchmark dari model SCOR 11.0, maka dikatakan
perusahaan tersebut baik dalam menerapkan sistem rantai pasok. Jika belum, maka perusahaan perlu
meninjau kembali strategi SCM yang telah ditetapkan.
Dari serangkaian pengukuran dengan model SCOR 11.0. Terdapat lima attribute yang
digunakan pada penilaian performa dari supply chain dengan menggunakan metode SCOR model
version 11.0. dalam satu attribute, terdapat beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai metrik
pengukuran kinerja supply chain [14]. Berikut lima attribute SCOR model version 11.0 pada Tabel 3.
Tabel 3. Performance Attributes
No Performance Definisi
1 Supply Chain Reliability Kemampuan rantai pasok dalam
mengirim produk dengan tepat,
pada tempat yang tepat, pada
waktu yang tepat, dengan jumlah
yang tepat dan terdokumentasi
dengan baik.
2 Supply Chain Responsiveness Kecepatan rantai pasok dalam
menyediakan produk ke
konsumen.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

109
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

3 Supply Chain Agility Kemampuan rantai pasok dalam


merspon perubahan pasar dalam
upaya memenangkan persiangan
pasar.
4 Supply Chain Cost Biaya-biaya yang berhubungan
dengan pengoprasian rantai pasok.

5 Supply Chain Asset Management Nilai keefektifan dari suatu


organisasi untuk mengatur
assetnya, untuk mendukung
kepuasan permintaan. Ini
termasuk fixed capital dan
working capital.
Sumber : (Supply Chain Operation References (SCOR) Overview of Model Version 11.0)

Berdasarkan struktur metric kinerja SCOR model version 11.0 dibagi dalam 3 aspek utama
sistem metrik yaitu :
1. Costumer facing, yaitu untuk mengukur suatu atribut kinerja Supply Chain Delivey Reliability,
Responsiveness dan Agility terhadap pelanggan dan supplier.
2. Internal facing, yaitu untuk mengukur sebuah biaya rantai pasok (Supply Chain Cost) dan efisiensi
manajemen asset.
3. Shareholder facing, yaitu untuk mengukur profitability, efficiency of return dan share
performance.

4 Hasil dan pembahasan


Pada bagian ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:
4.1 Analisis Proses Bisnis
Pada penelitian ini ditemukan sebuah masalah pada sistem yang sedang berjalan yaitu tidak
adanya penilaian performance supply chain yang dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan
keberhasilan supply chain, hal ini didapatkan setelah melakukan wawancara kepada karyawan di PT
Nieve Aplikasi Mandiri sehingga peneliti mengusulkan proses bisnis seperti Gambar 4.

Gambar 4. Analisis Proses Bisnis

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

110
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Pada tahapan ini menjelaskan proses bisnis mengenai sistem berbasis framework odoo modul
SCM yang dimana sales melakukan permintaan barang sesuai kebutuhan customer di sistem, jika
barang tersedia di bagian Gudang maka bagian Gudang akan melakukan pengiriman barang ke
customer. Jika barang tidak tersedia di Gudang maka bagian procurement akan memproses pembelian
barang ke supplier lalu bagian finance akan melakukan tugasnya dalam proses pembayaran ataupun
penagihan ke customer keunggulan pada sistem ini adalah mencatat mulai dari proses permintaan
barang hingga barang diterima oleh customer. Pada sistem ini maka akan terlihat model SCOR pada
bagian sales, finance, dan inventory dimana akan ditampilkan sebuah dashboard untuk mengetahui
proses yang dilakukan oleh tiap bagian yang terlibat.

4.2 Metrik SCOR & VCA


Dari data yang didapatkan maka diberikan analisis data maka perbandingan metode yang
digunakan sebagai berikut:
4.2.1 Metrik SCOR
Pada Metode SCOR pengelolaan dan analisis data dilakukan agar mempermudah dalam
mengelola data, dan membuat target-target yang dibutuhkan dalam penelitian. Baik data primer
maupun data sekunder yang berhasil dikumpulkan, maka data tersebut akan dibuat dalam berbentuk
angka, berikut metrik yang digunakan pada perhitungan metode SCOR:
A. Perfect Order Fulfilment(POF)

B. Order Fulfilment Cycle-Time (OFCT)

D. Supply Chain Management Cost(SCMC)

E. Cost of Good Sold(COGS)

F. Cash-to-Cash Cycle Time(CTCCT)

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengelolah dan menganalisis data yang sudah
dikumpulkan terdiri atas 4 tahapan dengan hasil sebagai berikut:

4.2.2 Perhitungan Kerja Metrik SCOR


Pada Tabel 2, 3, 4 dan 5 merupakan hasil analisis yang didapatkan dari data pengiriman dan
keuangan.
Tabel 4. Hasil Perhitungan POF
Bulan Total Pesanan Pesanan Bermasalah POF
Januari 210 55 73.89%
Februari 749 105 59.27%
Maret 235 75 68.08%
April 190 23 87.89%
Total 72.87%
Sumber data bagian pembelian dan pengiriman barang

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

111
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Rata-rata POF PT Nieve Aplikasi Mandiri ialah:

Tabel 5. Hasil Perhitungan OCFT


Bulan Total Pesanan Total OCFT (Hari)
Januari 210 8 Hari
Februari 749 29 Hari
Maret 235 15 Hari
April 190 7 Hari
Total 14 ~ 15 Hari
Sumber data bagian pengiriman barang
Rata-rata OCFT PT Nieve Aplikasi Mandiri ialah:

Tabel 6. Hasil Perhitungan COGS


Bulan Sales (Rp) Profit (Rp) Cost To Serve (Rp) COGS (%)
2.685.338.000 715.022.000 99.837.500 17%
Januari
5.004.901.500 3.807.229.500 567.778.750 29%
Februari
3.355.741.000 1.304.245.000 100.807.500 17%
Maret
475.837.273 284.677.273 64.230.625 19%
April
Total 49.07%
Sumber data bagian penjualan & pendapatan

Rata-rata COGS PT Nieve Aplikasi Mandiri ialah:

Tabel 7. Hasil Perhitungan CTTCT


Metrik Deliver (Hari) Account Payable (Hari) Account Receiveable (Hari)

CTTCT (Hari) 30 Hari 7 Hari 7 Hari


Sumber data bagian penjualan & pengiriman

Maka data yang diperolah oleh CTCCT pada PT Nieve Aplikasi Mandiri yakni:

30 Hari

4.2.3 Metrik VCA


Value Chain Analyst (VCA) adalah sebuah teknik yang menerapkan secara luas mengenai
bidang manajemen operasi, rekayasa proses, dan manajemen rantai pasokan, untuk analisis dan
peningkatan selanjutnya dari pemanfaatan sumber daya dan aliran produk dalam proses manufaktur.
Berikut metrik yang digunakan pada metode VCA yakni:

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

112
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

A. Kepercayaan & Komitmen

B. Lead time supply chain

C. Benefit / Cost Ratio (B / CR)

Pada VCA ini memiliki perhitungan untuk memudahkan peneliti dalam mengelola data ataupun
aktifitas yang dilakukan perusahaan yang menghasilkan sebuah nilai, berikut ilustrasi analisis rantai
nilai yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

4.2.4 Perhitungan Kerja Metrik VCA


1. Kepercayaan & Komitmen
Jawaban yang diberikan oleh responden dicatat dengan kuisioner, kemudian diberikan nilai
dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 8. Kategori Kuesioner


No Kategori Skor
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik 3
4 Kurang Baik 2
5 Tidak Baik 1

Pada Tabel 7 merupakan penjelasan mengenai skala penilaian terhadap kategori kuesioner pada
Tabel 6.

Tabel 9. Skala Kategori Kuesioner


No Kategori Skala
1 Sangat Baik 1303–1550
2 Baik 1055–1302
3 Cukup Baik 807–1054
4 Kurang Baik 559-806
5 Tidak Baik 311–559

Pada Tabel 10 merupakan hasil perhitungan kuesioner terhadap jawaban yang diberikan oleh
responden yang telah dicatat.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Kuesioner


Bulan Responden 5 4 3 2 1
Januari 16 1 4 8 3 0
Februari 15 1 6 8 0 0
Maret 16 1 5 7 3 0
April 15 1 4 8 2 0
Jumlah 62 4 19 31 18 0
Total 1045 100 380 465 100 0
http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

113
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Maka data yang diperoleh dari perhitungan kuesioner PT Nieve Aplikasi Mandiri yang dilakukan
sebagai berikut :
Skor tertinggi: 5 × 62 × 5 = 1550
Skor terendah: 5 × 62 × 1 = 310
Skala Interval: (1550 - 310) ÷ 5 = 248
Dari perhitungan yang dilakukan maka didapatkan Total skor adalah 1045. Berdasarkan Tabel 7,
maka total skor tersebut termasuk kategori cukup baik.

2. Lead Time Supply Chain


Tabel 11. Hasil Perhitungan Rantai Pasok
Bulan Data Received at Log Qty Ship out (Hari) Durasi (Jam)
Januari 15 113 30 60
Februari 16 23 15 30
Maret 28 10 29 58
April 13 77 14 28
Total 72 223 88 176

Rata-rata perhitungan leadtime supply chain PT Nieve Aplkasi Mandiri didapatkan pengertian
sebagai berikut :
Lead Time waiting = Ship Out - Data Received
Lead Time proses = Qty ÷ Lead Time waiting
Lead Time waiting proses = Durasi ÷ Qty
Dengan data yang didapatkan dari Lead Time Supply Chain PT Nieve Aplikasi Mandiri yakni:

3. Benefit Cost Ratio

Tabel 12. Perhitungan Ukuran Perbandingan Antara Pendapatan


Income From Lost
No Kategori Additional Production (Rp) Duration (Jam)
Production (Rp)
1 Januari 2.685.338.000 715.022.000 39
2 Februari 5.004.901.500 3.807.229.500 34
3 Maret 3.355.741.000 1.304.245.000 21
4 April 475.837.273 284.677.273 14
Total 11.521.817.773 6.111.173.773 108

Rata – Rata dari perhitungan ratio PT Nieve Aplikasi Mandiri ialah:

ratio = Pendapatan dari produksi yang hilang / Penambahan produksi

Angka ratio kurang dari 1 menandakan bahwa cost yang dikeluarkan jauh lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh perusahaan, disebabkan oleh naiknya harga
barang yang dibeli ke supplier sehingga cost yang dibutuhkan di awal lebih besar.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

114
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

4.3 Implementasi Sistem SCM


1. Halaman Sales Order
Pada menu ini berisi data sales order yang telah diinput. Pada halaman ini berisikan tentang no
sales order, tanggal permintaan, customer, sales person, harga barang, dan status order. Dapat dilihat
pada Gambar 6.

Gambar 6. Halaman Sales Order sistem SCM


Pada menu sales order sistem SCM setelah memilih menu order lalu memilih create maka sistem
akan menampilkan form pengajuan barang yang berisikan nama customer, metode pembayaran,
product yang dibeli, jumlah, dan total harga yang akan kita input pada sistem. Pada bagian ini maka
diterapkan model SCOR pada perhitungan POF dimana dashboard berisikan jumlah total pesanan dan
pesanan yang telah dikirimkan oleh bagian Gudang.
2. Halaman Purchase Order
Berisi Tampilan pembelian barang yang dilakukan oleh team procurement (pembelian), yang
dimana berisikan data nomor purchase order (Reference), tanggal pembelian, nama supplier, Tanggal
pengiriman barang, user yang melakukan input, sumber pembelian, data pajak pembelian barang, total
harga, dan status barang yang dijelaskan pada Gambar 7.

Gambar 7. Halaman Purchase Order


http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

115
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Pada menu purchase order maka ada 2 menu yang bisa kita pilih yaitu request for quotation
untuk melakukan penawaran harga dan purchase order jika sales sudah melakukan input permintaan
barang maka data akan muncul pada purchase order setelah itu data yang masuk akan diproses oleh
procurement untuk pembelian barang ke supplier. Pada halaman purchase order data diperoleh dari
permintaan yang dilakukan oleh sales sehingga metrik yang digunakan dalam model SCOR
menggunakan metrik COGS dimana berisikan data mengenai pembelian, biaya pengiriman, dan
keutungan yang diperoleh.

3. Halaman Overview Inventory


Pada menu ini berisikan tentang data penerimaan dan pengiriman barang yang dilkakan oleh
bagian Gudang dimana data berisikan menu Receipt dan Delivery Order Gambar 8.

Gambar 8. Halaman Overview Inventory

Pada menu ini menampilkan data dashboard mengenai penerimaan dan pengiriman barang yang
ada pada perusahaan. Menu yang ada pada sistem SCM bagian inventory diterapkan menggunakan
metode perhitungan OCFT (Order Fulfilment Cycle-Time) dimana menggunakan waktu yang
dibutuhkan untuk pengiriman dan jumlah barang yang dikirimkan.

4. Halaman Receipt Inventory


Pada menu ini menjelaskan data barang yang di terima oleh bagian Gudang, yang dimana data
terhubung dengan data pembelian barang yang berada pada menu Purchase Order. Data berisikan
nomor reference penerimaan barang, nama supplier, tanggal penerimaan, sumber dokumen
pembelian, barang yang diterima jumlah belum sesuai, dan status penerimaan. Dijelaskan pada
Gambar 9.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

116
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Gambar 9. Tampilan Receipt Inventory


Pada menu ini warehouse yang melakukan validasi penerimaan barang yang sudah dikirimkan
oleh supplier sistem akan mengupdate stock barang yang dimiliki oleh perusahaan.

5. Halaman Delivery Order


Pada menu ini menampilkan pengiriman barang yang dilakukan bagian Gudang ke customer,
menu ini berisikan data nomor reference pengeluaran barang, nama customer, tanggal pengiriman,
sumber dokumen permintaan, barang yang belum sesuai penerimaan, dan status pengiriman.
Dijelaskan pada Gambar 10.

Gambar 10. Halaman Delivery Order (inventory)

Pada menu ini setelah memilih menu delivery order maka team warehouse akan memproses
pengiriman barang ke customer yang telah diajukan oleh team sales, sistem akan mengupdate barang
yang dikeluarkan yang dijual pada customer.

6. Halaman Overview Accounting


Pada menu ini menjelaskan tentang pembayaran atau penagihan untuk pembelian barang ataupun
pembayaran jasa. Dijelaskan pada Gambar 11.
http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

117
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Gambar 11. Halaman Overview Accounting

Pada menu ini menampilkan tentang arus pemasukan dan pengeluaran uang perusahaan
menggunakan grafik dan secara mendetail. Pada menu accounting diterapkan metode perhitungan
SCOR yakni COGS (Cost of Good Sold) dimana pencatatan dilakukan mulai dari modal yang
dikeluarkan, hingga pendapatan yang diperoleh perusahaan.

7. Halaman Menu Invoices Accounting


Pada menu ini berisikan mengenai data penagihan kepada customer yang dilakukan oleh finance,
data berisikan nama customer, tanggal penagihan, nomor invoice, nama sales, tanggal pembayaran
akhir, data barang kena pajak, total penagihan, dan status penagihan. Dijelaskan pada gambar 12.

Gambar 12. Halaman Menu Invoices Accounting

Pada menu ini setelah finance memilih menu sales lalu memlihi submenu invoices, finance akan
melakukan penagihan kepada customer sesuai jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan,
finance akan mengirimkan invoices setelah barang telah diterima oleh customer.

8. Halaman Menu Vendor Bills Accounting


Pada menu ini berisikan mengenai data pembayaran pembelian barang yang telah diterima dan di
validasi penerimaan oleh team procurement untuk dilakukan pembayaran ke supplier, data berisikan
nama supplier, tanggal pembayaran, nomor billing, nama perusahaan, pajak pembelian, total, dan
status pembayaran. Dijelaskan pada Gambar 13.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

118
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

Gambar 13. Halaman Vendor Bills Accounting


Pada menu ini setelah barang yang diterima oleh warehouse, maka procurement akan melakukan
register payment pada sistem, sistem akan menampilkan data pada menu dashboard, kemudian team
finance memilih menu procurement di sistem lalu memilih submenu bills memilih data pembayaran
barang yang akan dibayarkan ke supplier.

9. Halaman Dashboard SCM Metrik SCOR


Pada menu ini berisikan keseluruhan data yang ada pada sistem SCM dimana data tersebut
diambil dari grafik yang ada pada setiap modul yang digunakan pada sistem SCM. Dijelaskan pada
Gambar 14.

Gambar 14. Halaman Dashboard SCM Metrik SCOR


Pada menu ini menampilkan data keseluruhan dari sistem mengenai metode SCOR yang
diimplementasikan pada sistem SCM PT Nieve Aplikasi Mandiri mulai dari sistem sales, purchasing,
inventory, hingga accounting sehingga memudahkan atasan dalam melihat grafik dengan metrik
SCOR dan permintaan yang terjadi pada perusahaan.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

119
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

5 Kesimpulan
Sistem Supply Chain Management membantu perusahaan dalam evaluasi kualitas dan kuantitas
pengiriman barang ke customer. Dengan melakukan perhitungan menggunakan SCOR level 1
didapatkan POF = 72.28%, OCFT = 15 hari, COGS = 49.07%, CTCCT = 30 hari dengan metode
SCOR. Sehingga sangat merujuk sistem menyeluruh yang digunakan untuk mengelola melalui proses
manufaktur sampai ke distribusi. Nilai komitmen dan kepercayaan pada perhitungan metrik
sebelumnya menggunakan metode VCA mendapatkan hasil yang cukup baik, waktu yang dibutuhkan
untuk response time pengiriman barang Ltsc = 34.466, sedangkan benefit dan cost = 0.530. Dengan
metode SCOR waktu yang dibutuhkan untuk response time permintaan hingga pengiriman hanya 15
hari, dan keuntungan yang didapatkan sebesar 49.07%. Fitur yang ada pada sistem dapat
mengklasifikasikan data dalam indikator SCOR sehingga hasil yang didapat menentukan penerapan
keberhasilan SCM di PT Nieve Aplikasi Mandiri. Adapun saran untuk pengembangan sistem
berikutnya adalah dengan pengembangan sistem menggunakan aplikasi mobile sehingga memudahkan
penggunaannya.

Referensi
[1] F. R. Mawar Nurmaidah, Tacbir Hendro Pudjiantoro, “Pembangunan Sistem Manajemen
Rantai Pasok dalam Proses Produksi Teh Di Pt. Perkebunan Nusantara Iii,” Vol. Xi, No. 1, Pp.
22–31.
[2] R. U. F. Irawan Ricky,Witanti Wina, “Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Rantai
Pasok pada PT Garuda Mas Semesta,” Prosiding Snatif Ke -5 Tahun 2018, Pp. 63–70, 2018.
[3] J. Hidayati and S. Hasibuan, “Value Chain Analysis and Value Added Enhancement of
Indonesia Crude Palm Oil Supply Chain,” International Journal on Advanced Science,
Engineering and Information Technology, Vol. 9, No. 2, Pp. 397–404, 2019, Doi:
10.18517/Ijaseit.9.2.7708.
[4] S. Alfeno, W. H. Mulyo, and Raharja, “Pengembangan Prototype Supply Chain Management
dengan Menggunakan Pendekatan External Value Chain,” Jurnal Sisfotek Global, Vol. 5, No.
2, 2015.
[5] A. Nurhandayani and A. M. Noor, “Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Cv. Vio Burger dengan
Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (Scor) dan Metode Analytical
Hierarchy Process (Ahp),” Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa, Vol. 23, No. 3, Pp. 206–
219, 2018, Doi: 10.35760/Tr.2018.V23i3.2470.
[6] A. N. Waaly, A. Y. Ridwan, And M. D. Akbar, “Supply Chain Operation Reference (Scor)
Model Dan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Mendukung Green Procurement pada
Industri Penyamakan Kulit,” Journal Industrial Servicess, Vol. 4, No. 1, Pp. 1–6, 2018, Doi:
10.36055/Jiss.V4i1.4081.
[7] G. Prawesti, H. H. Purba, K. Iskandar, and T. A. Laksono, “Hubungan Antara Supply Chain
Management dengan Supply Chain Responsiveness dan Competitive Advantage,” Jurnal
Teknik Industri, Vol. 6, No. 2, Pp. 153–157, 2016, Doi: 10.25105/Jti.V6i2.1539.
[8] D. Zulfikar And D. Ernawati, “Pengukuran Kinerja Supply Chain Menggunakan Metode
Green Scor di Pt. XYZ,” Juminten, Vol. 1, No. 1, Pp. 12–23, Jan. 2020, doi:
10.33005/Juminten.V1i1.3.
[9] S. Qrunfleh And M. Tarafdar, “Supply Chain Management Practices - It Utilisation
Alignment: Impact on Supply Chain Performance and Firm Performance,” International
Journal Of Business Information Systems, Vol. 18, No. 4, Pp. 364–389, 2015, doi:
10.1504/Ijbis.2015.068476.
[10] Y. Jumaryadi, “Customer Complaint Information Systems at National Standardization of
Indonesia,” International Journal Information System and Computer Science (Ijiscs), Vol. 3,
No. 2, Pp. 43–49, 2019.
[11] M. Munir, M. S. S. Jajja, K. A. Chatha, And S. Farooq, “Supply Chain Risk Management And
Operational Performance: The Enabling Role of Supply Chain Integration,” International
Journal of Production Economics, Vol. 227, 2020, doi: 10.1016/J.Ijpe.2020.107667.
http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

120
SISTEMASI: Jurnal Sistem Informasi ISSN:2302-8149
Volume 10, Nomor 1, Januari 2021: 106-121 e-ISSN:2540-9719

[12] I. Nasrudin And R. Rivana, “Pengukuran Kinerja Supply Chain KPBS Pangalengan dengan
Pendekatan Supply Chain Operation Reference (Scor) untuk Meningkatkan Produktivitas,”
Rekayasa Industri dan Mesin, Vol. 1, No. 1, Pp. 29–41, 2019.
[13] H. Padillah, Y. H. Chrisnanto, and A. Wahana, “Model Supply Chain Operation Reference
(Scor) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pengukuran Kinerja Supply Chain
Management,” Prosiding Snst, Pp. 31–36, 2016.
[14] N. Nurhasanah, W. N. Tanjung, E. Ripmiatin, S. A. Wulandari, M. Qibtiyah, and Meliantika,
“Enhancing Competitiveness of Ready Made Garment Small-Medium Enterprises Through
Logistics Performance Measurement using SCOR Method,” 2016 2nd International
Conference of Industrial, Mechanical, Electrical, and Chemical Engineering, ICIMECE 2016,
pp. 123–126, 2017, doi: 10.1109/ICIMECE.2016.7910431.

http://sistemasi.ftik.unisi.ac.id

121

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai