Makalah Pabk Kel 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN PERILAKU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7

Nurul Fariyanti (032001361)


Riskiyati R (032001356)
Yusnita (032001382)
Alda (032001370)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BUTON

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas melimpahnya rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan
Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Anak Berkebutuhan Khusus.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami sadar dalam pembuatannya masih
terdapat berbagai kekurangan, karena itu kami nantikan saran serta kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6

A. Pengertian Perilaku............................................................................... 6
B. Gangguan Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus........................ 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 16

A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orangtua menghendaki kehadiran seorang anak. Anak yang
diharapkan oleh orangtua adalah anak yang sempurna tanpa memiliki
kekurangan. Pada kenyataannya, tidak ada satupun manusia yang tidak
memiliki kekurangan. Manusia tidak ada yang sama satu dengan lainnya.
Seperti apapun keadaannya, manusia diciptakan unik oleh Sang Maha
Pencipta. Setiap orang tidak ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang
kelainan maupun memiliki kecacatan. Orang tua juga tidak ada yang
menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Kelahiran seorang
anak berkebutuhan khusus tidak mengenal berasal dari keluarga kaya,
keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau
tidak. Orangtua tidak mampu menolak kehadiran anak berkebutuhan khusus.
Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa. Ia memiliki
hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan
atau normal. Allah SWT memiliki maksud mulia bahwasanya orangtua
memiliki anak berkebutuhan khusus, dan manusia harus meyakini hal tersebut
dengan taat kepadaNya.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan
yang dialami anak. Dikatakan berkebutuhan khusus karena memang anak
seperti ini memiliki kebutuhan khusus karena memang memiliki masalah
kesehatan, masalah emosi, atau masalah dalam gangguan belajar, yang
membuat mereka membutuhkan obat – obatan khusus , melakukan terapi
khusus, peralatan khusus, perlakukan khusus, begitupun dengan

4
pendidikannya harus dilakukan dengan khusus. Namun “ ABK “ ini tidak
semua bisa diidentifikasi dengan mudah, karena banyak “ ABK” yang
memiliki tampilan fisik yang normal seperti anak normal yang lainnya, namun
pada kenyataanya masalhanya terletak pada emosi dan perkembangan mental
mereka, sehungga masyarakat yang belum sama skali memiliki pengetahuan
tentang ABK dapat menyalah artikan perilaku-perilaku yang dilakukan oleh
anak yang memiliki kebutuhan khusus tersebut, sehingga penting sekali
mengetahui pengetahuan tentang ganguan perilaku pada Anak Berkebutuhan
Khusus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini mengenai“ ganguan perilaku pada anak
berkebutuhan khusus”.

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untutk mengetahui tentang gangguan perilaku pada
anak-anak berkebutuhan khusus.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia
dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Menurut
Notoatmojo, 2010, berpendapat bahwa, Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

B. Gangguan Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus


Gangguan emosional atau perilaku (emotional behavioral disorder/EBD)
mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku atau emosional seorang
individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya diterima,
sesuai dengan usia, etnis, atau budaya. Gangguan tingkah laku merujuk berbagai
tindakan yang kasar dan sering dilakukan yang jauh melampaui kenakalan dan
tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan remaja.
Pada umumnya Anak Berkebutuhan khusus (ABK) dengan gangguan emosi
dan perilaku memiliki karakteristik yang sama dengan perilaku anak-anak
seusianya. Berikut gangguan tingkah laku Anak Berkebutuhan Khusus sesuai
jenisnnya :
1. Austime
Autisme sendiri merupakan gangguan yang meliputi area kognitif, emosi,
perilaku, sosial, termasuk juga ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan
orang-orang di sekelilingnya. Anak yang autis akan tumbuh dan berkembang
dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya.
Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan kemampuan kognisi secara
bertahap. Perilaku autistik digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang

6
eksesif (berlebihan) dan perilaku yang defisit (berkekurangan). Yang termasuk
perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit,
menggigit, mencakar, memukul, mendorong. Di sini juga sering terjadi anak
menyakiti dirinya sendiri (self-abused). Perilaku defisit ditandai dengan
gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, defisit sensori sehingga dikira
tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa-tawa
tanpa sebab, menangis tanpa sebab, dan melamun
Jika dibahas lebih lanjut, maka terdapat tiga gejala utama individu dengan
Autistic Spectrum Disorder (ASD), yaitu gangguan dalam interaksi,
komunikasi, dan perilaku. Selain itu, individu dengan ASD juga memiliki
karakteristik-karakteristik tambahan, yaitu gangguan dalam kognisi, persepsi
sensori, motorik, afek atau mood, tingkah laku agresif dan impulsif, serta
gangguan tidur dan makan (Hallahan & Kauffman, 2006). Namun yang
dibahas pada makalah hanya gangguan perilaku sebagai berikut :
a. Repetitif (pengulangan), misalnya: tingkah laku motorik ritual seperti
berputar-putar dengan cepat (twirling), memutar-mutar objek, mengepak-
ngepakkan tangan (flapping), bergerak maju mundur atau kiri kanan
(rocking).
b. Asyik sendiri atau preokupasi dengan objek dan memiliki rentang minat
yang terbatas, misalnya berjam-jam bermain dengan satu objek saja.
c. Sering memaksa orang tua untuk mengulang satu kata atau potongan
kata.
d. Mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak
meninggalkan rumah tanpa benda tersebut, misalnya seorang anak laki-
laki yang selalu membawa penghisap debu kemanapun.
e. Tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau perubahan
rutinitas. Seperti tidak mau melalui jalan yang tidak biasa dilaluinya,
tidak mau memakai baju baru atau tidak mau makanmakanan yang tidak
biasa dimakannya.

7
2. ADHD
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) ADHD adalah attention deficit
hyperactivity disorder (Attention= perhatian, Deficit=berkurang,
Hiperactivity= hiperaktif, dan Disorder= gangguan) jika diartikan dalam
Bahasa Indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Seseorang dapat memenuhi salah satu kriteria ADHD yaitu kurang perhatian
(Inattention) atau hiperaktifitas &impulsif, atau keduanya. Kondisi ini terjadi
selama periode paling tidak enam bulan, yang
mengakibatkanpertumbuhanseseorang tersebut menjadi tidak sesuai dengan
tingkat pertumbuhan usia normal (Widhata, 2008).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka ADHD merupakan hambatan
seorang individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku
hiperaktivitas.
Anak dengan tipe ADHD biasanya mempunyai problem dalam
memperhatikan instruksi, menyelesaikan tugas, berhubungan dengan anak lain,
atau duduk tenang. Mereka seringkali membuat masalah di rumah, dijuluki
sebagai anak nakal di sekolah, dan diganggu oleh teman-temannya. Keadaan
ini membuat anak dengan ADHD berpikir bahwa dia tidak baik, dan
membentuk konsep diri dan kepercayaan diri yang rendah. Di sekolah anak
hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas
kerjanya. Ia selalu mudah bingung atau kacau pikirannya, tidak suka
memperhatikan perintah atau penjelasan gurunya, dan selalu tidak berhasil
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit mengeja
huruf, tidak mampu meniru huruf-huruf (Rapport & Ismond, 1984 dalam
Betshaw & Perret, 1986 dalam Delphie, 2006: 73).
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006), ciri utama tingkah laku ADHD
adalah:
a. Rentang perhatian yang kurang, adapun gejala-gejala yang menunjukkan
rentang perhatian yang kurang meliputi: gerakan yang kaca, cepat lupa,

8
mudah binggung, kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-
tugas atau kegiatan bermain.
b. Impulsivitas yang berlebihan dan adanya hiperaktivitas, gejala-gejala
tersebut meliputi: emosi gelisah, mengalami kesulitan bermain dengan
tenang, mengganggu anak lain, selalu bergerak.

Menurut Tanner (2007) ada tiga tanda utama anak yang menderita
ADHD, yaitu:

a. Tidak ada perhatian. Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada


beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, atau melakukan
permainan. Seseorang yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih
perhatiannya karena bunyi-bunyian, gerakan, bau-bauan atau pikiran, tetapi
dapat memusatkan perhatian dengan baik jika ada yang menarik minatnya.
b. Hiperaktif. Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus
menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
c. Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke
jalanraya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau
berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Setiap anak yang seringkali bertindak seperti contoh-contoh diatas selama


lebih dari enam bulan berturut-turut, dibandingkan dengan anak seusianya,
dapat didiagnosa menderita ADHD. Gejala ini biasanya muncul sebelum si
anak berusia enam tahun. Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif
adalah anak akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selain itu
yang bersangkutan sangat jarang untuk berdiam selama kurang dari 5 hingga
10 menit guna melakukan suatu tugas/kegiatan yang diberikan gurunya
(Delphie, 2006).

3. Anxiety (kecemasan)

9
Kecemasan merupakan campuran beberapa emosi tidak menyenangkan
yang didominasi oleh ketakutan, khawatir, dan gelisah yang tak terkendali
terhadap kondisi mengancam yang tidak jelas di masa depan.
Gejala psikologis meliputi gejala yang terkait dengan kondisi emosi dan
pikiran seseorang yang mengalami kecemasan seperti takut dan khawatir yang
tidak terkendali, merasa tertekan, merasa tidak mudah menghadapi sesuatu
yang buruk yang akan terjadi, terus menerus mengeluh tentang perasaan takut
terhadap masa depan, percaya sesuatu yang menakutkan akan terjadi dengan
sebab yang tidak jelas, kepekaan yang tajam dengan sensasi tubuh, terancam
dengan orang atau keadaan yang secara normal tidak diperhatikan, takut
kehilangan kontrol, takut tidak bisa menghadapi permasalahan, berpikir hal
tertentu berulang-ulang, ingin melarikan diri, bingung, kesulitan
berkonsentrasi, perilaku dependen, perilaku agitatif (Halgin, Whitbourne, &
Krauss, 2005; Rathus & Nevid, 1991).
Gejala fisiologis meliputi gejala yang menyangkut kondisi badan atau
tubuh seseorang yang cemas, terutama yang menyangkut fungsi sistem syaraf
yang ditunjukkan dari ekspresinya seperti gemetar, pucat, menggigit kuku,
aktivitas kelenjar adrenalin, tidak dapat tidur, perut mual, keringat berlebihan,
telapak tangan berkeringat, terasa akan pingsan, perasaan kering di mulut atau
tenggorokan, sulit bicara, nafas pendek, jantung berdebar-debar, suara
bergetar, jari-jari terasa dingin, lemas, sulit menelan, kepala pusing, kekakuan
leher atau punggung, tangan terasa dingin, sakit perut atau mual, sering buang
air kecil, dan diare (Rathus & Nevid, 1991).
4. Tunalaras
Anak Tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan perilaku dan
memberikan respon-respon kronis yang jelas tidak dapat diterima secara sosial
oleh lingkungan dan atau perilaku yang secara personal kurang memuaskan,
tetapi masih dapat dididik sehingga dapat berperilaku yang dapat diterima oleh
kelompok sosial dan bertingkah laku yang dapat memuaskan dirinya sendiri.

10
Berarti anak yang termasuk dalam gangguan perilaku kategori berat dan parah
memerlukan intervensi yang intensif dan berkelanjutan serta dapat dilatih di
rumah, atau kelas khusus, sekolah luar biasa, atau institusi berasrama khusus
(Kauffman, 1994).
Menurut Smith 1998 (dalam Mangunsong 2011), IDEA menyatakan
bahwa gangguan perilaku tunalaras ini meliputi hal-hal seperti dibawah ini:
a. Istilah tunalaras mengandung pengertian bahwa memperhatikan satu
atau lebih kondisi yang sesuai dengan karakteristik seperti disebutkan
sebelumnya, dalam rentang waktu yang lama, dan memengaruhi
prestasi/penampilan akademik, seperti:
1) Ketidakmampuan untuk belajar, namun tidak menunjukkan adanya
gangguan intelektual, sensori atau faktor kesehatan.
2) Ketidakmampuan untuk membangun/memelihara hubungan baik
yang memuaskan dengan teman dan orang dewasa.  Bentuk
perilaku atau perasaan yang tidak dapat dikendalikan dalam kondisi
normal.
3) Pada umumnya sering menjurus pada perasaan tidak bahagia atau
tertekan.
4) Adanya kecenderungan untuk berkembangnya simptom-simptom
fisik atau ketakutan yang diasosiasikan dengan masalah pribadi atau
sekolah.
b. Istilah tunalaras bisa tampak pada anak yang terkena
schizophrenia/autistic, namun lebih bisa dijelaskan pada anak yang
menderita social maladjusted.
Tunalaras merupakan sebutan anak berkelainan emosi dan perilaku.
Menderita kelainan perilaku dan mengalami masalah intrapersonal secara
ekstrim, sehingga anak mengalami kesulitan dalam menyelaraskan perilakunya
dengan norma umum yang berlaku di masyarakat.
5. Conduct Disorder

11
Gangguan perilaku (conduct disorder) menurut The Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (Bird, et al., 2005; Rice & Dolgin,
2008) adalah gangguan psikologis yang paling berhubungan dengan perilaku
kenakalan (juvenile). Gangguan perilaku dapat digambarkan sebagai pola
perilaku kronik yaitu seseorang yang melanggar norma masyarakat sesuai
dengan usianya dan mengusik hak orang lain.
Conduct disorder dapat diartikan sebagai suatu gangguan perilaku yang
termasuk dalam perilaku antisosial yang seringkali ditandai dengan perilaku
menyakiti orang lain. Walaupun demikian, perilaku yang muncul lebih
tereksternalisasi dan dibedakan dari perilaku menyakiti diri sendiri (Dodge &
Pettit, 2003).
Gangguan perilaku Conduct disorder dapat diidentifikasi jika berupa
suatu pola yang diulang dan menetap dari tingkah laku yang berkaitan dengan
mengganggu hak dasar orang lain atau agresifitas yang tidak sesuai dengan
normanorma masyarakat atau melanggar aturan-aturan, seperti yang nampak
melalui tiga (atau lebih) dari kriterianya dan sudah berlangsung selama 12
bulan, dengan paling sedikit satu kriteria muncul dalam enam bulan yang lalu.
Berikut kriteria conduct disorder:
a. Agresi terhadap orang dan binatang
1) sering menggertak, mengancam atau mengintimidasi orang lain
2) sering memulai perkelahian fisik
3) telah menggunakan senjata yang menyebabkan orang lain luka serius
4) pernah berkelahi secara fisik terhadap orang lain
5) pernah mencuri sementara berkonfrontasi dengan musuh
6) pernah memaksa orang lain untuk aktivitas seksual.
7) pernah menyakiti fisik binatang

b. merusak hak milik orang lain

12
1) dengan sengaja terlibat dalam seting pembakaran yang menyebabkan
kerusakan serius
2) dengan sengaja merusak hak milik orang lain

c. berbohong atau mencuri


1) menerobos masuk rumah orang lain, bangunan atau mobil
2) sering berbohong untuk memperoleh barang yang bagus atau untuk
menghindar dari tanggung jawab
3) pernah mencuri item-item yang bernilai rendah, contoh: mengutil
(tanpa breaking and entering); memalsu

d. pelanggaran aturan yang serius


1) sering keluar malam sebelum usia 13 tahun
2) pernah lari dari rumah lewat malam paling sedikit dua kali sementara
tinggal bersama orang tua atau orang tua pengganti, atau sekali tanpa
pamit dalam waktu yang lama.
3) sering bolos sekolah , mulai sebelum usia 13 tahun

6. Indigo
Anak indigo adalah anak-anak yang menunjukkan seperangkat atribut
psikologis yang baru dan tidak biasa serta sebuah pola tingkah laku yang tidak
pernah terdokumentasi sebelumnya. Pola ini memiliki faktor-faktor unik
umum sehingga orang-orang yang berinteraksi dengan anak indigo disarankan
untuk mengubah cara merawat mereka untuk mencapai keseimbangan (Carrol
& Tober, 1999 dalam Mangunsong, 2011).
Anak Indigo terkadang tidak berespon terhadap instruksi langsung
(McCloskey dalam Mangunsong, 2011), dan bertingkah laku seakan destruktif.
Virtue (2001 dalam Mangungsong, 2011), memberikan 17 karakteristik Indigo,
jika seseorang memiliki minimal 14 diantaranya, kemungkinan besar orang

13
tersebut adalah Indigo. Jika seseorang memiliki 11-13 diantaranya,
kemungkinan besar orang tersebut adalah “Indigo in training”, yaitu mereka
yang sedang dalam pengembangan karakteristik-karakteristik indigo-nya, atau
individu indigo yang dijauhkan dari talenta spiritualnya melalui pengaruh
otoritas atau Ritalin. Ketujuh belas karakteristik tingkah laku tersebut adalah:
a. Berkemauan kuat
b. Keras kepala
c. Kreatif, dengan gaya artistic dalam bidang musik, membuat perhiasan,
puisi, dan seni.
d. Mudah teradiksi
e. Memiliki “old soul”. Misalnya mereka berusia 13 tahun, seakan 43 tahun
f. Intuitif atau spiritualis, pernah melihat malaikat atau orang mati
g. Isolasionis, melalui bertingkah laku agresif atau introversi yang rapuh
h. Independen dan bangga, meskipun mereka sering meminta uang kepada
orang lain
i. Memiliki hasrat mendalam untuk membantu dunia dengan cara yang
besar
j. Berada di antara harga diri yang rendah dan perasaan besar (grandiosity)
k. Mudah bosan

Hal-hal spiritual yang biasanya dimiliki atau dialami oleh anak-anak


Indigo adalah, sebagai berikut:

a. Kemampuan Melihat Roh atau Makhluk Lain


Pada umumnya anak-anak Indigo mampu melihat makhluk-makhluk yang
tidak dapat dilihat oleh manusia secara umum, seperti malaikat, teman
ajaib, atau sosok-sosok yang menyeramkan. Figur-figur yang dilihat ini
tidak seperti fantasi anak-anak luar biasa misalnya tokoh kartun televisi,
melainkan model berbeda yang di luar dunia ini dan tidak ada di televisi
ataupun film.

14
b. Kemampuan melihat masa depan
Kemampuan melihat masa depan merupakan salah satu kemampuan
spiritual anak Indigo.
c. Pernah mengalami kehidupan di masa lain
Nancy Ann Tappe (dalam Carroll & Tober, 1999 dalam Mangunsong,
2011) mengatakan bahwa sebagian anak Indigo baru pertama kali ada
di dunia, sebagian lain sudah pernah ke dimensi ketiga, dan sebagian
lainnya datang dari planet lain, yaitu mereka yang termasuk indigo
interdimensional. Mereka mungkin datang bersama karma. Ketika
Anda melihat anak Indigo baru dilahirkan sampai 2 tahun, mereka
mungkin dapat mengingat masa kehidupan mereka yang lain.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan perilaku


anak berkebutuhan khusus adalah anak- anak yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, sehingga tidak sama dengan perkembangan anak
sebayanya.Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan khusus membutuhkan penangan
yang khusus.Anak yang memiliki keterbatasan fisik belum tentu mempunyai
keterbatasan intelektual ,emosi dan sosial.Namun apabila seorang anak mempunyai
keterbatasan intelektual,emosi dan sosial biasanya mempunyai keterbatasan fisik.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari banyak kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami mengharapkan dari semua pihak
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah selanjutnya.Namun,kami berharap makalah kami bisa bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi pemakalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/edukasi/read/2021/09/25/135116971/jenis-jenis-anak-
berkebutuhan-khusus-dan-cara-pengasuhan
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/
195405271987031-MOHAMAD_SUGIARMIN/
Masalah_Tingkah_Laku_Anak_Berkebutuhan_Khusus.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai